Anda di halaman 1dari 10

ABSTRAK

Hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Regulasi Belajar pada Mahasiswa
Zico Julian
Email : zicojul1@gmail.com
Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Latar Belakang: Salah satu sarana utama yang dapat mengoptimalkan. potensi eksistensi dalam diri
manusia yaitu sistem pendidikan (Indah & Shofiah, 2012). Pendidikan merupakan bagian yang penting
dalam meningkatkan kualitas pada individu. Pendidikan juga termasuk salah satu alat yang dapat
mempengaruhi tingkah laku setiap individu. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk mengatur dirinya
sendiri tetapi juga berbeda kemampuannya dalam mengatur diri (Sasmita, dkk., 2018). Individu yang sedang
menempuh studi. Pendidikan dalam suatu perguruan tinggi atau universitas disebut sebagai mahasiswa.
Perubahan predikat siswa menjadi mahasiswa menunjukkan bahwa individu mengalami peningkatan dalam
kedewasaan, mulai dari sikap mandiri, pola pikir, tanggung jawab, dan potensi diri. Regulasi diri dalam
belajar (self-regulated learning) adalah cara belajar mahasiswa aktif secara individu untuk mencapai tujuan
akademik. Mampu merencanakan, mengontrol waktu, dan memiliki usaha terhadap penyesuaian tugas, tahu
bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, mencari bantuan dosen dan teman jika
menemui kesulitan mampu melakukan strategi disiplin dan menjaga konsentrasi (Rahayu, 2017) Regulasi
diri dalam belajar (self-regulated learning) adalah cara belajar mahasiswa aktif secara individu untuk
mencapai tujuan akademik. Mampu merencanakan, mengontrol waktu, dan memiliki usaha terhadap
penyesuaian tugas, tahu bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, mencari bantuan
dosen dan teman jika menemui kesulitan mampu melakukan strategi disiplin dan menjaga konsentrasi
(Rahayu, 2017)
Tujuan: penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial teman
sebaya dengan regulasi belajar pada mahasiswa.
Metode: Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Metode riset
kuantitatif bisa didefinisikan sebagai metode riset yang mengacu pada filsafat positifism, dan dipakai untuk
meriset sebuah popuasi atau sampel tertentu, sampel diambil secara acak, setelah itu data dikumpulkan
memakai intrumen riset, analisis data memiliki sifat kuantitatif ataupun statistik dengan tujuan melakukan
pengujian hipotesis yang sudah ditentukan
Hasil dan Kesimpulan: Hasil analisis Rho-Spearman dengan menggunakan SPSS versi 26 forWindows
yang ditujukan untuk menguji hipotesis penelitian menunjukkan harga koefisien rho = 0,511 pada p = 0,000
(p<0,01) yang berarti memiliki korelasi signifikan. Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa terdapat
korelasi signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan regulasi belajar. Berdasarkan hasil tersebut
maka hipotesis penelitian yang berbunyi terdapat hubungan positif variabel dukungan sosial teman sebaya
dengan regulasi belajar, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak.

K ata Kunci: Regulasi Belajar, Dukungan Sosial Teman Sebaya, Mahasiswa


ABSTRAK
Hubungan antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Regulasi Belajar pada Mahasiswa
Zico Julian
Email : zicojul1@gmail.com
Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Background: One of the main tools that can optimize. potential for existence in humans, namely the
education system (Indah & Shofiah, 2012). Education is an important part in improving the quality of
individuals. Education is also one of the tools that can influence the behavior of each individual. Each
individual has the ability to self-regulate but also has different abilities in self-regulation (Sasmita, et al.,
2018). Individuals who are studying. Education in a college or university is referred to as a student. The
change in the predicate of students to students shows that individuals experience an increase in maturity,
starting from an independent attitude, mindset, responsibility, and self-potential. Self-regulation in learning
(self-regulated learning) is a way of active student learning individually to achieve academic goals. Able to
plan, control time, and have the effort to adjust tasks, know how to create a pleasant learning environment,
seek help from lecturers and friends if they encounter difficulties, be able to carry out discipline strategies
and maintain concentration (Rahayu, 2017) Self-regulated learning ) is a way of active student learning
individually to achieve academic goals. Able to plan, control time, and have the effort to adjust assignments,
know how to create a pleasant learning environment, seek help from lecturers and friends if they have
difficulty being able to carry out discipline strategies and maintain concentration (Rahayu, 2017)
Purpose: This study was conducted to determine the relationship between peer social support and student
learning regulations.
Methods: This research will use a correlational quantitative approach. Quantitative research methods can be
defined as research methods that refer to the philosophy of positivism, and are used to research a particular
population or sample, the sample is taken at random, after that data is collected using research instruments,
data analysis has quantitative or statistical properties with the aim of testing hypotheses. already determined
Results and Conclusions: The result of Rho-Spearman analysis using SPSS version 26 for Windows which
is intended to test the research hypothesis shows the coefficient of rho = 0.511 at p = 0.000 (p <0.01) which
means it has a significant correlation. Therefore, it can be concluded that there is a significant correlation
between peer social support and learning regulation. Based on these results, the research hypothesis which
reads that there is a positive relationship between peer social support variables and learning regulation, so Ha
is accepted and Ho is rejected.

Keywords: Study Regulation, Peer Social Support, Students

Pendahuluan
Pada dasarnya, tujuan utama siswa adalah belajar dan mengembangkan ide. Hal ini dikarenakan
mahasiswa harus melalui seluruh proses pembelajaran di universitas untuk mencapai tujuan belajarnya,
mencapai nilai rata-rata (IP) yang baik, dan menyelesaikannya. Waktu penelitian mereka sesuai dengan
tujuan mereka. .. Indeks Prestasi (IP) merupakan salah satu alat untuk mengukur kinerja akademik (Ayu &
Meutia, 2020). Pembelajaran penyesuaian diri, atau pembelajaran penyesuaian diri, membantu orang
mengembangkan kebiasaan belajar yang baik, memperkuat keterampilan belajar, menerapkan strategi
pembelajaran untuk meningkatkan kinerja akademik, memantau kemajuan prestasi, dan mengevaluasi
mahasiswa. Kemajuan menggunakan indeks kecakapan sebagai alat pengukur (Nugraha , 2019), yang
berperan penting dalam pengembangan keterampilan belajar sepanjang hayat yang bermanfaat. Seluruh
siswa, termasuk
siswa, membutuhkan kemandirian dalam proses pembelajaran. Ini adalah belajar menyesuaikan diri yang
mempengaruhi otonomi belajar siswa. Belajar menyesuaikan diri didefinisikan sebagai sejauh mana peserta
secara aktif terlibat dalam metakognisi, motivasi, dan perilaku dalam proses pembelajaran (Zimmerman &
Martinez-Pons, 2001). Siswa harus bisa belajar secara mandiri, tidak hanya mengandalkan pengajar.
Namun, mahasiswa juga harus mampu menyelesaikan berbagai tugas perkuliahan dosen pada waktu yang
telah ditentukan (Oktariani, 2019). Menurut Manuella & Mangunsong (2018), siswa dengan belajar
penyesuaian diri rendah ditandai dengan kurangnya kemandirian, kesulitan dalam koordinasi, kesulitan
dalam berkolaborasi dengan orang lain, kesulitan dalam berpikir kritis ketika memecahkan masalah, dan
kurangnya motivasi. Begitu pula sebaliknya, jika Anda baik, Anda tidak tahu kemampuan Anda, dan
seterusnya. Hal ini sesuai dengan temuan Simajuntak (2016) yang menunjukkan bahwa sebagian besar mata
pelajaran mengalami hambatan belajar. Hal ini tercermin dari beberapa masalah, antara lain kesulitan
mengatur waktu, kesulitan memahami materi, dan kesulitan menyelesaikan tugas. Saat menyelesaikan tugas
malas. Beberapa penelitian tentang self-regulation dalam pembelajaran menunjukkan bahwa self-regulation
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan akademik, dan siswa dengan self-regulation
yang tinggi cenderung berprestasi lebih baik di sekolah daripada siswa dengan self-regulation yang rendah.
Siswa dengan pengaturan diri yang baik juga dapat lebih mengkoordinasikan tugas belajar di kampus
mereka (Cazan, 2012). Dukungan sosial, di sisi lain, adalah salah satu faktor yang membantu mahasiswa
mengatasi masalah yang berhubungan dengan kehidupan kampus. Faktor yang mungkin mempengaruhi
pembelajaran penyesuaian diri adalah dukungan sosial (Adicondro & Purnamasari, 2011). Dukungan sosial
merupakan salah satu cara untuk menunjukkan rasa cinta, perhatian, dan rasa terima kasih kepada orang lain
(Mulyana, et al., 2015). Dukungan sosial merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi belajar
menyesuaikan diri dalam faktor lingkungan sosial (Azmi, 2016). Dukungan sosial adalah kenyamanan
psikologis dan emosional yang diberikan kepada individu oleh keluarga, teman sebaya, rekan kerja, dan
banyak lagi. Siswa yang mendapatkan dukungan sosial yang tinggi dari temannya dapat merasa dicintai dan
diperhatikan serta membangun rasa percaya dirinya. Di sisi lain, siswa yang kurang mendapat dukungan
sosial dari temannya merasa terasing dan kurang mendapat perhatian dan kasih sayang (Halim, 2019).
Dukungan teman sebaya dan kepercayaan diri akademik individu mempengaruhi regulasi diri dalam belajar.
Kepercayaan diri akademik itu sendiri adalah keyakinan bahwa seorang individu memiliki kemampuan
untuk memecahkan masalah akademik (Laird, 2014). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa individu yang menerima dukungan sosial dari teman sebayanya dapat mempengaruhi pembelajaran
penyesuaian diri. Jika Anda memiliki teman yang bersedia memberikan motivasi dan bujukan untuk strategi
belajar Anda, orang tersebut akan berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan pembelajaran untuk membantu
Anda mencapai hasil dan tujuan belajar yang optimal.
Metode Penelitian
Desain Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Metode riset
kuantitatif bisa didefinisikan sebagai metode riset yang mengacu pada filsafat positifism, dan dipakai untuk
meriset sebuah popuasi atau sampel tertentu, sampel diambil secara acak, setelah itu data dikumpulkan
memakai intrumen riset, analisis data memiliki sifat kuantitatif ataupun statistik dengan tujuan melakukan
pengujian hipotesis yang sudah ditentukan. Sebagaimana Sugiyono (2014) menjelaskan bahwa metode
korelasional yaitu metode perkaitan atau metode riset yang berupaya mengkait-kaitkan antara suatu
komponen dengan komponen lainnya untuk membuat bentuk baru yang tidak sama dengan terdahulunya.
Metode korelasional dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial
teman sebaya dengan regulasi belajar pada mahasiswa
Partisipan
Anggota populasi dengan jumlah 10.625 mahasiswa dirasa terlalu besar. Sehingga peneliti
menggunakan sampel sebagai partisipan penelitian jumlah partisipan dalam penelitian ini yaitu 99
mahasiswa. Angka tersebut didapat berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Slovin dengan
toleransi sebesar 10%. Penentuan jumlah awal anggota sampel berstrata di lakukan dengan cara pengambilan
sampel secara proportionate stratified random sampling yaitu dengan menggunakan rumus berikut:
ni = × n
ni : Jumlah strata
n : Jumlah sampel (99 mahasiswa)
Ni: Jumlah anggota strata
N : Jumlah populasi (10.625 mahasiswa)
Maka jumlah anggota sampel:
1. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik: 2.592 mahasiswa
ni = 2.592/10.625 × 99
ni = 24 mahasiswa
2. Fakultas Hukum: 1.012 mahasiswa
ni = 1.012/10.625 × 99
ni = 9 mahasiswa
3. Fakultas Ekonomi dan Bisnis: 2.157 mahasiswa
ni = 2.157/10.625 × 99
ni = 20 mahasiswa
4. Fakultas Psikologi: 1.045 mahasiswa
ni = 1.045/10.625 × 99
ni = 10 mahasiswa
5. Fakultas Ilmu Budaya: 500 mahasiswa
ni = 500/10.625 × 99
ni = 5 mahasiswa
6. Fakultas Teknik: 3.319 mahasiswa
ni = 3.319/10.625 × 99
ni = 31 mahasiswa
Total sampel dalam penelitian ini adalah 99 mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya yang
terdiri dari 24 mahasiswa dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, 9 mahasiswa dari Fakultas Hukum, 20
mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 10 mahasiswa dari Fakultas Psikologi, 5 mahasiswa dari
Fakultas Ilmu budaya, 31 mahasiswa dari Fakultas Teknik.
Instrumen Pengumpul Data
Menurut Arikunto (2010) instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi cermat, lengkap,
sistematis dan dipermudah olehnya. Menurut Sugiyono (2016) Instrumen penelitian adalah merupakan alat
ukur seperti tes, kuesioner, pedoman wawancara dan pedoman observasi yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan bantuan 2 skala.
Pertama adalah skala yang digunakan untuk pengambilan data adalah selfregulated learning yang
mengadopsi skala yang sama yang telah disusun oleh Tejananto (2020) berdasarkan teori Zimmerman
(1989). Kedua, Skala yang digunakan untuk pengambilan data adalah dukungan sosial teman sebaya
berdasarkan teori Sarafino dan Smith (2011).
Regulasi Belajar (Variabel Dependen)
Pengambilan data penelitian self-regulated learning diperoleh melalui penyebaran skala self-
regulated learning yang disusun Tejananto (2020) dengan acuan aspek dan indikator Zimmerman (1989)
yang terdiri dari:
1. Aspek Metakognisi diukur melalui indikator :
a) Kemampuan untuk membuat rencana untuk diri.
b) Mampu mengorganisasikan diri sendiri.
c) Mampu menginstruksi diri sendiri.
d) Mampu mengevaluasi diri sendiri dalam proses belajar.
2. Aspek Motivasi diukur melalui indikator:
a) Kemampuan untuk memulai dan mempertahankan kesadaran diri.
b) Mampu mempersiapkan tugas selanjutnya.
c) Mampu menyelesaikan tugas sesuai tujuannya.
3. Aspek Perilaku diukur melalui indikator:
a) Usaha individu untuk mengatur dan mengontrol perilaku.
b) Mampu mengatur lingkungan dan memanfaatkan kondisi lingkungan.
Data tentang variabel regulasi belajar diperoleh dengan menyebarkan alat ukur skala regulasi belajar
dari jumlah aitem 36 yang terdiri atas 18 item butir pernyataan favorable dan 18 butir pernyataan
unfavorabel. Skala ini digunakan untuk mengungkap tingkat regulasi belajar pada mahasiswa, distribusi
aitem-aitem pada skala ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Blueprint regulasi belajar

Dukungan Sosial Teman Sebaya (Variabel Independen)


Data tentang variabel dukungan sosial teman sebaya diperoleh dengan menyebarkan alat ukur skala
dukungan sosial teman sebaya dari jumlah aitem 44 yang terdiri atas 22 item butir pernyataan favorable dan
22 butir pernyataan unfavorabel. Dukungan sosial teman sebaya diukur berdasarkan acuan indikator menurut
Sarafino dan Smith (2011). Skala ini digunakan untuk mengungkap tingkat dukungan sosial teman sebaya
pada mahasiswa, distribusi aitem-aitem pada skala ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.2 Blue Print Dukungan Sosial Teman Sebaya


Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert. Skala likert merupakan skala yang
digunakan untuk mengetahui seberapa setuju atau tidak setujunya seseorang akan suatu pernyataan tertentu
yang disajikan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2018) skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial. Skala likert pada penelitian ini
menggunakan skala 1 sampai dengan skala 4, dengan keteragan; (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju,
(3) Setuju, dan (4) Sangat Setuju. Berikut penulis jabarkan skala likert pada penelitian ini:

Tabel 1.3 Skala Likert

Item Skor item


SS S TS STS
Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4

Uji Prasyarat
Uji Normalitas
Pengujian normalitas data memiliki tujuan untuk mengetahui distribusi data dalam satu variabel
yang akan dipakai dalam riset. Pengujian normalitas yang memakai uji K-S dengan program SPSS.
Datadisebut normal, bila nilai sig. lebih besar dibanding 0,05. Bila nilai sig. lebih kecil dibanding 0,05, maka
data disebut tidak normal.

Tabel 1.4 Hasil Uji Normalitas Variabel

Hasil Keterangan Hubungan


Dukungan Sosial Teman Sebaya 0,200 Normal
dengan Regulasi Belajar

Hasil yang telah peneliti dapatkan adalah 0,200, maka dapat disimpulkan memliki hubungan yang
berdistribusi normal.
Uji Linieritas
Pengujian normalitas data memiliki tujuan untuk mengetahui distribusi data dalam satu variabel
yang akan dipakai dalam riset. Pengujian normalitas yang memakai uji K-S dengan program SPSS.
Datadisebut normal, bila nilai sig. lebih besar dibanding 0,05. Bila nilai sig. lebih kecil dibanding 0,05, maka
data disebut tidak normal. Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Variabel Hasil Keterangan Hubungan Dukungan
Sosial Teman Sebaya dengan Regulasi Belajar 0,200 Normal Hasil yang telah peneliti dapatkan adalah
0,200, maka dapat disimpulkan memliki hubungan yang berdistribusi normal.

Tabel 1.5 Hasil Uji Linieritas


Variabel F Sig. Keterangan
Dukungan Sosial Teman Sebaya 1,74 0,01 Tidak Linier
Regulasi Belajar

Hasil yang telah peneliti dapatkan adalah 0,011, maka dapat disimpulkan memliki hubungan yang
tidak linear. Sehingga untuk analisis data selanjutnya menggunakan statistik non parametrik.
Analisis Data
Analisis data riset ini memakai analisis korelasional yang digunakan untuk mengetahui hubungan
antara antara dukungan sosial teman sebaya dengan regulasi belajar. Apabila data termasuk normal dan
memiliki hubungan linier maka data dianalisis dengan memakai Parsial Pearson Product Moment, namun
apabila data tidak normal dan atau tidak memiliki hubungan linier, maka data dianalisis dengan memakai
Rho-Spearman. Dalam penelitian ini data berdistribusi normal dan tidak linier maka dalam penelitian ini
penulis menggunakan Rho-Spearman sebagai Teknik analisis data yang berjenis statistik non parametrik.
Hasil
Hasil analisis Rho-Spearman dengan menggunakan SPSS versi 26 forWindows yang ditujukan untuk
menguji hipotesis penelitian menunjukkan harga koefisien rho = 0,511 pada p = 0,000 (p<0,01) yang berarti
memiliki korelasi signifikan. Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi signifikan antara
dukungan sosial teman sebaya dengan regulasi belajar. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis penelitian
yang berbunyi terdapat hubungan positif variabel dukungan sosial teman sebaya dengan regulasi belajar,
sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hasil analisis menunjukan presentase sumbangan efektif variabel
dukungan sosial teman sebaya dengan regulasi belajar. Sumbangan efektif adalah angka yang menunjukkan
proporsi carian dalam variabel regulasi belajar yang diperoleh dari variabel dukungan sosial teman sebaya
atau seberapa besar jumlah variabel regulasi belajar yang muncul sebagai akibat dari adanya variabel
dukungan sosial teman sebaya. Nilai sumbangan efektif dapat dilihat dari nilai R 2 (koefisien determinasi)
sebesar 0,294 yang berarti 29,4% variabel dukungan sosial teman sebaya mempengaruhi regulasi belajar.
Sisanya 70,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Tabel 1.6 Hasil Uji Korelasi Spearmen’Rho

ρ P R2
0,511 0.000 0,294
Pembahasan
Sebagai mahasiswa yang menempuh ilmu pendidikan terdapat kewajiban yang harus dituntaskan,
diantaranya yaitu kewajiban belajar mengerjakan tugas-tugas akademik dan menyelesaikan studi yang
ditempuh dengan tepat waktu untuk memperoleh gelar sarjana, proses belajar di Perguruan Tinggi memiliki
karakteristik yang berbeda dengan proses belajar di sekolah menengah atau jenjang Pendidikan lain. Belajar
di Perguruan Tinggi membutuhkan adanya kemandirian yang membutuhkan adanya regulasi diri yang baik
sehingga individu dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Namun demikian, beberapa permasalahan
seringkali muncul pada individu yang belajar di Perguruan Tinggi yaitu sebagian besar individu jarang
mengulang pembelajaran dikelas, belajar hanya saat ada tugas dan mendekati waktu ujian, kekurangan
motivasi belajar, bahkan sebagian lagi menyatakan bahwa mereka sangat jarang belajar karena kesulitan
mengatur waktu belajar dan kondisi lingkungan juga sering menjadi penghambat dalam proses belajar
mereka. Salah satu yang berpengaruh terhadap kemandirian belajar peserta didik adalah regulasi belajar atau
self-regulated learning. Menurut Zimmerman (2008), bahwa regulasi diri dalam belajar adalah sebagai
sebuah proses proaktif yang mahasiswa lakukan untuk memperoleh kemampuan akademik, seperti
menetapkan tujuan, memilih dan membangun strategi dalam belajar, memantau keefektifan strategi dalam
belajar dan bukan merupakan proses reaktif.
Regulasi belajar adalah suatu bentuk pengaturan diri dalam proses belajar dengan cara memotivasi
diri dan membimbing tingkah laku sehingga individu mampu meningkatkan pencapaian hasil belajar yang
maksimal dengan menggunakan kemampuan metakognisi, pengaturan motivasi dan pengarahan perilaku
secara aktif. Karakteristik mahasiswa yang punya self-regulated learning rendah menurut Manuella &
Mangunsong, (2018) adalah tidak mandiri, mengalami kesulitan dalam beradaptasi, kurang mampu
bekerjasama dengan orang lain, kesulitan dalam berpikir kritis dalam memecahkan suatu masalah, tidak
memiliki motivasi untuk berprestasi, tidak yakin akan kemampuan yang dimiliki diri, Individu dengan
dukungan sosial yang tinggi akan mempunyai pikiran lebih positif terhadap situasi yang sulit dibandingkan
dengan individu yang memiliki tingkat dukungan sosial rendah (Oktariani, 2019). Adanya dukungan sosial
teman sebaya dapat membuat individu merasa lebih bertanggung jawab akan proses belajarnya sehingga
dapat mengontrol dengan baik (Dewi & Arjanggi, 2020). Dukungan sosial teman sebaya pada mahasiswa
berupa dukungan emosional yang tinggi akan meningkatkan regulasi diri dalam belajar mereka. Mahasiswa
dengan dukungan emosional yang tinggi akan percaya diri atas kemampuannya dalam menghadapi
pembelajaran, menganggap dirinya berharga, tidak merasa rendah diri. Dukungan penghargaan akan
membuat mereka merasa bahwa dirinya sangat berarti, yakin dan mampu mengikuti pembelajaran dan
mendapatkan prestasi akademik yang baik serta dapat menumbuhkan motivasi dalam diri mahasiswa untuk
dapat lebih berkembang. Dukungan informatif bermanfaat bagi pembelajaran mahasiswa dapat membantu
mahasiswa dalam regulasi belajar pada faktor perilaku pencarian bantuan. Selanjutnya yaitu dukungan
instrumental yaitu dapat mendukung mahasiswa dalam proses pembelajaran sehingga mendapatkan prestasi
akademik yang baik dan meningkatkan regulasi diri dalam belajar mereka melalui pemenuhan fasilitas
dengan bantuan teman-temannya misalnya buku, perangkat yang memadahi.
Pendapat diatas sesuai dengan penelitian oleh Dewi & Arjanggi (2019) bahwa dukungan sosial
teman sebaya yang mempengaruhi regulasi diri dalam belajar berupa dukungan penghargaan, dukungan
emosional, dukungan instrumental dan dukungan informatif. Apabila dukungan emosionalnya tinggi maka
individu akan merasa mendapatkan dorongan yang tinggi dari keluarga maupun temannya-temannya.
Apabila individu mendapatkan dukungan instrumental yang baik maka individu akan merasa dirinya
memperoleh fasilitas yang mewadahi dan apabila individu memperoleh dukungan informatif yang banyak,
maka individu akan merasa memperoleh perhatian dan pengetahuan.
Apabila individu mendapatkan dukungan penghargaan akan membuat individu merasa lebih percaya
diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan dengan korelasi sedang
antara dukungan sosial teman sebaya dengan regulasi belajar pada mahasiswa. Menerima berbagai jenis
dukungan sosial dapat membantu sesorang dalam mengatur dirinya sendiri, maknanya asumsi penelitian
bahwa semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya maka semakin tinggi regulasi belajar, begitu juga
sebaliknya semakin rendah dukungan sosial teman sebaya maka semakin rendah regulasi belajar pada
mahasiswa dapat diterima. Hipotesis awal dari penelitian ini yaitu memeliki hubungan positif antara regulasi
belajar dengan dukungan sosial teman sebaya. Hipotesis tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Oktariani (2019) bahwa dukungan sosial teman sebaya berhubungan langsung dengan regulasi belajar
pada mahasiswa, artinya semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya maka semakin tinggi juga regulasi
belajar pada mahasiswa Berdasarkan penelitian dan teori diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial
teman sebaya dapat mempengaruhi regulasi belajar dengan cara mendapat dukungan sosial teman sebaya
berupa dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan informatif. Ada beberapa penelitian yang
memberikan hasil bahwa terdapat faktor lain dari regulasi belajar.
Menurut Efendi, Dkk (2020) terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi regulasi belajar yaitu
efikasi diri yang dalam maknanya meliputi keyakinan, kemampuan, tujuan, menguasai situasi dan
mendapatkan hasil positif, serta keyakinan individu atas kemampuan diri untuk mengatur dan melaksanakan
serangkaian tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan suatu hal. Sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Zimmerman (1989) bahwa regulasi belajar dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu personal, perilaku, dan
lingkungan. Faktor personal meliputi pengetahuan individu, kemampuan metakognisi dan tujuan yang ingin
di raih, selanjutnya yaitu faktor perilaku meliputi observasi diri, penilaian diri dan reaksi, yang terakhir yaitu
faktor lingkungan meliputi mencari bantuan sosial dari orang lain, mengatur tempat belajar dan mencari ilmu
dari berbagai sumber. Lingkungan merupakan salah satu faktor terbentuk atau tidak terbentuknya suatu
perilaku termasuk regulasi diri dalam belajar. Dua jenis lingkungan yang mempengaruhi yaitu pengalaman
sosial dan struktur lingkungan. Berdasarkan penjelasan di atas, faktor yang terdapat dalam diri dan di luar
diri mahasiswa merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi regulasi diri dalam belajar siswa.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif yang
signifikan pada variabel dukungan sosial teman sebaya dengan regulasi belajar, yang ditunjukkan dengan
nilai koefisien 0,511 pada p = 0,000 (p<0,01), sehingga semakin tinggi dukungan sosialteman sebaya maka
semakin tinggi regulasi belajar pada mahasiswa. Sebaliknya semakin rendah dukungan sosial teman sebaya
maka semakin rendah regulasi belajar pada mahasiswa.
Referensi
Azwar, S. (2014). Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012. Reliabilitas dan Validitas Edisi, 4.
Barnard-Brak, L., Paton, V. O., & Lan, W. Y. (2010). Profiles in self-regulated learning in the online
learning environment. International Review of Research in Open and Distributed Learning, 11(1), 61-
80
Hadjar, I. (1996). Dasar-dasar metodologi penelitian kuantitatif dalam pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Hafzan, A., Nasirah, A. A., Norida, A., & Kalthom, H. (2015). The Role of Learning Approaches as
Mediator between Peer Social Support and Self-Regulated Learning among Engineering
Undergraduates. Asian Social Science, 11(17), 67.
Oktariani, O. (2019). Hubungan Self Efficacy Dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Self-Regulated
Learning Pada Mahasiswa Universitas Potensi Utama Medan. Jurnal Psikologi Kognisi, 2(2), 98-
112.
Ormrod, J. E. (2008). Psikologi pendidikan edisi keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human development: Perkembangan manusia. Jakarta:
Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai