Anda di halaman 1dari 75

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi khususnya media sosial saat ini sudah
sangat berkembang. Sudah banyak sekali situs yang telah diciptakan dengan tujuan
mempermudah pengguna untuk berkomunikasi dengan orang lain, dengan adanya
kepraktisan ini media sosial memberikan ruang dan waktu bagi pengguna tanpa ada
batasan. Pola kehidupan sehari-hari berubah sejak berkembangnya teknologi,
dengan adanya teknologi internet, bumi seakan menjadi sebuah desa yang kecil yang
tidak pernah tidur, semua jenis kegiatan dapat dilakukan melalui teknologi internet
(Siwi Dkk, 2018). Pengguna media sosial menurut pengamatan Direktorat jendral
aplikasi informatika (APTIKA) kementrian kominfo mengungkapkan pengguna
internet di indonesia saat ini mencapai 82 juta orang dan berada di peringkat ke-8 di
dunia. Dari angka tersebut 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses
media social (Hasbiya, 2019).

Penggunaan media sosial yang semakin luas membuat seseorang lebih


mudah dalam menyampaikan informasi yang mereka miliki, hanya dengan duduk
dan bersantai mereka dapat mengakses semua informasi yang akan mereka cari.
Tidak hanya itu saja tetapi semua bentuk keseharian mereka juga dapat dibagikan
dengan hanya membuat sebuah status dalam platform pada aplikasi dalam media
sosial. Banyak dari mereka pengguna media sosial adalah seorang remaja dan
dewasa muda, menurut pengamatan yang dilakukan oleh peneliti banyak sekali
remaja yang sudah memiliki hanphone karena saat ini pembelajaran mereka
dilakukan secara luring atau melalui media pembelajaran online dan juga offline.
Sehingga banyak dari mereka yang sudah lihai dalam memainkan gadget ataupun
menggunakan media sosial.

1
Dalam sebuah survey data statistic yang dilakukan oleh Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bahwa usia produktif pengguna
internet di Indonesia terbanyak dilakukan oleh remaja akhir dan dewasa muda,
mereka paling mendominasi penggunaan internet dengan media sosial. Menurut
Henri Kasyfu Sekjen APJJI pada wawancaranya di media online IDN Times pada
tahun 2018 mengungkapkan bahwa pengguna internet di Indonesia sebagian besar
hanya digunakan untuk mengakses layanan chatting pada media sosial seperti
whatsapp, line, telegram, dan masih banyak yang lainnya, sebesar 89,35 persen
aplikasi media chatting ini sangat mendominasi, sedangkan pengguna media sosial
yang lain sebesar 87,13 persen yaitu facebook, twitter, instagram, dan beberapa
media sosial yang lainnya, pernyataan ini dikutip dari jurnal (Riswanto & Marsinun,
2020).

Penggunaan media sosial yang semakin banyak dilakukan dengan beberapa


aplikasi di media sosial sering kali disalagunakan, salah satu fenomena yang terjadi
di media sosial yang menggunakan akses layanan chatting adalah perilaku sexting.
Istilah tersebut adalah sebuah gabungan antara kata ”Sex” dan ”Texting”, yang
merupakan aktivitas pengiriman gambar atau sebuah pesan yang berisikan konten-
konten yang berbau seksual yang dilakukan seseorang pada orang lain (Temple Dkk,
2014). Sexting merupakan aktivitas mengirim gambar diri yang berkonten
seksualitas (telanjang atau setengah telanjang) menggunakan media internet atau
media sosial pada ponsel (Van Ouytsel Dkk, 2019). Sexting juga didefinisikan
sebagai pengiriman, penerimaan, atau penerusan pesan, gambar, atau video seksual
secara eksplisit melalui sarana elektronik, telah menjadi perilaku yang semakin
umum di kalangan remaja (Lu & Baumler, 2021).

Sexting adalah sebuah fenomena yang saat ini ramai dikalangan remaja,
khususnya pada remaja akhir. Pada masa remaja akhir mereka mencoba segala hal
untuk memenuhi kebutuhannya, dengan rasa keingintahuannya yang tinggi mereka

2
merasa seperti seorang dewasa, yang menyebabkan remaja ingin mencoba segala hal
salah satunya yang berunsur seksualitas. Jika tidak ada pendampingan atau
pemberian informasi yang jelas tentang seksualitas remaja mencari sendiri dari
berbagai media internet yang dapat diakses dengan mudah. Hasilnya, mereka dapat
mendengar, membaca, dan melihat hal-hal yang yang berhubungan dengan seks
tanpa penjelasan yang benar (Kusmiran, 2011). Remaja menjadi jatuh dalam
perilaku seks yang tidak sehat. Rasa keingin tahuan yang tinggi membuat remaja
terjerumus dalam hal yang tidak patut dalam usianya. Sehingga melakukan sexting
kepada orang lain ataupun pasangan mereka (Jufri, 2019). Perilaku sexting di
kalangan anak muda telah menjadi topik penting yang menarik dalam penelitian
karena konsekuensi negatif yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan ini, terutama
ketika konten dibagikan kepada orang lain. Memang, hilangnya kendali ini dapat
menyebabkan penghinaan, penindasan (cyber), atau peleceha (Barrense-Dias Dkk,
2017).

Sebuah data yang ditulis oleh popbela.com mengutip dari sebuah catatan
yang diunggah oleh Cybersafewarwickshire.com bahwa pada tahun 2017 lalu,
sebanyak 400 anak yang usianya masih remaja berhadapan dengan polisi di inggris
pada 3 tahun terakhir karena kasus menyebarkan konten seksual milik seorang
teman perempuannya ke media sosial. Sebanyak 4 ribu kasus anak dibawah umur
membagikan foto yang berbau seksualitas kepada teman-temannya. Kasus ini juga
dikonfirmasi oleh Komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI) yang menyatakan
bahwa saat ini Indonesia dalam keadaan darurat kejahatan online dan pornografi
pada anak. Menurut KPAI, sejak tahun 2019-2020, jumlah anak korban pornografi
dan kejahatan online telah mencapai 364 anak.

Sekitar. 18.000 anak di Indonesia menjadi korban bisnis seks secara online.
Koordinator nasional ECPAT (End Child Prostitution, Child Pornography and
Traffiking of Children for Sexual Purposes) sebuah jaringan nasional yang konsern

3
pada penghapusan eksploitasi anak Indonesia menjelaskan bahwa, bisnis seks online
anak di Indonesia sudah cukup lama terjadi. Berdasarkan data yang diberikan oleh
NCMEC (National Center for Missing and Exploited Children), memperlihatkan
jumlah anak yang mengalami eksploitasi secara seksual online pada tahun 2012
mencapai 18,747 orang (Atem, 2016).

Perilaku sexting ini juga terjadi di Indonesia yang dilakukan oleh remaja
akhir, radarjoga.jawapos.com mengunggah sebuah berita yang baru-baru ini terjadi
di Sleman Yogyakarta. Pria berusia 21 tahun yang berinisial HNE nekat
menyebarkan foto setengah telanjang seorang anak berumur 13 tahun lantaran sakit
hati karena kiriman pesan whatsapp tak pernah direspon, setelah diselidiki ternyata
pelaku menaruh hati kepada sang korban. Kasatreskrim Polres Sleman AKP Ronny
Prasadana menuturkan detil kejadian. Tersangka mendapatkan foto korban saat
melakukan panggilan video. Pada saat perbincangan melalui panggilan video itulah
pelaku memaksa korban untuk membuka setengah pakaian yang dikenakan oleh
korban, dari situlah pelaku melakukan tangkapan layar. Pelaku yang tak terima
karena pesan serta panggilannya tidak pernah merespon akhirnya pelaku
mengunggah foto anak tersebut ke story whatsapp.

Sebanyak 39 penelitian yang melibatkan lebih dari 110.000 remaja


mengungkapkan bahwa 1 dari 4 remaja pernah menerima sexting dan 1 dari 7
pernah mengirim sexting. Prevalensi sexting remaja juga dilaporkan meningkat,
sebuah temuan yang sepadan dengan peningkatan pesat dalam tingkat kepemilikan
smartphone, dengan 95% remaja pada tahun 2018 memiliki ponsel dibandingkan
dengan 71% 10 tahun yang lalu. Meskipun prevalensi sexting remaja sekarang lebih
pasti, penelitian pada jenis ini memiliki risiko yang terkait dengan sexting, berbagai
penelitian telah menemukan hubungan antara sexting dan peningkatan aktivitas
seksual, penggunaan narkoba, kenakalan, dan masalah internalisasi seperti depresi

4
dan kecemasan. Namun, penelitian lain menunjukkan tidak ada hubungan antara
sexting dan perilaku ini (Mori Dkk, 2019).

Perilaku sexting yang terjadi di kalangan remaja menjadi salah satu momok
bagi masa depan seorang remaja, perilaku ini juga dapat dipicu oleh salah satu factor
yaitu pengaruh teman sebaya atau perilaku yang dirasa untuk mengikuti alur sebuah
kelompoknya agar mereka diakui dalam kelompok tersebut, faktor pengaruh teman
sebaya yang sangat beresiko mengakibatkan kecenderungan melakukan perilaku
sexting karena pada masa remaja mereka lebih sering menghabiskan waktunya
dilingkungan sosial. Remaja akan melepaskan diri dari keluarga dan melakukan
interaksi sosial serta berososialisasi bersama dengan kelompoknya. Hal ini serupa
dengan pendapat yang diberikan oleh (Papalia & Feldman, 2009) yaitu seorang
remaja memiliki lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan teman sebaya
daripada berinteraksi dengan keluarganya.

Peneliti melakukan survey awal untuk mengetahui fenomena sexting yang


terjadi dikalangan remaja di Kota Surabaya, sebanyak 7 dari 10 remaja mereka
pernah terlibat dengan sexting. Setelah mendapatkan survey tersebut peneliti
melakukan wawancara dengan 5 remaja tersebut:

Remaja A: menurut saya sexting adalah sebuah hal yang wajar dilakukan
oleh mereka yang memiliki pasangan, karena menurut saya sexting ini
dilakukan untuk menambah keharmonisan dalam sebuah hubungan. Sampai
saat ini hal ini masih sering saya lakukan dengan pacar saya jika kita sedang
tidak bertemu.

Remaja B : Saya pertama kali melakukan sexting pada awal kemunculan


BBM (blackberry messenger). Hal ini saya lakukan awalnya karena saya
disuruh oleh teman saya untuk mendapatkan sebuah foto telanjang milik
teman dekat saya. Waktu itu saya belum berpacaran sama dia tetapi saya

5
menyukai wanita tersebut. Setelah saya meminta foto tersebut awalnya saya
ditolak, akan tetapi setelah saya diberikan tips oleh teman saya akhirnya
wanita tersebut mau mengirimkan fotonya. Sampai saat ini saya juga masih
melakukan hal tersebut.

Remaja C : Saya tertarik melakukan sexting karena semua teman-teman saya


menunjukkan sebuah foto wanita tanpa busana yang mereka kenal melalui
media sosial, saya melakukan sexting ini untuk mendapatkan sebuah foto
dan video untuk memenuhi hasrat saya, setelah saya mendapatkan sebuah
foto dan video hasrat untuk melakukan hubungan seksual secara langsung
itu muncul.

Remaja D : Dulu saya pertama kali melakukan sexting pada saat SMP,
pertama kali kemunculan Line pada saat itu. Saya melakukannya dengan
merayu para wanita yang ada di kontak Line saya pada waktu itu, karena
saya dulu mendapatkan tantangan dari teman tongkrongan saya untuk
mendapatkan sebuah foto setengah telanjang milik seorang wanita. Tapi
sampai saat ini juga sering saya lakukan jika saya memiliki pasangan,
karena hal ini merupakan penambah keharmonisan dalam sebuah hubungan.

Remaja E: Sexting itu merupakan hal yang asyik menurut saya, karena
hanya dengan rebahan dikamar saya bisa melakukan VCS (Video Call Sex)
bersama orang yang saya dekati. Saya juga mengajak teman teman saya
untuk melakukan hal yang sama, mereka tertarik melakukan nya karena
melihat saya bisa mengajak wanita tersebut VCS. Akhirnya satu-persatu dari
mereka juga melakukan sexting dengan pasangan mereka masing-masing.

Dari hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa remaja yang


mendapatkan sebuah kelompok teman sebaya yang buruk dapat mengakibatkan
terjadinya perilaku sexting. Remaja yang diwawancarai oleh peneliti kebanyakan

6
dari mereka awalnya dipengaruhi oleh teman sebayanya. Seorang remaja memiliki
keinginan untuk selalu berada dalam sebuah kelompok tersebut, sehingga membuat
remaja tersebut menjadi konformitas terhadap kelompoknya. Bila remaja sudah
memiliki ikatan dengan kelompok pertemanan tersebut, biasanya mereka akan selalu
menuruti dan mengikuti apa yang diinginkan oleh kelompok tersebut (Santrock,
2007). Menurut Dacey & Keany (dalam Hotpascaman, 2009) mengungkapkan
bahwa konformitas dalam kelompok tidak selalu bersifat positif.

Konformitas teman sebaya memainkan peran penting dalam kehidupan


remaja hal ini dikatakan oleh Brown dan Diez (dalam Santrock, 2012). Remaja
menjadikan perilaku teman sebaya sebagai acuan tingkah lakunya sendiri, baik itu
dalam bersikap pada lingkungan disekitarnya (Santrock, 2003). Menurut Sarwono
(dalam Chyntia, 2007) karena kuatnya ikatan emosional dan konformitas teman
sebaya, dianggap sebagai faktor yang menyebabkan munculnya tingkah laku remaja
yang buruk. (Baron dan Byrne, 2005) menyatakan bahwa konformitas adalah salah
satu jenis pengaruh sosial yang dimana seorang remaja mengubah sikap dan tingkah
laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.

Menurut Hurlock (2004) mengatakan bahwa konformitas dapat terjadi


dikalangan remaja lebih banyak dilakukan diluar rumah bersama dengan teman-
teman sebaya, maka dapat diketahui bahwa pengaruh dari teman sebaya adalah dari
sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh
dari keluarga.

Pada masa remaja, mereka cenderung menyesuaikan dengan teman-teman


sebayanya, konformitas dapat terjadi apabila seorang remaja mengadopsi sikap atau
perilaku orang lain karena mengalami desakan dari orang lain. Desakan untuk
berperilaku sama dengan teman-teman sebayanya cenderung sangat kuat selama
masa remaja, hal tersebut dilakukan karena dorongan untuk dapat diterima dalam

7
kelompoknya (Santrock, 2007). Sikap konformitas remaja sangat tinggi, rasa
kebersamaan dan persaudaraan mereka dapat menjadikan mereka memiliki
kelekatan yang lebih dari keluarga, mereka juga bias keliru dalam menggunakan
perasaan tersebut kedalam hal-hal yang sifatnya negatif (Talenta, 1996).

David O’Sears (1985) menyebutkan bahwa konformitas  merupakan suatu


perilaku yang ditampilkan oleh seseorang karena  disebabkan orang lain juga
menampilkan perilaku tersebut. Jalaluddin  (2004) juga mengatakan konformitas,
bahwa bila sejumlah orang  dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu,
ada  kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal  yang sama. 

Konformitas (conformity) muncul ketika individu meniru sikap  atau tingkah


laku orang lain dikarenakan ada tekanan yang nyata  maupun yang dibayangkan oleh
mereka. Tekanan untuk mengikuti  teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa
remaja. Remaja terlibat  dengan tingkah laku sebagai akibat dari konformitas yang
negatif,  dengan menggunakan bahasa yang asal-asalan, mencuri, mencorat  coret
dan mempermainkan orang tua serta guru mereka. Berndt  menemukan konformitas
remaja terhadap perilaku antisosial yang  dimiliki oleh teman sebaya menurun pada
tingkat akhir masa sekolah  menengah dan kesesuaian antara orang tua dan teman
sebaya mulai meningkat dalam banyak hal.Hampir semua remaja mengikuti
tekanan  teman sebaya dan ukuran lingkungansocial (Santrock, 2003).

Menurut Hurlock (1999) karena remaja banyak berada di  luar rumah
bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok,  maka dapatlah dimengerti
bahwa pengaruh teman sebaya pada sikap,  pembicaraan, minat, penampilan dan
perilaku terkadang lebih besar  daripada pengaruh keluarga.Konformitas muncul
pada remaja awal,  yaitu anatara 13 tahun-16 atau 17 tahun, yaitu ditujukan dengan
cara  menyamakan diri dengan teman sebaya dalam hal berpakaian,  bergaya ,
berperilaku, berkegiatan dan sebagainya. Dengan meniru  kelompok atau teman

8
sebayanya maka timbul rasa percaya diri dan  kesempatan diterima kelompok yang
lebih besar.oleh karena itu  remaja cenderung menghindari penolakan dari teman
sebaya dengan  bersikap konfrom atau sama dengan teman sebaya

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang dijelaskan oleh peneliti


tentang perilaku sexting, peneliti mencari sebuah hubungan antara konformitas
teman sebaya dengan perilaku sexting. Hal ini juga diperkuat dengan beberapa
wawancara yang dilakukan oleh peneliti yang sudah dijelaskan diatas.

B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang sudah disampaikan oleh
peneliti maka rumusan permasalahan dalam penelitian tersebut adalah apakah ada
hubungan antara Konformutas teman sebaya dengan perilaku sexting pada remaja
akhir.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keterkatiatan antara dua
variabel X (Konformitas Teman Sebaya) dan variabel Y (Perilaku Sexting). Peneliti
menghubungkan kedua variabel tersebut bertujuan untuk mencari sebuah hubungan
antara Konformitas Teman Sebaya dengan Perilaku Sexting kepada remaja akhir.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat
memberikan manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.
a. Manfaat teoritis.
Bagi pengembangan ilmu psikologi, diharapkan penelitian ini
memberikan tambahan manfaat berupa hasil penelitian tentang hubungan
antara Konformitas teman sebaya dengan perilaku sexting pada remaja akhir.

9
b. Manfaat praktis.
Sebagai sarana informasi sekaligus pengetahuan bagi pembaca dan
juga bermanfaat bagi masyarakat, keluarga, dan remaja akhir untuk
mengetahui hubungan antara Konformitas teman sebaya dengan perilaku
sexting pada remaja akhir. Penelitian ini juga diharapkan menjadi acuan untuk
membuat kebijakan dan program pendidikan seksual pada remaja akhir untuk
mengurangi prevalensi sexting.

E. Keaslian Penelitian
Perilaku sexting merupakan fenomena yang saat ini banyak dilakukan oleh
remaja, sexting merupakan suatu aktivitas mengirim atau menerima suatu pesan teks
dan gambar yang secara eksplisit memperlihatkan bagian tubuh yang sensitive.
Penelitian yang dilakukan oleh Cristopher Dkk pada tahun 2013 yang berjudul
Sexting and Sexual Behavior in At-Risk Adolescents. Penelitian ini menggunakan
metode Komputer based survey yang dilakukan pada remaja awal. Sampel data 410
pemuda yang menyediakan data tentang perilaku seks mereka, dan penelitian ini
menemukan bahwa banyak dari perempuan yang mengirimkan gambar kepada
remaja laki-laki.

Penelitian yang serupa juga dilakukan Manuel Dkk pada tahun 2017 yang
berjudul Sex Pics? L Logitudinal Predictors of Sexting Among Adolescents.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik demografis yaitu, jenis
kelamin, usia, dan orientasi seksual. Cirri-ciri kepribadian menurut model lima besar
dan beberapa indikator penyesuaian psikologis yaitu gejala depresi, harga diri, dan
penggunaan internet yang bermasalah. Penelitian ini mengungkapkan fakta bahwa
sebanyak 638 remaja perempuanyang usianya rata-rata 13 tahun memproduksi
sebuah gambar dan mengirim konten seksual pada masing-masing waktu. Usia
waktu yang lebih tinggi lebih banyak melakukan sexting, sehingga kesimpulan
penelitian ini adalah sexting telah meningkat secara signifikan selama masa remaja.

10
Perilaku sexting juga pernah dilakukan di Indonesia yang dilakukan oleh
Munawarti Jufri pada tahun 2019 yang berjudul perilaku sexting di Kota Makassar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku sexting pada remaja di kota
Makassar, hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa remaja 90,1% remaja
sudah terpapar perilaku sexting. Hal ini menunjukkan bahwa sangat penting untuk
melakukan upaya pencegahan terhadap perilaku sexting dikalangan remaja seperti
pemberian edukasi sexting, pendidikan keagamaan, peningkatan pengawasan orang
tua, kampanye publik, dan pembuatan kebijakan sekolah. Penelitian yang sejenis
juga dilakukan oleh Camille Dkk (2019) yang berjudul Association of Sexting With
Sexual Behaviors and Mental Health Among Adolescents A Systematic Review and
Meta-analysis. Jenis penelitian ini menggunakan meta-analysis, hasil penelitian ini
dilakukan dengan jumlah 41.723 dari 23 studi yang disertakan. usia rata-rata adalah
14 tahun, dan 21 tahun adalah perempuan. Hubungan yang signifikan diamati antara
sexting dan aktivitas seksual, Meta-analysis juga mengungkapkan bahwa hubungan
antara sexting, perilaku seksual, dan faktor kesehatan mental lebih kuat pada remaja
yang lebih muda dibandingkan dengan remaja yang lebih tua.

Penelitian yang dilakukan oleh Fristmia Dkk pada tahun 2018 yang berjudul
Pengaruh Pencarian Sensasi dan Harga Diri Terhadap Sexting Behavior pada
Remaja Pelaku Sexting Di Jakarta”. Penelitian ini menggunakan teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda dan uji beda dengan
independent sample t-test maupun ANOVA. Penelitian ini menggunakan 370
responden laki-laki dan juga perempuan dengan latar belakang yang berbeda beda.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, diketahui
terdapat pengaruh yang signifikan antara pencarian sensasi dan harga diri terhadap
sexting behavior dengan nilai signifikan sebesar 0,000. Selain itu, proporsi varians
IV terhadap DV adalah sebesar 0,389 atau 38,9%, artinya pencarian sensasi dan
harga diri memiliki pengaruh terhadap sexting behavior sebesar 38,9% dan sisanya
61,1% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini. Secara terpisah, pencarian
sensasi diketahui memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sexting behavior

11
sebesar 66,3%, sedangkan tingkatan harga diri diketahui tidak memiliki pengaruh
terhadap sexting behavior. Semua penelitian yang diatas menunjukkan bahwa
perilaku sexting memang sangat sering dilakukan oleh remaja, sehingga peneliti
melakukan penelitian ini juga kepada remaja dan khususnya adalah laki-laki.

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Sexting
1. Pengertian Perilaku Sexting
Istilah "sexting" adalah kombinasi dari "seks" dan "texting". Sementara
etimologi ini menghubungkan sexting dengan mengirim pesan teks seksual secara
terus terang melalui pesan teks ponsel, definisi sexting diperluas untuk memasukkan
konten visual. Dalam arti luas, sexting dapat didefinisikan sebagai pengiriman pesan
teks, gambar, dan video seksual eksplisit yang dibuat sendiri melalui komputer atau
ponsel. Seringkali peneliti fokus secara eksklusif pada pengiriman foto seksual
terang-terangan buatan mereka sendiri, karena ini datang dengan risiko yang bisa
dibilang lebih tinggi untuk distribusi yang tidak sah dan kerusakan reputasi daripada
mengirim pesan dengan teks saja. Penekanan pada konten visual ini juga
mencerminkan kemajuan teknologi. Awalnya, fungsi pengiriman pesan dari ponsel
tradisional terbatas pada texting. Munculnya dan berkembangnya smartphone
dengan kamera dan aplikasi seluler yang lebih canggih (Snapchat, WhatsApp) telah
memungkinkan berbagi gambar dan video secara siap pakai (Ouytsel Dkk, 2018).

Sexting dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu aggravated dan


experimental. Aggravated merupakan perilaku sexting yang melibatkan sebuah
unsur kriminal atau kekerasan diluar penciptaan, pengiriman, atau kepemilikan
gambar yang berkonten seksualitas. Elemen ini menjadi tambahan termasuk juga
keterlibatan orang dewasa, atau perilaku kriminal dan kasar kepada anak di bawah
umur seperti melakukan pelecehan seksual, pemerasan, ancaman. Perilaku jahat
yang timbul akibat urusan personal, membuat serta mengirimkan gambar tanpa
sepengetahuan dan bertentangan dengan norma anak di bawah umur yang
digambarkan. Sedangkan dalam kategori experimental sebaliknya, remaja
mengambil sebuah foto dirinya sendiri lalu dikimkan ke lawan jenis untuk
menciptakan minat keromantisan terhadap remaja lain, atau dengan alasan mencari
perhatian terhadap remaja yang lain, akan tetapi tidak ada perilaku kriminal atau

13
kekerasan dalam pembuatan dan juga pengiriman gambar tersebut (Mitchell Dkk,
2012).

Sexting merupakan pengiriman dan penerimaan gambar sugestif dan


eksplisit. Dimana terjadi pertukaran dan penyebaran gambar seksual dari satu ponsel
ke ponsel lain. Baik melalui pesan teks, email atau pesan virtual ke internet maupun
media sosial lainnya.Termasuk memposting di internet gambar yang ditayangkan
secara seksual, seperti gambar telanjang atau gambar semi telanjang (Catherine,
2014. Melissa dkk. Rayeed, 2016. Anastassiou, 2017).

2. Aspek Perilaku Sexting

Dir Dkk, (2013) mengembangkan Sexting Behaviors Scale (SBS) untuk


menilai frekuensi dan prevalensi perilaku sexting. Terdapat dua dimensi dari sexting
yang dijelaskan oleh Dir Dkk, (2013), yaitu:

a. Mengirim Sext
Dimensi mengirim sext diartikan sebagai mengirim pesan elektronik dimana
pengirim berkomentar pada keseksian penerima atau mengekspresikan hasrat
seksual kepada penerima pesan dan mengirim foto dan / atau video diri sendiri
dimana semua atau sebagian besar alat kelamin atau bokong terbuka atau terlihat.
Contohnya adalah mengirim gambar payudara untuk wanita, mengirim gambar
pakaian dalam, dan mengirim gambar alat kelamin.

b. Menerima Sext
Dimensi menerima sext diartikan sebagai menerima pesan elektronik
dimana penerima berkomentar pada keseksian pengirim atau mengekspresikan
hasrat seksual kepada pengirim pesan dan menerima foto dan / atau video dimana
semua atau sebagian besar alat kelamin atau bokong terbuka atau terlihat.
(Contohnya adalah menerima gambar payudara untuk wanita, menerima gambar
pakaian dalam, dan menerima gambar alat kelamin).

14
Harris, Davidson, Letourneau, Paternite, & Miofsky (2013) mengemukakan
aspek dari perilaku sexting yang terdiri dari empat hal, yaitu:

1. Creating or producing and sending images of oneself


Creating or producing and sending images of oneself diartikan sebagai
mengirim gambar telanjang atau semi telanjang dari diri individu melalui internet
atau ponsel.
2. Receiving images
Receiving images diartikan sebagai menerima pesan berupa gambar seksual,
contohnya gambar telanjang.

3. Being asked to send images


Being asked to send images merupakan pengalaman individu yang diminta
untuk mengirim gambar diri berkonten seksual. Pengalaman ini tampaknya jauh
lebih umum di kalangan anak perempuan daripada anak laki-laki.

4. Forwarding and sharing images


Forwarding and sharing images diartikan sebagai meneruskan atau
membagikan gambar seseorang yang berkonten seksual selain pada orang-orang
yang dituju pengirim.
Berdasarkan aspek-aspek yang telah dituliskan, peneliti menggunakan aspek
perilaku sexting yang dikemukakan oleh Harris Dkk, (2013) yang terdiri dari empat
aspek yaitu Creating or producing and sending images of oneself, Receiving images,
Being asked to send images, Forwarding and sharing images.

3. Faktor Perilaku Sexting


Perilaku sexting dapat disebabkan karena berbagai faktor antara lain:
a. Perkembangan teknologi
Perkembangan jaman tentunya mempengaruhi perkembangan tekhnologi,
dan seiring bertambahnya perkembangan usia yang dulunya anak anak menjadi
remaja bila kita tidak bisa menjaga dan mengontrol hal tersebut maka akan menjadi
masalah besar bagi negara. Masalah digital yang dibarengi dengan perkembangan

15
hormon remaja yang bergejolak merupakan sesuatu yang negative bila tidak di
control dengan baik (Rayed, 2017). Perkembangan pada saat ini banyak merubah
lingkungan social pada remaja tentunya dalam hal komunikasi mobile elektronik
seperti, pesan singkat, mengirim gambar, video ataupun suara. (Hurlock 1980).
Sampai saat ini pernyataan Hurlock diatas sependapat dengan Prather dimana salah
satu akibat dari perkembangan tekhnologi bercampur perkembangan hormone yaitu
terjadinya sexting pada remaja (Prather & Vandiver, 2014). Penggunaan ponsel pada
remaja belakangan ini terus meningkat dimana remaja yang lebih sering
menggunakan ponsel lebih mudah terpapar informasi seksual melalui akses internet
(Melisa dkk, 2016).

b. Pengetahuan
Bertambahnya usia remaja tentunya bertambah juga rasa ingin tahu yang
tinggi dan hingga sampai saat ini masih banyak orang tua yang bingung bagaimana
menjelaskan perubahan perubahan yang terjadi pada masa peralihan anak anak
menuju remaja terkait dengan seksual sehingga banyak remaha yang sampai saat ini
mencari informasi mengenai seksual melalui internet dan menjadi salah pengertian
dalam mengambil prilaku maupun sikap. Kurangnya pengetahuan remaja tentang
seksual membuat remaja mencari informasi dengan sendirinya dan informasi yang
mereka dapat tidak secara akurat dan aktual (Kusmiran, 2011). Pada saat ini remaja
banyak yang mencari pengetahuan terkait seks melalui media seperti internet karena
memang akses internet adalah akses yang paling mudah untuk dilakukan
dibandingkan dengan membaca buku dan bertanya (Kusmiran, 2011).

c. Pola asuh yang tidak efektif


Pola asuh yang baik menentukan sikap prilaku dan pengetahuan remaja
dimana orangtua memiliki peran yang penting dalam pola asuh tersebut. Kurangnya
ikatan emosional antara anak dan orang tua tentunya sangat mempengaruhi
pengendalian dirinya dalam pengambilan keputusan yang hingga sampai saat ini
banyak remaja yang salah ambil keputusan karena ingin dilihat harga dirinya dan

16
banyak juga remaja yang lebih mudah terbuka dengan teman sebayanya
dibandingkan dengan orang tuanya sehingga menjadikan remaja kurang baik dalam
pengendalian dirinya seperti dalam melakukan Sexting (Marcum, dkk, 2014)
d. Teman sebaya
Remaja pada masa perkembangan teknologi banyak sekali yang
menyimpang prilakunya diantaranya prilaku seksual beresiko dengan sexting
(Marcum, Dkk, 2014). Hal ini dipengaruhi oleh teman sebaya yang dimana mereka
banyak menenui masalah dalam hidupnya namun teman sebaya memberikan saran
atau ajakan yang kurang baik sehingga remaja tanpa ragu melakukan sexting
(Prather & Vandiver, 2014).

Hudson & Marshall (2015) memaparkan bahwa terdapat beberapa faktor


yang mempengaruhi perilaku sexting. Selain itu, penelitian-penelitian terkait
perilaku sexting menunjukkan bahwa terdapat beberapa variabel yang dapat
mempengaruhinya. Faktor-faktor ini dapat dikelompokkan menjadi faktor internal
dan faktor eksternal. Adapun faktor internal sebagai berikut diantaranya:

1. Sikap terhadap sexting


Remaja dan dewasa muda yang memiliki sikap yang lebih positif terhadap
sexting cenderung terlibat dalam perilaku sexting. Sejalan dengan penelitian
Champion & Pedersen (2015), yang menyatakan bahwa sikap positif sexting
dikarenakan individu tidak mengalami konsekuensi negatif terkait dengan perilaku
sexting, seperti infeksi menular seksual, kehamilan yang tidak direncanakan, atau
tersebarnya gambar atau video seksual pengirim di media sosial.
2. Norma subjektif
Pengaruh sosial sangat penting dalam membentuk perilaku individu.
Individu yang meyakini bahwa sexting merupakan praktik umum diantara orang-
orang pada usia yang sama cenderung terlibat dalam perilaku sexting.

17
3. Intensi terhadap sexting
Intensi perilaku merupakan prediktor terkuat dari perilaku sexting karena
semakin banyak niat seseorang untuk melakukan sexting, semakin besar
kemungkinan orang tersebut untuk sexting dalam berbagai keadaan.

4. Impulsivitas
Penelitian Dir Dkk, (2013) menemukan bahwa frekuensi sexting yang lebih
tinggi berhubungan positif dengan perilaku impulsif, dalam hal pencarian sensasi
dan urgensi negatif. Sensation seeking cenderung membuat seseorang fokus pada
aspek seksual dan aspek menarik dari sexting, yang pada gilirannya mengarahkan
individu untuk berpotensi melakukan sexting.

5. Self-esteem
Self-esteem merupakan pelindung atau berpengaruh dalam mengurangi
peluang untuk mengirim foto dan video telanjang. Foto atau video tersebut mungkin
memiliki potensi terbesar untuk dieksploitasi oleh orang lain dan pengirim mungkin
merasakan kerentanan terbesar saat mengambil dan mengirim foto-foto tersebut.
Individu dengan self-esteem yang tinggi cenderung tidak mengirim gambar atau
video yang bersifat telanjang karena takut jika gambarnya akan dieksploitasi oleh
orang lain (Scholes-Balog Dkk., 2016).

6. Sensation seeking
Individu dengan skor tinggi pada aspek sensation seeking sering mengambil
risiko hanya untuk menikmati pengalaman. Individu yang mengungkapkan
kecenderungan untuk mencari sensasi berada pada peningkatan risiko terlibat dalam
perilaku sexting (Scholes-Balog Dkk., 2016).

7. Religiusitas
Baugh & Paradis (2016) mengungkapkan bahwa religiusitas menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi perilaku sexting. Terdapat beberapa perbedaan
diantara kelompok-kelompok keagamaan, frekuensi, dan sikap partisipan terhadap
sexting. Berkenaan dengan frekuensi perilaku sexting, kelompok yang sangat

18
religius lebih jarang melakukan sexting daripada kelompok kategori religius atau
non religius. Semakin banyak individu yang religius menunjukkan lebih sedikit
dukungan untuk mengirim dan menerima sexting. Individu yang
mengidentifikasikan dirinya dengan agama, lebih cenderung mendukung pandangan
agama dan mematuhi aturan-aturan untuk perilaku seksual. Dengan demikian,
agama memiliki peran penting dalam aspek kehidupan manusia termasuk dalam
mengatur perilaku seksual.

8. Kepribadian
Dalam hal faktor kepribadian, penelitian Delevi & Weisskirch (2013)
menemukan bahwa faktor kepribadian berhubungan dengan perilaku sexting. Pria
yang menjalin hubungan dan memiliki kepribadian extraverted dan neurotik
cenderung mengirim pesan teks seksual sugestif. Hubungan antara extraversion dan
sexting berbasis teks mungkin berhubungan dengan risiko yang lebih tinggi dan
merupakan bentuk-bentuk visual dari perilaku sexting. Untuk bentuk visual sexting
(mengirim pakaian dalam atau foto telanjang) juga merupakan kombinasi tingkat
neurotisisme yang tinggi dan tingkat agreeableness yang rendah.

Selain faktor internal, terdapat faktor eksternal yang dapat mempengaruhi


perilaku sexting. Adapun faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perilaku
sexting ditemukan dalam penelitian Crimmins & Seigfried-Spellar (2014), antara
lain:

1. Penggunaan internet
Perilaku sexting terkait dengan penggunaan Internet. Hal ini terkait dengan
mengakses pornografi dewasa, penggunaan akun Facebook, dan terlibat dalam
obrolan video berbasis web dengan orang asing, seperti Chatroulette.
2. Pengalaman seksual
Terdapat satu dari variabel pengalaman seksual yang secara signifikan
berkontribusi pada perilaku sexting, yaitu pengalaman melakukan hubungan seks
tanpa kondom (unprotected sex).

19
3. Peer attachment
Variabel ambivalensi pada peer attachment ditemukan terkait dengan
sexting. Ambivalensi merupakan ketakutan seseorang terhadap rasa kehilangan atau
pengabaian, dan posisi individu yang lebih tinggi terhadap evaluasi orang lain
dibandingkan dengan diri mereka sendiri. Orang yang memiliki skor tinggi pada
ambivalensi akan merasa aman dengan melakukan perilaku sexting dan tidak merasa
takut kehilangan atau diabaikan.

Faktor selanjutnya yang dapat mempengaruhi perilaku sexting yaitu faktor


demografi, diantaranya:

1. Status hubungan
Salah satu faktor demografi yang mempengaruhi perilaku sexting adalah
status hubungan. Alasan utama untuk sexting karena terlibat dalam hubungan
romantis atau memiliki minat romantis. Individu yang mengirim pesan berkonten
seksual akan mengirimnya pada orang lain yang signifikan, orang yang mereka
kencani, atau orang yang mereka ingin kencani (Dir, Coskunpinar, Steiner, &
Cyders, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Drouin, Coupe, & Temple (2017)
juga menemukan bahwa sebagian besar sampel (baik pria maupun wanita) telah
terlibat dalam gambar atau video sexting dengan pasangan romantis.

2. Usia
Diantara sampel dewasa muda, usia yang lebih tua dikaitkan dengan sexting.
Ada beberapa penjelasan yang mungkin untuk temuan ini, termasuk peserta berusia
pertengahan 20-an mungkin lebih nyaman mengeksplorasi seksualitas mereka dan
berbagi konten seksual daripada peserta di akhir masa remaja; dan / atau peserta
yang lebih tua mungkin merasa lebih sedikit risiko dari berbagi konten seksual
seperti sexts berbasis teks (Olatunde & Balogun, 2017).

3. Jenis kelamin
Delevi & Weisskirch (2013) menemukan bahwa laki-laki lebih cenderung
daripada perempuan untuk terlibat dalam sexting. Temuan ini bisa disebabkan oleh

20
penerimaan sosial yang relatif dari seksualitas laki-laki dan / atau peran gender laki-
laki sebagai inisiator seksual. Sebaliknya, perempuan mengindikasikan bahwa
mereka membutuhkan komitmen yang lebih tinggi dalam suatu hubungan untuk
terlibat dalam sexting dibandingkan laki-laki. Laki-laki dapat menggunakan sexting
untuk mencoba menarik atau memikat pasangan potensial sedangkan wanita dapat
menggunakan sexting sebagai cara menjaga pasangan saat ini agar tetap tertarik
padanya.

B. Konformitas Teman Sebaya


1. Pengertian Konformitas Teman Sebaya
Konformitas merupakan perubahan prilaku remaja sebagai usaha untuk
menyesuaikan diri dengan norma kelompok dengan acuan baik ada maupun tidak
ada tekanan secara langsung yang berupa suatu tuntutan tidak tertulis dari kelompok
sebaya terhadap anggotanya namun memiliki pengaruh yang kuat dan dapat
menyebabkan munculnya prilaku-prilaku tertentu pada remaja anggota pada
kelompok tersebut.

Hasil dari proses konformitas bisa positif bisa juga negatif. Dalam proses
perkembangannya remaja yang melakukan konformitas mempunyai masalah dalam
hal pergaulan dan penyesuain diri. Dengan adanya kegiatan bimbingan dan
konseling diharapkan bisa membantu pengembangan konformitas positif terutama
untuk layanan bimbingan dan konseling kelompok. Tekanan untuk melakukan
konformitas berakar dari kenyataan bahwa di berbagai konteks ada aturan-aturan
eksplisit ataupun tak terucap yang mengindikasikan bagaimana kita seharusnya atau
sebaiknya bertingkah laku. Aturan-aturan ini dikenal sebagai norma sosial (social
norms), dan aturanaturan ini sering kali menimbulkan efek yang kuat pada tingkah
laku kita.

21
Konformitas dapat terjadi karena remaja lebih banyak berada di luar rumah
bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti
bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan,
dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock, 2004). Konformitas
teman sebaya adalah perubahan perilaku atau kepercayaan seseorang sebagai akibat
dari tekanan kelompok (Myers, 2012). Tolley (2013) mengatakan konsep
konformitas teman sebaya menjadi suatu bagian terbesar dalam hidup remaja
dimana mereka akan mencoba mencari teman, dan akan terus berlanjut sampai
dewasa. Menurut studi yang dilakukan oleh Rahmayanthi (2017) salah satu unsur
yang dapat membawa remaja ke dalam situasi dengan pilihan dimana mereka
mungkin akan melakukan perilaku konformitas yang negatif adalah keingintahuan.
Besarnya pengaruh konformitas teman sebaya yang negatif dalam lingkungan
remaja dapat menimbulkan perilaku menyimpang, seperti seks bebas. Rasa ingin
tahu mendorong remaja untuk mencari informasi tentang seksualitas (Kusmiran,
2011).

David O’Sears (1985) menyebutkan bahwa konformitas  merupakan suatu


perilaku yang ditampilkan oleh seseorang karena  disebabkan orang lain juga
menampilkan perilaku tersebut. Jalaluddin  (2004) juga mengatakan konformitas,
bahwa bila sejumlah orang  dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu,
ada  kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal  yang sama. 

Konformitas (conformity) muncul ketika individu meniru sikap  atau tingkah


laku orang lain dikarenakan ada tekanan yang nyata  maupun yang dibayangkan oleh
mereka. Tekanan untuk mengikuti  teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa
remaja. Remaja terlibat  dengan tingkah laku sebagai akibat dari konformitas yang
negatif,  dengan menggunakan bahasa yang asal-asalan, mencuri, mencorat  coret
dan mempermainkan orang tua serta guru mereka. Hampir semua remaja mengikuti
tekanan  teman sebaya dan ukuran lingkungan sosial (Santrock, 2003). Menurut

22
Hurlock (1999) karena remaja banyak berada di  luar rumah bersama dengan teman-
teman sebaya sebagai kelompok,  maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman
sebaya pada sikap,  pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku terkadang lebih
besar  daripada pengaruh keluarga. Konformitas muncul pada remaja awal,  yaitu
anatara 13 tahun-16 atau 17 tahun, yaitu ditujukan dengan cara  menyamakan diri
dengan teman sebaya dalam hal berpakaian,  bergaya , berperilaku, berkegiatan dan
sebagainya. Dengan meniru  kelompok atau teman sebayanya maka timbul rasa
percaya diri dan  kesempatan diterima kelompok yang lebih besar.oleh karena itu 
remaja cenderung menghindari penolakan dari teman sebaya dengan  bersikap
konfrom atau sama dengan teman sebaya.  

Konformitas merupakan perubahan perilaku remaja sebagai  usaha untuk


menyesuaikan diri denga norma kelompok acuan baik ada  maupun tidak ada
tekanan secara langsung yang berupa suatu tuntutan  tidak tertulis dari kelompok
teman sebaya menyebabkan munculnya  perilaku-perilaku tertentu pada remaja
anggota kelompok  tersebut. Konsep konformitas di definisikan oleh Shepard
didefinisikan  sebagai bentuk interaksi yang didalamnya seseorang berprilaku 
terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompok. Pada umumnya kita
cenderung bersifat konformis. Berbagai studi memperlihatkan  bahwa manusia
mudah dipengaruhi orang lain. Salah satu diantaranya  ialah studi Muzafer Sherif,
yang membuktikan bahwa dalam situasi  kelompok orang cenderung membentuk
normasocial. 

David Sears (1985) menjelaskan bahwa seringkali individu atau  organisasi


berusaha agar pihak lain menampilkan tindakan tertentu  pada saat pihak tersebut
tidak ingin melakukannya.Salomon Asch  menjelaskan bahwa konformitas hanya
terjadi dalam situasi yang  ambigu, yaitu bila orang merasa amat tidak pasti
mengenai apa standar  perilaku yang benar. Konformitas merupakan penyesuaian
diri  terhadap kelompok yang bertentangan dengan persepsi yang ia  miliki.Tekanan

23
untuk melakukan konformitas berakar dari kenyataan  bahwa diberbagai konteks ada
aturan-aturan eksplisit ataupun tak  terucap yang mengindikasikan bagaimana kita
seharusnya atau  sebaiknya bertingkah laku. Aturan-aturan semacam ini disebut
dengan  norma sosial, dan aturan ini sering kali menimbulkan efek yang kuat  pada
tingkah laku kita.

Konformitas merupakan salah satu bentuk penyesuaian dengan  melakukan


perubahan-perubahan perilaku yang disesuaikan dengan  norma kelompok.
Konformitas terjadi pada remaja karena pada  perkembangan sosialnya, remaja
melakukan dua macam gerak yaitu  remaja mulai memisahkan diri dari orangtua dan
menuju ke arah teman-teman sebaya (Monks, 2004) Sarwono menjabarkan 
konformitas sebagai bentuk perilaku sama dengan orang lain yang  didorong oleh
keinginan sendiri. Adanya konformitas dapat dilihat  dari perubahan perilaku atau
keyakinan karena adanya tekanan dari  kelompok, baik yang sungguh-sungguh ada
maupun yang dibayangkan  saja.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa  konformitas teman


sebaya merupakan suatu perilaku atau sikap yang  diikuti oleh individu dikarenakan
individu tersebut berusaha untuk  menyesuaikan diri dengan teman sebaya dalam
kelompoknya, dengan  alasan karena individu tersebut ingin diterima dalam
kelompok  tersebut.

2. Aspek Konformitas Teman Sebaya


David O’ Sears dkk (1985) pada bukunya mengemukakan secara eksplisit
bahwa konformitas teman sebaya pada remaja ditandai dengan adanya 3 hal yaitu:
a. Kekompakan
Konformitas dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara remaja dengan
kelompoknya. Yang dimaksudkan kekompakan disini yaitu jumlah total kekuatan
yang menyebabkan orang tertarik pada suatu kelompok dan yang membuat mereka

24
ingin tetap menjadi anggotanya. Kekompakan yang tinggi menimbulkan
konformitas yang semakin tinggi, artinya kemungkinan untuk menyesuaikan diri
atau tidak menyesuaikan diri akan semakin besar bila kita mempunyai keinginan
yang kuat untuk menjadi anggota kelompok tersebut.
b. Kesepakatan
Kesepakatan dalam hal ini diharapkan individu-individu dalam kelompok
tersebut dapat menyesuaikan diri dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku dalam
kelompoknya. Kesepakatan dalam kelompok meliputi: kepercayaan antar anggota
kelompok yang satu dengan yang lainnya, mampu memberikan pendapat tentang
kelompoknya, menyamakan persepsi dalam kelompok, serta terdapat pula
kesesuaian aktivitas kelompok.
c. Ketaatan
Konformitas teman sebaya menuntut adanya tekanan dalam kelompok acuan
pada remaja yang membuatnya rela melakukan tindakan walaupun remaja tersebut
tidak menginginkannya. Salah satu untuk menimbulkan ketaatan adalah dengan
meningkatkan tekanan terhadap individu untuk menimbulkan perilaku yang
diinginkan melalui suatu hukuman ataupun ancaman. Walaupun remaja telah
mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan
tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak
dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya.

Teori lain juga dikembangkan oleh Taylor, dkk (2009) yang membagi aspek
konformitas menjadi lima, yaitu:
a. Peniruan
Individu yang ingin sama dengan orang lain baik secara terang-terangan
maupun karena adanya tuntutan, sehigga bisa menyebabkan konformitas. Misalnya
individu melihat gaya pakaian temannya yang menggunakan baju seragam penek
dan rok panjang besar, karena hal itu dianggap tren baru dan dianggap gaul maka
diikutinyalah gaya dari teman-temannya. Ternyata cara berpakaian seperti itu
melanggar aturan sekolah.

25
b. Penyesuaian
Individu yang ingin diterima dalam sebuh kelompok atau lingkungan yang
mengharuskan individu untuk bersikap konformitas terhadap kelompok atau
lingkungan, dengan cara menyesuaikan diri dengan aturan, nilai atau norma yang
sudah ditentukan kelompok sebelumnya. Misalnya individu dari kota besar yang
baru saja pindah ke desa dan hidup di lingkungan yang mengharuskan seorang
individu untuk melakukan sesuatu yang tidak biasa dilakukan, yaitu individu yang
bersekolah di desa tidak di ijinkan siswa-siswinya untuk menggunakan HP di
sekolah. Karena individu tinggal dan bersekolah di desa, mau tidak mau individu
harus menyesuaikan diri dengan aturan yang sudah ada sebelum dia pindah.

c. Kepercayaan
Individu yang meyakini informasi dari orang lain dan informasi itu benar
sehingga dapat meningkatkan kebenaran informasi yang memilih seseorang untuk
konformitas terhadap orang lain. Misalnya remeja yang mempercayai berita yang
tersebar di media sosial. Remaja yang memiliki idola di dunia maya, biasanya selalu
mengikuti berita tentang idola mereka melalui instagram. Ketika idola mereka
melakukan endorse sebuah tas maka sebagai bentuk kestiaan remaja kepeda artis
idolanya tersebut mereka mempercayai apa yang diiklankan oleh idola mereka dan
membeli barang di online shop yang sudah di promosikan oleh artis idola mereka.

d. Kesepakatan
Individu atau kelompok yang sudah memiliki aturan, norma atau nilai yang
sudah menjadi kekuatan sosial mereka sehingga dapat menimbulkan konformitas.
Misalnya dalam sebuah kelompok ingin kumpul dan jalan-jalan, lalu membuat
aturan berkaitan dengan rencana mereka yaitu ketika jalan-jalan tidak ada yang
boleh membawa pasangan (pacar) dan pada saat kumpul tidak boleh ada yang
menggunakan HP, kecuali benar-benar mendesak. Karena aturannya dibuat
bersama-sama, maka atas persetujuan anggota terjadilah dan adanya kesepakatan.

26
e. Ketaatan
Reaksi atau respon yang muncul akibat dari kekompakan atau ketertundukan
individu atas hak-hak tertentu sehingga menyebabkan individu untuk konformitas
terhadap hal-hal yang disampaikan. Kelompok sudah memiliki sebuah aturan dan
aturan dibuat untuk ditaati. Misalnya dalam kelompok ada aturan yang berbunyi
“setiap kali ingin beperian anggota kelompok harus menggunakan pakaian yang
kompak” karena aturan sudah dibuat bersama-sama, maka anggota kelompok harus
menaati dan mengikuti aturan yang sudah disepakati bersama.

Berdasarkan aspek-aspek yang dijelaskan diatas peneliti memilih teori yang


dikembangkan oleh Taylor Dkk yang membagi Konformitas teman sebaya menjadi
5 aspek yaitu peniruan, penyesuaian, kepercayaan, kesepakatan, ketaatan.

3. Faktor Konromitas Teman Sebaya


David O’sears (1985) menyebutkan ada empat  faktor yang mempengaruhi
konformitas antara lain: 
a. Kekompakan kelompok 
Kekompakan yang dimaksud dalam kelompok adalah jumlah total  kekuatan
yang menyebabkan orang tertarik pada suatu kelompok  dan yang membuat mereka
ingin tetap menjadi annggotanya.  Kekompakan yang tinggi menimbulkan
konformitas yang semakin  tinggi. Alasan utamanya adalah bahwa bila seseorang
merasa dekat dengan anggota kelompok lain akan semakin menyenangkan bagi 
mereka untuk mengakuai kita, dan semakin menyakitkan bila  mereka mencela kita. 

b. Kesepakatan kelompok 
Orang yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah  bulat akan
mendapatkan tekanan yang kuat untuk menyesuaikan  pendapatnya. Namun bila
kelompok tidak bersatu aka nada  penurunan tingkat konformitas.Penurunan
konformitas ini juga  terjadi dalam kondisi dimana orang yang berbeda pendapat 
memberikan jawaban yang salah. Bila orang menyatakan pendapat  yang berbada

27
setelah mayoritas mayoritas menyatakan  pendapatnya, maka konformitas akan
menurun.  

c. Ukuran kelompok 
Serangkaian eksperimen menunjukkan bahwa konfermitas akan  meningkat
bila ukuran meyoritas yang sependapat juga meningkat,  setidak-tidaknya sampai
tingkat tertentu. Asch dalam  eksperimennya menemukan bahwa dua orang
menghasilkan  tekanan yang lebih kuat daripada satu orang, tiga orang  memberikan
tekanan yang lebih besar daripada dua orang, dan  empat orang kurang lebih sama
dengan tiga orang. Dia  menyimpulkan bahwa untuk konformitas yang paling
tinggi,  ukuran kelompok yang optimal adalah tiga atau empat orang.

d. Keterikatan pada penilaian bebas


Keterikatan sebagai kekuatan total yang membuat seseorang  mengalami
kesulitan untuk melepaskan suatu pendapat. Orang  yang secara terbuka dan
sungguh-sungguh terikat suatu penilaian  bebas akan lebih enggan menyesuaikan
diri terhadap perilaku  kelompok yang berlawanan. Keterikatan merupakan kekuatan
total  yang membuat seseorang mengalami kesulitan untuk melepaskan  suatu
pendapat. Secara khusus keterikatan dapat dipandang sebagai  perasaan terikat pada
suatu pendapat. 

Dengan demikian faktor yang mempengaruhi konformitas  teman sebaya


bisa dijabarkan sebagai berikut: kekompakan  kelompok, kesepakatan kelompok,
ukuran kelompok, keterikatan  pada penilaian bebas

C. Kerangka Berpikir
Pada dasarnya setiap permasalahan yang terjadi pada masa remaja
merupakan suatu hal yang wajar. Namun, masa remaja merupakan masa peralihan
dari anak-anak menuju dewasa. Menurut Hurlock (2003) Remaja adalah usia
transisi, seorang individu telah meninggalkan usia kanak-kanak yang lemah dan
penuh ketergantungan, akan tetapi remaja masih belum dapat menemukan jati

28
dirinya serta belum dapat mengendalikan emosinalnya. Mereka bukanlah anak-anak
baik dalam bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula
orang dewasa yang telah matang.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang saat ini semakin maju, media
informasi ataupun pengiriman pesan melalui media sosial sudah dapat dilakukan
oleh siapapun, khususnya seorang remaja yang sudah diperbolehkan untuk memiliki
ponsel. Hal ini dikarenakan pada saat pandemic berlangsung semua pembelajaran
dilakukan secara online, sehingga tidak menutup kemungkinan setiap anak remaja
pasti memiliki ponsel pribadi. Perkambangan teknologi yang semakin maju ini juga
memiliki dampak negative dikalangan remaja, kurangnya pembatasan dari keluarga
mengakibatkan banyak terjadi kesenjangan dalam penggunaan media sosial. Salah
satunya adalah perilaku Sexting yang memang sampai saat ini masih banyak sekali
dilakukan dikalangan remaja. Khususnya perilaku ini banyak sekali dilakukan oleh
remaja laki-laki karena mereka lebih sering untuk meminta gambar atau video
telanjang dada milik remaja perempuan, karena tidak jarang mereka meminta
gambar atau video tersebut dengan menggunakan pemaksaan atau ancaman bagi
remaja perempuan. Setidaknya dari banyaknya kasus Cybersex dilakukan oleh
remaja laki-laki untuk mendapatkan sebuah gambar tersebut hanya untuk
memuaskan hasrat seksual mereka.

Pada masa remaja mereka lebih sering melakukan aktivitas mereka


dilingkuan sosial, yang artinya mereka lebih sering menghabiskan waktu mereka
bersama dengan teman-teman sebaya nya. Tidak sedikit dari mereka yang
mendapatakan pengaruh negative dari kelompok tersebut yang membuatnya
melakukan beberapa kenakalan remaja khususnya perilaku sexting. Konformitas
teman sebaya merupakan suatu hal yang kebanyakan negatif dan cenderung
menyimpang, dalam konformitas teman sebaya juga terdapat beberapa aspek yang
sangat berkaitan dengan perilaku sexting, yang terjadi adalah sikap meniru sesame
kelompoknya dan juga menyesuaikan diri dengan lingkungannya itu yang

29
menjadikan mereka lebih cenderung melakukannya. Setiap mereka yang sudah
tergabung dalam sebuah kelompok tersebut para remaja itupun mulai memiliki
kepercayaan diri untuk tetap berada dalam kelompok tersebut dan tidak sedikit dari
mereka yang membuat kesepakatan satu sama lain untuk melakukan hal yang sama,
hal ini membuat mereka menjadi taat dan melakukan segala perilaku yang muncul
dalam kelompok tersebut sehingga membuat mereka tidak mementingkan norma
ataupun nasehat dari orang tua.

Daftar Gambar 2.1

Konformitas teman sebaya menurut Taylor (2009)


membaginya menjadi 5 aspek, yaitu peniruan,
penyesuaian, kepercayaan, kesepakatan, ketaatan.
Menurut David O Sears (1985) menyebutkan bahwa
konformitas  merupakan suatu perilaku yang
ditampilkan oleh seseorang karena  disebabkan orang
lain juga menampilkan perilaku tersebut.

Perilaku sexting adalah suatu aktifitas mengirimkan,


menerima, meminta, membagikan pesan teks atau
gambar dan video yang secara eksplisit mengandung
unsur seksualitas.

30
D. Hipotestis
Peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: adanya hubungan yang
positif antara konformitas teman sebaya dengan perilaku sexting. Artinya, semakin
tinggi remaja melakukan konformitas teman sebaya maka semakin tinggi juga
remaja melakukan perilaku sexting. Sebaliknya, jika remaja semakin rendah
melakukan konformitas teman sebaya maka semakin rendah perilaku sexting terjadi.

31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja akhir laki-laki
yang berusia 18 sampai 22 tahun. Pemilihan populasi ini dikhususkan kepada
kriteria tertentu sesuai dengan ketentuan yang sudah dipikirkan oleh peneliti, sesuai
dengan pemilihan populasi ini didukung dari banyaknya remaja akhir yang saat ini
sudah banyak memiliki telepon genggam untuk menggunakan internet atau media
sosial, karena pengguna media sosial tertinggi di Indonesia adalah remaja akhir, dan
juga perilaku sexting dilakukan melalui media sosial. Jumlah populasi tidak
diketahui sehingga peneliti memfokuskan penelitian langsung mencari sampel yang
sesuai dengan kritera yang diajukan oleh peneliti.

B. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non
probability sampling dimana tidak semua individu dalam populasi memiliki
kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel karena peneliti tidak mengetahui
secara pasti jumlah remaja akhir laki-laki yang berusia 18 sampai 22 tahun di
Indonesia yang melakukan perilaku sexting.
Dengan demikian, peneliti mendapatkan partisipan yang sesuai karakteristik
penelitian dan partisipan bisa mengisi kuesioner secara nyaman karena tidak
mengenal peneliti. Adapun karakteristik responden pada penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1. Remaja laki-laki usia 18 sampai 22 tahun.


2. Memiliki smartphone.
3. memiliki dan aktif dimedia sosial.
3. Pernah mengirim, menerima, meminta, membagikan pesan teks atau
gambar yang mengandung unsure seksual.

32
C. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode-metode untuk menguji teori
teori tertentu dengan cara meneliti hubungan antar variabel. Variabel-variabel ini
diukur sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis berdasarkan
prosedur-prosedur statistik (Creswell, 2012). Menurut Azwar (2011) Pada dasarnya,
pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka
pengujian hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas
kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metode kuantitatif akan diperoleh
signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang
diteliti. Pada umumnya, penelitian kuantitatif merupakan penelitian sampel besar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan
tujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan
dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien
korelasi.
Dari jenis masalah yang ingin dikaji, penelitian ini merupakan penelitian
korelasi. Dimana penelitian korelasi, menurut Arikunto, adalah penelitian yang
dimaksud untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan atau pengaruh antara dua
variabel atau lebih (Arikunto, 2006).
2. Variabel Penelitian
Silaen (2018) mengemukakan bahwa variabel merupakan suatu konsep yang
memiliki berbagai macam nilai meliputi sifat, karakteristik atau fenomesa yang
dapat menunjukkan sesuatu yang dapat diamati yang nilainya bervariasi. Pendapat
serupa juga dikemukakan oleh Sugiyono (2014) variabel adalah suatu atribut
individu atau objek yang memiliki variasi antara individu dengan individu lain.
Variabel terikat atau variabel dependent adalah suatu variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat (Sugiyono, 2016). Variabel bebas atau variabel independent adalah
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab atau timbulnya variabel

33
dependent (Sugiyono, 2016). Terdapat dua variabel dari penelitian ini yaitu:
a. Konformitas teman sebaya sebagai independent variable (X).
b. Perilaku sexting sebagai dependent variable (Y).

D. Definisi Operasional
1. Perilaku Sexting
Perilaku Sexting adalah suatu aktivitas mengirimkan, menerima, meminta,
atau membagikan pesan teks, gambar, atau video yang secara eksplisit mengandung
unsur seksualitas. Terdapat beberapa aspek perilaku sexting yang akan dijadikan
sebuah indikator dalam penelitian ini yaitu, receiving images (menerima gambar),
Requesting an image (meminta gambar), Creating or production and sending
images (membuat dan mengirimkan gambar), forwading and sharing images
(membagikan gambar).
2. Konformitas Teman Sebaya
Suatu bentuk usaha remaja untuk cenderung menyesuaikan diri dengan
mengikuti teman sebaya dalam ikatan kelompoknya. Usaha yang dilakukan tersebut,
seperti keinginan yang kuat untuk menjadi anggota kelompok, menyesuaikan diri
yang berlaku dalam aturan kelompok yang dibuat, serta rela melakukan tindakan
yang diinginkan kelompoknya. Indikator penelitian ini diambil dari aspek
konformitas teman sebaya yaitu, Kekompakan, Kesepakatan, Ketaatan.

E. Teknik Pengumpulan Data


Instrumen penelitian merupakan sebuah alat untuk mengukur suatu
fonomena alam atau fenomena sosial yang diamati oleh peneliti (Sugiono, 2014).
Instrument yang digunakan oleh peniliti dalam penelitian ini adalah kuisioner.
Kuisioner merupakan alat ukur yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah
disusun oleh peneliti, yang mengacu pada variabel penelitian untuk dijawab oleh
responden. Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan variabel X dan Y.
1. Perilaku Sexting

34
Instrumen penelitian ini menggunakan Sexting Behaviors Scale yang
digunakan untuk menilai frekuensi dan prevalensi perilaku sexting berikut :
Creating or production and sending images of oneself, receiving images, being
asked to send images, forwading and sharing images. Skala yang digunakan dalam
perilaku sexting menggunakan model skala likert dengan pilihan jawaban yang
disediakan terhadap setiap pernyataan (aitem) adalah sangat sesuai (SS), sesuai (S),
tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS) dengan menghilangkan jawaban
netral untuk menghindari jawaban subjek yang mengelompok sehingga
dikhawatirkan akan kehilangan banyak data. Berikut instrument penelitian yang
akan diberikan kepada responden yang telah memenuhi kriteria yang sudah
ditentukan oleh peneliti, diantaranya: alat ukur perilaku Sexting merupakan adaptasi
dan modifikasi alat ukur yang dikembangkan oleh (Harris Dkk., 2013). Skala ini
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia untuk mengukur empat aspek perilaku
sexting, yaitu Creating or production and sending images of oneself, receiving
images, being asked to send images, forwading and sharing images. Peneliti
mengadaptasi dan memodifikasi materi yang digunakan dalam sexting dengan
menambahkan konten video yang memiliki unsur seksual sebagai bagian dari materi
sexting, selain pesan teks atau gambar yang memiliki unsure seksualitas.

Tabel 3.1 Skoring Skala Perilaku Sexting


Item Skor item
SS S TS STS
Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4

35
Tabel 3.2 Blue Print Skala Perilaku Sexting
Aspek No item No item Ju
Favorable Unfavorable
Ite

Creating or 1,5,20,28 9, 13,21,32 8

sending images of

Receiving images 2,8,19,27 10, 14,22,31 8


Being asked to send 3,7,18,26 11,15,23,30 8

Forwarding and 4,6,17,25 12,16,24,29 8

images
Jumlah item 16 16 32

2. Konformitas Teman Sebaya

Instrumen yang digunakan untuk mengukur konformitas teman sebaya


adalah skala konformitas dari teori Taylor Dkk (2009) yang terdiri dari lima dimensi
yaitu peniruan, penyesuaian, kepercayaan, kesepakatan, dan ketaatan. Peneliti
mengadaptasi dari instrumen yang disusun oleh Teofila Hitgari Ali Rabintang
(2018) dengan 60 item dan reliabilitas sebesar 0,950.

Dalam penelitian ini, teknik skoring yang digunakan pada instrumen


konformitas teman sebaya menggunakan rating dari likert. Skala konformitas teman
sebaya ini memiliki dua bentuk item, yaitu favorable dan unfavorable. Kedua bentuk
item tersebut memiliki 5 (lima) alternatif pilihan jawaban yang disediakan terhadap
setiap pernyataan (aitem) adalah sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS),

36
dan sangat kurang sesuai (SKS). Pada instrumen konformitas teman sebaya,
responden diminta untuk memberikan jawaban atas pernyataan-pernyataan dengan
cara memberi tanda checklist (√) pada salah satu alternatif jawaban yang dianggap
sesuai dengan gambaran diri responden.

Tabel 3.3 Skoring Skala Konformitas teman sebaya

Item Skor item


SS S KS SKS
Favorable 4 3 2 1
Unfavorble 1 2 3 4

Tabel 3.4 Blueprint skala Konformitas

Item Indikator Nomor Item Nomor item Jumlah


Favorable Unfavorable
Peniruan Keinginan 1, 13, 22, 34 10, 19, 26, 38 8
individu
untuk sama
dengan orang
lain secara
terbuka
Penyesuaian Keinginan 2, 14, 21, 35 9, 18, 27, 40 8
individu untuk
dapat diterima
orang lain
Kepercayaan Semakin 3, 15, 24, 31 8, 20, 29, 37 8
besar keyakinan
individu pada
informasi
yang benar dari
orang lain
Kesepakatan Sesuatu yang 4, 12, 25, 33 7, 16, 30, 36 8
sudah menjadi
keputusan
besama,
menjadikan

37
kekuatan
sosial/kelompok
Ketaatan Respon yang 5, 11, 23, 32 6, 17, 28, 39 8
timbul dari
suatu kesetiaan
Jumlah 20 20 40

F.Validitas dan Reabilitas Alat Ukur


1. Uji Validitas
Validitas menurut Arikunto (2009) merupakan sebuah pengukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen dapat dikatakan
valid apabila memiliki validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang
valid memiliki validitas yang rendah. Azwar (2003), mendefinisikan validitas
sebagai ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam menjalankan fungsinya.
Alat ukur dapat dikatakan valid apabila alat tersebut menggambarkan hasil
pengukuran yang sesuai dengan tujuan dari pengukuran tersebut. Peneliti dalam
menguji validitas skala Konformitas dengan Perilaku Sexting dilakukan dengan uji
diskriminasi melalui program Statistic Package for Social Science for Windows
(SPSS 26). Kriteria uji validitas pada instrumen penelitian ini adalah 0,30. Artinya
apabila koefisien korelasinya lebih besar atau sama dengan 0,30 (≥ 0,30), maka item
yang bersangkutan dapat dikatakan valid. Sebaliknya apabila koefisien korelasinya
lebih kecil dari 0,30 (>0,30), maka item yang bersangkutan dapat dikatakan tidak
valid. Peneliti melakukan uji validitas terhadap kedua skala tersebut, skala yang
pertama yaitu aitem dari perilaku sexting terdiri dari 32 butir pertanyaan yang
dilakukan pengujian 2 kali putaran dan menghasilkan 30 aitem sahih dan 2 aitem
gugur. Selanjutnya aitem konformitas teman sebaya terdiri dari 40 aitem dan diuji 2
kali putaran dan menghasilkan 21 aitem sahih dan 19 aitem gugur.

38
Tabel 3.5 Uji Validitas Perilaku Sexting
N Aspek Item Jumla
o Sahih Gugu h
r
1. Creating or producing and 1,5,13,20, 9 7
sending images of oneself 21,28,32
2. Receiving images 8,10,14,1 2 7
9,
22,27,31
3. Being asked to send images 3,7,11,15, - 8
18,2326,3
0
4. Forwarding and sharing 4,6,12,16, - 8
images 17,24,25,
29
total 30 2 32

Tabel 3.6 Uji Validitas Konformitas Teman Sebaya


No Aspek Item Jumlah
Sahih Gugur
1. Peniruan 1,10,13,19,34 22,26,38 8
2. Penyesuaian 2,9,14,18,27,40 21,35 8
3. Kepercayaan 15,29,31 3,8,20,24,37 8
4. Kesepakatan 4,12,16,30 7,25,33,36 8

39
5 Ketaatan 5,11,23 6,17,28,32,39 8
total 21 19 40

2. Uji Reliabilitas
Menurut Azwar (2015), suatu pengukuran yang dapat menghasilkan data
yang mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi disebut pengukuran yang reliabel.
Reliabilitas bisa juga disebut dengan keajegan, keterandalan dan kepercayaan. Hal
tersebut berarti reliabilitas menunjukkan sejauh mana alat ukur dikatakan konsisten
bila dilakukan beberapa kali terhadap kesempatan yang berbeda dan gejala yang
sama (Hadi, 2000). Peneliti melakukan uji reliabilitas skala Konformitas teman
sebaya dengan Perilaku Sexting dengan menggunakan perhitungan Cronbach’s
Alpha melalui program Statistic Package for Sosial Science for Window (SPSS 26).

Tabel 3.7 Uji Reliabilitas Perilaku Sexting


Skala Reliabilitas
Perilaku Sexting 0,925

Tabel 3.8 Uji Reliabilitas Konformitas Teman Sebaya


Skala Reliabilitas
Konformitas Teman Sebaya 0,863

Koefisien reliabilitas berada dalam rentang angka 0 sampai dengan angka


1,00. Jika koefisien reliabilitasnya semakin mendekati 1,00, maka semakin reliabel
pula instrumen yang digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan
dengan menggunakan bantuan program komputer Statistic Package for Sosial
Science for Window (SPSS 26) menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 1,00.

40
Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa pada variabel pertama
perilaku sexting memiliki 30 butir aitem yang valid sebesar 0,925 (sangat tinggi) dan
variabel yang kedua konformitas teman sebaya memiliki 21 aitem valid sebesar
0,863 (tinggi).

G. Teknik Analisis Data


Pengolahan data dilakukan secara manual yaitu dengan mengisi lembar
observasi yang disediakan. Pengolahan data tersebut kemudian diolah menggunakan
program SPSS dengan tahap tahap sebagai berikut :
1. Editing
Setelah data terkumpul maka akan dilakukan editing atau penyuntingan
untuk memeriksa setiap lembar kuesioner dan lembar observasi yang telah diisi, lalu
data dikelompokkan sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
2. Koding
Dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data yaitu dengan
melakukan pengkodean pada daftar pertanyaan yang telah diisi yaitu setiap jawaban
dari siswa.
3. Tabulasi
Data Setelah selesai pembuatan kode, selanjutnya dilakukan
pengelompokkan data sesuai dengan variabel-variabel yang akan diteliti.
4. Analisa data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu penelitian.
Karena dengan adanya analisis data, maka dapat diambil suatu kesimpulan dalam
penelitian yang dilakukan (Arikunto, 2010). Data yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah data kuantitatif yang didukung dengan beberapa data kualitatif.

41
H. Uji Prasyarat dan Analisa Data
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2016) uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah
pada suatu model regresi, suatu variabel independen dan variabel dependen ataupun
keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak normal. Apabila suatu variabel
tidak berdistribusi secara normal, maka hasil uji statistik akan mengalami
penurunan. Pada uji normalitas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji One
Sample Kolmogorov Smirnov yaitu dengan ketentuan apabila nilai signifikansi diatas
5% atau 0,05 maka data memiliki distribusi normal. Sedangkan jika hasil uji One
Sample Kolmogorov Smirnov menghasilkan nilai signifikan dibawah 5% atau 0,05
maka data tidak memiliki distribusi normal.

Normalitas sebaran data merupakan syarat untuk menentukan jenis statistik


yang digunakan dalam analisa selanjutnya. Jika data berdistribusi normal maka uji
statistik parametrik dapat dilakukan, sehingga harus menggunakan statistik non
parametrik (Sugiyono, 2010). Uji normalitas menggunakan teknik One Simple
Kolmogrov Smirnov dengan SPSS versi 26.0 for windows. Hasil uji normalitas data
Perilaku Sexting diperoleh nilai Kolmogrov Smirnov p = 0,000 (p< 0,05). Hasil ini
menunjukkan bahwa sebaran data skala Perilaku Sexting berditribusi tidak normal.
Sedangkan hasil uji normalitas data Konformitas Teman Sebaya diperoleh nilai
Kolmogrov Smirnov p = 0,200 (p< 0,05) sehingga hasil ini menunjukkan bahwa
sebaran data skala Konformitas Teman Sebaya berdistribusi normal.

Tabel 3.9 Hasil uji normalitas


Kolmogrov
Variabel Sig. Ket.
Smirnov
Perilaku sexting 0,129 0,000 Tidak Normal
Konformitas 0,057 0,200 Normal

42
Teman Sebaya

b. Uji Linieritas
Uji linearitas adalah pengujian garis regresi antara variabel bebas dan
variabel tergantung dengan tujuan untuk mengetahui apakah garis regresi kedua
variabel berbentuk linear atau tidak. Hasil uji linearitas hubungan antara variable
Konformitas Teman Sebaya (X) dengan Perilaku Sexting (Y) diperoleh nilai p =
0,283 (p > 0,05). Oleh karena p > 0,05 maka hubungan antara Konformitas Teman
Sebaya dengan Perilaku Sexting adalah linear.

Tabel 3.10 Hasil uji Linieritas


Variabel F Sig. Keterangan
Konformitas
Linier
Teman Sebaya – 1,178 0.283
(p>0,05)
Perilaku Sexting

2. Analisis Data
Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap analisa data. Pada tahap persiapan penelitian akan
dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu membuat alat ukur skala penerimaan diri
dan skala kecemasan. Pelaksanaan penelitian Prosedur dalam penelitian ini terdiri
dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisa data. Pada tahap
persiapan penelitian akan dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu membuat alat
ukur skala Konformitas Teman Sebaya dan Perilaku Sexting. Pelaksanaan
penelitian dilakukan dengan membagikan skala pada 100 individu remaja di
Surabaya berusia 18-22 tahun. Pada tahap analisa peneliti menggunakan SPSS 26.0

43
for windows. Kaidah signifikansi untuk menguji taraf signifikansi hasil uji korelasi
Product moment. Teknik korelasi product moment dipilih karena sebaran data
dalam penelitian ini berdistribusi normal dan hasil uji linieritas menyatakan bahwa
data linier. Korelasi product moment bertujuan untuk mengetahui kekuatan
hubungan antara korelasi dua variabel dimana variabel lainnya dianggap
berpengaruh dikendalikan atau dibuat tetap sebagai variabel kontrol (Sugiyono,
2013).

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Teknik korelasi yang digunakan untuk mengetahui hubungan variabel
penerimaan diri dengan kecemasan adalah teknik korelasi Spearman’s rho, karena
saat melakukan uji prasyarat untuk skala Konformitas Teman Sebaya dan Perilaku
Sexting salah satunya berdistribusi tidak normal. Linear didapatkan hasil uji korelasi
antara variabel Konformitas Teman Sebaya (variabel X) dengan variabel Perilaku
Sexting (variabel Y) diperoleh skor korelasi = 0,306 dengan signifikansi p=0,002 (p
< 0,05). Oleh karena p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi
positif yang signifikan antara variabel Konformitas Teman Sebaya dengan Perilaku
Sexting pada remaja akhir usia 18-22 tahun di Surabaya, hal ini menunjukan adanya
hubungan yang positif dan sangat signifikan antara Konformitas Teman Sebaya
dengan Perilaku Sexting. Hasil uji korelasi penelitian ini menggunakan program
SPSS 26 dapat dilihat melalui tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 Hasil Uji Korelasi
Spearman’s rho 0,306
Sig. (2-tailed) 0,002

Berdasarkan table 4.1 tersebut menunjukan bahwa tinggi Konformitas


Teman Sebaya maka semakin tinggi Perilaku Sexting pada remaja akhir usia 18-22

44
tahun di Surabaya. Sebaliknya, jika semakin rendah Konformitas Teman Sebaya
maka semakin rendah Perilaku Sexting. Hal ini Hipotesis yang diajukan oleh peneliti
diterima.

B. Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara konfomitas
teman sebaya dengan perilaku sexting pada remaja akhir laki-laki yang berusia 18-
22 tahun di kota Surabaya. Penelitian ini dilakukan pada 100 individu remaja akhir
di Surabaya menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara
konformitas teman sebaya dengan perilaku sexting pada remaja akhir dikota
Surabaya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konformitas
teman sebaya maka semakin tinggi juga munculnya perilaku sexting pada remaja
akhir di kota Surabaya. Sebaliknya, jika semakin rendah konformitas teman sebaya
maka semakin rendah juga munculnya perilaku sexting pada remaja akhir di kota
Surabaya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Hipotesis yang diajukan oleh peneliti
yaitu “terdapat hubungan yang positif antara konformitas teman sebaya dengan
perilaku Sexting di kota Surabaya”. Sehingga sesuai dengan dugaan awal yang
dilakukan oleh peneliti, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
konformitas teman sebaya dengan perilaku sexting.

Perilaku sexting sampai saat ini masih berlangsung dan masih banyak yang
melakukan hal tersebut, kasus demi kasus disiarkan ditelevisi ataupun platform yang
ada di media sosial. Perilaku sexting ini tidak hanya terjadi di Negara Indonesia akan
tetapai juga terjadi di seluruh dunia, karena kecanggihan teknologi yang semakin
berkembang pesat tidak menutup kemungkinan hampir seluruh orang didunia ini
memiliki ponsel. Salah satunya kelompok usia yang sangat beresiko melakukan
perilaku sexting ini adalah seorang remaja. Remaja menjadi jatuh dalam perilaku
seks yang tidak sehat. Rasa keingin tahuan yang tinggi membuat remaja terjerumus

45
dalam hal yang tidak patut dalam usianya. Sehingga melakukan sexting kepada
orang lain ataupun pasangan mereka (Jufri, 2019).

Remaja yang sangat rentan terhadap perilaku tersebut menjadikan mereka


tidak dapat mengendalikan hawa nafsu mereka sehingga kerap kali meminta atupun
mengirimkan sebuah pesan kepada pasangan mereka, hal ini banyak dilakukan oleh
remaja laki-laki. Mereka cenderung lebih sering untuk meminta dan juga
mengirimkan sebuah pesan teks atau pesan bergambar yang memiliki unsur
seksualitas, hal ini di jelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh (Walker Dkk,
2013) yang menjelaskan bahwa remaja laki-laki lebih aktif dan mengejar seks, dan
sebaliknya wanita muda lebih cenderung mengatakan tidak atau menjadi “gadis
baik”. Beberapa remaja laki-laki memilih untuk terlibat atau menolak norma-norma
gender tentang maskulinitas, dan mampu melakukan intervensi dengan bertindak
sebagai pengamat yang “pro-sosial” atau “aktif”.

Perilaku sexting yang juga dikaitkan oleh peneliti dengan konformitas teman
sebaya ini menunjukkan hasil yang signifikan, bahwasannya perilaku sexting ini
memang memiliki hubungan dengan konformitas teman sebaya. Konformitas teman
sebaya mendapatkan peran yang banyak dalam perilaku ini sehingga jika remaja
yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya, maka cenderung
remaja mengikuti alur yang ada pada kelompoknya (Santrock, 2003).

Remaja yang semakin sering menghabiskan waktu dengan remajanya


mereka akan selalu terpengaruh dengan semua apa yang dilakukan oleh
kelompokya. Seperti yang dijelaskan oleh (Taylor, 2009) yang menemukan bahwa
ada 5 aspek yang mempengaruhi remaja tersebut, yang pertama adalah sikap remaja
yang melakukan peniruan. Remaja yang sudah masuk dalam kelompoknya biasanya
mereka menirukan apa yang dilakukan oleh kelompok tersebut, sehingga hal yang
dilakukan oleh kelompoknya remaja tersebut pasti juga akan mengikutinya.

Kedua adalah penyesuaian, jika dalam suatu kelompok memiliki sebuah


kebiasaan atau sebuah perilaku yang sama biasanya semua remaja yang tergabung

46
dalam kelompok tersebut akan melakukan penyesuaian agar mereka dapat diterima
oleh kelompok tersebut, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa semua remaja dalam
kelompok tersebut pasti selalu menyesuaikan dengan remaja-remaja lainnya.

Ketiga adalah kepercayaan, kepercayaan ini paling sering dilakukan oleh


remaja dalam kelompoknya, mereka selalu percaya satu sama lain agar tidak ada
yang perlu disembunyikan dari mereka, karena jika hal ini mereka langgar bias saja
terjadi pertiakian atau bertengkar dengan sesame remaja tersebut.

Keempat adalah kesepakatan, kesepakatan ini mereka buat untuk


menunjukkan bahwa mereka totalitas dalam kelompok tesebut, jika sebelumnya
mereka membangun kepercayaan satu sama lain selanjutnya pastii aka nada
perjanjian diantara mereka, bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh kelompok
tersebut maka dampaknya ada pada selurh kelompok tersebut.

Kelima adalah ketaatan, ketaatan yang dilakukan oleh remaja ini dalam
sebuah kelompok tersebut bisa dikatakan mereka selalu menuruti semua yang
dilakukan oleh kelompoknya, jika dalam kelompok tersebut ada seseorang yang
mereka takuti atau mereka segani pasti mereka selalu menuruti semua perintah
remaja tersebut, karena ketaatan itu muncul ketika mereka sudah membuat
kesepakatan. Sehingga hal ini sangat berkaitan dengan perilaku sexting karena
semua yang terjadi dilingkungan sosial khususnya dalam kelompok remaja perilaku
sexting ini sering digunakan sebagai lelucon atau hanya untuk sebuah tantangan
dalam suatu pertemanan mereka, justru yang sering dilakukan oleh remaja adalah
meminta foto tersebut pada seorang wanita, ada yang membagikannya foto itu pada
kelompoknya sehingga remaja lainnya menerimanya. Karena menurut penjelasan
yang diutarakan oleh (Gordon Dkk, 2013) mengatakan jika memang remaja laki-laki
lebih cenderung mengirimkan pesan dibandingkan wanita.

Keterkaitan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku sexting tidak


cukup sampai disini saja, awal dari terbentuknya konformitas teman sebaya itu
terjadi pada saat mereka memasuki dewasa awal. Hal ini jelaskan oleh (Hurlock,

47
1999) yang mengatakan bahwa konformitas muncul pada remaja awal,  yaitu antara
13 tahun-16 atau 17 tahun, yaitu ditujukan dengan cara  menyamakan diri dengan
teman sebaya dalam hal berpakaian,  bergaya , berperilaku, berkegiatan dan
sebagainya. Dengan meniru  kelompok atau teman sebayanya maka timbul rasa
percaya diri dan  kesempatan diterima kelompok yang lebih besar.oleh karena itu 
remaja cenderung menghindari penolakan dari teman sebaya dengan  bersikap
konfrom atau sama dengan teman sebaya. Sehingga pada saat mereka memasuki
tahap remaja akhir, semua perilaku konformitas yang sudah mereka dapatkan
sebelumnya, sedikit banyak pasti masih melekat dalam diri mereka.

Jika kita tarik garis kebelakang, sesuai dengan dugaan awal peneliti yang
mengatakan adanya hubungan positif antara kedua variabel tersebut, sudah jelas
bahwa perilaku sexting itu muncul pada remaja laki-laki dikarenakan mereka
cenderung lebih memilih mencari jati dari dan membangun hubungan dengan lawan
jenisnya, sehingga hal ini lah yang membuat mereka melakukan sexting. Jika
mereka memiliki pasangan atau kekasih mereka sudah pasti akan berkomunikasi
lebih dalam, dan hingga melakukan telepon atau video call agar supaya merek alebih
intens dalam menjalani hubungan mereka. Hal ini disebutkan pada penelitian Anisa
Hasbiya (2019) yang mengatakan bahwa sebanyak 29,3% hasil terbanyak seorang
remaja melakukan sexting dengan kekasihnya.

Hudson (2011) menemukan bahwa laki-laki lebih mungkin dibandingkan


perempuan untuk terlibat dalam perilaku sexting. Laki-laki lebih cenderung
mengirim pesan berkonten seksual daripada perempuan (Olatunde & Balogun,
2017). Namun demikian, Reyns et al., (2014) menemukan bahwa perempuan lebih
cenderung dibandingkan laki-laki untuk mengirim foto atau video telanjang dan
semi telanjang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara perempuan dan laki-laki dalam melakukan perilaku sexting.
Sejalan dengan penelitian terdahulu, penelitian ini pun berpengaruh secara negatif

48
dan signifikan. Artinya, perilaku sexting pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan
dengan perempuan.

Penelitian lain yang sama menemukan bahwa laki-laki lebih sering


menerima sexts (Gordon dkk, 2013) atau untuk mengirim sexts (Delevi &
Weisskirch, 2013; Hudson dkk, 2014; Silva dkk, 2016) dibandingkan oleh wanita.
Salah satu temuan yang meyakinkan adalah bahwa remaja yang terlibat dalam
sexting lebih banyak cenderung aktif secara seksual daripada mereka yang tidak
melakukan sexting (Klettke dkk, 2014). Begitu pula dalam penelitian (Catherine
dkk, 2014) bahwa pria lebih cenderung untuk berpartisipasi dalam perilaku sexting.
Hal ini disebabkan karena laki-laki lebih cenderung memiliki tingkat kontrol diri
yang mudah dipengaruhi oleh teman yang buruknya dibandingkan wanita.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia terbanyak yang melakukan


sexting adalah remaja yang berusia 22 tahun (51%), lalu yang kedua remaja berusia
21 tahun (16%), yang ketiga remaja berusia 20 tahun (15%), yang keempat remaja
berusia 19 tahun (10%), dan yang terakhir remaja berusia 18 tahun (8%). Dari hasil
penelitian yang didapatkan banyak dari remaja yang sudah melakukan prilaku
sexting berupa pesan teks, foto, maupun video dari segi pengiriman dan penerimaan.
Hasil lainnya adalah banyak dari remaja yang enggan mengirimkan gambar tentang
dirinya, mereka cenderung untuk meminta dan juga menerimanya dari orang lain,
sedikit dari mereka yang membagikannya kepada orang lain. Sehingga dalam
penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya, bahwa remaja laki laki
lebih banyak untuk meminta dan menerima.

Terdapat beberapa hal kelemahan setelah mengevaluasi penelitian ini.


Pertama, terkait pengambilan sampel. Meskipun perilaku sexting cukup familiar
ditelinga remaja yang menjadi subjek, banyak dari mereka yang belum mengetahui
apa itu sebenarnya sexting. Namun setelah mereka diberikan pemahaman oleh
peniliti mereka menjadi sedikit ragu dalam mengisi kuisoner yang sudah diberikan
oleh peneliti, alhasil banyak dari mereka yang kurang terbuka dan menutup diri dan

49
juga malu. Kedua, penelitian ini dilakukan hanya dalam jangka waktu 3 hari,
sehingga peneliti meyakini bahwa banyak kekurangan yang ada dalam penelitian ini,
salah satu kekurangan nya adalah dari awal pengambilan data peneliti hanya
mencantumkan usia dalam kuesionernya, tanpa memberikan keterangan jika pernah
melakukan sexting atau tidak.

50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 100 remaja laki-laki yang
melakukan sexting di Surabaya, dapat ditarik kesimpulan adanya hubungan yang
positif dan signifikan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku sexting pada
remaja akhir dengan nilai korelasi sebesar 0,306 yang berarti tingkat korelasi antara
variabel konformitas teman sebaya dengan perilaku sexting berpengaruh dengan nilai
signifikansi sebesar p = 0,002 (p < 0,05). Sehingga dapat diasumsikan semakin
tinggi konformitas teman sebaya maka semakin tinggi pula tingkat perilaku sexting
yang dimiliki oleh remaja akhir. Sebaliknya jika semakin rendah tingkat konformitas
teman sebaya, maka semakin rendah pula tingkat perilaku sexting yang dimiliki oleh
remaja akhir Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini diterima atau terbukti.

B. Saran
1. Bagi Subjek Penelitian
Saran untuk remaja yang melakukan Sexting diharapkan mampu memahami
apa itu sexting, dampak buruknya, serta pencegahan yang dapat dilakukan remaja
agar dapat terhindar dari perilaku sexting. Manfaat positif dan negative dari
penggunaan media internet atau sosial media, dapat mengakses hal hal yang positif
dan berguna, serta dapat memilih teman yang baik untuk diajak berdiskusi maupun
bermain. Jika salah memilih teman atau pergaulan akan menjadikan pengaruh
perilaku negative yang dilakukan oleh teman sebaya.
2. bagi penelitian selanjutnya
hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran untuk
penelitian selanjutnya dan dapat dikembangkan dengan desain penelitian yang
berbeda dengan menggunakan penelitian ini sebagai referensi awal dalam penelitian
selanjutnya.

51
Daftar Pustaka

Atem. 2016. Ancaman Cyber Pornography Terhadap Anak-Anak. VOL.1,


NO.2: Hal.107. http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JMK Akses 9
Oktober 2017.
Azwar. Saifudin, (2011). Realibilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka
Belajar Hosan. (2016). Psikologi Perkembangan Pesera Didik. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Baugh, C., & Paradis, G. (2016, April). The Relationship between Sexting
and Religiosity. Poster presented at the 96th Annual Convention of the
Western Psychological Association, Long Beach, CA.
Baron, R. A & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial. Jilid 2. Edisi Kesepuluh.
Alih Bahasa :Ratna Djuvita. Jakarta: Erlangga
Barrense-Dias, Y., Berchtold, A., Surís, J. C., & Akre, C. (2017). Sexting and
the Definition Issue. Journal of Adolescent Health, 61(5), 544–554.
https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2017.05.009
Champion, A. R., & Pedersen, C. L. (2015). Investigating differences
between sexters and non-sexters on attitudes, subjective norms, and
risky sexual behaviours. The Canadian Journal of Human Sexuality,
24(3), 205– 214.doi:10.3138/cjhs.243-A5
Crimmins, D. M., & Seigfried-Spellar, K. C. (2014). Peer attachment, sexual
experiences, and risky online behaviors as predictors of sexting
behaviors among undergraduate students. Computers in Human
Behavior, 32, 268– 275.doi:10.1016/j.chb.2013.12.012
Dake, J. A., Price, J. H., Maziarz, L., & Ward, B. (2012). Prevalence and
correlates of sexting behavior in adolescents. American Journal of
Sexuality Education, 7, 1-15.
Delevi, R., & Weisskirch, R. S. (2013). Personality factors as predictors of
sexting. Computers in Human Behavior,29(6), 2589-2594.
doi:10.1016/j.chb.2013.06.003

52
Dir, A. L., Coskunpinar, A., Steiner, J. L., & Cyders, M. A. (2013).
Understanding differences in sexting behaviors across gender,
relationship status, and sexual identity, and the role of expectancies in
sexting. Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 16(8), 568-
574. doi: 10.1089/cyber.2012.0545
Drouin, M., Coupe, M., & Temple, J. R. (2017). Is sexting good for your
relationship? It depends…. Computers in Human Behavior, 75, 749–
756.doi:10.1016/j.chb.2017.06.018
Gordon-Messer, D., Bauermeister, J. A., Grodzinski, A., & Zimmerman, M.
(2013). Sexting among young adults. Journal of Adolescent Health,
52(3), 301–306.doi:10.1016/j.jadohealth.2012.05.013
Harris, A. J., Davidson, J., Letourneau, E., Paternite, C., & Miofsky, K. T.
(2013). Building a prevention framework to address teen “sexting”
behaviors. Retrieved from
https://www.ncjrs.gov/App/Publications/abstract.aspx?
ID=266079%5Cnpape rs3://publication/uuid/CFAC64AC-218A-45D1-
BD4C-C76D43809BE2
Hasbiya, A. (2019). Pengaruh Impulsivitas, Self-Esteem, dan Religiusitas
Terhadap Perilaku Sexting. Https://Repository.Uinjkt.Ac.Id/.
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/53726
Hudson, H. K., & Fetro, J. V. (2015). Sextual activity: Predictors of sexting
behaviors and intentions to sext among selected undergraduate students.
Computers in Human Behavior, 49, 615–622.
doi:10.1016/j.chb.2015.03.048
Hurlock, B. Elizabeth. (2003) Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Yogyakarta: Penerbit
Erlangga.
Jufri, M. (2019). Perilaku sexting pada remaja di kota makassar. i–71.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/13706/1/Mirnawati Jufri
70300114007.pdf

53
Kusmiran E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta:
Salemba Medika.
Lu, Y., & Baumler, E. (2021). Berbagai Bentuk Sexting dan Asosiasi dengan
Kesehatan Psikososial pada Remaja Awal. 1–7.
Mitchell, K. J., Finkelhor, D., Jones, L. M., & Wolak, J. (2012). Prevalence
and characteristics of youth sexting: A national study. Pediatrics,
129(1), 13–20. https://doi.org/10.1542/peds.2011-1730
Monks, F.J. Knoers, A.M.P. Haditono, S.R. (2004). Psikologi
perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Mori, C., Temple, J. R., Browne, D., & Madigan, S. (2019). Association of
Sexting with Sexual Behaviors and Mental Health among Adolescents:
A Systematic Review and Meta-analysis. JAMA Pediatrics, 173(8),
770–779. https://doi.org/10.1001/jamapediatrics.2019.1658
Ouytsel, J., Walrave, M., Ponnet, K., & Temple, J. R. (2018). Sexting. The
International Encyclopedia of Media Literacy, 1–6.
https://doi.org/10.1002/9781118978238.ieml0219\
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2004). Human development
(ninth edition). New York: McGraw-Hill.
Riswanto, D., & Marsinun, R. (2020). Perilaku Cyberbullying Remaja di
Media Sosial. Analitika, 12(2), 98–111.
https://doi.org/10.31289/analitika.v12i2.3704
Santrock, John W. (2003). Adolescence, perkembangan remaja. Edisi
Keenam. Jakarta: Erlangga.
Santrock, J.W. (2007). Psikologi perkembangan. Edisi 11 jilid. Jakarta:
Erlangga.
Sarwono, W. Sarlito, 2005. Psikologi remaja. Jakarta. PT Rajawali Pers.
Sarwono, S.W. (2010). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sarwono, S.W. (2013). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

54
Sears, D.O., Feedman, J.L., & Peplau, L.A. 1994. Psikologi Sosial. Jilid 2
Edisi Kelima (terjemahan Michael Adryanto). Jakarta: Erlangga
Sugyono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan kuantitatif,
kualitatif, dan R & D.Bandung: Alfabeta.
Siwi, A., Utami, F., & Baiti, N. (2018). Pengaruh Media Sosial Terhadap
Perilaku Cyber Bullying Pada Kalangan RSiwi, A., Utami, F., & Baiti,
N. (2018). Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku Cyber Bullying
Pada Kalangan Remaja. 18(2), 257–262.emaja. 18(2), 257–262.
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/cakrawala%0APengaruh
Talenta, S. (1996). Biarkan Kami Bicara (Tentang Sekolah dan Cita-Cita).
Yogyakarta: Pustaka Remaja Kanisius.
Taylor, S.E., Peplau, L.A & Sears, D.O. 2009. Psikologi Sosial Edisi XII.
Jakarta: Kencana
Temple, J. R., Le, V. D., van den Berg, P., Ling, Y., Paul, J. A., & Temple,
B. W. (2014). Brief report: Teen sexting and psychosocial health.
Journal of Adolescence, 37(1), 33–36.
https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2013.10.008
Van Ouytsel, J., Lu, Y., Ponnet, K., Walrave, M., & Temple, J. R. (2019).
Longitudinal associations between sexting, cyberbullying, and bullying
among adolescents: Cross-lagged panel analysis. Journal of
Adolescence, 73, 36–41.
https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2019.03.008
Walker, S., Sanci, L., & Temple-Smith, M. (2013). Sexting: Young women’s
and men’s views on its nature and origins. Journal of Adolescent Health,
52(6), 697–701.doi:10.1016/j.jadohealth.2013.01.026

55
Lampiran

56
Lampiran 1. Skala Perilaku Sexting

Aspek F/UF Pernyataan

Creating F Saya pernah mengirimkan pesan teks yang memiliki unsur seksual pada
or orang lain
producin Saya pernah mengirimkan gambar semi telanjang pada orang lain
g and Saya pernah mengirimkan gambar kemaluan pada orang lain
sending
images of
Saya pernah mengirimkan video porrno pada orang lain
oneself UF Saya takut ketika mengirimkan pesan teks yang memiliki unsur seksual
pada pasangan saya
Saya takut dimarahi ketika saya mengirimkan gambar yang memiliki
unsur seksual pada pasangan saya
Saya enggan mengirimkan gambar kemaluan pada orang lain karena
malu
Ketika orang lain mengirimkan video porno melalui media sosial saya
akan menolaknya
Receivin F Saya pernah menerima pesan teks yang mengandung unsure seksual dari
g images orang lain
Saya pernah menerima gambar semi telanjang dari orang lain
Saya pernah menerima gambar kemaluan dari orang lain
Saya pernah menerima video porno dari orang lain
UF Saya merasa kesal ketika mendapatkan pesan teks yang tidak senonoh
dari orang lain
Ketika saya menerima gambar semi telanjang dari orang lain, saya akan
langsung menghapusnya
Ketika saya menerima sebuah gambar alat kelamin dari orang yang
tidak saya kenal, saya akan memarahinya
Ketika saya menerima sebuah pesan video porno dari teman saya, saya
akan menolaknya dan menghapus video tersebut
Being F Saya pernah diminta untuk mengirimkan stiker yang vulgar melalui
asked to media sosial oleh orang lain
send Saya pernah dimintai foto telanjang/alat kelamin /bagian tubuh yang
images sensitif saya oleh orang lain
Saya pernah meminta foto telanjang/alat kelamin /bagian tubuh yang
sensitif pada orang lain
Saya pernah meminta video semi telanjang pada orang lain
UF Ketika saya diminta untuk mengirimkan gambar alat kelamin atau tubuh

57
saya yang sensitive saya akan menolaknya
Ketika orang lain meminta saya untuk chat sex saya akan menolak
dengan keras
Ketika orang lain meminta saya untuk video call sex saya akan
menolaknya
Ketika saya diminta orang lain untuk berkirim foto semi telanjang saya
akan menolaknya
Forwardi F Saya pernah membagikan foto semi telanjang seseorang pada orang lain
ng and Saya pernah bertukar foto semi telanjang dengan orang lain
sharing Saya pernah membagikan video semi telanjang seseorang pada orang
images lain
Saya pernah bertukar video semi telanjang dengan orang lain
UF Saya tidak pernah membagi pesan-pesan teks atau gambar yang tidak patut
Saya tidak pernah bertukar foto semi telanjang dengan orang lain
Ketika saya mendapatkan sebuah kiriman video semi telanjang dari
orang lain, saya akan langsung menghapusnya
Saya tidak pernah memforward gambar-gambar yang tidak senonoh
pada orang lain

58
Lampiran 2. Skala Konformitas Teman Sebaya

Aspek Indikator F/UF Pernyataan

Peniruan Keinginan individu F Ketika saya melihat teman saya nongkrong


untuk sama dengan ditempat yang baru saya ingin mengikutinya
orang lain secara Saya selalu menirukan trend yang terjadi di
terbuka media sosial
Ketika teman saya memakai aplikasi yang belum
pernah saya gunakan, saya akan
menggunakannya juga
Ketika teman saya memposting foto baru di
instagram saya juga akan memposting foto
terbaru saya
UF Saya dapat memilah kebutuhan pribadi saya
tanpa harus meniru orang lain
Saya menggunakan aplikasi yang saya
butuhkan saja tanpa harus menirukan orang
lain
Saya tidak perlu menirukan orang lain hanya
agar dapat diajak berteman oleh mereka
Saya tidak pernah menirukan trend yang ada di
media sosial, karena menurut saya hal itu tidak
bermanfaat
Penyesuaian keinginan individu F Saya sering kali membelikan jajan teman saya
untuk dapat diterima agar saya dapat terus dekat dengan mereka
orang lain Saya sering bolos dengan teman teman saya agar
saya tidak dibicarakan oleh mereka dibelakang
saya
Saya suka memberikan komentar yang positif di
media sosial teman saya, hal itu hanya sekedar
untuk menyenangkan dia saja
Saya akan menyesuaikan perilaku saya agar
sesuai dengan peraturan yang ada
UF Saya akan berteman dengan siapa saja yang juga
mau berteman dengan saya
Saya akan menjauhi perilaku negative teman
teman saya
Saya akan hidup dengan apa adanya dan tidak
mengikuti trend di media sosial ataupun sampai
harus berpura-pura

59
Saya tak perlu menyesuaikan perilaku saya
seperti teman-teman, cukup jadi diri sendiri saja
Kepercayaa semakin besar F Saya menerima ajakan teman saya meski hal itu
n keyakinan individu tidak baik
pada informasi yang Saya selalu percaya dengan apa yang
benar dari orang lain disampaikan oleh teman - teman
Saya yakin bahwa seorang teman tidak akan
mengkhianati
Saya meyakini pendapat teman - teman yang
mengajak saya untuk melakukan sesuatu
meskipun saya tahu kalau itu tidak baik untuk
dilakukan
UF Saya sangat tidak percaya jika teman saya
berbuat baik, karena pasti ada sesuatu hal yang
disembunyikan
Saya akan menolak ajakan teman karena hal
yang dilakukan pasti kurang bermanfaat
Saya selalu takut jika menceritakan tentang diri
saya kepada teman saya, karena saya tidak
mudah percaya pada orang lain
Saya selalu melakukan cross check terhadap
informasi yang diberikan oleh orang lain
Kesepakatan sesuatu yang sudah F Saya selalu sepakat dengan pendapat teman saya
menjadi keputusan Saya mau melakukan apa saja yang
besama, menjadikan diperintahkan oleh teman kelompok saya
kekuatan sekalipun itu sangat merugikan saya
sosial/kelompok Saya sudah berjanji pada teman saya untuk dapat
menjaga rahasia satu sama lain
Saya selalu menepati janji dan tidak pernah
berbohong pada teman saya
UF Ketika teman saya melakukan hal buruk saya
akan pergi dan tidak ikut melakukannya
Saya sangat tidak sepakat dengan dengan teman
saya jika menurut saya salah
Saya selalu tidak menyepakati suatu hal yang
bertentangan dengan norma
Ketika teman saya seenaknya sendiri tanpa
memikirkan orang lain, saya akan pergi
meninggalkannya
Ketaatan respon yang timbul dari F Saya siap bertanggung jawab atas kesalahan
suatu kesetiaan teman saya
Saya akan melakukan apa yang teman saya
lakukan

60
Saya akan melakukan apapun yang diminta oleh
teman-teman saya
Meskipun saya selalu berbeda pendapat dengan
orang tua saya, saya tetap mengikuti apa yang
dikatakan oleh orang tua
UF Saya selalu melanggar peraturan disekolah
Saya jarang bersikap seperti apa yang
diharapkan oleh orang lain
Saya tidak mematuhi segala peraturan yang telah
dibuat teman saya
Ketika teman saya memerintah saya untuk
mengikuti apa yang dia katakana saya selalu
menolaknya

61
rik ah pern k 4. ntai a mer giri 12. a erim a Saya mint Saya ah Ketik kiri Saya saya porn
men ah men Saya foto men asa mka Saya saya a oran pern a engg gam a man tidak dimi o
an giri men giri pern 5. tela giri kesa n tidak men gam g ah foto an bar oran vide pern nta dari
Ke mka erim mka ah Saya njan 8. mka l gam pern giri bar lain 16. me tela 20. men alat g o 25. 26. ah oran tem
ter n a n me pern 6. g/al Saya n ketik bar ah mka semi me Saya mba njan 19. Saya giri kela lain semi Saya Saya 28. me g an
an pesa pesa stike mba ah Saya at pern pesa a alat me n tela mint tidak gika g/al Saya pern mka min me tela pern pern 27. Saya mfor lain saya
ga n n r gika men pern kela ah n men kela mba gam njan a pern n at pern ah n dari mint njan ah ah Saya pern war untu ,
n teks teks yang n giri ah min men teks dapa min gi bar g saya ah vide kela ah men gam oran a g bert me pern ah d k saya
yang yang vulg foto mka bert /bag erim yang tkan atau pesa yang dari untu bert o min men giri bar g saya dari ukar mint ah men gam berki akan
Sh me men ar semi n ukar ian a me pesa tubu n- me oran k ukar semi /bag erim mka kem yang untu oran vide a men giri bar- rim men
oo milik gand mel tela gam foto tubu gam milik n h pesa milik g chat foto tela ian a n alua tidak k g o vide erim mka gam foto olak
08
pe i ung alui njan bar semi h bar i teks saya n i lain, sex semi njan tubu gam gam n saya vide lain, semi o a n bar semi nya
inisi 99
Pa unsu unsu med g semi tela yang semi unsu yang yang teks unsu saya saya tela g h bar bar pada kena o saya tela semi vide vide yang tela dan
al / 13
y, r re ia sese tela njan sens tela r tidak sens atau r akan akan njan sese yang kem kem oran l, call akan njan tela o o tidak njan men
nam 26
Ov seks seks sosi oran njan g itif njan seks seno itive gam seks lang men g oran sens alua alua g saya sex lang g njan porn porr seno g ghap
ual ual al g g deng saya g ual noh saya bar ual sung olak deng g itif n n lain akan saya sung deng g o no noh saya us
a
sam
51
o,
8
Da
Lampiran 3 . Tabulasi Jawaban Skala Perilaku Sexting
pada dari oleh pada pada an oleh dari pada dari akan yang pada men deng an pada pada dari pada kare me akan men an pada dari pada pada akan vide
08 oran oran oran oran oran oran oran oran pasa oran men tidak pasa ghap an oran oran oran oran oran na mar men ghap oran oran oran oran oran men o
ara Um 12 (s
na g g g g g g g g ngan g olak patu ngan usny kera g g g g g mal ahin olak usny g g g g g olak ters
n
Imro ur ho) No
49 lain lain lain lain lain lain lain lain saya lain nya t saya a s lain lain lain lain lain u ya nya a lain lain lain lain lain nya ebut
pe
n 95
18### 1 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2
e
AR 51
19### 2 2 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 1 2
Cak pa
74
A
gag 19 y) 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
(O
ap
cinti 20###vo 4 3 3 4 3 1 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 1 1 2 2 3 3 3 2 1 2
a 19 ) 5 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2
AFP 21### 6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3
A.S 22### 7 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 3 1 2 1 2
rido
Pra 22### 8 2 2 2 1 2 2 1 1 4 4 4 4 2 2 1 4 2 1 1 4 4 4 1 2 1 1 1 2 4 1 1
08
sojo
Han 21### 21
9 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2
s 20###
39 10 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3
Hol 19
22### 11 3 3 1 1 1 1 1 1 3 4 1 1 2 1 1 1 4 3 1 1 2 1 3 3 1 2 3 3 3 3 3
No
24
Alex 22### Te 12 2 2 3 2 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2
72
M.T 19###
lp: 13 2 3 3 2 2 2 3 4 3 1 2 2 2 2 1 2 3 3 4 2 1 2 1 2 2 3 3 3 2 1 2
(D
Hgb 22###
Erwi 08
an 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 1 1 1 1
n 18 21
a) 15 2 2 2 2 3 1 1 3 2 2 1 3 1 3 1 2 2 2 3 2 1 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2
50
A 18###
64
16 2 3 2 2 2 2 1 2 4 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2
+6
M 18###
15
2
17 2 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 4 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1
L
Jok 11
20###
81 18 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Arg
owi No
3-
22### 19 2 3 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2
a Da
Tile 37
20### 20 3 4 2 3 3 4 3 4 3 3 2 3 2 3 4 3 2 2 4 1 1 2 3 3 3 2 4 2 2 2 3
Tua na
17
di
Satr 20### :0 21 2 1 1 1 1 2 1 1 4 4 4 4 3 4 3 3 1 2 1 1 3 4 4 4 2 1 1 1 4 4 3
-
ia
dian 22### 82
28 22 3 3 3 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 3 1 3 1 1 1 1 1 4 1 1
Lak
a 15 23
emu 22 93
oki
1 3 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 1 1
06
le
ada 21### 24 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 3 3 2 1 1 1 1 2 2 2 3 1 1 3 2 2 2 3
41
m 20###
51 25 3 3 2 2 2 2 2 2 2 4 1 2 3 2 2 1 2 2 2 2 4 1 1 3 1 1 2 2 1 1 3
IM 18 1 26 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 3 3 3 2 3 2 1
M
Tog 20### 27 2 3 3 2 2 2 3 3 2 1 1 3 2 1 1 1 2 2 3 2 1 1 1 1 1 2 3 2 3 2 2
ok 22### 28 1 4 4 1 1 1 4 4 1 4 1 1 1 4 4 4 1 1 1 1 4 4 4 4 1 1 1 1 4 4 4
Y
Muir 21### 29 3 4 4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2
Bast
na
Pap 22### 30 2 3 3 1 1 1 1 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3
ian
a 08
22### 31 4 4 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 2 1 2 3 2 3 3 3 2 2 1 1 1 3 3 3 1 1 2
moj
Dwi 82
a
YTT 22### 32 2 3 2 2 2 2 2 4 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 4 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2
Fer 00
A
nan 19###
00 33 4 4 3 1 2 2 2 4 4 1 1 3 3 1 4 1 4 2 1 4 1 4 1 2 1 3 1 4 4 1 1
des
Oct 53
21### 34 3 3 3 3 3 4 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 3 2 4 4 2
alee
a 49
22### 35 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 1 1 2 3 3 3 3 4 1 2
789
4
826
Yon 22### 36 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
(d
Daff
o 22### 37 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3
ardi an
a
n
Ra 22 a) 38 4 4 3 4 3 3 4 4 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3
nug
ma
rah 22### 39 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2 4 3 4 2 3 3
a 18### 40 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 4 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1
Lihu 22### 41
Jay 2 3 2 1 2 2 3 4 2 3 2 3 1 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 1 3 2 3
ram 22### 42
n 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4 4 3 2 1
Mub
a 21###
08 43 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1
arok
Aza
abdi 57
19### 44 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
llah 84
21### 45 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2
Rez
06
a 19###
28
46 2 2 3 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1
Mia
D
Kha 08
22###
26 47 3 3 1 3 3 2 1 2 4 3 2 3 3 3 2 2 3 4 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3
lifah 22###13
(S 48 4 2 1 4 4 4 3 1 1 1 2 2 2 3 4 4 2 3 2 1 4 4 3 3 2 2 1 1 3 1 1
36
ho
Ami
Kho 22###
15
49 3 4 2 1 1 1 3 3 2 2 2 2 4 1 1 1 4 4 3 2 3 1 1 1 4 2 4 2 1 1 1
op
lilur 20###
68 50 3 3 2 1 1 1 1 1 1 1 4 4 1 1 4 4 1 1 1 1 4 1 4 2 3 2 2 2 1 1 1
e
Am
Wa 98
22###
Pa 51 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 1 2
hyu (o
20 y) 52 3 3 1 1 1 1 1 3 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1
tayl vo/
toyo
or 22### 53 3 3 3 3 2 2 1 3 2 3 1 3 1 3 3 4 3 1 1 1 1 3 3 3 1 1 3 3 1 1 3
da
swift 19###na 54 3 4 4 3 1 1 2 3 1 1 2 3 1 1 2 1 4 1 4 2 1 2 2 2 1 3 4 1 3 1 3
A
Kur 21 ) 55 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1
Dila 22### 56
ni 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 1 1 1 2 3 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2 3 2 1
n
Tiar 22 - 57 4 4 3 1 2 2 1 3 1 4 2 2 1 2 2 2 1 3 3 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
Bay 19### 58
aa 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 1 2 3 3 2 3 2 3 2 2
u 22### 59 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3

62
Mek
i 22### 74 3 3 2 2 2 1 2 3 2 2 1 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 4 3 3 2 2
DF 22### 75 2 2 4 1 1 1 4 4 4 1 4 4 3 2 2 3 1 1 4 1 1 1 3 1 2 2 3 1 4 3 1
Clar
F
Ilha 21### 76 2 3 3 1 1 1 1 3 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Rob
enc
m 21### 77 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
inho
e
od 22### 78 2 4 2 1 1 1 3 4 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 2
Cha
Icii
llah 22### 79 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3
an 22###
08
80 3 3 3 1 1 1 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 3 2 2 1 1 1 1 1 3 2 2 1 2
tty 20###
82 81 1 1 1 2 1 1 1 1 4 3 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 4 4 4 4 1 1 1 1 4 4 4
08
M 32
22###
21
82 1 3 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
N 37
20### 83 1 4 3 1 1 1 1 4 1 4 1 3 4 2 2 1 1 1 4 1 1 4 1 3 1 1 4 1 1 1 1
36
32
N
bria 39
21###
08 84 1 1 2 1 1 1 1 2 3 1 2 2 2 2 1 1 2 1 3 1 1 2 2 2 1 1 2 2 3 1 2
04
n 34
95
20### 85 2 3 3 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 1
ov
08
73
A 22 40
o
13 86 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 2 1 3 2 3 2 3
pup (d
15
MH 40
18###
an
99
87 3 4 4 2 2 2 3 4 1 1 3 2 2 1 2 2 2 2 4 2 1 1 2 2 2 2 4 2 2 2 2
ut
Dns
cant 22 41
a)
03 88 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 1 3 3 1 2 1 3 2 1 2 3 2 1 1 3
65
ik
HD 2,
18### 89 1 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 1 3 3 2 2 3 2 3 1 1 1 3 3 3 3 3 2 2
31
Z sh
22### 90 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2
Ma da
oo
war 22 na 91 3 3 4 1 1 2 2 4 2 3 4 3 2 2 3 2 3 2 3 1 1 2 2 3 2 3 4 4 3 2 3
pe
Alex
kop 21###
pa 92 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2
08
eng
Alfia 22 y
96
93 3 3 4 1 1 1 1 3 3 2 1 1 1 1 2 1 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2
n
Irva 22###
68 94 1 3 2 1 1 1 1 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 3 1 1 1 1
n
Ang 01
20### 95 1 3 3 1 1 1 1 1 4 1 2 2 2 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 1 1 1
gik 56
22### 96 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2
Mor
Bra 72
a
ndo 22### 97 3 4 3 2 2 2 2 4 2 3 1 2 3 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 3 2 2 4 3 2 2 2
(o
n
Ard 22###
vo 98 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 1 1 1 4 4 4 4 1 1 1 1 4 4 4 4 1 1 1
yan
Rizz 22 ) 99 2 4 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2
z 21### 100 1 3 2 2 1 1 4 4 1 1 2 3 1 1 1 2 2 2 3 2 1 2 3 2 2 3 4 1 2 3 1

63
a kali a aya 9. dapa yang deng 16. men Saya med me suda me dan diri untu an saya akny selal tren me
saya me tem jika Saya t dipe an Saya ggun akan ia mak h mak tidak 28. saya k oran 33. me 35. a u d meri
meli mbe an tem akan me rinta tem 15. sang akan men sosi ai berj ai men Saya kepa 30. mel g Saya mpo Saya send mel yang ntah
hat likan saya an bert mila hkan an Saya at 17. aplik olak al aplik 23. anji aplik giku tidak da Saya akuk tua selal sting akan iri akuk ada saya
tem jajan 3. mel saya ema h oleh 13. tem selal tidak Saya asi ajak tem asi Saya 24. pada asi ti me tem selal an saya u foto men tanp an di untu
an tem Saya 5. akuk berb n kebu tem Saya an u sepa jara yang an an yang akan Saya tem yang tren mat an u sesu , men baru yesu a cros med k
saya an men Saya an uat deng tuha an selal saya perc kat ng 18. saya tem saya belu mel yaki an belu d di uhi saya tidak atu saya epa di aika me s ia men
nong saya erim 4. siap 6. hal baik, an n 11. kelo u agar aya deng bersi Saya butu an , hal m akuk n saya m med sega , men mes teta ti insta n miki chec sosi giku
kron agar a Saya bert Saya buru kare siap prib Saya mpo men saya deng an kap akan hkan kare itu pern an bah untu pern ia la kare yepa kipu p janji gra peril rkan k al, ti
g saya ajak selal angg selal k na a adi akan k iruka tidak an deng sepe men saja na hany ah apap wa k ah sosi pera na kati n men dan m aku oran terh kare apa
dite dapa an u ung u saya pasti saja saya mel saya n dibic apa an rti jauhi tanp hal a saya un seor dapa saya al tura saya suat saya giku tidak saya saya g adap na yang
mpa t tem sepa jawa mel akan ada yang tanp akuk seka tren arak yang tem apa peril a yang seke guna yang ang t guna atau n tidak u hal tahu ti pern juga agar lain, infor men dia
t teru an kat b angg perg sesu juga a an lipun d an disa an yang aku haru dilak dar kan, dimi tem men kan, pun yang mud yang kala apa ah akan 3 saya masi urut kata
yang s saya deng atas ar i dan atu mau haru apa itu yang oleh mpa saya diha nega s ukan untu saya nta an jaga saya sam tela ah bert u itu yang berb me deng akan yang saya kana
baru deka mes an kesa pera tidak hal bert s yang sang terja mer ikan jika rapk tive men pasti k akan oleh tidak raha akan pai h perc enta tidak dikat ohon mpo an perg dibe hal saya
saya t ki pend laha tura ikut yang ema men tem at di di eka oleh men an tem iruka kura men men tem akan sia men haru dibu aya ngan baik akan g sting pera i rikan itu selal
Lampiran 4. Tabulasi Jawaban Skala Konformitas Teman Sebaya
ingin deng hal apat n n mel dise n iru an mer med dibel tem urut oleh an n ng yena ggun an- men satu ggun s at pada deng untu oleh pada foto tura men oleh tidak u
men an itu tem tem dise akuk mbu deng oran saya ugik ia akan an - saya oran tem oran ber ngka akan tem gkhi sam akan berp tem oran an k oran tem terb n ingg oran ber men
giku mer tidak an an kola anny nyik an g laku an sosi g tem sala g an g man n dia nya an ana a nya ura- an g nor dilak g an aru yang alka g man olak
No tinya eka baik saya saya h a an saya lain kan saya al saya an h lain saya lain faat saja juga saya ti lain juga pura saya lain ma ukan tua saya saya ada nnya lain faat nya 40. S total mean
2.22 1 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 1 1 2 94 2.35
1.47 2 3 2 2 1 2 3 2 3 3 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 3 2 1 1 1 3 4 2 3 2 2 2 2 2 1 3 1 2 3 3 2 82 2.05
1.03 3 3 2 2 2 2 4 1 3 2 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 93 2.33
2.25 4 2 3 2 2 2 3 1 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 3 3 1 2 1 2 3 4 2 2 3 2 2 2 3 1 88 2.20
2.22 5 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 1 89 2.23
2.16 6 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 88 2.20
2.06 7 3 2 1 2 2 3 2 3 1 2 2 1 2 2 4 1 3 1 1 2 2 2 3 4 4 3 3 3 1 3 2 4 3 2 4 2 1 3 3 2 94 2.35
2.16 8 4 4 2 2 1 4 4 2 2 1 2 2 2 1 3 1 3 1 1 1 4 3 4 3 4 2 1 1 1 1 4 4 4 4 4 1 1 1 2 1 93 2.33
2.50 9 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 94 2.35
2.38 10 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 1 2 3 2 2 2 1 91 2.28
2.03 11 3 2 2 2 4 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 91 2.28
2.06 12 3 2 2 1 2 3 2 3 1 2 2 2 1 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 1 2 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 89 2.23
2.25 13 3 3 2 3 3 4 2 3 1 1 2 2 2 1 3 1 1 1 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 1 2 4 3 2 4 1 2 2 2 1 89 2.23
1.16 14 1 1 1 1 1 4 1 2 1 1 1 1 3 4 4 2 4 2 1 3 1 4 2 1 2 2 3 3 1 3 3 2 1 1 3 3 1 1 2 1 79 1.98
1.97 15 3 2 2 2 2 3 2 3 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 1 2 4 3 3 3 1 3 2 4 2 2 3 2 2 3 3 1 90 2.25
2.00 16 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 96 2.40
1.34 17 2 4 1 3 2 3 1 3 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 3 1 2 4 3 1 4 1 1 1 4 3 1 3 1 2 2 1 1 74 1.85
1.09 18 1 1 1 1 1 4 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 4 1 1 1 1 1 4 3 1 4 1 1 1 1 1 59 1.48
1.94 19 1 2 2 1 2 3 2 3 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 4 4 1 2 3 1 2 3 3 1 3 2 2 2 2 1 80 2.00
2.75 20 3 2 2 2 2 2 3 3 1 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 1 1 2 3 4 4 3 1 3 1 1 3 3 4 1 3 2 1 2 3 1 90 2.25
2.47 21 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 1 2 3 4 4 3 3 1 2 2 1 1 4 4 4 3 3 2 2 1 1 1 4 4 3 3 3 99 2.48
1.53 22 4 2 3 2 1 3 3 1 1 1 1 1 1 2 3 1 3 2 1 1 2 1 1 4 4 4 1 1 2 1 2 4 2 1 3 1 1 1 1 1 75 1.88
1.28 23 3 1 1 2 2 3 3 3 3 3 2 1 2 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 3 3 3 3 2 2 1 2 2 1 3 2 2 3 3 1 87 2.18
1.97 24 2 2 2 1 1 2 3 3 1 1 1 1 1 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 2 3 3 1 2 2 3 2 2 2 1 2 3 3 2 2 1 76 1.90
2.00 25 2 2 3 1 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 1 78 1.95
2.03 26 2 2 2 3 3 4 1 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 3 4 3 2 2 2 2 2 3 3 2 4 2 2 3 2 1 92 2.30
1.94 27 3 2 2 2 1 4 3 3 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 1 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 1 88 2.20
2.50 28 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 100 2.50
2.47 29 2 2 1 2 1 3 2 3 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 3 4 1 3 3 2 1 3 2 1 3 2 1 2 3 1 75 1.88
2.34 30 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 97 2.43
2.47 31 4 4 1 2 3 4 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 3 1 1 1 2 2 2 2 4 3 4 1 4 1 2 4 4 1 4 1 1 1 1 1 81 2.03
1.97 32 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 96 2.40
2.34 33 4 4 4 1 4 3 3 4 4 4 4 4 1 4 2 1 2 4 4 1 4 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 1 1 1 3 117 2.93
2.63 34 4 3 2 2 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 2 3 2 3 1 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 4 4 4 3 1 2 2 3 1 109 2.73
2.53 35 2 2 1 2 2 2 1 3 2 2 1 1 2 1 2 3 2 1 2 2 2 1 1 2 2 4 2 2 2 3 1 3 3 1 3 2 2 2 3 1 78 1.95
2.97 36 2 1 1 1 1 4 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 3 3 1 1 1 4 4 1 2 1 1 1 4 2 1 3 2 1 2 2 1 68 1.70
2.44 37 2 2 2 2 2 4 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 88 2.20
3.28 38 2 4 3 2 3 2 3 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 3 3 1 2 1 3 2 4 3 1 4 1 3 1 2 1 86 2.15
3.44 39 4 2 3 2 2 2 3 1 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 1 4 3 2 3 3 1 3 2 1 2 2 4 4 1 3 3 1 3 2 1 95 2.38
1.72 40 2 4 4 3 3 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 4 4 2 1 1 1 1 3 3 3 4 4 1 1 1 4 3 3 3 3 2 1 1 1 1 85 2.13
2.44 41 2 1 2 2 1 3 2 3 1 1 1 1 1 2 3 3 2 3 1 2 3 2 2 2 4 3 1 3 2 2 3 4 3 1 3 1 1 1 2 1 81 2.03
3.31 42 3 4 4 3 3 1 2 3 2 1 3 4 3 3 3 3 3 3 1 3 2 2 4 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 2 3 2 2 3 2 4 110 2.75
1.31 43 2 4 2 2 1 2 3 3 1 1 1 1 1 2 3 2 2 2 2 2 4 2 1 4 3 3 1 2 2 3 2 3 3 1 3 2 1 2 2 1 84 2.10
1.09 44 2 2 1 2 1 4 1 3 1 1 1 1 2 1 2 4 4 1 1 1 3 2 2 3 4 3 2 3 2 2 2 2 3 1 4 2 1 2 3 1 83 2.08
2.50 45 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 100 2.50
1.38 46 2 2 3 3 3 2 2 2 1 2 2 3 3 4 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 96 2.40
2.59 47 4 3 2 2 1 3 1 2 2 1 2 1 4 2 2 1 3 1 2 1 4 3 2 2 2 2 3 3 2 3 1 2 2 3 3 1 2 3 2 2 87 2.18
2.41 48 3 1 2 2 2 1 2 2 3 3 1 4 4 3 3 4 3 3 1 1 4 4 4 3 3 2 2 1 1 1 3 4 3 4 4 2 2 1 1 1 98 2.45
2.16 49 2 1 2 2 2 3 1 2 2 1 2 1 3 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 3 1 1 2 2 1 76 1.90
1.91 50 3 3 1 3 4 2 1 2 1 2 2 4 3 4 3 4 2 4 4 3 2 2 4 1 4 3 4 3 3 3 4 3 3 2 2 4 2 1 3 2 110 2.75
2.19 51 2 1 2 2 2 3 3 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 4 2 2 4 4 3 3 2 2 2 2 2 4 2 3 1 3 3 2 1 90 2.25
1.34 52 2 2 1 2 2 4 1 3 1 1 1 1 2 1 2 1 2 1 1 3 3 3 2 2 3 2 1 2 3 2 1 4 3 1 3 2 2 2 3 1 79 1.98
2.25 53 2 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 3 1 3 4 3 1 1 2 3 1 3 1 1 2 2 2 1 4 2 2 1 3 1 78 1.95
2.19 54 2 1 2 2 4 3 1 3 1 1 1 1 4 2 1 2 1 3 1 4 1 1 1 1 1 4 1 3 4 3 2 1 2 1 4 4 1 3 3 1 82 2.05
1.47 55 2 4 2 2 2 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 1 84 2.10
1.94 56 4 2 1 2 2 3 1 1 2 2 2 3 3 3 2 2 3 1 2 1 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 4 2 1 3 1 2 3 2 2 92 2.30
2.09 57 3 4 2 1 2 3 2 3 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 3 1 2 4 4 3 1 2 2 2 2 4 4 1 4 1 1 2 3 1 82 2.05
2.59 58 1 2 2 3 2 4 3 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 3 4 4 1 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 91 2.28
2.59 59 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 4 1 2 2 2 2 4 3 3 4 3 1 1 2 1 1 3 3 4 4 4 2 2 2 1 1 100 2.50

64
2.28 74 3 2 3 3 4 2 2 3 1 1 2 1 2 4 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 1 2 2 1 4 2 2 3 2 2 2 3 2 93 2.33
2.28 75 3 3 2 2 2 4 1 3 1 1 2 2 3 2 2 1 3 1 2 2 3 1 4 2 4 2 3 3 4 1 4 4 4 2 4 1 1 1 1 1 92 2.30
1.34 76 3 2 1 2 1 4 1 3 1 1 1 1 1 1 3 3 2 1 2 4 3 2 2 3 3 3 2 3 1 4 4 4 4 1 4 1 1 2 2 1 88 2.20
1.00 77 3 2 2 2 2 3 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 3 2 2 2 4 3 1 3 2 1 1 3 3 1 3 3 1 1 3 1 76 1.90
1.56 78 2 2 1 2 1 2 1 4 1 1 2 2 3 2 2 1 3 1 2 2 3 2 1 2 3 3 2 3 2 1 1 2 3 1 3 3 1 2 3 1 79 1.98
2.63 79 3 3 3 2 2 1 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 4 2 2 2 3 3 2 3 2 96 2.40
1.94 80 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 3 2 3 2 1 3 2 4 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 87 2.18
2.50 81 2 1 1 2 1 3 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 3 2 1 1 3 4 4 3 2 2 2 3 2 1 3 3 2 1 2 2 82 2.05
1.16 82 3 2 1 2 1 3 1 3 1 1 2 2 2 2 2 3 2 1 2 1 2 2 1 3 3 2 2 2 2 2 3 3 4 3 2 3 2 1 1 2 82 2.05
1.97 83 1 1 4 2 4 1 4 2 1 1 2 1 1 1 3 1 1 2 1 2 1 1 1 4 3 4 1 4 1 1 1 1 3 1 3 1 1 1 1 1 71 1.78
1.59 84 3 2 2 3 2 3 1 2 1 2 2 1 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 4 3 1 3 2 2 3 2 1 94 2.35
1.34 85 4 2 2 2 2 3 2 3 1 2 2 1 2 1 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 4 3 2 3 4 2 2 3 2 1 3 2 2 3 3 2 94 2.35
2.41 86 3 2 3 2 2 3 3 3 1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 1 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 97 2.43
2.25 87 3 2 2 1 1 4 1 3 2 1 1 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 4 4 3 1 1 1 4 3 1 3 2 1 2 2 1 81 2.03
2.22 88 3 3 2 2 2 3 1 3 2 2 2 1 2 1 2 2 3 2 1 3 3 2 1 3 3 3 2 3 2 1 2 2 2 1 3 3 2 2 3 2 87 2.18
2.50 89 1 1 3 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 4 4 1 1 4 4 1 1 1 62 1.55
2.47 90 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 1 2 3 4 2 2 2 1 3 4 2 2 3 2 2 2 3 1 86 2.15
2.56 91 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 4 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 96 2.40
2.09 92 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 93 2.33
2.13 93 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 1 3 1 3 2 2 3 4 1 2 2 2 3 3 3 2 3 3 101 2.53
1.38 94 2 1 2 1 1 4 4 3 1 1 2 1 1 1 1 1 3 2 1 2 4 2 2 2 4 3 1 3 1 2 2 3 4 2 4 2 1 1 3 1 82 2.05
1.56 95 3 3 2 2 2 4 1 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 3 3 4 1 1 4 3 3 1 3 1 2 1 1 1 87 2.18
2.66 96 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 1 4 4 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 91 2.28
2.28 97 2 2 2 3 2 3 1 2 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 2 3 2 2 2 3 3 2 2 1 1 1 4 3 2 3 1 1 2 2 1 73 1.83
2.50 98 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 1 1 1 1 1 100 2.50
2.25 99 4 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 102 2.55
2.03 100 2 3 4 4 4 1 1 2 2 3 2 3 3 2 4 2 3 2 1 1 2 3 4 2 4 3 2 3 2 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 95 2.38

65
Lampiran 5. Hasil uji Validitas dan Reabilitas Skala Konformitas Teman
Sebaya
SPSS putaran 1

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.787 40

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
X01 85.6200 107.773 .444 .775
X02 85.8700 109.266 .337 .779
X03 85.9900 111.848 .208 .784
X04 86.0600 110.400 .362 .779
X05 86.0700 106.914 .452 .774
X06 85.3500 119.604 -.203 .801
X07 86.2500 111.907 .209 .784
X08 85.6500 113.624 .136 .786
X09 86.5500 110.068 .377 .778
X10 86.5600 108.229 .522 .774
X11 86.2500 106.997 .636 .770
X12 86.4300 103.743 .646 .766
X13 86.0900 110.224 .318 .780
X14 86.2700 106.644 .515 .772
X15 85.8900 109.614 .383 .778
X16 86.1600 109.368 .357 .778
X17 85.9700 111.181 .261 .782
X18 86.2000 109.152 .363 .778
X19 86.3600 108.051 .497 .774

66
X20 86.1300 115.185 .035 .790
X21 85.6300 115.205 .022 .791
X22 86.0400 111.049 .299 .781
X23 86.2100 106.713 .517 .772
X24 85.7500 112.412 .160 .786
X25 85.1900 118.297 -.146 .797
X26 85.3400 122.287 -.370 .804
X27 86.1400 107.819 .408 .776
X28 85.7900 113.764 .116 .787
X29 86.1300 109.185 .353 .778
X30 86.1200 108.147 .397 .777
X31 85.9400 109.976 .306 .780
X32 85.1500 116.533 -.047 .794
X33 85.4600 115.079 .039 .790
X34 86.3900 107.331 .450 .774
X35 85.2100 116.248 -.024 .791
X36 86.0500 112.290 .176 .786
X37 86.3500 112.735 .195 .784
X38 86.1600 112.903 .181 .785
X39 85.9800 113.858 .122 .787
X40 86.6600 108.631 .475 .775

67
SPSS putaran 2

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.863 21

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
X01 39.4500 74.694 .392 .859
X02 39.7000 74.838 .360 .861
X04 39.8900 75.715 .399 .859
X05 39.9000 71.990 .535 .854
X09 40.3800 76.319 .342 .861
X10 40.3900 74.644 .499 .856
X11 40.0800 73.367 .637 .852
X12 40.2600 69.770 .708 .847
X13 39.9200 75.024 .388 .859
X14 40.1000 72.071 .586 .852
X15 39.7200 75.416 .389 .859
X16 39.9900 75.182 .363 .860
X18 40.0300 75.363 .344 .861
X19 40.1900 74.640 .463 .857
X23 40.0400 72.524 .559 .853
X27 39.9700 73.706 .426 .858
X29 39.9600 74.988 .362 .861
X30 39.9500 74.856 .356 .861
X31 39.7700 74.785 .372 .860
X34 40.2200 72.880 .499 .855
X40 40.4900 75.081 .443 .858

68
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Skala Perilaku Sexting
SPSS putaran 1

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.925 32

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Y01 64.9100 248.083 .534 .923
Y02 64.4700 255.545 .293 .926
Y03 64.8300 254.021 .313 .925
Y04 65.4100 243.840 .655 .921
Y05 65.4100 244.265 .648 .921
Y06 65.4100 243.658 .687 .921
Y07 65.2100 246.612 .536 .923
Y08 64.5900 248.507 .450 .924
Y09 65.0600 254.320 .284 .926
Y10 65.1800 252.614 .374 .925
Y11 65.4600 247.806 .538 .923
Y12 65.0900 248.345 .495 .923
Y13 65.2900 250.915 .454 .924
Y14 65.3400 249.681 .483 .923
Y15 65.2200 246.093 .563 .922
Y16 65.3300 244.567 .617 .922
Y17 65.2400 246.144 .560 .922
Y18 65.2700 243.330 .668 .921
Y19 64.8300 249.678 .407 .925

69
Y20 65.4400 246.289 .590 .922
Y21 65.4000 252.909 .329 .925
Y22 65.4800 249.020 .465 .924
Y23 65.3400 248.105 .470 .924
Y24 65.2500 245.583 .598 .922
Y25 65.5100 249.768 .514 .923
Y26 65.3000 246.879 .602 .922
Y27 64.5300 253.161 .351 .925
Y28 65.2200 244.921 .635 .921
Y29 65.0500 248.230 .480 .923
Y30 65.5900 249.557 .531 .923
Y31 65.3300 248.446 .574 .922
Y32 65.3100 246.155 .608 .922

70
SPSS Putaran 2

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.926 30

Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Y01 59.8400 230.681 .522 .924
Y03 59.7600 236.265 .307 .927
Y04 60.3400 226.085 .663 .922
Y05 60.3400 226.631 .651 .922
Y06 60.3400 226.025 .691 .922
Y07 60.1400 228.889 .539 .924
Y08 59.5200 230.858 .447 .925
Y10 60.1100 235.048 .362 .926
Y11 60.3900 230.240 .533 .924
Y12 60.0200 230.767 .490 .924
Y13 60.2200 233.466 .439 .925
Y14 60.2700 231.654 .493 .924
Y15 60.1500 228.169 .573 .923
Y16 60.2600 226.901 .621 .922
Y17 60.1700 228.385 .565 .923
Y18 60.2000 225.758 .670 .922
Y19 59.7600 232.043 .403 .926
Y20 60.3700 228.842 .583 .923
Y21 60.3300 235.052 .328 .926
Y22 60.4100 231.073 .472 .924
Y23 60.2700 230.239 .475 .925

71
Y24 60.1800 227.826 .603 .923
Y25 60.4400 232.006 .514 .924
Y26 60.2300 229.431 .594 .923
Y27 59.4600 235.362 .347 .926
Y28 60.1500 227.624 .624 .922
Y29 59.9800 230.363 .485 .924
Y30 60.5200 231.525 .542 .924
Y31 60.2600 230.699 .575 .923
Y32 60.2400 228.386 .613 .923

72
Lampiran 7. Uji Normalitas

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
sexting .129 100 .000 .963 100 .007
konformitas .057 100 .200 *
.984 100 .291
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

73
Lampiran 8. Uji Linieritas

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
sexting * Between (Combined) 10030.554 32 313.455 1.469 .093
konformitas Groups Linearity 2239.548 1 2239.548 10.495 .002
Deviation from Linearity 7791.006 31 251.323 1.178 .283
Within Groups 14297.156 67 213.390
Total 24327.710 99

74
Lampiran 8. Hasil Korelasi

Correlations
sexting konformitas
Spearman's rho sexting Correlation Coefficient 1.000 .306**
Sig. (2-tailed) . .002
N 100 100
konformitas Correlation Coefficient .306** 1.000
Sig. (2-tailed) .002 .
N 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

75

Anda mungkin juga menyukai