Anda di halaman 1dari 33

HUBUNGAN FOMO (FEAR OF MISSING OUT) DENGAN

KECANDUAN MEDIA SOSIAL PADA REMAJA PENGGUNA


MEDIA SOSIAL DI KELURAHAN CAILE KABUPATEN
BULUKUMBA

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

NUR AZIZAH

NIM. A 17 09 024

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

PANRITA HUSADA BULUKUMBA

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan seorang individu

dari masa anak-anak menuju tingkat kematangan sebagai persiapan untuk

mencapai masa kedewasa (Wulandari, 2019). Masa remaja menurut Mappiare

berlangsung antara kisaran umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi

wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja

dibagi atas 2 bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun

remaja awal. Dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja

akhir. Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu sudah bisa

dianggap dewasa ketika berumur 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti

ketentuan sebelumnya. Pada usia ini, umumnya anak masih duduk dibangku

sekolah menengah tingkat atas (Ali and Asrori, 2015)

Remaja sering kali dipandang sebagai individu yang mempunyai ciri khas

tingkah laku dan keperibadian tertentu. Perilaku yang sering kali ditunjukkan

remaja merupakan karakterisrik dari proses perkembangan dan pertembuhan

fungsi fisik maupun psikisnya, disamping pengaruh dari lingkungan dan

teman sebaya sekitarnya. Kemampuan fase kognitif akan sangat membantu


remaja dalam mencapai kematangan psikisnya dalam melaksanakan tugas-

tugas perkembangannya dengan baik.

Disisi lain Marshall McLuhan mengatakan bahwa kita sebenarnya hidup

dalam suatu ‘desa global’. Ini mengacu pada perkembangan media

komunikasi modern yang telah memungkinkan jutaan orang di dunia dapat

terhubung satu sama lain disetiap sudut dunia(buku perpus daerah).

perkembangan teknologi yang meningkat memiliki pengaruh terhadap

perkembangan remaja. Teknologi yang terus berinovasi membuat remaja

tertarik untuk mengikuti perkembangannya. Salah satu teknologi yang

sekarang ini banyak digandrungi oleh remaja adalah internet (‘Aisyah Firdaus

Hariadi)

Pada 24 april 2019 Hoostsuite (we are social) merilis update data statistik

digital dan penggunaan internet di seluruh dunia tahun 2019 kuartal kedua

(Q2) dimana pengguna internet mencapai 4,437 miliyar dengan pengguna

media sosial aktif 3,499 miliyar dari total populasi 7,697 miliyar. Berikut

platforrms pengguna media sosial yang paling aktif; pengguna Facebook

2.320 juta, Youtube 1.900 juta, Whatsapp 1.600 juta, FB Masengger 1.300

juta, Wechat1.098 juta, Instagram 1.000 juta (Riyanto, 2019).

Menurut data survei APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

Indonesia), pengguna internet di Indonesia pada tahun 2018 telah mencapai

171,17 juta jiwa dengan penetrasi sebesar 64,8% dari totalpopulasi 264,16 juta

jiwa. Dan pada tahun 2019-2020 penetrasi penggunaan internet di Indonesia


meningkat sebesar 8,9% dengan jumlah penetrasi internet 73.7%. berikut

adalah gambar diagram pengguna internet di Indonesia dari tahun 2019-2020

menurut hasil survey APJII(‘Laporan Survei Internet APJII 2019 -2020).

Pada era modern sekarang ini dimana perkembangan teknologi

komunikasi kian pesat sehingga kemudahan-kemudahan yang disediakan

dalam mengakses internet secara tidak langsung dapat menyebabkan

penggunanya memiliki kecenderungan yang dapat menimbulkan gejala

kecanduan. Banyaknya aplikasi yang disediakan beberapa internet dan

beberapa website yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna internet dalam

mengakses keragaman informasi, hal inilah yang dapat menyebabkan

seseorang rela berlama-lama didepan komputer ataupun smartphone-nya

dengan banyaknya fitur-fitur menarik yang disuguhkan contohnya; whatsapp,

facebook, instagram, line, messenger, youtube, path, twiter, tik-tok dan lain-

lain. Penggunaan internet yang mengalami peningkatan dalam intensitas

waktu penggunaan yang cukup lama akan menimbulkan berbagai

permasalahan yang ada dikalangan psikologi yang dikenal sebagai kecanduan

internet (internet addicition).

Fenomena perkembangan internet pada kalangan remaja berkaitan dengan

kehidupan keluarganya itu sendiri. Pesatnya perkembangan teknologi

informasi telah membawa dampak positif dan negatif bagi siapa saja yang

mengaksesnya. Dampak negatif yang dialami oleh remaja perlu mendapat

perhatian serius bagi tumbuh kembangnya, dalam hal perlunya perhatian dari

keluarga maupun pihak pemerintah. Pemerintah Indonesia melalui kementrian


komunikasi dan informatika bekerja sama dengan lembaga PBB UNICEF

telah melakukan riset pada tahun 2014 dengan tema “keamanan penggunaan

media digital pada anak dan remaja Indonesia” riset ini melibatkan anak dan

remaja usia 10-19 tahun yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia,hasil riset

menyatakan 30 juta anak di Indonesia adalah pengguna internet aktif (ed,

2020) dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Santika(2015) diketahui

bahwa terdapat hubungan yang positif antara FOMO (Fear Of Missing Out)

dengan kecanduan internet pada siswa SMAN 4 Bandung.hasil penelitian

tersebut juga menunjukkan bahwa remaja disekolah tersebut terindikasi

mengalami peningkatan toleransi penggunaan internet.

Remaja yang mengalami ketergantungan media sosial dapat menimbulkan

perilaku yang komplusif yang mengarah ke efek negatif. Hal ini dapat

mengakibatkan ketergantungan atau kecanduan akan membuat individu

terdorong untuk melakukan kegiatan tertentu secara berulang kali dan dapat

menjadi kegiatan yang berbahaya yang dapat menganggu kegiatanya. Individu

yang cenderung terlibat dalam media sosial justru miskin bersosialisasi

dalamkehidupan nyata, bagi individu yang sudah kecanduan media sosial

hanya akan menggunakan media sosial secara terus-menerus dan

mengabaikan hubungan kehidpan di dunia nyata.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Azizan, 2016) dari hasil

kesimpilan didapatkan pengaruh yang sangat segnifikan antara kepercayaan

diri dengan ketergntungan media sosial pada siswa SMKN 1 Bantul, hal itu
disebabkan siswa tidak percaya dengan dirinya sendiri untuk

mengekspresikan kehidupannya di dunia nyata.

Di Provinsi Sulawesi Selatan tidak dapat dipungkiri jika mayoritas

masyarakat dari berbagai kalangan, khususnya kalangan remaja yang sekarang

sudah banyak menggunakan media sosial salah satunya aplikasi TikTok,

dibuktikan dengan pemberitaan NEWS. Okezone. Com dimana dunia

pendidikan tanah air kembali tercoreng. Beredarnya video TikTok siswa-siswi

di salah satu madrasah tsanawiah (MTS) yang viral yang mempertontonkan

adegan kemesraan, dimana terlihat dua siswa dengan pakaian olahraga ini

menjadi viral setelah diunggah akun @sekitar_jambi pada rabu 5 Februari

2020 (Sultan, 2020)

Mengutip salah satu dosen agama di STIKES Panrita Husada Bulukumba

dalam sebuah postingan yang diunggahnya yang tertulis “doa terbaik untukmu

para wanita yang tidak suka pamer aurat dan joget-joget TikTok… kalian

istimewa” setalah melakukan wawancara bersama beliau alas an dari

postinganya tersebut karna keprihatinan beliau terhadap generasi muda sekang

yang tidak malu lagi memamerkan auratnya dan bergoyang ria seakan tidak

bisa lepas dari aplikasi TikTok yang sekarang lagi trending penggunaan media

sosial yang sering dipakai di semua kalangan masyarakat.

Keinginan untuk selalu terhubung dengan media sosial secara terus

menerus tersebut disebabkan karna adanya rasa takut kehilangan moment

terpenting. Rasa takut itulah yang sekarang dikenal dengan istilah Fear Of

Missing Out. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh JWT (Json Web
Token) - Intelligence, sebanyak 40% pengguna internet di dunia mengalami

Fear Of Missing Out (JWT (Json Web Token) - Intelligence, 2012). FOMO

(Fear Of Missing Out) merupakan salah satu bentuk gangguan kecemasan

sosial (social anxiety disorder) yang ditandai dengan adanya keiginan untuk

selalu mengetahui apa yang orang lain lakukan terutama melalui media sosial

(Przybylskiet al,2013).

Di Indonesia masih sedikit penelitian yang meneliti hubungan FOMO

(Fear Of Missing Out) dengan kecanduan media sosial pada remaja karna

FOMO (Fear Of Missing Out) merupakan isu baru dari perilaku individu di

dunia cyber psychology. Penelitian secara konseptual baru dilakukan oleh 2

pihak yaitu: JWT (Json Web Token) Intelligence tahun 2012 dan oleh Andrew

Przybylski tahun 2013. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Imaddudin

(2020) terdapat hubungan FOMO (Fear Of Missing Out) dengan

pembentukan konsep diri generasi-z hal ini disebabkan karna adanya

kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan aktualisasi diri yang

mendorong pribadi terdampak FOMO (Fear Of Missing Out ) ekstrovert akan

merasa menjadi bagian dari apa yang dilihatnya, dengan ikut updute

berkomunikasi dengan pengguna media sosial lainnya. Sedangan pribadi

FOMO (Fear Of Missing Out) interovert berfokus pada dirinya sendiri dan

cenderung malu dan minder untuk melakukan segala hal yang dilihatnya.

Berdasrkan latar belakang di atas, penu lis tertarik untuk melakukan

penelitian untuk melakukan penelitian dengan judul pnelitian ” Hubungan


FOMO (Fear Of Missing Out) Dengan Kecanduan Media Sosial Pada Remaja

Pengguna Media Sosial Di Kelurahan Caile Kabupaten Bulukumba

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan hasil survei yang dilakukan, ini terjadi
peningkatan penggunaan media sosial dari tahun ketahun yang
memungkinkan penggunanya mengalami kecanduan media sosial pada remaja
dikelurahan caile, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Adakah
Hubungan FOMO (Fear Of Missing Out) Dengan Kecanduan Media Sosial
Pada Remaja Pengguna Media Sosial
C. Tujuan peneliti
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Hubungan FOMO (Fear Of Missing Out) Dengan
Kecanduan Media Sosial Pada Remaja Pengguna Media Sosial.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi FOMO (Fear Of Missing Out) Dengan
Kecanduan Media Sosial Pada Remaja Pengguna Media Sosial.
b. Untuk mengidentifikasi implemintasi Hubungan FOMO (Fear Of
Missing Out) Dengan Kecanduan Media Sosial Pada Remaja
Pengguna Media Sosial.
c. Untuk menganalisis Hubungan FOMO (Fear Of Missing Out)
Dengan Kecanduan Media Sosial Pada Remaja Pengguna Media
Sosial

D. Manfaat peneliti

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian yang dilakukan dapat memberikan informasi baru,

wawasan dan pengetahuan yang dapat perkembangan ilmu psikologis,


khususnya pada bidang psikologis klinis, terutama mengenai kecanduan

media sosial dan juga FOMO (Fear Of Missing Out).

2. Manfaat praktis

a. Bagi remaja, penelitian ini diharapkan agar bisa dijadikan sebagai

bahan pertimbangan dalam mengakses Media Sosial dengan

bijaksana, sehingga tidak ada rasa cemas yang timbul dan

menjadikan para remaja kecanduan akan media sosial.

b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan

penelitian baik dari segi variabel, metodologi penelitian, dan subjek

peneliti yang akan digunakan.


A. Octavia, M.Pd, Dr. S. (2020) Motivasi Belajar dalam Perkembangan Remaja. Jl.
Kaliurang Km 9,3- Yogyakarta 55581: Grub Penerbitan CV BUDI Utama.
‘Aisyah Firdaus Hariadi_J71214031.pdf’ (no date).
Ali, M. and Asrori, M. (2015) psikologi remaja. jakarta: pt bumi aksara.
Alinto Sianipar, N. and Sakti Kaloeti, D. V. (2019) ‘Hubungan antara regulasi diri
dengan Fear Of Missing Out (FOMO) pada mahasiswa tahun pertama Fakultas
Psikologis Universitas Diponegoro’, Psikostudia : Jurnal Psikologi.
Alyusi, S. (2016) Media sosial INTERAKSI, IDENTITAS, DAN MODAL SOSIAL.
KENCANA.
Andreassen, C. (2015) ‘Online Social Network Site Addiction: A Comprehensive
Review’. doi: 10.1007/s40429-015-0056-9.
Azizan, H. (2016) ‘PENGARUH KEPERCAYAAN DIRI TERHADAP
KETERGANTUNGAN MEDIA SOSIAL PADA SISWA DI SMK NEGERI 1
BANTUL’, Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Dianda Utami, P. and Irna Aviani, Y. (2021) ‘Hubungan Antara Regulasi Diri dengan
Fear Of Missing Out (FOMO) pada remaja pengguna instagram’. Available at:
https://www.jptam.org/indekx.php/jpam/articel/viem/028.
Dra. Zulmiyetri, Dr. Nurhastuti and Safaruddin (2020) Penulisan Karya Ilmiah. Jl.
Tambra Raya No. 23 Rawamangun-Jakarta 13220: KENCANA.
ed, M. (2020) problematika penggunaan internet konsep, dampak dan strategi
penanganannya. jl. tambra raya no. 23 rawamangung-jakarta 13220: kencana.
Fadhilah Zein, M. (2019) Panduan Menggunakan Media SOsial Untuk Generasi
Emas Milenial. Mohammad Fadhilah Zein.
HMPSI (2020) 15 Warna Psikologi untuk Moloku Kie Raha. Jl. Joyosuko Metro
IV/No 42 B, Malang: Intelegensi Media.
jayani, D. (2020) ‘10 Media Sosial yang paling sering digunakan di Indonesia’, We
Are Social, Hootsuite, 26 February. Available at:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/26/10-media-sosial-yang-paling-
sering-digunakan-dipindonesia.
Kusuma Dharma, K. (2011) Metodologi Penelitian Keperawatan. Jl. MAN 6No.74
Rt.008/Rw.04 Kel. Kampung dukuh, Kec. Kramat Jti Jakarta Timur. DKI
Jakarta,13550: Trans Info Media, Jakarta.
‘Laporan Survei Internet APJII 2019 - 2020’ (no date). Available at:
https://apjii.or.id/survei (Accessed: 23 October 2021).
Makmudah, S. (2019) MEDSOS DAN DAMPAKNYA PADA PERILAKU
KEAGAMAAN REMAJA. Guepedia.
Nabila, D. and Elvaretta, O. (2020) Peradaban Media Sosial Di Era Industri 4.0.
Wisma Kalimetro, Jl. Joyosuko Metro 42 malang: Prodi Ilmu komunikasi Universitas
muhammadiyah Malang dan inteligensia Media.
Nur B, A. (2020) Phubbing dan Komunikasi Sosial. Jl. kyai Mojo No. 101 Jember,
Jawa Timur: UIJpKYAI MOJO.
Nurhalimah, S. (2019) Media Sosial Dan Masyarakat Pesisir: Refleksi Pemikiran
Mahasiswa Bidikmisi. Jl. Kaliurung Km.9,3-Yogyakarta 55581: Grub Penerbitan CV
BUDI Utama.
Pratiwi, A. and Fazriani, A. (2020) ‘Hubungan Antara Fear Of Missing Out Dengan
Kecanduan media sosial pada remaja pengguna media sosial’. doi:
10.37048/kesehatan.v9il.123.
Prof. Dr. Sugiyono (2020) Metode penelitian Kuantitatif kualitatif. Jl. Gegerkalong
Hilir No.84 Bandung: Alfabeta Bandung.
Rahmadi, A. (2016) Tips Produktif Ber-Social Media. Jakarta: PT Elex Media
Komplitudo.
Riyanto, A. (2019) ‘Data Statistik Digital dan Pengguna Internet di Dunia tahun 2019
Kuartal Kedua’. Available at: https://andi.link/data-statistik-digital-dan-pengguna-
internet-di-dunia-tahun-2019-kuartal-kedua-q2/ (Accessed: 23 January 2021).
Sangadji, Z., Ruhmah, A. and Fauzi (2020) Literasi Media dan Peradaban
Masyarakat. Wisma Kalimetro, Jl. Joyosuko Metro 42 malang: Prodi Ilmu
komunikasi Universitas muhammadiyah Malang dan inteligensia Media.
Saputra, A. (2018) ‘SURVEI PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DIKALANGAN
MAHASISWA KOTA PADANG MENGGUNAKAN TEORI USES AND
GRATIFICATIONS’. doi: 10.14203/j.baca.v40i2.475.
‘S_PSI_1006388_Abstract.pdf’ (no date).
Sultan, A. (2020) ‘Viral vidio Bermesraan Siswa MTS, Warganet: Bikin Malu
Sekolah’, NEWS. Okezone. com.
Thalib,M.SI, prof. Dr. S. (2010) Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris
aplikatif. Jakarta: Kencana Pranada Media Group.
Wulandari, S. (2019) perilaku remaja. sembungharjo, genuk, semarang 50116:
mutiara aksara.
Automatic citation updates are disabled. To see the bibliography, click Refresh in the
Zotero tab.
BAB II
KONSEP TEORI

A. Tinjauan Teori
1. Remaja
a. Pengertian Remaja
Adolescence atau sering kita sebut remaja, berasal dari bahasa
latin adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan” bangas primitife dan orang-orang
purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak dengan
periode lain dalam siklus kehidupan. Adolescence memiliki
pemaknaan yang cukup luas, mencakup kematangan mental
emosional, sosial, dan fisik (Ali and Asrori, 2015). Masa remaja
merupakan proses perubahan dari masa kanak-kanak dalam
persiapan menuju dewasa. Ini berarti tujuan pekembangan yang
ingin dicapai dalam peroses tingkat kematangan dalam masa
remaja merupakan bekal keberhasilan di masa dewasa. Sebagai
suatu proses transisi, masa remaja bisa ditandai dengan perubahan
dalam aspek-aspek fisik, mental, intelektual dan sosial (Wulandari,
2019)
Besarnya perubahan yang terjadi pada masa remaja sehingga
menimbulkan “kejutan’ bagi remaja itu sendiri dan lingkungannya.
Seperti hanya pekerkambngan itu seperti laut maka masa remaja
merupakan lautan dengan gelombang yang paling tinggi.
Penamaan masa storm and stress pada masa remaja ini berarti
kuatnya gelombang dan goncangan yang terjadi pada fase ini,
sehingga ada pula prndapat yang menyebutkan masa ini
merupakan masa kelahiran kedua karna dalam masa remaja
cenderung akan lebih menunjukkan eksistensi peubahan dirinya
(Wulandari, 2019)
Menurut salah satu pakar psikologi menyebutkan bahwa masa
remaja dimulai pada saat anak mulai matang secara seksual dan
berakhir pada usia anak memasuki usia dewasa yang diakui secara
hukum. Masa remaja terbagi atas dua kategori yaitu masa remaja
awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal ditandai dengan
anak mulai mengalami kematangan reproduksinya yaitu pada usia
13 tahun sampai dengan 17 tahun. Sedangkan masa remaja akhir
setelah melewati priode masa kematangan seksual sampai dengan
18 tahun, dimana seseorang dinyatakan dewasa secara hukum (A.
Octavia, M.Pd, 2020)
b. Tahap perkembangan remaja
Menurut (Thalib,M.SI, 2010) Masa remaja merupakan salah
satu masa dimana manusia mengalami perkembangan dalam
kehidupannya, dimana terjadi perubahan masa kanak-kanak
menuju masa dewasa. Adapun beberapa ahli berpendapat tentang
kapan masa remaja seseorang itu berlangsung. Perkembangan
manusia itu bersifat individual, bersifat cepat dan lambat. Maka
dari itu batasan umur seseorang bersifat fleksibel, yang berarti
dapat maju atau mundur. pada usia perkembangan umumnya
remaja yang dikategorikan kelompok remaja biasanya masih
duduk dibangku SMP, SMA dan sebagian telah menjadi
mahasiswa. Adapun menurut (Dr. Nurhastuti and Safaruddin,
2020) beberapa tahapan perkembangan remaja secara spesifik
yaitu:
1) Masa remaja awal (10 sampai 12 tahun)
a) Cenderung lebih dekat dengan teman sebaya
b) Merasa ingin bebas
c) Lebih mementingkan citra tubuhnya
d) Mulai berfikir abstrak
2) Masa remaja pertengahan (13 sampai 15 tahun)
a) Masa mencari jati diri
b) Ada keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis
c) Memiliki rasa suka yang mendalam
d) Mengembangkan kemampuan dalam berpikir
e) Berkhayal tentang seks
3) Remaja akhir (17 sampai 21 tahun)
a) Mulai menyampaikan Kebebasan diri
b) Lebih pemilih dalam mencari teman sebaya
c) Lebih memperhatikan citra tubuhnya sendiri
d) Pengungkapan rasa cinta
e) Pembagian perkembangan masa remaja

c. Karakteristik Remaja
Menurut (Dr. Nurhastuti and Safaruddin, 2020) ada beberapa
karakteristik remaja, yaitu:
1) Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan fisik remaja mengalami perubahan yang
lebih cepat, lebih cepat jika dibandingkan pada masa anak-anak
dan masa dewasa. Untuk mengimbangi pertumbuhan yang
cepat itu, remaja membutuhkan makan dan tidur lebih banyak.
2) Perkembangan fungsi organ seksual
kadang Perkemangan fungsi organ seksual kadang-
menimbulkan masalah dan mennyebabkan terjadinya
perkelahian, pembunuhan dan lainnya. Adapun tanda
perkembangan fungsi organ pada laki-laki adalah matangnya
alat produksi spermanya, yang ditandai dengan terjadinya
pengeluaran sperma yang biasa disebut mimpi basah.
Sedangkan pada wanita rahimnya sudah mampu dibuahi karna
ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.
3) Cara berpikir kausalitas
Keterkaitan hubungan sebab akibat. Remaja sudah dapat
berpikir kritis sehingga ia bisa saja melawan apabila
bertentangan dengan pola pikirnya, Hal tersebut dapat
menimbulkan perilaku menyimpang seperti hanya kenakalan
remaja, yangberupa pertentangan antarpelajar yang sering
terjadi di kota-kota besar.
4) Emosi yang meluap-luap
Dikarenakan remaja masih belum bisa mengontrol emosinya
hal ini besar kaitannya dengan pengaruh hormon. Emosi remaja
lebih mendominasi menguasai dirinya dari pada pikirannya
sendiri. Emosi remaja mudah terpancing sehingga remaja
biasannya memancing permasalahan dan terjerumud dalam
tindak tidak bermoral; misalnya, bunuh diri karna putus
cinta,membunuh orang karna marah, dan sebagainya. Hal ini
karna pola piker remaja masih labil sehingga ketidakmampuan
menahan emosinya yang meluap-luap.
5) Menarik perhatian lingkungan
Pada fase ini demi mendapatkan status dan peran, remaja
berusaha mencari perhatian dari lingkungan sekitarnya. seperti
halnya kegiatan remaja dikampungpkampung yang diberi
kepercayaan untuk mengelolah jalannya acara yang akan
dilakukan, misalnya mengumpulkan dana untuk orang-orang
yang membutuhkan.
6) Terikat dengan kelompok
Dalam kehidupan sosial remaja sangat memiliki ketertarikan
dengan kelompok sebayanya, sehingga tidak jarang remaja
memproritaskan aktivitas kelompoknya yang utama dibanding
dengan lingkungan rumahnya. Hal itu terjadi karna dengan
begitu kebutuhan remaja merasa terpenuhi, contihnya
kebutuhan untuk dipahami, dianggap, diperhatikan, mencari
hal-hal baru yang bisa dijadukan pengalaman hidup dan
lainnya. Sekelompok organisasi remaja sebenarnya tidak
berbahaya hanya saja orang tua harus memantau dan
mengarahkannya pada halphal yang bersifat positif.
2. Media Sosial
a. Pengertian media sosial
Internet merupakan teknologi yang paling banyak digunakan
oleh masyarakaat saat ini. Sebagai produk teknologi internet telah
memunculkan jenis interaksi baru dimasyarakat dibandingkan
interkasi sosial sebelumnya. Pada zaman dulunya dimana manusia
jauh dari teknologi yang canggih pada sekarang ini, dan hanya
berinterkasi secara face to face communication. Maka pada zaman
ini masyarakat bisa berinteraksi dalam dunia maya atau melalui
interaksi sosial online. Dengan hadirnya kecanggihan teknologi
informasi maka kini masyarakat memiliki alat alternative untuk
dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya (Alyusi, 2016).
Internet sebagai media interaksi sosial telah terjadi diseluruh
dunia dengan menghadirkan berbagai macam aplikasi di media
sosial, banyak ahli mengungkapkan pengertian dari media sosial
itu sendiri salah satunya dalam buku (Sangadji and Ruhmah, 2020)
Media sosial adalah sebuah teknologi yang membantu
menyampaikan informasi individu maupun sekelompok orang
untuk mencapai suatu tujuan. Media sosial merupakan platform
media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang
menfasilitasi penggunanya dalam melakukan aktivitas di dunia
maya, karena itu media sosial dapat diartikan sebagai fasilitator
online yang membantu individu satu dengan yang lainnya dalam
menjalin sebuah ikatan sosial di media sosial.
Sejak adanya media sosial ini secara cepat menghapus batasan-
batasan dalam bersosialsasi dengan orang lain secara face to face
communication, karna dalam dunia media sosial seseorang tidak
dibatasi ruang maupun waktu, individu dapat berkomunikasi
kapanpun dan dimanapun dia berada. Dan tidak dipungkiri hampir
diseluruh manusia di berbagai belahan dunia mengetahui cara
mengakses media sosial karna kepopulerannya. Dalam penelitian
(Saputra, 2018) yang berjudul Survei Penggunaan Media Sosial Di
Kalangan Mahasiswa Kota Padang Menggunakan teori Uses And
Gratifications adapun hasil penelitian menyatakan bahwa 98%
responden mengaku sebagai pengguna internet aktif, dan 97%
mengungkapkan aktif menggunakan media sosial. Terkait
perangkat yang sering digunakan dalam mengakses media sosial,
hasilnya bahwa smartphone menjadi perangkat yang paling banyak
digunakan dalam mengakses media sosial (85%) dan (15%)
mengunakan smartphone dan laptop.
Platform media sosial yang digunakan dapat dilihat pada daftar
platform laporan hasil survei databoks (jayani, 2020)

Dengan berkembanganya teknologi di Era informasi hadirnya


internet membuat perubahan besar bagi kehidupan seseorang
dimana individu dapat memenuhi berbagai keperluan dalam
kehidupan sehari-harinya, sehingga pada zaman sekarang ini
dengan pesatnya penggunaan internet muncul fenomena baru yang
disebut dengan perilaku kecanduan.
Kecanduan biasanya dikaitkan dengan sebuah kontrol perilaku
yang berlebihan, menurunnya kontrol terhadap diri sendiri,
perilaku yang berulang kali dilakukan dan mendatangkan dampak
negatife dari bagi dunia seseorang (HMPSI, 2020). Adapun ciri-
ciri umum kecanduan internet menurut (HMPSI, 2020) yaitu:
1) Penggunaan internet secara berlebihan sehingga seseorang
lupa akan waktu yang telah berjalan, dalam hal ini waktu
yang direncanakan sebelumnya ternyata melewati batas yang
telah direncanakan sebelumnya. Hal ini juga dapat
menyebabkan seseorang mengulur waktunya untuk kebutuhan
dasarnya seperti makan dan minum.
2) Adanya perasaan tidak tenang seperti perasaan cemas dan
takut ketika tidak mengakses internet.
3) Seseorang enggang untuk berhenti ketika terlanjur mengakses
internet. Orang yang telah kecanduan internet akan
menghabiskan waktu lebih dari 5 jam/hari sampai diatas 8
jam/hari dan 20-40 jam/minggu hingga diatas 40 jam/minggu
4) Adanya usaha untuk mengendalikan kemauan mengakses
internet terus-menerus namun selalu gagal.
5) Internet menganggu kehidupan seseorang seperti menurunnya
prestasi, suka berbohong, dan mengalami kelelahan seperti
mata menjadi lelah, kondisi tubuh yang lelah karna terlalu
lama mengakses internet.

Walaupun pada saat ini teknlogi banyak menghadirkan dampak


positif yang menyuguhkan berbagai macam media seperti media
hiburan, fasilitas bisnis, pengembangan keterampilan kognitif,
moda dan interaksi sosial didunia maya. Namun dari banyaknya
fitur-fitur yang ada di sosial media ini menimbulkan
kekhawatiran bagi pengguna yang mengakses seosial media
berlebihan mengenai pengguna menjadi “kecanduan” telah
banyak dikemukakan oleh ahli. Dalam konteks ini adktif ditandai
dengan terlau memperhatiakan aktivitas online, di dorong oleh
motivasi yang tidak dapat dikendalikan untukmengakses media
sosial sehingga dapat menganggu dan merusak aktivitas lainnya
(Andreassen, 2015).
b. Ciri-ciri media sosial
Menurut Tim Pusat Humas Kementrian Perdagangan RI dalam
buku panduan optimalisasi media sosial (2014) dan dilansir
kembali dalam buku (Makmudah, 2019) ciri-ciri media sosial
antara lain:
1) Konten yang dibagikan untuk semua orang dan tidak terbatas
pada satu orang tertentu.
2) Isi pesan muncul tampa melalui suatu gatekeeper dan tidak ada
penghambat.
3) Cara penyampaian isi secara online dan langsung
4) Orang dapat mengkses konten dengan cara online sehingga
dalam waktu cepat konten dapat diterima, tetapi
penerimaannya juga dapat tertunda tergantung dari pengguna
yang menentukan waktu iteraksinya.
5) Media sosial menjadikan penggunanya sebagai pemilik konten
yang membuat dirinya dapat beraktualisasi diri.
6) Dalam konten media sosial terdapat sejumlah aspek fungsional,
berbagi (sharing, kehadiran (eksis), tabungan (relasi), reputasi
(status) dan komunitas.
c. Manfaat media sosial
Sosial media dapat memberikan dampak positif maupun negatif
kepada penggunanya. Tergantung kebijakan pengguna dalam
memanfaatkan media sosial ini. Adapun menururt (Rahmadi,
2016) yaitu:
1) Sumber informasi

Dengan mengakses media sosial kita dapat mengetahui


berbagai macam informasi seperti hanya informasi menganai
beasiswa, lowongan kerja, info seputar agama, politik, motivasi,
maupun hal-hal yang tern yang jadi perbincangan banyak orang.

2) Menjalin silaturahmi

Dengan adanya media sosial yang dapat diakses oleh seluruh


manusia yang ada di bumi, jarak bukan lagi menjadi penghalang
seseorang untuk dapat terhubung satu dengan yang lainnya.

3) Membentuk komunitas

Orang-orang yang memiliki kesukaan/hobi yang sama dapat


membentuk sebuah komunitas perkumpulan yang memiliki hobi di
bidang yang sama sehingga dapat terbentuk koordinasi, sharing,
dan interaksi ketika tidak sedang bersama.

4) Promosi

Jika dulu orang yang ingin berjualan harus memiliki toko


sebagai tempat untuk mempromosikan barangnya, akan tetapi pada
sekarang ini dengan hadirnya media sosial yang menghubungan
satu dengan yang lain yang memiliki jarak, adanya sosial media
memudahkan orang untuk berjualan dari rumah dengan
mempromosikan produk dan jasa yang dimilikinya dengan
memanfaatkan media sosial.

5) Branding

Branding dapat diartikan sebagai kumpulan kegiatan


komunikasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan agar brand
(merk) yang ditawarkan memiliki nilai tersendiri bagi calon
konsumen.

6) Kegiatan sosial

Dengan adanya sosial media, memberi kemudahan dalam


menggalang bantuan untuk kegiatan sosial, sehingga jika banyak
orang yang ingin ikut serta dalam membantu maka bantuan yang
diperlukan untuk kegiatan sosial akan cepat terpenuhi.

d. Karakterristik media sosial


(Makmudah, 2019) mengemukakan bahwa media sosial
memiliki karakteristik antara lain:
1) Partisipasi
Partisispasi media sosial mendorong berbagi kontribusi dan
adanya umpan balik (feedback) dari setiap orang yang tertarik.
2) Keterbukaan
Sebagaian pelayanan media sosial bersifat terbuka untuk
umpan balik (feedback) dan partisipasi. Sehingga mendorong
individu untuk mengekspresikan diri mereka dengan cara
berkomentar dan berbagai informasis
3) Percakapan
Komunikasi yang terjalin antara satu dengan yang lain, dan
dapat dipublikasikan ke khalayak tentunya melalui media
sosial.
4) Komunitas
Dengan adanya media sosial sekelompok orang dapat saling
terhubung dengan membuat komunitas dengan cepat dan
berkomunikasi secara efektif. Komunikasi saling berbagi hobi
dan minat yang sama, mislanya mengenai isu politik, olahraga
favorit dan lainnya.
5) Keterhubungan
Hampir seluruh media sosial dapat menghubungkan individu
satu dengan individu lainnya, dengan membuat situs-situs dan
sumber-sumber lainnya individu dapat saling keterhubungan.
e. Jenis-jenis aplikasi media sosial
Sosial media, sesuai namanya merupakan sebuah alat yang
memungkinkan penggunanya untuk saling berinteraksi dan
bersosialisasi untuk saling mengirimkan informasi dan
mengadakan kerja sama. Beberapa sosial media menurut(Rahmadi,
2016) yaitu:
1) Forum
Forum menfasilitasi penggunanya untuk dapat saling
berbagi informasi sesuai subtopik yang diperbincangkan dalam
forum, sehingga pengguna forum yang lain dapat memberikan
tanggapan terhadap info itu. Untuk dapat mengontrol forum
agar perbincangan yang sedang dibincangkan terarah maka
admin berperang penting dalam pengontrolan subtopic.
Contohnya kaskus (kaskus.co.id), Ads id (ads.id), Indowebster
(forum.ids.id). ada juga berupa grub via email yang biasa kita
kenal dengan milis, seperti groups.yahoo.com. dan
group.google.com.
2) Blog
Blog merupakan media sosial yang biasa digunakan untuk
menulis konten, layaknya sebuah diary. Jadi dalam blog
artikel-artikel yang ada didalam blog adalah milik pengguna itu
sendiri. Contoh blogspot (blogspot.com), wordpress
(wordpress.com), tumblr (tumblr.com).
3) Microblog
Microblog hampir sama dengan blog dimana microblog
memiliki fungsi menulis teks pembaruan singkat oleh
penggunanya dan biasanya dibatasi dalam jumlah kurang dari
200 karakter. Biasanya orang yang mempunyai ide-ide atau
gagasan dapat mengungkapkannya lewat microblog.
Contohnya twitter (twitter.com).
4) Social Networking
Sosial media yang menyidiakan penggunanya untuk dapat
saling terhubung dengan pengguna lainnya. Dengan saling
menambahkan teman, memberikan komentar, bertanya,
maupun berdiskusi. Contoh facebook (facebook.com), google ⁺
(plus.google.com).
5) Social bookmarking
Sosial media dengan interaksi berupa voting, menandai
artikel yang disuka atau memberikan komentar terhadap artikel
yang ada. Contoh Digg (dig.com), Reddit (reddit.com),
Delicious (del.icio.us).
6) Social photo dan video sharing
Sosial media ini digunakan untuk berbagi foto maupun
video.Contohnya youtube (youtube.com), instagram
(instagram.com), flickr (flickr.com).
7) Wiki
Sosial media dengan interaksi berupa menambahkan artikel
dan mengedit artikel yang sudah ada. Contoh Wikipedia
(Wikipedia.org).

Adapun jenis aplikasi media sosial yang sering digunakan


masyarakat yaitu;
a) Facebook
Facebook merupakan layanan jejaring sosial yang di
dirikan oleh Mark Zuckerverg yang berkantor pusat di
Menlo Park, California, Amerika serikat peluncurannya
pada bulan Februari 2004 (Nabila and Elvaretta, 2020).
Facebook biasa digunakan untuk menjalin hubungan
pertemanan, tempat ngobrol, promosi produk, membentuk
komunitas/grup, mengunggah foto atau video, membuat
status, permainan berjejaring, chatting, dan lain sebagainya.
b) Youtube
Youtube adalah sebuah situs web untuk berbagi konten
vidio yang dibuat tiga mantan PayPal pada 14 Februari
2015 (Nabila and Elvaretta, 2020). Youtube menyediakan
konten-konten berisi fitur yang bisa digunakan untuk
mempromosikan produk.
c) Twitter
Twitter merupakan sebuah jejaring sosial yang dibuat
oleh Jack Dorsey pada maret 2006 dan diluncurkan setelah
4 bulan kemudian. Twitter adalah sebuah mikroblog daring
yang terdiri 140 karakter yang biasa dikenal dengan
kicauwan (tweet) , dimana penggunanya dapat mengirim
dan membaca pesan (Fadhilah Zein, 2019)
d) TikTok
TikTok merupakan sebuah aplikasi yang dijadikan
sebagai media penghibur, vidio dengan durasi pendek yang
dilengkapi musik dimana penggunanya dapat
mengespresikan dirinya dalam bentuk vidio-vidio unik
dengan mengandalkan kekreativitasnya untuk diedit dan
dapat menjadi vidio penghibur (Nurhalimah, 2019)

f. Faktor-faktor Kecanduan Media Sosial

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi kecanduan media


sosial (HMPSI, 2020) yaitu:

1) Stress
Seseorang yang tidak mampu mengotrol stress yang
dialami akan mencari tempat yang bisa melepaskan beban
yang ada dipikirannya, salah satunya dengan menggunakan
internet. Dengan mengakses internet seseorang dapat
membuka berbagai media dimana dirinya bisa melepaskan
stress, baik itumedia sosial maupun media hiburan.
2) Loneliness (kesepian)
Seseorang mengalami kecanduan internet, karna pada
beberapa orang tidak hanya kesendirian yang menjadi
penyebab akan tetapi ketika seseorang berkumpul dengan
teman-temannya tetapi masih merasa kesepian, hal ini
mengambarkan seseorang tidak mampu melakukan hubungan
sosial yang baik dengan lingkungannya.
3) Harga diri rendah
Adanya perasaan tidak mampu diterima oleh lingkungan
sekitar sehingga seseorang yang mempunyai harga diri redah
akan mencari media yang dapat mengekspresikan perasaan
yang dia rasakan.
4) Kontrol diri yang lemah
Seseoang tidak memiliki kemampuan dalam mengotrol
setiap perasaan, pemikiran maupun tindakan yang didorong
oleh pengaruh luar maupun dalam sehingga seseorang akan
kehilangan kontrol terhadap dirinya sendiri.

3. Fear Of Missing Out


a. Defenisi Fear Of Missing Out
Przyblylski, Murayama, DeHaan dan Gladwell menjelaskan
teori tentang FoMo (Fear Of Missing Out) merupakan istilah
baru dalam dunia yang dianggap sebagai kekhawatiran yang
pervasif ketika seseorang mempunyai pengalaman yang lebih
baik/memuaskan dan adanya rasa ingin selalu terhubung dengan
individu lain (Alinto Sianipar and Sakti Kaloeti, 2019). FoMo
mengacu pada SDT (Self- Determination Theory) dimana tidak
terpenuhinya kebutuhan psikologis seseorang secara
berkepanjangan sehinggan timbul dorongan regulasi yang buruk
dari dalam diri, hal ini juga dijelaskan dalam penelitian Trini dan
Ramdhani yang menyatakan seseorang yang memilikikebutuhan
berelasi yang tinggi maka semakin besar pula kemungkinan
seseorang tersebut akan mengalami kecenderungan FoMo dalam
mengakses media sosial (Alinto Sianipar and Sakti Kaloeti,
2019) penelitian sebelumnya mendeskripsikan FoMo sebagai
nilai psikologis yang paling lekat dengan adanya kesalahan yang
diuat oleh pengguna telpon pintar serta penggunaan media sosial
yng berlebihan.
(Dianda Utami and Irna Aviani, 2021) menjelaskan bahwa
FoMo (Fear Of Missing Out) adalah rasa cemas yang muncul
dari dalam diri individu ketika terlambat atau bahkan
melewatkan aktivitas media sosial orang lain sehingga adanya
keinginan untuk selalu terhubung dengan dunia maya. FoMo
dalam konteks media sosial pada smartphone merupakan suatu
fenomena sosial adanya rasa keiginan untuk selalu mengecek
dan memantau aplikasi yang ada didalamnya sehingga muncul
rasa cemas dari sebagian pengguna smartphone (Pratiwi and
Fazriani, 2020).

b. Aspek- Aspek Fear Of Missing Out


Adapun aspek-aspek FoMo menurut Przybylski et al (Nur B,
2020)
Yaitu sebagai berikut:
1) Kebutuhan relatedness yang tidak terpenuhi
Aspek ini merupakan suatu keinginan yang dialami
individu untuk mempunyai hubungan dekat dengan individu
lain. Jika seorang individu tidak mampu memenuhi
keinginannya maka akan muncul perasaan khawatir. Hal ini
yang menimbulkan rasa keingintahuan individu untuk mencari
tahu kegiatan apa yang dilakukan oleh individu lainnya.
2) Kebutuhan psikologis self (diri sendiri) yang tidak terpenuhi
Aspek ini mengambarkan tentang kebutuhan individu yang
memiliki kaitan dengan dua hal yakni competence dan
autonomy. Competence yaitu kemauan individu untuk
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
untuk mencapai suatu tantangan. Sedangkan autonomy
merupakan individu yang bebas mengitegrasikan apa yang
akan dilakukan oleh dirinya sendiri tampa ada dorongan dari
orang lain. Kedua aspek inilah yang menjadi pemicu individu
untuk melampiaskan pada media sosial ketika kebutuhan
psikologis akan self ini tidak terpenuhi.
c. Faktor yang Mempengaruhi Fear Of Missing Out
Menurut (Nur B, 2020) terdpat 4 faktor yang mempengaruhi fear
of missing out
1) Gender (jenis kelamin)
2) Trait (sifat)
3) Tidak adanya komunikasi face to face
4) Need
d. Hubungan Antara Kecanduan Media Sosial dengan Fear Of
Missing Out
Internet menjadi penemuan terbesar dalam sejarah manusia
dalam menyediakan berbagai informasi. Dalam waktu cepat
individu akan menemukan informasi secara virtual dengan
berbagai topik (Arnett, 2013). Dalam memperoleh informasi dari
internet tidak hanya berasal dari aplikasi searching, namun saat ini
media sosial juga dapat memberikan informasi karena banyaknya
media sosial yang berkembang saat ini menyebabkan individu
banyak yang menggunakannya.
Dalam media sosial individu dapat membagikan informasi apa
saja karena akan terus ter-update. Melaui media sosial, kebutuhan
untuk memperoleh dan membagikan informasi, salah satunya
adalah informasi sosial menjadi semakin mudah untuk dipenuhi
karena didalam media sosial menyediakan berbagai bentuk
informasi sosial seperti informasi tentang aktivitas, kegiatan
individu ataupun kelompok lain serta berbagai pembicaraan yang
sedang terjadi saat ini (Przyblylski, Murayama, Dehaan &
Gladwell, 2013). Sehingga berbagai macam bentuk informasi yang
di peroleh dari internet terus berkembang dan up to date. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dossey
(2014) yang menjelaskan bahwa di saat bangun tidur, sebelum
tidur, makan dan bahkan ketika berkendara menggunakan motor
maupun mobil, individu tetap menggunakan ponsel atau
smartphonenya untuk menjelajahi internet agar tidak merasa
tertinggal informasi.
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa tujuan seseorang
menggunakan internet adalah untuk mencari informasi, dan
kebutuhan akan memperoleh informasi yang terbaru dan ter-update
menyebabkan individu meningkatkan waktu dari penggunaan
internetnya. Tujuan dan waktu penggunaan internet merupakan
salah satu faktor penyebab kecanduan internet. Symptom-symptom
tersebut secara tidak langsung memiliki keterkaitan dengan aspek
kecanduan internet yang dijelaskan oleh Young (2010) yaitu
merasa keasyikan dengan internet, memerlukan waktu tambahan
dalam mencapai kepuasan sewaktu menggunakan internet, tidak
mampu mengontrol, mengurangi atau menghentikan penggunaan
internet dan mengakses internet lebih lama dari yang diharapkan.
Selain Young, aspek dari kecanduan internet yang dijelaskan
Griffiths (2015) juga memiliki keterkaitan yaitu dimensi tolerance,
peningkatan penggunaan internet pada gejala kecanduan internet.
Apabila keinginan untuk memperoleh informasi dari internet tidak
terpenuhi akan menimbulkan perasaan-perasaan tidak nyaman,
cemas ataupun gelisah ketika tidak dapat menggunakan internet
karena takut tertinggal informasi dan merasa kurang up to date.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian informasi yang terbaru dan
ter-update menyebabkan individu meningkatkan waktu dari
penggunaan internetnya. Tujuan dan waktu penggunaan internet
merupakan salah satu faktor penyebab kecanduan internet.
Symptom-symptom tersebut secara tidak langsung memiliki
keterkaitan dengan aspek kecanduan internet yang dijelaskan oleh
Young (2010) yaitu merasa keasyikan dengan internet,
memerlukan waktu tambahan dalam mencapai kepuasan sewaktu
menggunakan internet, tidak mampu mengontrol, mengurangi atau
menghentikan penggunaan internet dan mengakses internet lebih
lama dari yang diharapkan. Selain Young, aspek dari kecanduan
internet yang dijelaskan Griffiths (2015) juga memiliki keterkaitan
yaitu dimensi tolerance, peningkatan penggunaan internet pada
gejala kecanduan internet. Apabila keinginan untuk memperoleh
informasi dari internet tidak terpenuhi akan menimbulkan
perasaan-perasaan tidak nyaman, cemas ataupun gelisah ketika
tidak dapat menggunakan internet karena takut tertinggal informasi
dan merasa kurang up to date. Hal ini didukung oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Larry dkk di tahun 2015, yang
mengatakan bahwa kecemasan dan ketergantungan dapat terus
meningkat setiap harinya karena penggunaan smartphone / internet
yang terus menerus dan meningkatnya keterjagaan setiap malam
(terbangun beberapa kali) yang tentunya dapat mengakibatkan
masalah tidur. Perasaan-perasaan tidak nyaman ketika tidak dapat
menggunakan internet juga merupakan symptom yang berkaitan
dengan aspek kecanduan internet yang jelaskan oleh Young (2010)
yaitu merasa gelisah, murung, depresi atau lekas marah ketika
berusaha mengurangi atau yang dilakukan oleh Larry dkk di tahun
2015, yang mengatakan bahwa kecemasan dan ketergantungan
dapat terus meningkat setiap harinya karena penggunaan
smartphone / internet yang terus menerus dan meningkatnya
keterjagaan setiap malam (terbangun beberapa kali) yang tentunya
dapat mengakibatkan masalah tidur. Perasaan-perasaan tidak
nyaman ketika tidak dapat menggunakan internet juga merupakan
symptom yang berkaitan dengan aspek kecanduan internet yang
jelaskan oleh Young (2010) yaitu merasa gelisah, murung, depresi
atau lekas marah ketika berusaha mengurangi atau menghentikan
penggunaan internet.
Ketakutan tertinggal informasi merupakan salah satu ciri dari
Fear of Missing Out (FoMO). Dari rasa takut akan tertinggal
informasi ataupun merasa kurang up to date menyebabkan individu
meningkatkan intensitas waktu dalam penggunaan internet agar
tidak merasa ketinggalan informasi. Peningkatan intensitas waktu
dalam menggunakan internet merupakan salah satu bagian dari
kecanduan internet. Penelitian yang dilakukan oleh Abel, Cheryl &
Sarah (2016), menunjukkan bahwa kemudahan mengakses
berbagai informasi melalui internet dapat mendorong individu
untuk lebih mudah membandingkan hidupnya dengan kehidupan
orang lain yang individu tersebut baca dan lihat dari yang orang
lain tunjukkan di intenet. Sementara, dalam penelitian yang
dilakukan oleh Al-Menayes (2016) menunjukkan bahwa
banyaknya aplikasi yang ditawarkan oleh internet memungkinkan
individu melakukan pencarian berbagai informasi secara lebih
efiesien dan murah sehingga individu merasa butuh untuk terus
berhubungan dengan internet, sehingga menurut Al-Menayes
(2016) individu yang mengalami Fear of Missing Out (FoMO)
akan terus tertarik untuk menggunakan internet sehingga dapat
menyebabkan individu cenderung mengalami kecanduan internet.
Fear of Missing Out (FoMO) sendiri lebih sering dialami oleh
orang-orang muda, hal ini terlihat dari penelitian sebelumnya
menemukan bahwa sekitar 65% dari orang-orang muda pernah
mengalami Fear of Missing Out (FoMO) dan 40% diantaranya
sering mengalami Fear of Missing Out (FoMO), dalam kurun
waktu 4 bulan kebelakang (JWTIntellegence, 2012).
B. Kerangka teori

Media Sosial

Pengguna Media Sosial

Remaja Usia 12-21 tahun

Kecanduan Media Sosial

Dampak Media Sosial


FOMO

FOMO FOMO
Introvert Ekstrovert
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep
Kerangka Konseptual disintesis, dianstraksi dan dari
berbagai teori dan pemikiran ilmiah, yang mencerminkan
paradigm sekaligus tuntunan untuk memecahkan masalah
penelitian dan merumuskan hipotesis. Kerangka konseptual
penelitian dapat berbentuk bagan, atau persamaan fungsional,
yang dilengkapi dengan uraian kualitatif.

Kecanduan Fear Of
Media Sosial Missing
Out

1. Stress
2. Kesepian
3. Harga diri rendah
4. Kontrol diri yang lemah
5. Selalu ingin terhubung
dengan orang lain

Keterangan :

Variabel Independen

Variabel Dependen
Variabel Perancu

Penghubung antar variabel

B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan faktor atau objek yang
memiliki “variasi” antara satu dengan objek lainnya yang
saling mempengaruhi dalam suatu penelitian yang akan
dilakukan (Prof. Dr. Sugiyono, 2020).
1. Variabel Independen (bebas) merupakan variabel penyebab
atau variabel yang mempengaruhi sehingga menghasilkan
peruban pada variabel lainnya (Kusuma Dharma, 2011).
2. Variabel Dependen (terikat) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau variabel terikat.variabel ini depengaruhi
oleh variabel Independen yang diteliti (Kusuma Dharma,
2011)
3. Variabel Perancu
Variabel perancu termasuk dalam variabel antara
(variabel intervening) dalam suatu hubungan kasual
veriabel Independen dengan variabel dependen (Kusuma
Dharma, 2011). Dalam penelitian ini variabel perancu yaitu
Stress, Kesepian, harga diri rendah, kontrol diri rendah dan
ingin selalu terhubung dengan orang lain.

C. Defenisi Konseptual
Defenisi konseptual merupakan penjelasan atau kesimpulan
dari kajian teori terhadap variabel yang akan diteliti. Defenisi
konseptual dalam penelitian ini yaitu :
1. (Sangadji and Ruhmah, 2020) Media sosial adalah sebuah
teknologi yang membantu menyampaikan informasi
individu maupun sekelompok orang untuk mencapai suatu
tujuan. Media sosial merupakan platform media yang
memfokuskan pada eksistensi pengguna yang menfasilitasi
penggunanya dalam melakukan aktivitas di dunia maya,
karena itu media sosial dapat diartikan sebagai fasilitator
online yang membantu individu satu dengan yang lainnya
dalam menjalin sebuah ikatan sosial di media sosial.
2. Przyblylski, Murayama, DeHaan dan Gladwell
menjelaskan teori tentang FoMo (Fear Of Missing Out)
merupakan istilah baru dalam dunia yang dianggap sebagai
kekhawatiran yang pervasif ketika seseorang mempunyai
pengalaman yang lebih baik/memuaskan dan adanya rasa
ingin selalu terhubung dengan individu lain (Alinto
Sianipar and Sakti Kaloeti, 2019).
D. Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan penyusunan definisi
operasional yang memungkinkan orang lain melakukan hal
yang serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka
untuk diuji kembali.
1. Sejak adanya media sosial ini secara cepat menghapus
batasan-batasan dalam bersosialsasi dengan orang lain
secara face to face communication, karna dalam dunia
media sosial seseorang tidak dibatasi ruang maupun waktu,
individu dapat berkomunikasi kapanpun dan dimanapun dia
berada. Dan tidak dipungkiri hampir diseluruh manusia di
berbagai belahan dunia mengetahui cara mengakses media
sosial karna kepopulerannya. Seseorang enggang untuk
berhenti ketika terlanjur mengakses internet. Orang yang
telah kecanduan internet akan menghabiskan waktu lebih
dari 5 jam/hari sampai diatas 8 jam/hari dan 20-40
jam/minggu hingga diatas 40 jam/minggu.
Kriteria objektif : remaja 12-21 tahun yang mengakses
media sosial dari bulan juni 2020 sampai sekarang.
Alat ukur : Skala Likert untuk mengukur sikap dan
presepsi individu atau kelompok sosial tentang fenomena
sosial (Prof. Dr. Sugiyono, 2020)
Hasil ukur :
a) Selalu : Diberi skor 4
b) Sering : Diberi skor 3
c) Kadang-kadang : Diberi skor 2
d) Tidak pernah : Diberi skor 1

Skala ukur : Nominal


2. Masa remaja merupakan proses perubahan dari masa
kanak-kanak dalam persiapan menuju dewasa. Ini berarti
tujuan pekembangan yang ingin dicapai dalam peroses
tingkat kematangan dalam masa remaja merupakan bekal
keberhasilan di masa dewasa
Kreiteria objektif :
a) Remaja (i) yang berumur 12 - 21 tahun
b) Remaja (i) yang bersedia hadir dan ikut serta saat
dilakukan penelitian
Alat ukur : Skala Likert untuk mengukur sikap dan
presepsi individu atau kelompok sosial tentang fenomena
sosial (Prof. Dr. Sugiyono, 2020)

Hasil ukur :

a) Sangat baik (SB) : Diberi skor 4


b) Baik (B) : Diberi skor 3
c) Tidak baik (TB) : Diberi skor 2
d) Sangat tidak baik (STB) : Diberi skor 1

Skala ukur : Nominal

E. Hipotesis
Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh
kerangka konseptual penelitian dan merupakan jwaban
sementara terhadap permasalahan yang dihadapi, yang dapat
diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris.
Ha : Ada hubungan FOMO (Fear Of Missing Out) dengan
kecanduan media sosial pada remaja pengguna media sosial

Anda mungkin juga menyukai