PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
NUR AZIZAH
NIM. A 17 09 024
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja
dibagi atas 2 bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun
remaja awal. Dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja
akhir. Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu sudah bisa
ketentuan sebelumnya. Pada usia ini, umumnya anak masih duduk dibangku
Remaja sering kali dipandang sebagai individu yang mempunyai ciri khas
tingkah laku dan keperibadian tertentu. Perilaku yang sering kali ditunjukkan
sekarang ini banyak digandrungi oleh remaja adalah internet (‘Aisyah Firdaus
Hariadi)
Pada 24 april 2019 Hoostsuite (we are social) merilis update data statistik
digital dan penggunaan internet di seluruh dunia tahun 2019 kuartal kedua
media sosial aktif 3,499 miliyar dari total populasi 7,697 miliyar. Berikut
2.320 juta, Youtube 1.900 juta, Whatsapp 1.600 juta, FB Masengger 1.300
171,17 juta jiwa dengan penetrasi sebesar 64,8% dari totalpopulasi 264,16 juta
facebook, instagram, line, messenger, youtube, path, twiter, tik-tok dan lain-
informasi telah membawa dampak positif dan negatif bagi siapa saja yang
perhatian serius bagi tumbuh kembangnya, dalam hal perlunya perhatian dari
telah melakukan riset pada tahun 2014 dengan tema “keamanan penggunaan
media digital pada anak dan remaja Indonesia” riset ini melibatkan anak dan
remaja usia 10-19 tahun yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia,hasil riset
bahwa terdapat hubungan yang positif antara FOMO (Fear Of Missing Out)
perilaku yang komplusif yang mengarah ke efek negatif. Hal ini dapat
terdorong untuk melakukan kegiatan tertentu secara berulang kali dan dapat
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Azizan, 2016) dari hasil
diri dengan ketergntungan media sosial pada siswa SMKN 1 Bantul, hal itu
disebabkan siswa tidak percaya dengan dirinya sendiri untuk
adegan kemesraan, dimana terlihat dua siswa dengan pakaian olahraga ini
dalam sebuah postingan yang diunggahnya yang tertulis “doa terbaik untukmu
para wanita yang tidak suka pamer aurat dan joget-joget TikTok… kalian
yang tidak malu lagi memamerkan auratnya dan bergoyang ria seakan tidak
bisa lepas dari aplikasi TikTok yang sekarang lagi trending penggunaan media
terpenting. Rasa takut itulah yang sekarang dikenal dengan istilah Fear Of
Missing Out. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh JWT (Json Web
Token) - Intelligence, sebanyak 40% pengguna internet di dunia mengalami
Fear Of Missing Out (JWT (Json Web Token) - Intelligence, 2012). FOMO
sosial (social anxiety disorder) yang ditandai dengan adanya keiginan untuk
selalu mengetahui apa yang orang lain lakukan terutama melalui media sosial
(Przybylskiet al,2013).
(Fear Of Missing Out) dengan kecanduan media sosial pada remaja karna
FOMO (Fear Of Missing Out) merupakan isu baru dari perilaku individu di
pihak yaitu: JWT (Json Web Token) Intelligence tahun 2012 dan oleh Andrew
Przybylski tahun 2013. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Imaddudin
merasa menjadi bagian dari apa yang dilihatnya, dengan ikut updute
FOMO (Fear Of Missing Out) interovert berfokus pada dirinya sendiri dan
cenderung malu dan minder untuk melakukan segala hal yang dilihatnya.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan hasil survei yang dilakukan, ini terjadi
peningkatan penggunaan media sosial dari tahun ketahun yang
memungkinkan penggunanya mengalami kecanduan media sosial pada remaja
dikelurahan caile, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Adakah
Hubungan FOMO (Fear Of Missing Out) Dengan Kecanduan Media Sosial
Pada Remaja Pengguna Media Sosial
C. Tujuan peneliti
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Hubungan FOMO (Fear Of Missing Out) Dengan
Kecanduan Media Sosial Pada Remaja Pengguna Media Sosial.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi FOMO (Fear Of Missing Out) Dengan
Kecanduan Media Sosial Pada Remaja Pengguna Media Sosial.
b. Untuk mengidentifikasi implemintasi Hubungan FOMO (Fear Of
Missing Out) Dengan Kecanduan Media Sosial Pada Remaja
Pengguna Media Sosial.
c. Untuk menganalisis Hubungan FOMO (Fear Of Missing Out)
Dengan Kecanduan Media Sosial Pada Remaja Pengguna Media
Sosial
D. Manfaat peneliti
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
A. Tinjauan Teori
1. Remaja
a. Pengertian Remaja
Adolescence atau sering kita sebut remaja, berasal dari bahasa
latin adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh untuk
mencapai kematangan” bangas primitife dan orang-orang
purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak dengan
periode lain dalam siklus kehidupan. Adolescence memiliki
pemaknaan yang cukup luas, mencakup kematangan mental
emosional, sosial, dan fisik (Ali and Asrori, 2015). Masa remaja
merupakan proses perubahan dari masa kanak-kanak dalam
persiapan menuju dewasa. Ini berarti tujuan pekembangan yang
ingin dicapai dalam peroses tingkat kematangan dalam masa
remaja merupakan bekal keberhasilan di masa dewasa. Sebagai
suatu proses transisi, masa remaja bisa ditandai dengan perubahan
dalam aspek-aspek fisik, mental, intelektual dan sosial (Wulandari,
2019)
Besarnya perubahan yang terjadi pada masa remaja sehingga
menimbulkan “kejutan’ bagi remaja itu sendiri dan lingkungannya.
Seperti hanya pekerkambngan itu seperti laut maka masa remaja
merupakan lautan dengan gelombang yang paling tinggi.
Penamaan masa storm and stress pada masa remaja ini berarti
kuatnya gelombang dan goncangan yang terjadi pada fase ini,
sehingga ada pula prndapat yang menyebutkan masa ini
merupakan masa kelahiran kedua karna dalam masa remaja
cenderung akan lebih menunjukkan eksistensi peubahan dirinya
(Wulandari, 2019)
Menurut salah satu pakar psikologi menyebutkan bahwa masa
remaja dimulai pada saat anak mulai matang secara seksual dan
berakhir pada usia anak memasuki usia dewasa yang diakui secara
hukum. Masa remaja terbagi atas dua kategori yaitu masa remaja
awal dan masa remaja akhir. Masa remaja awal ditandai dengan
anak mulai mengalami kematangan reproduksinya yaitu pada usia
13 tahun sampai dengan 17 tahun. Sedangkan masa remaja akhir
setelah melewati priode masa kematangan seksual sampai dengan
18 tahun, dimana seseorang dinyatakan dewasa secara hukum (A.
Octavia, M.Pd, 2020)
b. Tahap perkembangan remaja
Menurut (Thalib,M.SI, 2010) Masa remaja merupakan salah
satu masa dimana manusia mengalami perkembangan dalam
kehidupannya, dimana terjadi perubahan masa kanak-kanak
menuju masa dewasa. Adapun beberapa ahli berpendapat tentang
kapan masa remaja seseorang itu berlangsung. Perkembangan
manusia itu bersifat individual, bersifat cepat dan lambat. Maka
dari itu batasan umur seseorang bersifat fleksibel, yang berarti
dapat maju atau mundur. pada usia perkembangan umumnya
remaja yang dikategorikan kelompok remaja biasanya masih
duduk dibangku SMP, SMA dan sebagian telah menjadi
mahasiswa. Adapun menurut (Dr. Nurhastuti and Safaruddin,
2020) beberapa tahapan perkembangan remaja secara spesifik
yaitu:
1) Masa remaja awal (10 sampai 12 tahun)
a) Cenderung lebih dekat dengan teman sebaya
b) Merasa ingin bebas
c) Lebih mementingkan citra tubuhnya
d) Mulai berfikir abstrak
2) Masa remaja pertengahan (13 sampai 15 tahun)
a) Masa mencari jati diri
b) Ada keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis
c) Memiliki rasa suka yang mendalam
d) Mengembangkan kemampuan dalam berpikir
e) Berkhayal tentang seks
3) Remaja akhir (17 sampai 21 tahun)
a) Mulai menyampaikan Kebebasan diri
b) Lebih pemilih dalam mencari teman sebaya
c) Lebih memperhatikan citra tubuhnya sendiri
d) Pengungkapan rasa cinta
e) Pembagian perkembangan masa remaja
c. Karakteristik Remaja
Menurut (Dr. Nurhastuti and Safaruddin, 2020) ada beberapa
karakteristik remaja, yaitu:
1) Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan fisik remaja mengalami perubahan yang
lebih cepat, lebih cepat jika dibandingkan pada masa anak-anak
dan masa dewasa. Untuk mengimbangi pertumbuhan yang
cepat itu, remaja membutuhkan makan dan tidur lebih banyak.
2) Perkembangan fungsi organ seksual
kadang Perkemangan fungsi organ seksual kadang-
menimbulkan masalah dan mennyebabkan terjadinya
perkelahian, pembunuhan dan lainnya. Adapun tanda
perkembangan fungsi organ pada laki-laki adalah matangnya
alat produksi spermanya, yang ditandai dengan terjadinya
pengeluaran sperma yang biasa disebut mimpi basah.
Sedangkan pada wanita rahimnya sudah mampu dibuahi karna
ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.
3) Cara berpikir kausalitas
Keterkaitan hubungan sebab akibat. Remaja sudah dapat
berpikir kritis sehingga ia bisa saja melawan apabila
bertentangan dengan pola pikirnya, Hal tersebut dapat
menimbulkan perilaku menyimpang seperti hanya kenakalan
remaja, yangberupa pertentangan antarpelajar yang sering
terjadi di kota-kota besar.
4) Emosi yang meluap-luap
Dikarenakan remaja masih belum bisa mengontrol emosinya
hal ini besar kaitannya dengan pengaruh hormon. Emosi remaja
lebih mendominasi menguasai dirinya dari pada pikirannya
sendiri. Emosi remaja mudah terpancing sehingga remaja
biasannya memancing permasalahan dan terjerumud dalam
tindak tidak bermoral; misalnya, bunuh diri karna putus
cinta,membunuh orang karna marah, dan sebagainya. Hal ini
karna pola piker remaja masih labil sehingga ketidakmampuan
menahan emosinya yang meluap-luap.
5) Menarik perhatian lingkungan
Pada fase ini demi mendapatkan status dan peran, remaja
berusaha mencari perhatian dari lingkungan sekitarnya. seperti
halnya kegiatan remaja dikampungpkampung yang diberi
kepercayaan untuk mengelolah jalannya acara yang akan
dilakukan, misalnya mengumpulkan dana untuk orang-orang
yang membutuhkan.
6) Terikat dengan kelompok
Dalam kehidupan sosial remaja sangat memiliki ketertarikan
dengan kelompok sebayanya, sehingga tidak jarang remaja
memproritaskan aktivitas kelompoknya yang utama dibanding
dengan lingkungan rumahnya. Hal itu terjadi karna dengan
begitu kebutuhan remaja merasa terpenuhi, contihnya
kebutuhan untuk dipahami, dianggap, diperhatikan, mencari
hal-hal baru yang bisa dijadukan pengalaman hidup dan
lainnya. Sekelompok organisasi remaja sebenarnya tidak
berbahaya hanya saja orang tua harus memantau dan
mengarahkannya pada halphal yang bersifat positif.
2. Media Sosial
a. Pengertian media sosial
Internet merupakan teknologi yang paling banyak digunakan
oleh masyarakaat saat ini. Sebagai produk teknologi internet telah
memunculkan jenis interaksi baru dimasyarakat dibandingkan
interkasi sosial sebelumnya. Pada zaman dulunya dimana manusia
jauh dari teknologi yang canggih pada sekarang ini, dan hanya
berinterkasi secara face to face communication. Maka pada zaman
ini masyarakat bisa berinteraksi dalam dunia maya atau melalui
interaksi sosial online. Dengan hadirnya kecanggihan teknologi
informasi maka kini masyarakat memiliki alat alternative untuk
dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya (Alyusi, 2016).
Internet sebagai media interaksi sosial telah terjadi diseluruh
dunia dengan menghadirkan berbagai macam aplikasi di media
sosial, banyak ahli mengungkapkan pengertian dari media sosial
itu sendiri salah satunya dalam buku (Sangadji and Ruhmah, 2020)
Media sosial adalah sebuah teknologi yang membantu
menyampaikan informasi individu maupun sekelompok orang
untuk mencapai suatu tujuan. Media sosial merupakan platform
media yang memfokuskan pada eksistensi pengguna yang
menfasilitasi penggunanya dalam melakukan aktivitas di dunia
maya, karena itu media sosial dapat diartikan sebagai fasilitator
online yang membantu individu satu dengan yang lainnya dalam
menjalin sebuah ikatan sosial di media sosial.
Sejak adanya media sosial ini secara cepat menghapus batasan-
batasan dalam bersosialsasi dengan orang lain secara face to face
communication, karna dalam dunia media sosial seseorang tidak
dibatasi ruang maupun waktu, individu dapat berkomunikasi
kapanpun dan dimanapun dia berada. Dan tidak dipungkiri hampir
diseluruh manusia di berbagai belahan dunia mengetahui cara
mengakses media sosial karna kepopulerannya. Dalam penelitian
(Saputra, 2018) yang berjudul Survei Penggunaan Media Sosial Di
Kalangan Mahasiswa Kota Padang Menggunakan teori Uses And
Gratifications adapun hasil penelitian menyatakan bahwa 98%
responden mengaku sebagai pengguna internet aktif, dan 97%
mengungkapkan aktif menggunakan media sosial. Terkait
perangkat yang sering digunakan dalam mengakses media sosial,
hasilnya bahwa smartphone menjadi perangkat yang paling banyak
digunakan dalam mengakses media sosial (85%) dan (15%)
mengunakan smartphone dan laptop.
Platform media sosial yang digunakan dapat dilihat pada daftar
platform laporan hasil survei databoks (jayani, 2020)
2) Menjalin silaturahmi
3) Membentuk komunitas
4) Promosi
5) Branding
6) Kegiatan sosial
1) Stress
Seseorang yang tidak mampu mengotrol stress yang
dialami akan mencari tempat yang bisa melepaskan beban
yang ada dipikirannya, salah satunya dengan menggunakan
internet. Dengan mengakses internet seseorang dapat
membuka berbagai media dimana dirinya bisa melepaskan
stress, baik itumedia sosial maupun media hiburan.
2) Loneliness (kesepian)
Seseorang mengalami kecanduan internet, karna pada
beberapa orang tidak hanya kesendirian yang menjadi
penyebab akan tetapi ketika seseorang berkumpul dengan
teman-temannya tetapi masih merasa kesepian, hal ini
mengambarkan seseorang tidak mampu melakukan hubungan
sosial yang baik dengan lingkungannya.
3) Harga diri rendah
Adanya perasaan tidak mampu diterima oleh lingkungan
sekitar sehingga seseorang yang mempunyai harga diri redah
akan mencari media yang dapat mengekspresikan perasaan
yang dia rasakan.
4) Kontrol diri yang lemah
Seseoang tidak memiliki kemampuan dalam mengotrol
setiap perasaan, pemikiran maupun tindakan yang didorong
oleh pengaruh luar maupun dalam sehingga seseorang akan
kehilangan kontrol terhadap dirinya sendiri.
Media Sosial
FOMO FOMO
Introvert Ekstrovert
BAB III
A. Kerangka Konsep
Kerangka Konseptual disintesis, dianstraksi dan dari
berbagai teori dan pemikiran ilmiah, yang mencerminkan
paradigm sekaligus tuntunan untuk memecahkan masalah
penelitian dan merumuskan hipotesis. Kerangka konseptual
penelitian dapat berbentuk bagan, atau persamaan fungsional,
yang dilengkapi dengan uraian kualitatif.
Kecanduan Fear Of
Media Sosial Missing
Out
1. Stress
2. Kesepian
3. Harga diri rendah
4. Kontrol diri yang lemah
5. Selalu ingin terhubung
dengan orang lain
Keterangan :
Variabel Independen
Variabel Dependen
Variabel Perancu
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merupakan faktor atau objek yang
memiliki “variasi” antara satu dengan objek lainnya yang
saling mempengaruhi dalam suatu penelitian yang akan
dilakukan (Prof. Dr. Sugiyono, 2020).
1. Variabel Independen (bebas) merupakan variabel penyebab
atau variabel yang mempengaruhi sehingga menghasilkan
peruban pada variabel lainnya (Kusuma Dharma, 2011).
2. Variabel Dependen (terikat) merupakan variabel yang
dipengaruhi atau variabel terikat.variabel ini depengaruhi
oleh variabel Independen yang diteliti (Kusuma Dharma,
2011)
3. Variabel Perancu
Variabel perancu termasuk dalam variabel antara
(variabel intervening) dalam suatu hubungan kasual
veriabel Independen dengan variabel dependen (Kusuma
Dharma, 2011). Dalam penelitian ini variabel perancu yaitu
Stress, Kesepian, harga diri rendah, kontrol diri rendah dan
ingin selalu terhubung dengan orang lain.
C. Defenisi Konseptual
Defenisi konseptual merupakan penjelasan atau kesimpulan
dari kajian teori terhadap variabel yang akan diteliti. Defenisi
konseptual dalam penelitian ini yaitu :
1. (Sangadji and Ruhmah, 2020) Media sosial adalah sebuah
teknologi yang membantu menyampaikan informasi
individu maupun sekelompok orang untuk mencapai suatu
tujuan. Media sosial merupakan platform media yang
memfokuskan pada eksistensi pengguna yang menfasilitasi
penggunanya dalam melakukan aktivitas di dunia maya,
karena itu media sosial dapat diartikan sebagai fasilitator
online yang membantu individu satu dengan yang lainnya
dalam menjalin sebuah ikatan sosial di media sosial.
2. Przyblylski, Murayama, DeHaan dan Gladwell
menjelaskan teori tentang FoMo (Fear Of Missing Out)
merupakan istilah baru dalam dunia yang dianggap sebagai
kekhawatiran yang pervasif ketika seseorang mempunyai
pengalaman yang lebih baik/memuaskan dan adanya rasa
ingin selalu terhubung dengan individu lain (Alinto
Sianipar and Sakti Kaloeti, 2019).
D. Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan penyusunan definisi
operasional yang memungkinkan orang lain melakukan hal
yang serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka
untuk diuji kembali.
1. Sejak adanya media sosial ini secara cepat menghapus
batasan-batasan dalam bersosialsasi dengan orang lain
secara face to face communication, karna dalam dunia
media sosial seseorang tidak dibatasi ruang maupun waktu,
individu dapat berkomunikasi kapanpun dan dimanapun dia
berada. Dan tidak dipungkiri hampir diseluruh manusia di
berbagai belahan dunia mengetahui cara mengakses media
sosial karna kepopulerannya. Seseorang enggang untuk
berhenti ketika terlanjur mengakses internet. Orang yang
telah kecanduan internet akan menghabiskan waktu lebih
dari 5 jam/hari sampai diatas 8 jam/hari dan 20-40
jam/minggu hingga diatas 40 jam/minggu.
Kriteria objektif : remaja 12-21 tahun yang mengakses
media sosial dari bulan juni 2020 sampai sekarang.
Alat ukur : Skala Likert untuk mengukur sikap dan
presepsi individu atau kelompok sosial tentang fenomena
sosial (Prof. Dr. Sugiyono, 2020)
Hasil ukur :
a) Selalu : Diberi skor 4
b) Sering : Diberi skor 3
c) Kadang-kadang : Diberi skor 2
d) Tidak pernah : Diberi skor 1
Hasil ukur :
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh
kerangka konseptual penelitian dan merupakan jwaban
sementara terhadap permasalahan yang dihadapi, yang dapat
diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris.
Ha : Ada hubungan FOMO (Fear Of Missing Out) dengan
kecanduan media sosial pada remaja pengguna media sosial