Anda di halaman 1dari 17

MODEL LITERASI MEDIA SOSIAL BAGI MAHASISWA

Muhammad Sulthan dan S. Bekti Istiyanto

Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip Universitas Jendral Soedirman Jl. Kampus No.12,
Brubahan, Grendeng, Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Email:
czhoelthaan@gmail.com; bektiis@yahoo.com

Abstract

The development of internet communication technology today is unstoppable, especially for students. Many
negative impacts have arisen in the use of social media due to wrong use. This study aims to find a social
media literacy model for unsoed Purwokerto students. The researcher used a qualitative approach with in-depth
interviews, focus group discussions and literature studies as data collection techniques. The subjects of this
study were Unsoed Social Sciences Department students who actively use social media every day. The results of
the study found a social media literacy model for Unsoed students based on the media literacy model proposed
by Potter. Students use social media according to the needs and peculiarities of existing social media, both
from exchanging information and maintaining friendships to the reasons for the process of learning, economics,
entertainment, and self-actualization; students know of any negative impacts and irregularities that occur due
to inappropriate use of social media. However, they still use social media. Such because it is already a demand
in everyday life.

Keywords: social media, negative impacts, students, media literacy.

Abstrak
Perkembangan teknologi komunikasi internet dewasa ini tidak terbendung menerpa kita, khususnya
mahasiswa. Banyak muncul dampak negatif dalam penggunaan media sosial akibat penggunaan
yang salah. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model literasi media sosial bagi bagi
mahasiswa Unsoed Purwokerto. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara
mendalam, focus group discussion dan studi pustaka sebagai teknik pengumpulan data. Subyek
penelitian ini mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Fisip Unsoed yang aktif menggunakan media
sosial setiap harinya. Hasil penelitian menemukan model literasi media social bagi mahasiswa
Unsoed berdasarkan model media literasi yang dikemukakan oleh Potter. Mahasiswa menggunakan
media sosial sesuai kebutuhan dan kekhasan media sosial yang ada, baik dari bertukar informasi
dan menjaga pertemanan hingga alasan proses pembelajaran, ekonomi, hiburan, dan aktualisasi diri;
mahasiswa mengetahui adanya dampak negatif dan penyimpangan yang terjadi akibat penggunaan
media sosial yang tidak sesuai. Namun demikan mereka tetap menggunakan Media sosial. Tersebut
Karena sudah merupakan tuntutan dalam kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci: media sosial, dampak negatif, mahasiswa, literasi media.

Pendahuluan dikatakan berimbang di antara laki-laki


Jumlah pengguna Internet di Indonesia (52.5%) dan perempuan (47.5%). Namun
telah mencapai 132.7 juta orang dari 256.2 demikian, dari segi geografis, pengguna
juta orang populasi Indonesia. Ini berarti, Internet terbesar berada di pulau Jawa
pengguna Internet di Indonesia telah sebanyak 65% (86.3 juta orang), sisanya
mencapai 51.8% dari jumlah penduduk tersebar di Sumatera (15.7%), Sulawesi
Indonesia seluruhnya. Komposisinya bisa (6.3%) dan Kalimantan (5.8%). Dua wilayah

1076
Muhammad Sulthan, S. Bekti Istiyanto. Model Literasi Media... 1077

lainnya yaitu Bali dan Nusa persentasenya peringkat kedua dengan kasus bullying
di bawah 5%. Ini memperlihatkan adanya tertinggi di dunia. Menurut hasil survei
kesenjangan dalam penggunaan Internet ciricara.com, aksi bullying di Indonesia
(APJII, 2016). cenderung lebih banyak dilakukan di media
Kenyataan menunjukkan, banyaknya sosial (http://ciricara.com/2012/10/19/
jumlah pengguna internet di Indonesia, indonesia-masuk-daftar-negara-dengan-
serta tingginya frekuensi mengakses konten kasus-bullying-tertinggi/).
informasi dan media sosial, tidak serta-merta Menanggapi kasus negatif penggunaan
menjamin ‘kedewasaan’ netizen Indonesia media sosial online, telah ada pihak-pihak
dalam menggunakan Internet. Selain yang melakukan berbagai upaya untuk
kesenjangan yang terjadi, berbagai kasus meningkatkan literasi media digital di
penyalahgunaan Internet juga marak, mulai tengah masyarakat. Literasi media digital
dari internet fraud, adiksi atau kecanduan, ini difokuskan kepada penggunaan media
pelanggaran privasi, bias realitas, hingga yang sosial. Upaya yang sebenarnya telah
paling mutakhir adalah meluasnya hoax. Jika dimulai bertahun-tahun silam itu dilakukan
ditelisik, sejumlah kasus tersebut bermuara dengan menggunakan berbagai pendekatan
pada satu hal, yaitu rendahnya literasi digital guna menuntaskan berbagai isu terkait
masyarakat Indonesia (Kurnia,dkk., 2016). dengan permasalahan digital media. Ada
Menurut lembaga riset pasar e-Marketer, yang memakai pendekatan general, yaitu
diperkirakan populasi netter atau pengguna memberikan pembekalan literasi digital
internet tahun 2017 di Indonesia mencapai secara umum. Ada pula yang menggunakan
112 juta jiwa (https://kominfo.go.id/ pendekatan tematik, entah itu membidik
content/detail/4286/pengguna-internet- konten tertentu seperti “anti-hoax”, “internet
indonesia-nomor-enam-dunia/0/sorotan_ security”, atau berfokus pada cohort tertentu
media). Begitu besarnya pengguna internet seperti “remaja” dan “anak-anak”, atau
di dunia terutama di Indonesia, sehingga tertuju pada segmen tertentu seperti “guru”,
semakin banyak pula bermunculan situs- “ibu rumah tangga”. Meningkatkan level
situs baru yang dapat di akses oleh para literasi publik, atau membuat masyarakat
pengguna internet. Situs-situs jejaring menjadi melek digital memang bukan tugas
sosial tersebar dengan berbagai kegunaan, yang bisa diwujudkan melalui satu dua
seperti: Facebook, Twitter, Instagram, Path, pendekatan saja.
Snapchat, dan Ask.fm. Selain manfaat, Berdasarkan latar belakang di atas dapat
ada juga potensi yang merugikan dari diambil sebuah permasalahan pentingnya
penggunaan situs-situs tersebut. Selain pemahaman literasi media sosial khususnya
memunculkan ancaman terhadap privasi bagi mahasiswa. Mahasiswa sebagai kelompok
penggunanya, efek negatif yang dapat terjadi usia muda atau remaja akhir berusia antara
adalah pencemaran nama baik, penipuan, 18-20 tahun seringkali masih belum mandiri
dan bullying. Indonesia juga menduduki dan umumnya masih menjadi tanggungan
1078 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 6, Januari 2019, hlm 1076-1092

keluarga (Sudarmanti dan Yusuf, 2016). Penelitian lain tentang Literasi Media bagi
Keberadaan gadget (smartphone) sebagai mahasiswa sudah banyak yang melakukan
media komunikasi dan akses internet menjadi diantaranya Literasi Media Pada Mahasiswa
kebutuhan terpenting bagi mereka. Dengan Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Mula­
kurangnya pemahaman tentang literasi media warman oleh Inda Fitryarini (2016) dengan
sosial akan menjadikan mereka berdampak hasil penelitiannya. Relasi remaja dengan
melakukan kesalahan dalam menggunakan media massa telah menjadi persoalan yang
media sosial dewasa ini. problematik. Di satu sisi media adalah
Penelitian tentang literasi media dan sarana transformasi ide, nilai, norma, dan
pemantauan media tumbuh di Indonesia trans­
formasi mental ke arah penyadaran,
dengan kekhasan modelnya masing- pencerahan, dan kemajuan kehidupan. Di sisi
masing telah dikaji oleh delapan lembaga lain media massa menularkan pengaruh buruk
yang telah melakukan gerakan literasi yang mendegradasi format kemanusiaan dan
media dan media watch sejak tahun 2009 kemampuan berpikir remaja. Dampak buruk
hingga kini. Kedelapan lembaga tersebut media massa tersebut, melahirkan gagasan
adalah KIPPAS di Medan, Yayasan Sahabat yang disebut media literacy. Tujuan penelitian
Cahaya dan Remotivi di Jakarta, LeSPI di ter­
sebut adalah untuk menggambarkan
Semarang, Jurnal Celebes di Makassar, serta tahapan literasi media di kalangan sem­
MPM, ECCD-RC, dan Centre for LEAD di bilan remaja Prodi Ilmu Komunikasi
Yogyakarta (Poerwaningtias, dkk. 2013). FISIP Universitas Mulawarman.
Kajian dan penelitian ini telah dijelaskan Untuk mencapai tujuan tersebut,
dalam buku tentang model-model literasi peneliti menggunakan metode kualitatif
media dan media watch yang ada. deskriptif. Data primer diperoleh melalui
Menariknya penelitian ini dilaksanakan wawancara semistruktur dan observasi
pada mahasiswa ilmu komunikasi Unsoed sedangkan data sekunder diperoleh melalui
karena berasal dari berbagai suku yang ada dokumentasi dan literatur. Teknik sampling
di Indonesia khususnya dari Suku Sunda, yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Betawi, Sumatera, Irian, Sulawesi, dan lain- purposive sampling. Dari hasil pembahasan
lain dengan berbagai lapisan masyarakat dapat disimpulkan bahwa literasi media
yang kesemuanya menggunakan media di kalangan sembilan remaja Prodi Ilmu
sosial. Yang ingin diketahui dari penelitian Komunikasi Angkatan 2014 adalah berada
ini untuk menggambarkan dan menganalisis pada tahapan awal. Pada tahap ini audiens
pemahaman mahasiswa dalam hal literasi memiliki kemampuan berupa pengenalan
media yang berdampak pada mahasiswa media, terutama efek positif dan negatif
komunikasi karena merekalah yang sehari- yang potensial diberikan oleh media. Pada
hari menggunakan media komunikasi baik penelitian Inda Fitriyani (2016) ini hanya
secara teoritis dalam pembelajaran dan praktis ingin memberikan pengambaran saja dari
sehari-hari. sembilan remaja sebagai infromannya.
Muhammad Sulthan, S. Bekti Istiyanto. Model Literasi Media... 1079

Sementara penelitian Literasi Media terhadap informasi. Penelitian Gracia dan


Digital Mahasiswa Universitas Muham­ kawan-kawan (2015) lebih menekankan
madiayah Bengkulu (2016) yang dilakukan pada durasi waktu penggunaan internet oleh
oleh Juliana kurniawati dengan hasil penelitian mahasiswa dengan membandingkan dengan
ini mengungkapkan bahwa: 1). Pemahaman durasi waktu dengan penggunaan internet
mahasiswa Universitas Muhammadiyah oleh siswa. Tetapi dalam penelitian yang
Bengkulu mengenai media digital berada dilakukan ini menekankan pada dampak
pada kategori sedang, 2). Tingkat individual yang ditimbulkan oleh penggunaan media
competence mahasiswa Universitas Muham­ sosial.
madiyah Bengkulu dalam meliterasi media Kemajuan teknologi dewasa ini telah
digital berada dalam level basic, 3). Faktor- menawarkan bongkahan sumber-sumber
faktor yang mempengaruhi tingkat individual atau resources informasi dan komunikasi
competence terkait literasi media digital amat luas yang pernah dipunyai oleh umat
terutama adalah faktor lingkungan keluarga. manusia. Mahluk hidup yang normal seperti
Pada penelitian yang dilakukan oleh Juliana manusia selalu membutuhkan informasi
Kurniawati ini tidak jauh berbeda penelitian untuk menjaga kelangsungan hidupnya, dan
yang dilakukan oleh Inda Fitriyani, yang untuk mendapatkan informasi tersebut ma­
membedakannya ingin melihat faktor yang nusia perlu berkomunikasi dengan manusia
mempengaruhi mahasiswa dalam meliterasi lain. Kemajuan teknologi komunikasi dan
media dan penelitian yang dilakukan ini selain infor­masi yang sedemikian pesatnya saat ini
untuk melihat pemahaman dan dampak yang menjadikan informasi sangat berlimpah dan
ditimbulkan oleh literasi media. seolah-olah tidak mempunyai batas lagi, dan
Hasil penelitian terdahulu tentang peng­gunaannyalah yang tinggal memilah dan
Literasi Media Internet di Kalasilangan memilih mana informasi yang dikategorikan
Mahasiswa oleh Gracia Rachmi Adiarsi, sebagai sampah dan mana informasi yang
Yolanda Stellarosa, Martha Warta Silaban dibutuhkan untuk kehidupan mereka (Istiyanto,
(2015) menyatakan bahwa siswa yang 2015).
mengakses internet di bawah lima jam per Menurut Nasution (2004: 3) dunia
hari sudah sibuk dengan pekerjaan dan tidak sedang berubah, bentuk masyarakat yang
terlalu intens dalam menggunakan internet seperti apa yang kelak muncul sebagai
baik melalui smartphone atau komputer. hasil dari gerak perubahan ini diramalkan
Temuan berbeda muncul dari para siswa oleh berbagai ahli seperti yang disebutkan
yang mengakses internet lebih dari lima oleh Wizard (1982) di antaranya George
jam per hari. Sebagian besar waktu, mereka Lichtein yang menyebut masa yang baru ini
menggunakan internet untuk media sosial sebagai post-bourgeois; Ralph Dahrendorf
dan pesan instan (instant messenger) melalui menggunakan istilah post-capitalism;
smartphone. Sikap kritis terhadap pesan Amitai Etzioni menjuluki post-modern;
media tergantung pada minat informan sedangkan Kenneth Boulding memakai
1080 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 6, Januari 2019, hlm 1076-1092

istilah post-civilized, namun dalam hal Line, What’s Up, dan sebagainya. Media
popularitas istilah yang diajukan sosiolog ini dikenal sebagai media sosial karena
Harvard, Daniel Bell, menyebutnya dengan memberi peluang setiap orang melakukan
istilah masyarakat post-industrial. jejaringan sosial dan berbagi informasi.
Inti dari perkembangan teknologi Pesan informasi melalui media sosial dengan
komunikasi dan informasi seperti yang jejaring internet ini disusun dan dikemas
diungkap oleh para ahli di atas menurut sedemikian rupa agar tersampaikan secara
Istiyanto (2015) adalah terjadinya lebih efektif (Sudarmanti dan Yusuf, 2016).
perubahan sosial yang menimpa manusia Jejaring sosial menurut Aras (2016)
sebagai pengguna aktif perkembangan adalah struktur sosial yang terdiri dari
teknologi tersebut. Perubahan tersebut dapat elemen-elemen individuil atau organisasi.
bernilai positif ketika teknologi komunikasi Jejaring ini menunjukkan jalan dimana
digunakan sesuai dibutuhkan, sebaliknya mereka berhubungan karena kesamaan
ketika semua perkembangan teknologi sosialitas, mulai yang dikenal sehari-
komunikasi tersebut digunakan tidak hari sampai dengan keluarga. Istilah ini
sesuai kebutuhan dan bahkan cenderung dikenalkan oleh Profesor JA. Barnes di tahun
memberikan pengaruh buruk maka dapat 1954 yang umumnya berfungsi sebagai
dikatakan itu sebagai dampak negatif jalinan pertemanan dalam dunia maya
perubahan. melalui situs jejaring sosial (Aras, 2016).
Salah satu perubahan teknologi Beberapa situs layanan jejaring sosial
komunikasi yang terlihat membawa berbasis website menyediakan fasilitas
perubahan sosial secara masif adalah yang seragam bagi pengguna untuk dapat
keberadaan internet. Internet menurut berinteraksi seperti chat, messaging, email,
(Sudarmanti dan Yusuf, 2016) adalah video, chat suara, share file, blog, diskusi
sarana yang memungkinkan suatu informasi grup, dan sebagainya. Umumnya jejaring
dipertukarkan dan dikomunikasikan melalui sosial ini memberikan layanan untuk
jaringan komputer yang saling berhubungan. membuat biodata diri pengguna. Di sinilah
Pada perkembangannya media komputer ketika literasi media tidak bijak sangat
ini beralih menjadi media baru dengan memungkinkan terjadinya penyimpangan
munculnya banyak teknologi elektronik dan dan motivasi kejahatan dalam penggunaan
media baru yang sebelumnya belum ada media sosial tersebut. Mulai dari penipuan,
seperti telepon seluler. penculikan, kejahatan seksual dan pornografi,
Penggunaan teknologi elektronik se­ hingga kekerasan fisik setelah penggunanya
makin memungkinkan semua pengguna­ melakukan pertemuan langsung.
nya berhubungan dengan cepat. Karenanya Media sosial adalah media untuk
kehadiran media baru juga mengalami per­ interaksi sosial, menggunakan teknik
kembangan signifikan. Bermunculan wahana komunikasi yang sangat mudah diakses.
media sosial seperti Twitter, Facebook, Path, Media sosial kini sudah menjadi bagian
Muhammad Sulthan, S. Bekti Istiyanto. Model Literasi Media... 1081

kehidupan sehari-hari pengguna internet Demikian cepatnya orang bisa mengakses


di Indonesia karena situs yang paling media sosial mengakibatkan terjadinya
sering dikunjungi. Pengguna internet pada fenomena besar terhadap arus informasi
umumnya menggunakan waktu terbanyak tidak hanya di negara-negara maju, tetapi
online untuk berkomunikasi melalui media juga di negara berkembang seperti di
sosial, seperti Facebook, Twitter, Ask.fm Indonesia. Karena kecepatannya, media
dan lain-lain (Triastuti, dkk. 2017). sosial juga mulai tampak menggantikan
Media sosial juga dapat memfasilitasi peranan media massa konvensional dalam
perubahan. Media sosial adalah sebuah menyebarkan berita-berita.
media online, dengan para penggunanya Perkembangan media sosial saat ini juga
bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dikarenakan semua orang yang sudah bisa
dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring memiliki media sendiri. Jika untuk memiliki
sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, media tradisional seperti televisi, radio, atau
jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk koran dibutuhkan modal yang besar dan
media sosial yang paling umum digunakan tenaga kerja yang banyak, maka lain halnya
oleh masyarakat di seluruh dunia. Pendapat dengan media sosial. Seorang pengguna
lain mengatakan bahwa media sosial adalah media sosial bisa mengakses menggunakan
media online yang mendukung interaksi media sosial dengan jaringan internet bahkan
sosial dan mengubah komunikasi menjadi yang aksesnya lambat sekalipun, tanpa
dialog interaktif. Jejaring sosial merupakan biaya besar, tanpa alat mahal dan dilakukan
situs dimana setiap orang bisa membuat web sendiri tanpa karyawan. Seseorang sebagai
page pribadi, kemudian terhubung dengan pengguna media sosial dengan bebas bisa
teman-teman untuk berbagi informasi dan mengedit, menambahkan, memodifikasi
berkomunikasi. baik tulisan, gambar, video, grafis, dan
Jika media tradisional menggunakan berbagai model konten lainnya. Bila dalam
media cetak dan media broadcast, maka menggunakan media sosial asal-asalan
media sosial menggunakan internet. Media atau bahkan menyinggung pihak-pihak lain
sosial mengajak siapa saja yang tertarik maka akan sangat beresiko secara hukum
untuk berpartisipasi dengan memberi positif di Indonesia. Karena itu, memahami
kontribusi dan umpan balik secara terbuka, literasi media dengan baik serta kemampuan
memberi komentar, serta membagi menggunaka medai sosial dengan bijak
informasi dalam waktu yang cepat dan menjadi sangat dibutuhkan oleh semua
tidak terbatas. Saat teknologi internet dan pengguna termasuk mahasiswa.
handphone makin maju, maka media sosial Perkembangan teknologi komunikasi
pun ikut tumbuh dengan pesat. Kini untuk melalui internet yang sedemikian rupa
mengakses Facebook atau Twitter misalnya, membawa tidak saja dampak positif
bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja namun juga sekaligus dampak negatif yang
hanya dengan menggunakan handphone. menyertainya. Muncul banyak kejahatan
1082 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 6, Januari 2019, hlm 1076-1092

yang bersumber dari penyalahgunaan media melalui proses komunikasi interaktif yang
komunikasi terbaru ini. Para pengguna seimbang dan saling memberi.
yang tidak mengenal batas umur, meskipun Potter (2011) menyatakan bahwa literasi
dalam sejarah penciptaannya memang tidak media adalah seperangkat perspektif yang
ditujukan untuk anak-anak di bawah umur, digunakan secara aktif saat mengakses media
akan sangat berbahaya bila tidak bijaksana massa untuk menginterpretasikan pesan yang
dalam menggunakannya. Di sinilah dihadapi. Literasi media memberikan panduan
diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana mengambil kontrol atas
akan literasi media yang akan menjadi informasi yang disediakan oleh media.
benteng terdepan untuk menyeleksi dampak Semakin media literate seseorang tinggi, maka
negatif penggunaan media sosial. semakin mampu orang tersebut melihat
Potter (2011) menyatakan bahwa literasi batas antara dunia nyata dengan dunia yang
media adalah seperangkat perpektif yang kita dikonstruksi oleh media.
gunakan secara aktif saat mengakses media Proses komunikasi sendiri merupakan
massa untuk menginterpretasikan pesan yang hal yang gampang-gampang susah dilaku­
kita hadapi. Literasi media bagaimana khalayak kan, termasuk bagi para mahasiswa. Sebagai
dapat mengambil kontrol atas media. Literasi manusia dalam rentang remaja akhir menjelang
media merupakan skill untuk menilai makna dewasa yaitu sekitar usia 18 – 20 tahun
dalam setiap jenis pesan mengorganisasikan kecenderungan mahasiswa untuk melakukan
makan itu sehingga berguna, dan kemudian segala sesuatu secara mandiri kurang diimbangi
membangun pesan untuk disampaikan kepada dengan kewaspadaan akan dampak negatif atau
orang lain. akibat perbuatannya. Mahasiswa seringkali
Literasi media digital atau sering kurang terbuka dan menganggap privasi adalah
disingkat menjadi literasi media saja adalah segalanya. Demikian juga dalam penggunaan
konsep penggunaan media dengan bijak media sosial bagi mereka. Kecenderungan
dan sesuai kebutuhan (Angeliqa, 2016). untuk menjaga privasi menjadikan mereka
Menurut Poerwaningtias, dkk (2013:16) menghindari membicarakan apa yang terjadi
literasi media hadir sebagai benteng bagi dalam setiap akses di media sosial, apakah
khalayak agar kritis terhadap isi media, itu mempunyai pengaruh buruk atau tidak
sekaligus menentukan informasi yang baginya. Kewaspadaan menjadi sesuatu yang
dibutuhkan dari media. Ia akan mendorong kurang diperhitungkan dalam setiap akses
pengguna untuk kritis mempertanyakan apa informasi di media sosial. Akibatnya, dampak
yang ada di balik isi media yang diaksesnya. yang akan menimpa menjadi semakin besar
Literasi media ini bisa bersumber kepada dan mempengaruhi. Pemahaman literasi media
dirinya sendiri untuk selalu menanyakan dengan baik menjadi kunci solutif yang tepat
mengapa, kenapa dan bagaimana. Juga bisa dalam menggunakan semua media sosial yang
bersumber dari keterbukaannya kepada diakses. Penelitian ini mendukung kebijakan
orang lain dalam menggunakan media sosial pemerintah tentang literasi digital yang
Muhammad Sulthan, S. Bekti Istiyanto. Model Literasi Media... 1083

disam­paikan oleh Kominfo pada 16 agustus kualitatif (dalam Moleong, 2000: 330).
2018. Penelitian ini bertujuan menemukan Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
model literasi media sosial digital dikalangan triangulasi metode. Adapun cara-cara yang
Mahasiswa FISIP Unsoed Purwokerto. telah dilakukan adalah; membandingkan
Metode Penelitian data hasil FGD dengan hasil wawancara dan
membandingkan hasil wawancara dengan
Penelitian ini menggunakan pendekatan
isi suatu dokumen yang terkait.
kualitatif dan fokus penelitian ini untuk
pemilihan informan dilakukan dengan cara Hasil Penelitian dan Pembahasan
sengaja (purposive sampling), yakni peneliti Pemahaman Mahasiswa Tentang Dampak
memilih informan, dalam hal ini adalah para Negatif Media Sosial
mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Salah satu kunci pengetahuan untuk
Unsoed yang menggunakan media sosial menggunakan ‘sesuatu’ adalah mengerti akan
secara aktif sejumlah 23 orang mahasiswa dampak negatif dari ‘sesuatu’ tersebut. Karena
berbagai angkatan (2014-2016) yang aktif setelah itu pelaku atau pengguna akan membuat
kuliah. Adapun teknik pengumpulan data keputusan apakah ‘sesuatu’ dapat diteruskan
yang digunakan meliputi: wawancara digunakan atau justru ditinggalkan. Demikian
mendalam (In-depth Interview), Focus pula dengan media sosial, sebagai sebuah
of Group Discussion (FGD), analisis media baru yang sedang menjadi tren dan
dokumentasi, teknik analisis data. kebutuhan masyarakat informasi menjadikan
Pelaksanaan wawancara secara mendalam media sosial sangatlah dipentingkan dan
dilakukan oleh tim peneliti kepada informan diutama­
kan. Apalagi bagi mahasiswa yang
secara tatap muka dan bila perlu menggunakan notabene akan terus menjadikan sebagai
media interaktif seperti Line dan Whatsapp. sarana untuk mendapatkan pertemanan baru
Sementara FGD dilakukan dalam dua periode atau mencari yang lama, bertukar segala infor­
dikarenakan mahasiswa aktif sehingga dibagi masi dari yang remeh hingga yang penting,
dalam dua kelompok diskusi. Untuk analisis dan alasan eksistensi di media online.
dokumentasi digunakan sebagai pelengkap Secara subtansi sebenarnya, mahasiswa
dan pembanding data yang dikumpulkan sudah melek media (literasi media) juga
sebagai data sekunder dari berbagai sumber sudah mengetahui akan dampak yang
baik cetak maupun elektronik. ditimbulkan dari media sosial tersebut
Untuk menguji kemantapan dan ke­ab­ baik dampak negatifnya maupun dampak
sahan data yang telah berhasil dikumpulkan, positifnya. Menjadi penting untuk diketahui
penelitian ini menggunakan teknik apakah para informan dari mahasiswa ini
triangulasi data. Menurut Patton, triangulasi mengetahui lebih detail dampak dan perilaku
data adalah usaha membandingkan dan buruk yang dihasilkan akibat penggunaan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu media sosial bagi mereka. Beberapa infoman
informasi yang diperoleh melalui waktu menyebutkan dalam kegiatan FGD seperti
dan alat yang berbeda dalam metode berikut ini:
1084 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 6, Januari 2019, hlm 1076-1092

“Saya mengetahui dampak negatif yang terjadi sosial, seseorang bisa menjadi malas dalam
ketika saya mengakses media sosial, otomatis saya mengerjakan apapun di kehidupan nyatanya,
mengakses internet dan saya diawasi oleh mata atau dengan kata lain menjadi kurang produktif,
yang melihat ke dalam teknologi terutama ketika seperti dalam mengerjakan tugas kuliahnya”
mereka mengakses media sosial yang sama. Jika (Hesti, angkatan 2014).
saya melakukan self disclosure di dalam media
sosial itu berlebihan akan menimbulkan dampak Seperti yang disampaikan di atas tadi,
yang tidak terduga, contohnya: saya update
mengenai diri saya sedang berada dimana atau secara umum informan sudah mengetahui
upload foto saya yang berada di suatu tempat dampak negatif yang mungkin terjadi dari
yang saya kunjungi di Instagram otomatis jika
orang ingin berbuat jahat kepada saya mereka bisa penggunaan media sosial yang mereka
melacak saya berada dimana dan menculik saya akses. Baik yang berdampak secara pribadi
atau hal-hal yang kita tidak fikirkan sebelumnya.
Dampak negatif lainnya jika kita mengakses media karena menjadi pemalas, menunda-nunda
sosial timbulnya rasa gengsi, rasa ingin menjadi pekerjaan atau kuliah, kecanduan sehingga
seperti orang lain, dan konsumtif dalam hal
berpakaian, kuliner, makeup, dan lain-lain. Karena tidak mementingkan hal penting lainnya,
saya yakin seseorang yang mengakses media menjadi individualis, menjadi konsumtif
sosial jarang upload tentang dirinya ketika sedang
kesulitan kebanyakan dari pengguna sendiri hingga dampak buruk lainnya yang cakupan
pasti post foto tentang momen-momen bahagia permasalahannya lebih luas seperti isu politik
mereka. Contohnya: saya sebagai pengguna
sosial perempuan saya melihat selebgram, artis, nasional, SARA, penipuan informasi atau
atau teman saya yang lain ketika dia berpakaian hoax, pornografi, penipuan data, penculikan,
bagaimana dan berdandan bagaimana jika cocok
dengan karakter saya,saya pasti mencari apa yang cyberbullying, body shaming, pemerkosaan,
mereka gunakan” (Annisa F, angkatan 2015). dan masih banyak lagi.
“Menurut saya, dampak negatif dari media sosial Bila dihubungkan dengan adanya
adalah kecanduan. Seringkali kita menunda-
nunda pekerjaan dan lebih memilih untuk kasus-kasus penyimpangan yang terjadi
menggunakan media sosial tersebut. Tidak dalam penggunaan media sosial, informan
hanya itu, media sosial juga sering memuat
konten negatif dan hoax sehingga menjadi menjawab dalam wawancara penelitian dan
korban cybercrime” (Ichtiarin, angkt 2014). proses FGD seperti di bawah ini:
“Isu SARA yang mudah mencuat. Diantara “Ada, yang banyak saya amati yaitu
banyaknya pengguna sosial media di penyimpangan berbau sara dan pornografi.
Indonesia saja, tentu banyak orang yang masih Contoh SARA: media sosial sangat sensitif isu
memanfaatkan media sosial sebagai media yang SARA. Menurut saya hal ini apabila di-posting
digunakannya untuk memprovokatorkan konten di media sosial akan menjadi perdebatan yang
yang bersifat SARA, contohnya yang pernah sangat panjang dan dapat dijadikan sebagai
saya lihat ialah isu Ahok yang tidak pantas adu domba. Postingan-postingan di Line
maju menjadi gubernur DKI dikarenakan ia dari dan Facebook terutama sering saya temui
golongan Chinese serta non muslim sehingga yaitu tulisan yang sensitif isu SARA. Contoh
dianggap tidak mampu mewakili masyarakat pornografi: banyak iklan berbau pornografi
Jakarta.Isu Pornografi yang mudah tersebar baik itu dalam bentuk game atau yang lain yang
di berbagai kalangan. Media sosial dengan bisa kita temui tanpa perlu mencarinya ketika
power-nya yang kuat mampu menyebarkan kita sedang membuka laman tertentu. Hal ini
satu isu pada khalayak, termasuk pornografi. tentu sangat tidak baik karena saat ini banyak
Contohnya saja, baru-baru ini tersebar isu video anak kecil dan remaja yang mengakses media
porno yang dianggap milik mahasiswa UI di sosial dan dapat terpapar oleh hal-hal berbau
kalangan mahasiswa laki-laki. Penyebarannya pornografi.Video porno dan konten porno yang
pun melalui media sosial LINE Group. Hal ini lainnya dapat dengan sangat mudah disebarkan
mampu memberikan efek negatif bagi pelaku dan diakses melalui media sosial seperti kasus
dalam video porno serta bagi orang-orang yang video porno yang belakangan ini viral karena
menontonnya.Membuat orang menjadi malas. mengatas namakan sebagai Mahasiswa UI.
Dengan terus kecanduan mengakses media Kabar tersebut viral di berbagai media sosial
Muhammad Sulthan, S. Bekti Istiyanto. Model Literasi Media... 1085

baik Instagram, Line, Twitter dan terutama baca di media sosial. Dalam hal ini literasi media
Youtube. Hal ini tentu berbahaya bagi anak- diperlukan untuk memfilter informasi” (Nida,
anak dan remaja karena ketika berita tersebut angkt 2014).
banyak diperbicangkan di media sosial dan
menjadi trending pertama pada Youtube, anak- “Yang harus dilakukan mahasiswa untuk
anak dapat menjadi penasaran dan melihat hal menghindari dampak negatif dari media sosial
yang sangat buruk tersebut, hal yang seharusnya yaitu dengan mengurangi waktu penggunaan
tidak menjadi konsumsi publik. Contoh media sosial. Apabila sedang berada di rumah
perjudian : perjudian biasanya banyak terjadi atau sedang bersama keluarga sebisa mungkin
di game online, namun untuk kasusnya saya menggunakan media seperlunya saja. Selain itu
kurang mengetahui karena saya pribadi tidak membatasi media sosial yang digunakan, tidak
suka bermain game hehehe” (Farah, angkatan perlu semua media sosial digunakan” (Elzha,
2015). angkatan 2014).

“Oknum yang menyalahgunakan untuk hal “Selama ini saya berusaha untuk menggunakan
negatif, karena mudah membuka berbagai media sosial secara bijak. Memilah dan memilih
hal lewat social media jadi membuka situs apa yang perlu dan tidak perlu saya tonton, lihat,
pornografi. Banyak yang menyebarkan konten dan ikuti. Saya juga berusaha menggunakan
yang memprovokasi pihak-pihak tertentu yang media sosial secara secukupnya saja. Kemudian
biasanya sensitif (SARA) sehingga memicu mengingat maraknya kejahatan di media sosial,
konflik publik. Game online yang ada juga saya berusaha untuk tidak terlalu terbuka di
mengarah pada perjudian, atau kasus kekerasan media sosial. Sebagai mahasiswa yang sudah
yang banyak terjadi karena mudahnya mengetahui dampak negatif media sosial, saya
membuka situs video kekerasan dan dicontoh harus berusaha untuk mengedukasi orang-orang
atau terpengaruh” (Supriyatin, angkatan 2015). di sekitar saya misalnya dalam lingkup terkecil
yaitu keluarga dan teman untuk, menghindari
hal-hal buruk di media sosial” (Inadha, angkatan
Secara umum keseluruhan informan me­ 2015).
mahami adanya dampak buruk akibat media
sosial. Dampak buruk tersebut bisa berefek Informan telah memahami adanya
secara pribadi yang berimbas secara sosial. dampak negatif yang bisa ditimbulkan
Mereka juga memahami adanya pe­ nyim­ oleh peng­gunaan media sosial, karena itu
pangan penggunaan media sosial yang ada mereka telah melakukan berbagai cara
dari oknum-oknum yang tidak bertanggung untuk menekan munculnya dampak negatif
jawab dalam memanfaatkan media sosial yang mungkin mengenai diri mereka. Upaya
dengan tujuan negatif dan menyimpang. tersebut ada yang bersifat pribadi yaitu
Pemahaman informan akan dampak dengan mengurangi waktu penggunaan
negatif dan penyimpangan yang muncul media sosial, memilih dan memilah mana
akibat dari penggunaan media sosial media sosial yang mereka bu­tuhkan, hingga
tidak berarti mereka meninggalkan untuk mencoba memberika edu­
kasi pada orang-
menggunakan media tersebut. Mereka hanya orang terdekat di sekitar mereka.
menjadi lebih waspada dan berhati-hati. Berdasarkan hasil pengumpulan data
Seperti diungkap oleh beberapa informan yang telah dilakukan dalam penelitian
dalam wawancara mendalam di bawah ini: kepada para informan dapat digambarkan
“Tentunya sebagai seorang mahasiswa kita bahwa mereka menyadari dan mengetahui
harus pandai dalam menggunakan media sosial. penggunaan media sosial yang mereka
Manfaatkan kemajuan teknologi dan keberadaan
media sosial. Namun, jangan sampai kita yang lakukan itu mempunyai dampak negatif dan
diperbudak oleh teknologi. Cerdaslah dalam penyimpangan perilaku yang dapat terjadi
menggunakan media sosial. Jangan mudah percaya
dengan apa yang kita lihat, dan apa yang kita sewaktu-waktu bagi mereka. Dampak
1086 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 6, Januari 2019, hlm 1076-1092

tersebut bisa bersifat pribadi seperti sekarang sangat jarang memberikan konten
menerima dan menyebarkan berita bohong edukatif, namun di sisi yang sama masyarakat
(hoax), kecanduan, berpola konsumtif, pun ternyata lebih senang dengan konten
hingga berefek negatif yang berskala lebih kehidupan modern tersebut. Seperti kondisi
luas seperti penipuan data, penculikan, yang saling terikat kebutuhan akan media baru
cyber bullying, body shaming, pemerkosaan, ternyata sejalan dengan kebutuhan masyarakat
pornografi sampai kekerasan. penggunanya.
Pendapat yang menyatakan bahwa Media juga memberikan pandangan-pan­
kehadiran media sosial dalam internet sebagai dangan baru, prinsip-prinsip, kepercayaan, dan
akibat dari kebebasan informasi yang mudah budaya baru yang bertolak belakang dengan
diakses ini mempunyai pengaruh negatif telah apa yang negara miliki. Pandangan, prinsip,
disampaikan oleh Amrullah (2016) dalam kepercayaan, dan budaya yang terpengaruh
uraiannya bahwa informasi yang sangat mudah modernisasi, semakin menjauhkan kepribadian
didapatkan memang memberikan pengetahuan dan identitas asli Warga Negara Indonesia,
lebih kepada penggunanya. Tetapi terkadang terutama identitas negara yang beragama,
informasi malah memberikan pengaruh buruk bermoral, bermartabat, dan memiliki norma-
(karena luasnya informasi dan perspektif norma yang konservatif serta gaya hidup
orang-orang yang tidak dapat dikontrol). sederhana sudah semakin dilupakan. Tidak
Banyaknya informasi yang salah hanya itu saja, media modern dan didukung
dipersepsikan dapat menjurus ke hal-hal oleh teknologi yang canggih dan memadai,
seperti penyimpangan perilaku sosial, juga memancing maraknya cyber-crime,
misalnya: berubahnya gaya hidup menjadi penyimpangan moral dan psikologis, juga efek
hedonis (lifestyle modern yang marak lain yang berbahaya (Amrulah, 2016).
ditunjukkan oleh media dimana kesenangan Informan secara umum, selain mengetahui
dan kemewahan adalah hal utama), tidak adanya dampak negatif media sosial mereka
mempedulikan agama lagi bahkan menjadi juga mengetahui cara-cara yang dianggap
atheis (karena manusia yang terpengaruh dapat untuk menangkal dampak negatif yang
oleh ajaran-ajaran modern baru), cyber-crime dapat terjadi dari penggunaan media sosial
(kejahatan dalam dunia maya dengan media yang khusus berguna untuk dirinya sendiri,
internet yang dapat berdampak besar dalam seperti: membagi waktu penggunaan media
dunia nyata), dan beberapa penyimpangan sosial sesuai kebutuhan untuk menghindari
moralitas atau psikologis (Amrulah, 2016). kecanduan, dan pola konsumtif, tidak
Lebih jauh diungkap oleh Amrulah (2016) menunda pekerjaan yang lebih utama/penting
bahwa media-media sekarang cenderung bagi mereka, lebih berhati-hati menerima
memberikan konten-konten yang memanjakan informasi, melakukan cross check data (kon­
khayalan masyarakat, seperti kehidupan firmasi) kepada sumber yang lebih kuat,
yang mewah dan berfoya-foya, pergaulan menolak sedari awal informasi yang dianggap
bebas ala “orang Barat”, dan lain-lain. Media mengganggu seperti penipuan, pornografi dan
Muhammad Sulthan, S. Bekti Istiyanto. Model Literasi Media... 1087

kekerasan (cyber bullying). Selain itu juga ikut


terlibat menyebarkan kesalahan akibat dampak
negatif penggunaan media sosial seperti ada di
antara informan juga ikut berperan aktif dalam
mengendalikan diri dan lingkungannya untuk
tidak terkena dampak negatif penyimpangan
dalam penggunaan media sosial seperti aktif
dalam melakukan edukasi kepada orang-
orang di sekitar lingkungan terdekat mereka
seperti keluarga dan teman-temannya. Satu
hal yang tidak bisa dihindari oleh informan Gambar 1. The Cognitive Model of Media Literacy
(Sumber: Potter, 2011)
mahasiswa ini terutama informan mahasiswa
yang mempunyai tingkat kehidupan yang sering disebut dengan ‘The Cognitive Model
lebih mapan yaitu perilaku yang hedonisme, of Media Literacy’, seperti dalam gambar 1.
terbukti dengan seringnya mereka gonta-ganti Mahasiswa sebagai insan pembelajaran
telepon genggam. aktif tentu saja sangat terkait dengan
Model Literasi Media Sosial Mahasiswa aktivitas literasi media tersebut. Selain
Melihat betapa rawannya penggunaan sangat berhubungan dengan perilaku aktif
media sosial yang berdampak negatif kepada dalam menggunakan media sosial, mereka
para penggunanya, telah diupayakan secara merupakan ujung tombak nyata adanya
masif untuk meminimalisir akibat buruknya. pengaruh penggunaan media sosial baik
Tindakan untuk menjadikan para pengguna secara positif dan negatif dalam aktivitas
media sosial cerdas dan bijak memakai sehari-hari mereka. Maka pada indikator
media sosial sering disebut sebagai aktivitas competency dan skill di model Literasi
Media oleh Potter, informan mahasiswa
literasi media atau literasi digital yang
sudah melek media. Di antaranya informan
dihubungkan dengan media aksesnya.
yang berpendapat adalah Elva, angkatan
Menurut Potter (2011) model literasi
2014; yang mengatakan
media ada empat faktor yang digunakan
dalam literasi media yaitu yaitu struktur “Literasi media yaitu bagaimana kita bisa
mengkases, memahami, menganalisis, menye­
pengetahuan, lokus personal, kompetensi bar­luaskan informasi yang ada di media. Se­
hingga konsumen media menjadi melek media.
dan keterampilan, serta arus tugas Namun juga konsumen media haruslah bijak
pengolahan informasi. Potter mengatakan, dalam mengonsumsi informasi yang ada di
media sosial”
“The foundation ofbuilding media literacy is
“Literasi media menurut saya adalah pemahaman
a set of five strong knowledge structures. The seseorang dalam menganalisis suatu konstruksi
foundational knowledge structures are media yang dibuat oleh media. Media membuat suatu
agenda publik untuk dikonsumsi oleh publik
effects, media content, media industries, the sehingga publik membicarakan isu tersebut.
real world, and the self” (2011: 33). Model Literasi media yang kita punya akan dapat
memahami isi dari media yang kita baca” (Ivan,
literasi media yang dijelaskan oleh Potter ini angkatan 2014).
1088 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 6, Januari 2019, hlm 1076-1092

“Yang saya tahu tentang literasi media adalah di statusnya “ini sumber beritanya ko ga ada di
bagaimana seseorang berfikir secara kritis ba­ stream media atau di website bank dunia atau
gaimana media tersebut dibuat,dikontruksi dan BI sebagai bak central” setelah beberapa menit
digunakan untuk banyak orang. Apakah media komontar saya tidak dijawab dan postingan
itu benar-benar murni untuk berkomunikasi atau tersebut dihapus” (Jaka, angkatan 2014).
hanya untuk kepentingan lain. Literasi media pun
“melalui literasi media ini kita bisa meningkatkan
dapat membuat seseorang melek atau peka ter­
intelektual dengan aktif mencari informasi yang
hadap hal kecil yang ada disekitar kita” (Zahra,
sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan referensi
angkatan 2016).
yang ada, sehingga informasi yang didapat bisa
menjawab kebutuhan yang dicari. Agar lebih
Secara umum informan yang meru­ mengetahui bagaimana mengakses memilih
pakan mahasiswa aktif mengetahui penting­ program yang bermanfaat dengan sesuai kebutuhan
yang ada” (Siti, angkatan 2014).
nya literasi media untuk menambah kehati- “Manfaat dari memahami literasi media adalah
hatian dan tingkat kewaspadaan mereka. kita bisa menjadi lebih kritis dalam melihat
fenomena-fenomena yang diberitakan oleh media,
Dapat digambarkan informasi tersebut ber­ dan kita menjadi tahu kebenaran yang se­sung­
sumber dari hasil wawancara dan observasi guhnya dengan pengetahuan literasi yang kita
punya. Selain itu manfaat memahami literasi
penelitian di bawah ini: media yang lainnya adalah kita bisa mempunyai
sikap tersendiri terhadap isu yang sedang beredar
“Yang saya ketahui tentang literasi media adalah di masyarakat” (Ivan, angkatan 2014).
sebuah keadaan dimana pengguna media telah
menyadari sepenuhnya akan media yang tengah “Manfaat yang bisa saya dapatkan yaitusaya bisa
berkembang saat ini serta cerdas dan kritis mulai belajar, berfikir dan bertindak secara kritis
dalam menyikapi informasi yang diberikan oleh tentang informasi yang saya terima atau media apa
media tersebut” (Salma, angkatan 2015). yang tengah digunakan. Bukan hanya itu saja kita
pun menjadi melek terhadap media media yang
Dari penjelasan informan saat diwawan­ ada sekarang ini” (Zahra, angkatan 2016).

carai dan FGD di atas dapat digambarkan Gambaran informan atas pentingnya
bahwa mereka telah mengetahui apa itu literasi media ini menunjukkan bahwa mereka
literasi media dari tingkat yang sederhana sadar akan pentingnya menghindari dampak
hingga tingkat yang lebih luas. Secara buruk akibat penggunaan media sosial yang
teoritis tingkatan literasi media secara umum sering mereka lakukan. Upaya memininalisir
dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu; (1) dampak buruk dan penyimpangan yang
Tingkatan awal, (2) Menengah, dan (3) mungkin timbul menjadikan informan mampu
Tingkatan Lanjut. Masih model Literasi memilah langkah-langkah penggunaan media
Media oleh Potter pada indicator lokus sosial secara benar dan sesuai kebutuhan, yang
dengan komponen-komponennya yang ke­ dimulai dari mengurangi waktu bermedia
lima tersebut pemahaman akan pentingnya, sosial, sampai memilih informasi yang
manfaatnya, efeknya, content dari pada real seharusnya mereka ikuti atau tidak.
world-nya literasi media ini pun telah mereka Literasi media sebenarnya membutuhkan
jelaskan dalam hasil penelitian berikut ini: peranan aktif dari semua pihak. Literasi
“Kita jadi tidak dibodohi oleh media oleh media tidak mungkin muncul dari para ahli
kepentingan-kepentingan khususnya politik. media atau mereka yang menjadi korban
Contoh kasus ada teman saya di Facebook dia
mem-posting berita tentang hutang Indonesia saja, namun harus melebar ke semua lapisan.
dan kegagalan pemerintah namun bukan dari Hasil penelitian di bawah ini menunjukkan
website atau portal berita yang jelas sebagai
sumber berita. Lalu saya tanya dengan komentar sejauh mana informan yang merupakan
Muhammad Sulthan, S. Bekti Istiyanto. Model Literasi Media... 1089

mahasiswa aktif dapat berkiprah dalam Informan telah menggambarkan posisi


aktivitas literasi media ini. Apakah mereka pentingnya literasi media ini bagi mereka
masih memerlukan literasi media ini atau dan umumnya pengguna media sosial secara
tidak, dan bentuk apa yang paling sesuai umum. Mereka juga telah menunjukkan
untuk menyebarkan pentingnya literasi bentuk-bentuk kegiatan literasi media sesuai
media ini? Seperti diungkap dalam hasil pendapat dan kebutuhan mereka sebagai
wawancara dan FGD berikut ini: mahasiswa. Dimulai dari usulan mewajibkan
“Walaupun mahasiswa sudah dianggap melek menjadi mata kuliah, aktif dalam kegiatan
teknologi namun pemahaman mengenai literasi
media masih sangat diperlukan karena walaupun bertema literasi media seperti seminar,
mahasiswa sudah melek media namun mahasiswa workshop, kampanye di media sosial juga
khususnya orang Indonesia itu tidak kritis,
gampang sekali mengonsumsi media dan lebih sebagai kegiatan tandingan, pembuatan video
melihat ke salah satu sisi saja. Agar memahami yang dapat di-share di media online seperti
literasi media, mahasiswa dapat melakukan hal hal
yang kecil namun berdampak banyak contohnya Youtube, sosialisasi, dan beberapa kegiatan
sering membaca buku entah itu buku literatur lain. Hal ini menunjukkan bahwa mereka
atau tentang kehidupan sehingga pengetahuan
mahasiswa tsb akan menjadi luas, menjadi ingin memang membutuhkan pemahaman yang
tahu akan banyak hal dan kemudian menjadi
jiwa yang kritis. Disini mahasiswa juga diajak lebih tentang literasi media. Seperti diakui oleh
untuk menghapus stigma “ih bego banget sih, Hesti dan Nidha yang menyebutkan tingkat
pertanyaan ga penting ditanyain.” Karena bisa
saja hal yang sebenarnya tidak masuk akal untuk literasi media bagi mahasiswa sangatlah
dipertanyakan adalah hal yang malah seharusnya beragam, ada yang sudah memahami dan
dikritisi” (Aulia, angkatan 2016).
ada yang masih rendah. Usulan kegiatan dan
“Perlu, karena bagaimanapun “kemelekan”
mahasiswa akan teknologi tentu masih banyak bentuk literasi media haruslah disesuaikan
hal yang belum diketahuinya. Sehingga dengan kebutuhan mahasiswa agar literasi
pembelajaran literasi media masih tetap
diperlukan. Bentuk kegiatan yang mampu media dianggap penting dan sangat
dilakukan dalam mendukung pemahaman dibutuhkkan oleh informan secara khusus
literasi mahasiswa ialah ceramah dalam kelas
perkuliahan oleh dosen, seminar atau kuliah dan mahasiswa secara umum terlepas dari
umum, serta kegiatan-kegiatan lain yang bersifat
tatap muka” (Hesti, angkatan 2014). dampak negatif yang ditimbulkannya dan cara
meminimalisirnya.
“Menurut saya justru kondisi mahasiswa
yang melek teknologi harus dibarengi dengan Literasi media digital atau sering
pemahaman tentang literasi media. Kegiatan
yang bisa dilakukan misalnya seminar tentang disingkat menjadi literasi media saja menurut
pemanfaatan teknologi dan media. Topik Angeliqa (2016) adalah konsep penggunaan
tersebut sangat cocok dengan keadaan saat ini
dan dapat menarik minat mahasiswa. Apalagi media dengan bijak dan sesuai kebutuhan.
jika pengisinya adalah media enthusiast Ia akan mendorong pengguna untuk kritis
yang namanya sudah tidak asing di kalangan
mahasiswa” (Inadha, angkatan 2015). mempertanyakan apa yang ada di balik isi
“Masih perlu, menurut saya walaupun mahasiswa, media yang diaksesnya. Sedangkan menurut
terkadang akun media sosial yang dimilikinya Eshet (2002) menekankan bahwa literasi
masih minim sekali di gunakan dengan maksimal.
Acara seperti seminar yang bertemakan salah satu media digital seharusnya lebih dari sekedar
media sosial di bedah habis dan dapat digunakan kemampuan menggunakan berbagai sumber
apa saja dan bentuk penggunaaanya seperti apa
saja” (Satria, angkatan 2014). digital secara efektif. Literasi media digital juga
1090 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 6, Januari 2019, hlm 1076-1092

merupakan sebentuk cara berpikir tertentu. sesuai (The Alliance for a Media Literate
Bawden (dalam Herlina, 2017) menawarkan America dalam Martin, 2008).
pemahaman baru mengenai literasi media Secara aktif informan juga menjelaskan
digital yang berakar pada literasi komputer pentingnya pemahaman tentang literasi media
dan literasi informasi. Sementara menurut ini disebarkan kepada mereka yang dianggap
Sulthan (2018) literasi media adalah tingkat perlu mengetahuinya. Dari usulan pembahasan
pemahaman akan media daring dan media materi literasi media ini lewat perkuliahan
social. Literasi media ini bisa bersumber kepada atau menjadi minimal salah satu sesi materi
dirinya sendiri untuk selalu menanyakan dalam kelas tatap muka, hingga mengadakan
mengapa, kenapa dan bagaimana. Juga bisa bentuk kegiatan-kegiatan khusus yang lebih
bersumber dari keterbukaannya kepada orang mampu mendidik masyarakat secara luas.
lain dalam menggunakan media sosial melalui Pilihan-pilihan kegiatan tersebut adalah seperti
proses komunikasi interaktif yang seimbang mengadakan seminar, workshop, kuliah umum,
dan saling memberi. dan edukasi langsung dalam bentuk kampanye
Dalam melihat pemahaman informan literasi media, pembuatan video yang disebar
yang merupakan mahasiswa aktif pengguna ke Youtube sehingga dapat diakses khalayak
media sosial ternyata mereka mengetahui apa secara masif.
itu literasi media dan bagaimana seharusnya Kondisi yang dipunyai informan
mereka bersikap secara bijak dan cerdas dalam tersebut senada dengan pendapat dari Martin
menggunakan media sosial ini. Informan secara (2008) yang merumuskan beberapa dimensi
umum juga telah mampu mengolah informasi literasi media digital seperti berikut:
yang mereka butuhkan, mewaspadai kesalahan 1. Literasi digital akan melibatkan
informasi yang mereka dapatkan, mengecek kemampuan aksi digital yang terikat
dengan sumber yang lebih terpercaya, dan dengan kerja, pembelajaran, kesenangan
mendiskusikannya kepada pihak-pihak yang dan aspek lain dalam hidup sehari-hari.
dianggap sesuai dengan bidang keahliannya 2. Literasi digital secara individual bervariasi
atau teman yang dianggap lebih memahami tergantung situasi sehari-hari yang ia
sebuah informasi baru. Hal ini senada alami dan juga proses sepanjang hayat
dengan pendapat dari Bawden (2001) yang sebagaimana situasi hidup individu itu.
menyebutkan bahwa digital media literasi 3. Literasi digital dibentuk oleh namun lebih
lebih banyak dikaitkan dengan keterampilan luas dari literasi teknologi komunikasi
teknis mengakses, merangkai, memahami informasi.
dan menyebarluaskan informasi secara 4. Literasi digital melibatkan kemampuan
benar. Informan telah berproses mengenai mengumpulkan dan menggunakan pe­nge­
literasi media yang terdiri dari serangkaian tahuan, teknik, sikap dan kualitas personal
kompetensi komunikasi termasuk kemampuan selain itu juga kemampuan me­ren­canakan,
mengakses, menganalisa, mengevaluasi dan menjalankan dan me­ngevaluasi tindakan
mengkomunikasikan informasi dalam berbagai digital sebagai bagian dari penyelesaian
bentuk pesan tercetak dan tidak tercetak secara masalah/tugas dalam hidup.
Muhammad Sulthan, S. Bekti Istiyanto. Model Literasi Media... 1091

5. Literasi digital juga melibatkan kesadaran sesuai. Mereka juga telah memiliki cara-
seseorang terhadap tingkat literasi digital­ cara untuk ampuh meredam dampak buruk
nya dan pengembangan literasi digital. yang dapat terjadi dalam penggunaan media
Pendapat Martin (2008) tersebut mampu sosial yang ada. Informan mahasiswa
menjadi penjelas bahwa secara umum Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Unsoed
informan telah berfungsi sebagai pelaksana menyatakan perlu adanya kegiatan literasi
aktivitas literasi media yang aktif. Informan media untuk mencegah terjadinya adanya
telah mampu ikut berperan serta dalam dampak negatif penggunaan media sosial
lingkungannya untuk memberikan sebuah bagi mereka. Namun beberapa di antara
solusi meski minimalis atas adanya dampak informan menyatakan bahwa telah ikut
negatif dan atau adanya penyimpangan terlibat aktif dalam kegiatan sosialisasi dan
dalam penggunaan media sosial. Dalam pelatihan tentang literasi media.
dunia literasi media digital tidak saja Daftar Pustaka
membutuhkan kemampuan teknis untuk
Amrullah. 2016. Makalah Cyber Media.
mengakses teknologi tetapi juga memahami
Jakarta: sebuah makalah.
konten, fungsi aktif dan interaktif saat
Angeliqa, Fitria. 2016. Habitus Remaja
memproduksi pesan. Lebih dari itu interaksi
dalam Literasi Media Online. The 3rd
di dalam literasi media digital akan Indonesia Media Research Awards &
membawa konsekuensi terhadap keamanan Summit (IMRAS). Jakarta: Serikat
diri, privasi, konsumsi berlebihan, dan Perusahaan Pers.
proses menyikapi perbedaan yang terjadi. Aras, Muhammad. 2016. Media Sosial dan
Simpulan Pemilukada di Indonesia. The 3rd
Indonesia Media Research Awards &
Berdasar dari hasil penelitian dan pem­ Summit (IMRAS). Jakarta: Serikat
bahasan maka dapat diambil beberapa Perusahaan Pers.
kesimpulan sebagai penutup laporan penelitian Bawden, D. 2001. Information and Digital
ini sebagai berikut: Literacies: a review of concepts. Journalof
Informan mahasiswa Jurusan Ilmu documentation, 57(2), 218-259.
Komunikasi FISIP Unsoed memiliki alasan Buckingham, D. 2007. Digital Media Literacies:
dan motivasi tertentu dalam menggunakan rethinking media education in the age of
media sosial sesuai kebutuhan mereka dan the Internet. Research in Comparative and
International Education,2 (1), 43-55.
kekhasan media sosial yang ada, baik dari
bertukar informasi dan menjaga pertemanan Fitryarini, Inda. 2016. Literasi Media Pada
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi
hingga alasan proses pembelajaran, ekonomi,
Universitas Mulawarman. Jurnal
hiburan, dan aktualisasi diri. Informan Komunikasi. Vol 8, No 1 (2016). Diakses
mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP dalam https://journal.untar.ac.id/index.
Unsoed telah mengetahui adanya dampak php/komunikasi/article/view/46
negatif dan penyimpangan yang terjadi Gracia Rachmi Adiarsi, Yolanda Stellarosa,
akibat penggunaan media sosial yang tidak Martha Warta Silaban. 2015. Literasi
1092 Jurnal ASPIKOM, Volume 3 Nomor 6, Januari 2019, hlm 1076-1092

Media Internet di Kalangan Mahasiswa. Nasution, Zulkarimein. 2004. Perkembangan


Jurnal Humaniora Vol 6, No 4 (2015) Teknologi Komunikasi. Jakarta:
diakses dalam http://journal.binus.ac.id/ Universitas Terbuka.
index.php/Humaniora/article/view/3376.
Poerwaningtias, Intania, dkk. 2013. Model-
Handoko, Hani T. dan Reksohadiprodjo, Model Gerakan Literasi Media Dan
Sukanto.1996. Organisasi Perusahaan. Pemantauan Media Di Indonesia.
Edisi kedua. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta: Pusat Kajian Media dan
Herlina S, Dyna. 2017. Membangun Karakter Budaya Populer dan Yayasan TIFA.
Bangsa melalui Literasi Digital. Potter, W. James. 2011. Media Literacy. Fifth
Yogyakarta: Japelidi Edi­tion. Los Angeles, London, New
Istiyanto, S. Bekti. 2015. Telepon Genggam Delhi, Singa­pore, Washington DC: Sage
dan Perubahan Sosial. Jakarta: Jurnal Publication.
Komunikasi Ikatan Sarjana Komunikasi
Riel, J., Christian, S., & Hinson, B. 2012.
Indonesia (ISKI): Volume 2 No 2 Edisi
Charting Digital Literacy: A framework
Juli-Desember 2015. ISSN 0853-4470.
for information technology and digital
Kasto. 1998. Metode Pengumpulan Data. skills education in the community
Jakarta: LP3ES. college. Presentadoen Innovations.
Kurnia, Novi., dkk. 2017. Pemetaan Gerakan Rogers, Everett M. 1992.Komunikasi dan
Dan Isu Literasi Digital Di Indonesia. Pembangunan Perspektif Kritis. Jakarta:
Yogyakarta: Program Pascasarjana LP3ES.
Komunikasi FISIPOL UGM.
Sudarmanti, Rini & Yusuf, Kurniawaty.
Kurniawati, Juliana. 2016. Literasi Media
2016. Pemanfaatan Media Sosial
Digital Mahasiswa Universitas Muham­
sebagai Media Komunikasi Ibu dan
madiyah Bengkulu (Survei Tingkat
Anak Remaja. The 3rd Indonesia Media
Literasi Media Digital pada Mahasiswa
Research Awards & Summit (IMRAS).
Universitas Muhammadiyah Bengkulu
Ditinjau dari Aspek Individual Com­ Jakarta: Serikat Perusahaan Pers.
petence). Jurnal Komunikator Vol 8, No 2 Triastuti, Endah, dkk. 2017. Kajian Dampak
(2016) diakses dalam http://journal.umy. Penggunaan Media Sosial Bagi Anak
ac.id/index.php/jkm/article/view/2069 dan Remaja. Jakarta: Puskakom
Martin, Allan. 2008. Digital Literacy and the Internet :
‘Digital Society’ dalam Lankshear, C
and Knobel, M (ed). Digital literacies: APJII. 2016. Survei Internet. Diunduh melalui
concepts, policies and practices. Die link http://www.apjii.or.id/survei atau
Deutsche Bibliothek. http://www.apjii.or.id/survei2016.

Miles, B. M. & Huberman A. M. 1992. https://kominfo.go.id/content/


Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber detail/4286/pengguna-internet-
tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: indonesia-nomor-enam-dunia/0/
Penerbit UI Press. sorotan_media.
Moleoeng, Lexy J. 2000. Metode Penelitian http://ciricara.com/2012/10/19/indonesia-
Kualitatif. Cetakan ke-12. Bandung: masuk-daftar-negara-dengan-kasus-
Remaja Rosdakarya. bullying-tertinggi/

Anda mungkin juga menyukai