Anda di halaman 1dari 20

GAYA HIDUP MAHASISWA PENGIDAP FEAR OF MISSING OUT

DI KOTA PALEMBANG

FEAR OF MISSING OUT LIFESTYLE ON STUDENTS IN PALEMBANG


Lisya Septiani Putri, Dadang Hikmah Purnama, Abdullah Idi
Universitas Sriwijaya
lisyasputri@gmail.com

Abstract
Fear of Missing Out (FOMO) is a social disease. One of the many who experience FOMO syndrome is students.
This study examines the lifestyle of students who experience FOMO syndrome in Palembang. This research, uses
sociology perspective, and discusses the lifestyle of FOMO students through activities, interests, and opinions
categorized FOMO student express their self-image through lifestyle and social spaces. This paper uses a
phenomenological research approach with data collection techniques, namely observation, in-depth interviews,
and documentation. This study shows that the FOMO students recognized by their characters, self-images, and
social spaces. Those are shaped by their habit and their addiction to gadgets.
Keywords: lifestyle, social media, students, Fear of Missing Out (FOMO).

Abstrak
Fear of Missing Out (FOMO) merupakan penyakit sosial yang hadir di zaman ini. Salah satu yang banyak
mengalami syndrome FOMO adalah mahasiswa. Penelitian ini mengupas mengenai gaya hidup mahasiswa yang
mengalami syndrome FOMO di Palembang. Penelitian sosiologi ini membahas gaya hidup mahasiswa FOMO
melalui aktivitas, minat, dan opini citra diri mahasiswa FOMO terpapar melalui gaya hidup, dan ruang sosialnya.
Tulisan ini menggunakan pendekatan penelitian fenomenologi dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi,
wawancara secara mendalam, dan dokumentasi. Hasil dari kajian ini adalah gaya hidup mahasiswa FOMO terlihat
dari karakteristik, citra diri, dan ruang sosialnya. Hal ini terbentuk karena kebiasaan mahasiswa FOMO dan
ketergantungan mereka terhadap gawai.
Kata kunci: gaya hidup, media sosial, mahasiswa, Fear of Missing Out (FOMO).

Pendahuluan selain itu juga digunakan sebagai akses untuk


mengetahui aktivitas yang dilakukan orang lain.
Saat ini internet sudah menjadi kebutuhan
Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa
banyak orang, melalui internet seseorang
masyarakat Indonesia memiliki kebutuhan yang
mengakses dan menemukan segala macam
tinggi terhadap penggunaan internet.
informasi sampai ke seluruh dunia. Internet tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan karena internet APJII (2016), memaparkan bahwa pengguna
sekarang bukan hanya sebagai tren tetapi menjadi internet memiliki motif seperti: memperbaharui
kebutuhan. Pengguna internet berinteraksi dengan informasi (25,3%), sedangkan yang lainnya
orang lain melalui situs jejaring sosial atau beralasan untuk keperluan pekerjaan, mengisi
dengan istilah lain yang lebih dikenal sebagai waktu luang, sosialisasi, keperluan pendidikan,
media sosial. hiburan, serta terkait dengan jual beli online.
Selain itu, Kominfo (2014) juga menemukan
Pengguna media sosial semakin berkembang,
berbagai motivasi responden dalam yang terlihat
mulai dari dewasa, mewabah ke orang tua,
dari perilaku online yang dilakukan yaitu antara
hingga ke anak-anak, kebanyakan penggunanya
lain untuk mencari informasi (80%), menjalin
adalah remaja (APJII, 2017). Hal tersebut
interaksi sosial dan pertemanan (79%), dan
dikarenakan remaja Indonesia cenderung mengikuti
sebagai hiburan (73%). Dari motivasi tersebut,
lifestyle yang terbaru (Rabathy, 2018). Berdasarkan
diketahui jenis kegiatan perilaku online yang
laporan Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia
paling tinggi adalah menggunakan aplikasi media
(APJII), pengguna internet di Indonesia pada 2017
sosial (77%), kemudian perilaku dalam mencari
mencapai 143,26 juta jiwa dari total populasi
informasi untuk keperluan pendidikan dan
penduduk Indonesia 262 Juta orang (APJII,
akademis (65%), bermain online games (63%)
2017). Pengguna internet meng- gunakan media
dan menonton video online (49%).
sosial untuk berinteraksi dengan orang lain,

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019 129


Gambar 1
Hasil Survei Motivasi Penggunaan Internet (Kominfo, 2014)

Motif yang paling tinggi dalam


Dari beberapa literatur disiplin ilmu
penggunaan internet di Indonesia menurut data di
psikologi menurut Baker, dkk (2016) dalam
atas adalah mencari informasi. Dari data
Jurnal Translational Issues in Psychological
Pemanfaatan Internet Bidang Gaya hidup
Science menjelaskan bahwa mahasiswa dari
menunjukkan 87,13% pengguna aktif menggunakan
universitas-universitas besar dari beragam etnik
Sosial Media (APJII, 2017). Menurut data riset
menunjukkan hasil yang positif dari FOMO
APJII (2016) menjelaskan penetrasi pengguna
terkait dengan waktu yang dihabiskan di media
internet 89,70% adalah mahasiswa. Dengan
sosial. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh
mudah setiap pengguna membawa dunia maya ke
Al-Menayes (2016) menjelaskan individu yang
ruang tidur, meja makan, saat belajar sampai
mengalami FOMO akan terus tertarik untuk
pada saat di jalan ataupun saat di dalam
menggunakan internet sehingga dapat menyebabkan
kendaraan.
individu tersebut, cenderung mengalami kecanduan
Dalam perkembangan klasifikasi gangguan media sosial. Dari penelitian kepada 1327
penggunaan internet timbul gejala baru yang mahasiswa program Komunikasi di Universitas
dinamakan FOMO (Fear of Missing Out). yang lumayan besar di Arab Saudi terdapat
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh hubungan antara fenomena FOMO dengan
JWTIntelligence (2012) menunjukkan bahwa pengukuran kecanduan pada media sosial
sebanyak 40% pengguna internet di dunia memiliki hubungan yang positif. Artinya, pada
mengalami FOMO, yaitu perasaan gelisah dan mahasiswa terjadi ketergantungan media sosial
takut bahwa seseorang tertinggal, apabila karena fenomena FOMO hal ini berdampak bagi
teman-temannya melakukan atau merasakan hal kehidupan manusia di bidang psikologi dan
yang lebih menyenangkan dari pada yang sedang kesehatan mental.
ia lakukan atau yang ia miliki.
Merujuk pada hasil penelitian tersebut
Ketakutan tertinggal informasi merupakan diketahui bahwa fenomena FOMO saat ini
salah satu ciri dari FOMO. Przybylski, cenderung besar terjadi pada kalangan mahasiswa
Murayama, DeHaan, dan Gladwell (2013) juga sehingga dapat di asumsikan bahwa media sosial
mengemukakan tentang FOMO sebagai adanya memudahkan penggunanya dalam mengakses
rasa perasaan cemas, gelisah, dan takut akan berbagai informasi yang terkait dengan aktivitas,
kehilangan momen berharga yang dimiliki teman kegiatan, berita-berita yang sedang terjadi, dan
atau kelompok teman sebaya, sementara ia tidak percakapan melalui media sosial yang membuat
dapat terlibat di dalamnya. FOMO merupakan penggunanya mengalami FOMO.
salah satu bentuk dari kecemasan yang ditandai
Kota Palembang termasuk 10 kota
dengan adanya keinginan untuk selalu
terbesar di Indonesia dengan aktivitas online
mengetahui apa yang orang lain lakukan
tertinggi dengan jenis konten internet yang
terutama melalui media sosial dengan tiga
diakses 97,40% adalah media sosial (statistik.
indikator FOMO yaitu ketakutan, kekhawatiran,
kominfo.go.id), terkait dengan aktivitas online
dan kecemasan.
menurut data dari APJII (2017), 87,13% yang
dilakukan ketika mengakses internet adalah

130 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019


untuk menggunakan media sosial. Jika dikaitkan mengganggu seseorang dalam melakukan kegiatan
dengan fenomena FOMO, maka masyarakat atau aktivitas kehidupan sehari-hari yang dapat
Kota Palembang termasuk ke dalam masyarakat mengancam aktivitas sosial individu tersebut,
yang menghabiskan waktunya untuk mengakses media sosial itu sendiri menjadi wadah untuk
media sosial, dan dapat diasumsikan hal tersebut menghabiskan waktu bahkan untuk mengikuti
sudah masuk ke dalam kategori FOMO, karena kehidupan dan aktivitas orang lain dan
menurut Przybylski, Murayama, DeHaan dan mengabaikan aktivitas diri sendiri demi
Gladwell (dalam Dossey, 2014), kekuatan mengetahui kegiatan yang orang lain lakukan.
pendorong dibalik penggunaan internet atau Permasalahan yang terjadi seiring perkembangan
media sosial adalah FOMO dengan tingkat waktu yang terjadi pada masyarakat terkait
tertinggi dialami oleh remaja dan dewasa awal aspek-aspek sosial budaya. FOMO yang timbul
seperti mahasiswa. Mahasiswa yang berusia akibat kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang
18-25 tahun adalah kelompok yang terlihat lebih sehingga membuat ketergantungaan seseorang
rentan terhadap ketergantungan pada internet agar tidak tertinggal informasi di media sosial
yang berada pada masa transisi dari remaja akhir menjadi permasalahan sosial budaya di kalangan
menuju ke dewasa muda dan sedang mengalami masyarakat.
dinamika psikologis.
John M. Grohol, Psy.D seorang psikolog
Hasil observasi awal yang dilakukan oleh asal Amerika yang membuat kuis melalui
peneliti mengenai fenomena FOMO ternyata psychcentral.com/quizzes/FOMO-quiz/ yang
juga terjadi pada mahasiswa di beberapa sebagian besar mengadaptasi 10 item dari skala
perguruan tinggi di Kota Palembang seperti di FOMO yang dikembangkan oleh Przbylski dkk,
Universitas Sriwijaya dan Universitas Muhammadiyah menunjukkan bahwa terdapat beberapa
Palembang. Merujuk pada penemuan-penemuan mahasiswa FOMO dalam tingkatan level yang
di lapangan bahwa terdapat mahasiswa yang cukup tinggi. Mereka akan cemas atau gelisah
sedang asyik menggunakan gawai untuk jika tidak terhubung dengan akun media
membuka media sosial, baik di dalam kelas sosialnya walaupun hanya beberapa menit.
perkuliahan, saat menunggu dosen, maupun
Penelitian ini mengambil enam informan
makan siang di kantin. Di beberapa tempat,
yang terdiri dari tiga mahasiswa di Universitas
seperti di kelas, ataupun di ruang publik kampus
Sriwijaya dan tiga mahasiswa Universitas
ada beberapa mahasiswa sedang membuka
Muhammadiyah Palembang. Tiga berjenis kelamin
ponsel sembari mengisi daya ponsel, seakan tidak
perempuan dan tiga lagi berjenis kelamin
bisa terlepas dengan gadget yang digunakannya.
laki-laki. Saat peneliti bertanya mengenai
Mereka memanfaatkan gadget untuk tetap
pengaturan waktu untuk membuka gawai,
terhubung dengan media sosial.
hampir dari enam mahasiswa tersebut menjawab
tidak bisa mengatur waktu bermain ponsel untuk
membuka media sosial. Mereka menghabiskan
waktu luangnya untuk asyik bermain ponsel demi
mengakses media sosial. Hal tersebut
membuktikan dari indikasi fenomena FOMO
yang di alami oleh seseorang yang membuat
mereka sadar atau tanpa sadar selalu mengakses
media sosial di manapun dan kapanpun.
Gaya hidup merupakan suatu pola atau
cara seseorang untuk menunjukkan keaktualisasian
Gambar 2
Kegiatan mahasiswa di kampus dirinya kepada lingkungan disekitarnya. Individu
(Sumber: dokumen penulis) dapat menunjukkan kualitas dirinya melalui cara
yang berbeda atau unik. Gaya hidup oleh
FOMO menjadi sebuah permasalahan beberapa ahli sering disebut merupakan ciri
sosial karena terbukti menjadi prediktor pada sebuah dunia modern atau modernitas. Siapapun
beberapa perilaku yang merugikan salah satunya yang hidup dalam masyarakat modern akan
selalu ingin terhubung dengan media sosial menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk
sehingga rela berjam-jam mengakses media menggambarkan tindakannya sendiri maupun
sosial untuk mengetahui aktivitas orang lain dan orang lain (Suyanto, 2013:139). Istilah ini
mengabaikan aktivitas diri sendiri. FOMO dapat

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019 131


memiliki arti sosiologis yang terbatas dengan Pencarian data lapangan dan analisis data
merujuk pada gaya hidup khas dari berbagai pada penelitian ini menggunakan pendekatan
kelompok tertentu. Salah satu faktor pendukung kualitatif (fenomenologi) yang berhubungan
gaya hidup adalah teknologi. Dengan adanya dengan pemahaman tentang bagaimana keseharian,
teknologi yang berkembang saat ini masyarakat dunia intersubyektif (dunia kehidupan).
Indonesia dengan mudahnya mendapatkan Fenomenologi bertujuan untuk menginterpretasikan
barang yang ingin dibeli, produk-produk tersebut tindakan sosial individu dan orang lain sebagai
dapat diakses salah satunya melalui internet serta sebuah yang bermakna (dimaknai) serta dapat
informasi keseharian seseorang dapat di akses merekonstruksi kembali turunan makna.
melalui sosial media (Featherstone, 2008). Gaya Universitas Sriwijaya Bukit Besar Palembang
hidup dilihat sebagai suatu usaha individu dalam dan Universitas Muhammadiyah Palembang di
membentuk identitas diri dalam interaksi sosial. pilih karena menurut observasi awal yang
Gaya hidup merupakan kerangka acuan yang dilakukan oleh peneliti terdapat mahasiswa yang
digunakan seseorang dalam bertingkah laku dan berada pada level FOMO tinggi.
konsekuensinya akan membentuk pola perilaku
Adapun kriteria yang ditetapkan untuk
tertentu. Terutama bagaimana dia ingin
mendapatkan informasi yang sesuai dengan
dipersepsikan oleh orang lain sehingga gaya
masalah penelitian adalahmahasiswa/mahasiswi
hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia
yang masih aktif dibangku kuliah yang berusia
membentuk citra diri di mata orang lain, dan
18-25 tahun. Kandell berpendapat bahwa,
berkaitan dengan status sosial yang
mahasiswa yang berusia 18-25 tahun adalah
disandangnya.
kelompok yang terlihat lebih rentan terhadap
Gaya hidup mahasiswa FOMO tentu ketergantungan pada internet yang berada pada
berbeda dengan mahasiswa pada umumnya, dari masa transisi dari remaja akhir menuju ke dewasa
hasil penelitian, sejak awal pada mahasiswa muda dan sedang mengalami dinamika
FOMO berpendapat bahwa mendapatkan informasi psikologis (Kandell dalam Azka, 2018). Mereka
terkait pengalaman atau aktivitas orang lain aktif di media sosial dalam kurun waktu 1 tahun
adalah sebuah kebutuhan yang menjadi lebih, dan memiliki durasi penggunaan media
keinginan. Tindakan serta aktivitas yang dilakukan sosialnya lebih dari 5 jam per hari. Pilihan
tentunya akan menjadi kebiasaan oleh mahasiswa tersebut adalah Gezgin, dkk. (2017) menjelaskan
FOMO, yang membuat mereka mengabaikan bahwa individu yang mengidap FOMO memiliki
aktivitas sendiri demi mengetahui aktivitas orang durasi 5-7 jam ke atas dalam mengakses media
lain. sosial. Mahasiswa tersebut ingin tahu kegiatan
teman-temannya di media sosial, karena
Penelitian ini penting dan menarik untuk
pengidap FOMO memiliki perasaan ketakutan
dilakukan dalam konteks sosiologis mengenai
ketika kehilangan momen berharga (Przybylski,
gaya hidup mahasiswa FOMO, karena gaya
Murayama, DeHaan, & Gladwell, 2013).
hidup merupakan adaptasi seseorang terhadap
Mahasiswa tersebut memiliki gejala rasakhawatir
kondisi sosial dalam rangka memenuhi
ketika melihat cerita/pengalaman atau tidak tahu
kebutuhan untuk menyatu dan bersosialisasi
hal yang berharga dari temannya di media sosial
dengan orang lain. Hal tersebut mencakup
tanpa dirinya. Tiga indikator FOMO yaitu,
kebiasaan, minat, dan opini terhadap hidup
pertama: ketakutan yang menjelaskan keadaan
terutama perlengkapan hidup. Mahasiswa adalah
terancam seseorang ketika seseorang sedang
individu yang seharusnya banyak mencari
terhubung atau tidak terhubung pada suatu
pengetahuan maupun keahlian tertentu. Hal yang
kejadian atau pengalaman atau percakapan
menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah
dengan pihak lain. Indikator kedua adalah
Bagaimana karakteristik gaya hidup mahasiswa
kekhawatiran yaitu sesuatu yang tidak
yang mengidap FOMO? Bagaimana citra diri
menyenangkan tanpanya dan merasa telah
mahasiswa FOMO melalui gaya hidupnya?
kehilangan kesempatan bertemu dengan orang
Ruang sosial apa yang digunakan dalam
lain. Indikator terakhir adalah adanya kecemasan
mengimplementasikan gaya hidup mahasiswa
yaitu sesuatu yang tidak menyenangkan ketika
yang mengidap FOMO? Berdasarkan hal
seseorang sedang terhubung atau tidak terhubung
tersebut, tulisan ini menganalisis gaya hidup
pada suatu kejadian atau pengalaman atau
mahasiswa pengidap FOMO di Kota Palembang.
percakapan dengan pihak lain. (Przybylski,
Murayama, DeHaan, & Gladwell, 2013).

132 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019


Konsep Gaya Hidup waktu, ruang dan barang di dalam kehidupan
sosial. Gaya hidup dibentuk di dalam sebuah
Gaya hidup dari sudut pandang individual
ruang sosial yang di dalamnya terjadi sintesis
maupun kolektif merupakan sebagai cara hidup
antara aktivitas belanja dan kesenangan. Di
mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan,
dalam kapitalisme masyarakat dikonstruksi
dan pola-pola respons terhadap hidup, terutama
secara sosial dalam berbagai ruang gaya hidup,
perlengkapan untuk hidup. Cara hidup tersebut
yang membuat mereka sangat bergantung pada
mencakup tentang hal yang ditemukan, diadopsi,
irama pergantian gaya, citra, status yang
atau diciptakan, dikembangkan, dan digunakan
ditawarkan di dalamnya.
untuk menampilkan tindakan agar mencapai
tujuan tertentu. Sebuah cara harus diketahui, Terkait dengan mahasiswa FOMO
digunakan, dan dibiasakan agar dapat dikuasai melalui gaya hidup, pola-pola kehidupan sosial
dan juga melibatkan penggunaan alat-alat seringkali disederhanakan dengan istilah budaya.
tertentu (Adlin, 2006: 37). Pergaulan sosial yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat yang melahirkan konstruksi sosial
Gaya hidup disini merupakan adaptasi
yang dimulai secara personal, dari individu ke
aktif individu terhadap kondisi sosial dalam
individu lainnya, dan kemudian terjadi pada
rangka memenuhi kebutuhan untuk menyatu dan
kelompok. Gaya hidup tidak hanya dipandang
bersosialisasi dengan orang lain. Seseorang
sekedar pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik
cenderung ingin memiliki sesuatu yang
dan biologis manusia, akan tetapi berkaitan
mencerminkan gaya karena pada gaya seseorang
dengan aspek-aspek sosial budaya. Pada
dapat mendefinisikan dirinya. Gaya hidup
konsumsi berhubungan dengan masalah selera,
menurut Kotler (2002, p. 192) adalah pola hidup
identitas, atau gaya hidup. Selera adalah sesuatu
seseorang di dunia yang diekspresikan dalam
yang dapat berubah, difokuskan pada suatu
aktivitas, minat, dan opininya. Berdasarkan
kualitas simbolik suatu barang, dan tergantung
pengertian tersebut, karakteristik mahasiswa
persepsi selera orang lain.
sangatlah identik dengan apa yang mereka
lakukan sehari-hari. Dari tiga aspek yang
Mahasiswa FOMO
dijelaskan oleh Kotler tersebut, dalam perspektif
sosiologi aktivitas dan minat dimasukkan ke Tingginya ketergantungan mahasiswa
dalam kategori karakteristik sedangkan opini terhadap teknologi terutama pada media sosial,
dikategorikan ke dalam citra diri yang merupakan mengubah sebagaimana fungsi dari media sosial
persepsi seseorang mengenai keberadaan fisik itu sendiri menjadi wadah untuk menghabiskan
dan karakteristiknya, melalui pendekatan waktu bahkan untuk mengikuti kehidupan dan
interaksi simbolik menurut Mead (Ritzer, aktivitas orang lain dan mengabaikan aktivitas
2008) tentang bagaimana seorang diri individu diri sendiri demi mengetahui kegiatan yang orang
(self) dan masyarakat (society) didefinisikan lain lakukan. FOMO merupakan kekuatan
melalui interaksi dengan orang lain dimana pendorong dibalik penggunaan internet dan
komunikasi dan partisipasi memegang peranan media sosial. Rendahnya kepuasaan dalam hidup
yang sangat penting dalam menjawab citra diri dapat mendorong FOMO yang tinggi, yang
seorang mahasiswa FOMO. Gaya hidup disebabkan karena terlalu sering mengakses
menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” internet ketika sedang menjalani aktivitas yang
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya membutuhkan konsentrasi tinggi seperti mengemudi,
hidup menggambarkan seluruh pola seseorang sedang belajar di dalam kelas, ataupun aktivitas
dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Gaya lainnya.
hidup dapat dipahami mengenai tentang
bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas),
apa yang penting orang pertimbangkan pada
lingkungannya (minat), dan apa yang orang
pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar
(opini). Gaya hidup dipengaruhi oleh keterlibatan
seseorang dalam kelompok sosial, dari seringnya
berinteraksi dan menanggapi berbagai stimulus.
Menurut Pilliang (2003) gaya hidup adalah Gambar 3
pola (durasi, intensitas, kuantitas) penggunaan Level FOMO
(sumber: psychcentral.com/quizzes/FOMO-quiz)

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019 133


Pada penelitian Mahasiswa FOMO dalam 23-29), level berisiko untuk FOMO (Nilai
penelitian ini, selain memenuhi kriteria juga 15-22), dan terakhir yaitu kemungkinan tidak
memenuhi nilai yang ada pada kuesioner FOMO (Nilai 0-14). Mahasiswa yang mengalami
“FOMO QUIZ” dari John M. Grohol, Psy.D FOMO dengan level terparah mencerminkan
seorang psikolog asal Amerika yang membuat bagaimana mereka menghabiskan waktu dan
kuis melalui psychcentral.com/quizzes/FOMO- uangnya yang dinyatakan dalam aktivitas-
quiz. yang sebagian besar mengadaptasi 10 item aktivitas, minat dan opini-opininya. Keinginan
dari skala FOMO yang dikembangkan oleh yang ingin terus terhubung dalam media sosial
Przbylski dkk. Informan dalam penelitian ini agar tidak tertinggal informasi orang lain menjadi
merupakan mahasiswa dalam level Severe gaya hidup pada mahasiswa.
FOMO (Nilai 30 ke atas). Severe FOMO
Dari penjelasan kriteria-kriteria informan di
merupakan level FOMO terparah, jika
atas, berikut keterangan profil informan dalam
dibandingkan dengan level FOMO sedang (Nilai
penelitian ini.

Tabel 1
Profil Mahasiswa FOMO Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Jurusan, dan Universitas
No. Inisial Nama Jenis Umur Jurusan Universitas
Kelamin (Tahun)
1. LRP P 18 S1 Manajemen Universitas Sriwijaya Bukit
2. S L 19 D3 Akuntansi Universitas Sriwijaya Bukit
3. SK P 19 S1 Sosiologi Universitas Sriwijaya Bukit
4. MRAA L 22 S1 FKIP MTK Universitas Muhammadiyah
Palembang
5. EK L 19 S1 Hukum Universitas Muhammadiyah
Palembang
6. RDCD P 20 S1 Teknik Universitas Muhammadiyah
Elektro Palembang
Ket: L: Laki-laki P: Perempuan
Sumber: Diolah dari Data Primer Tahun 2019

Tabel di atas melibatkan enam mahasiswa Frekuensi Penggunaan Media Sosial


yang berada pada level berat FOMO sebagai
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh
informan utama. keenam mahasiswa tersebut
peneliti, ke enam informan menunjukkan
berasal dari jurusan yang berbeda-beda.
tingkat keseringan dalam menggunakan media
Penggunaan media menurut Syahreza & sosial perharinya. Setiap hari mahasiswa tersebut
Tanjung (2018) dapat di ilustrasikan ketika selalu mengakses media sosial bahkan aktivitas
seseorang memilih dan selanjutnya menggunakan yang dilakukan pada saat bangun tidur yang
suatu media didasari oleh adanya motif tertentu dilakukan oleh ke enam informan tersebut adalah
untuk menggunakan media. Setiap orang memiliki membuka handphone untuk mengakses media
motif yang berbeda dalam menentukan media sosial. Seperti yang diungkapkan oleh LRP (18
yang akan digunakan. Ketika motif tersebut tahun), berikut petikan wawancaranya.
terpenuhi maka akan terlihat bagaimana orang
tersebut menggunakan media yang telah “Kalo saya sih sering banget kak, tiap hari buka
dipilihnya untuk memenuhi kebutuhannya. Kebiasaan tutup handphone itu bisa 30-an lah karena kan
sehari tu 24 jam ya, dari bangun pagi sampai tidur
seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dapat
lagi saya gak bisa tanpa gak megang handphone
terlihat dari frekuensi, durasi, situasi dan kondisi, dan itu tu Cuma untuk membuka sosial media
waktu dan tempat, pilihan isi media, dan pilihan doang”.
aplikasinya. Artinya: Kalau saya sering sekali kak, setiap hari
Dalam tulisan ini peneliti juga menjelaskan membuka dan menutup handphone bisa sekitar 30
kali karena dalam sehari ada 24 jam, jadi dari
pola penggunaan media sosial yang digunakan
bangun tidur sampai mau tidur lagi saya tidak bisa
oleh mahasiswa FOMO. Secara umum, seluruh kalau tidak memegang handphone hanya untuk
informan menggunakan media sosial seperti membuka sosial media.
Instagram, Whatsapp, Facebook, Line, Ask.fm, (Wawawancara, 18 Maret 2019)
Snapchat, Twitter, dan Youtube.

134 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019


Senada dengan LRP, informan RDCD (20 tinggi memiliki frekuensi pengguna media sosial
Tahun), berikut petikan wawancaranya. sebanyak 20-30 kali mengecek media sosial.

“Beh pacak lebih dari 20 kali kak aku bukak tutup Durasi Penggunaan Media Sosial
hape ni, 35an lah, tiap hari tu nak ado gawe kek,
atau dak katek pun jugo aku bukak hape tu lah”. Durasi menggambarkan lamanya sesuatu
Artinya: waduh, bisa lebih dari 20 kali saya berlangsung dalam urutan waktu, rentang waktu
membuka menutup handphone, sekitar 35 kali, dalam hal ini menggambarkan lamanya mahasiswa
karena setiap hari ketika saya ada aktivitas atau tersebut mengakses sosial media.
tidak ada aktivitas pun saya selalu membuka
handphone. Berikut petikan wawancara dengan
(Wawancara, 25 Maret 2019). informan MRAA (22 Tahun).

Berdasarkan beberapa petikan wawancara “Men njingok sosmed tu seharian tu biso hampir
setengah dari sehari itu kak aku mbukai hape teros.
di atas, dapat diketahui bahwa tidak jauh dengan
Soalnyo aku tinggal nyusun skripsi, kuliah lah
LRP, RDCD pun memiliki frekuensi yang cukup jarang, dak katek gawean laen selain bukak hape
tinggi dalam menggunakan media sosial. Ke nilah”.
enam informan tersebut merupakan mahasiswa Artinya: kalau melihat sosial media itu seharian
FOMO yang berada pada level severe (level bisa setengah dari sehari itu saya mengakses media
parah/berat). Frekuensi penggunaan media pun sosial selalu. Karena saya tidak ada aktivitas lain,
tentu akan sangat sering dalam mengakses media saya tidak ada lagi jam perkuliahan, hanya
sosial. menyusun skripsi, jadi tidak ada aktivitas lain
Tabel 2 selain membuka sosial media. (Wawancara, 18
Frekuensi Penggunaan Media Sosial Maret 2019)
Informan Frekuensi
LRP 30 kali dalam sehari Senada dengan MRAA, informan RDCD
S 20 kali dalam sehari (20 Tahun) mengungkapkan bahwa untuk
SK 25 kali dalam sehari mengakses sosial media dalam sehari
EK 20 kali dalam sehari menghabiskan waktu lebih dari 12 jam, berikut
RDCD 35 kali dalam sehari petikan wawancara dengan RDCD.
MRAA 20 kali dalam sehari
Sumber: Diolah dari Data Primer Tahun 2019 “Sehari itu aku biso lebih dari 12 jam mbak mbukai
sosmed, kalu diitung-itung karno men mbukai hape
Berdasarkan penjelasan dari para be aku keseringan apolagi men lamonyo aku
informan, hampir dari seluruh informan tidak mbukai sosmed. Bisolah cak 12 jam dalam sehari
memiliki perbedaan yang mencolok mengenai karno gawean tu dak jauh-jauh dari hape”.
frekuensi penggunaan media sosial. Ciri-ciri Artinya: sehari saya bisa mengakses sebanyak 12
umum dalam penelitian ini yaitu frekuensi jam sosial media, karena jika dihitung dari
pengguna media sosial mahasiswa FOMO seringnya saya membuka handphone untuk
sebanyak 20-35 kali, hal tersebut menjelaskan mengakses sosial media. Bisa sekitar 12 jam dalam
sehari karena tidak ada aktivitas lain.
tingkat keseringan mahasiswa FOMO dalam (Wawancara, 25 Maret 2019)
menggunakan media sosial. Frekuensi yang
tinggi dalam intensitas pengguna media sosial
Dari beberapa petikan wawancara di
menjelaskan tingkat kecemasan seseorang jika
atas, didapatkan sedikit perbedaan para informan
tertinggal informasi di media sosial. Seperti yang
mengenai durasi penggunaan media sosial,
diungkapkan oleh Przybylski et al, dkk (2013)
informan MRAA dan RDCD hampir memiliki
mengatakan bahwa 3 (tiga indikator) FOMO
durasi yang cukup lama. Berikut hasil wawancara
yaitu ketakutan, kekhawatiran, dan kecemasan.
yang didapat dengan seluruh informan.
Tingginya frekuensi yang sering dilakukan oleh
mahasiswa FOMO merupakan salah satu
kecemasan/respons individu terhadap sesuatu
perasaan takut jika tertinggal informasi apapun.
Didukung oleh penelitian dari Abel Jessica P, dkk
(2016) mengenai Social Media and the Fear of
Missing Out: Scale Development and Assessment
bahwa individu yang mengalami FOMO di level

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019 135


Tabel 3
Durasi Penggunaan Media Sosial “Waktu katek gawean kak aku maen hape, pas ado
Informan Singkat Lama dosen be dikelas aku maen hape, nak galau, senang,
LRP - 10 jam/ hari lagi ngumpul samo kawan atau lagi buntu be aku
S - 8 jam/ hari masih maen hape bukai sosmed, pas makan, pas
SK - 9 jam/ hari dikamar mandi haha”.
EK - 12 jam/ hari Artinya: saat tidak ada aktivitas, saat sedang ada
RDCD - 12 jam/ hari dosen dikelas pun saya main handphone, saat galau,
MRAA - 12 jam/hari senang, saat sedang berkmpul bersama teman atau
Sumber: Diolah dari Data Primer Tahun 2019 lagi tidak punya uang saya tetap mengakses media
sosial, dan saat sedang makan, dan saat sedang
Berdasarkan penjelasan dari para informan mandi pun juga.
tersebut menjelaskan bahwa durasi yang mereka (Wawancara, 25 Maret 2019)
lakukan dalam sehari menggunakan media sosial
lebih dari 3 jam. Durasi tersebut merupakan Berdasarkan kutipan wawancara di atas,
durasi yang cukup lama dalam menggunakan mahasiswa FOMO selalu mengakses media sosial
media sosial menjelaskan bahwa mahasiswa saat sedang melakukan aktivitas apapun. Demi
tersebut memiliki kebutuhan yang cukup tinggi memenuhi keingingan dan rasa penasaran mereka
dalam sehari dalam menggunakan media sosial. mengenai isi media sosial, tanpa sadar mereka
Hal tersebut diperkuat dengan penelitian dari membuka handphone dan mengakses media
Gezgin, dkk (2017) mengenai “Social Networks sosial. Di situasi dan kondisi sibuk pun mereka
Users: Fear of Missing Out in Preservice tidak bisa jauh dari sosial media. Pada zaman
Teachers” menjelaskan bahwa individu yang yang semakin maju ini, masih banyak orang yang
mengidap FOMO memiliki durasi 5-7 jam ke atas menyalahgunakan media ke hal yang tidak
dalam mengakses media sosial. Dari hasil bermanfaat untuk mengetahui aktivitas orang lain
penelitian ini ditemukan bahwa durasi mahasiswa dibandingkan melakukan aktivitas sendiri
FOMO dalam menggunakan media sosial dalam sehingga sangat disayangkan jika banyak waktu
sehari lebih dari 7 jam. yang terbuang sia-sia untuk hal yang sia-sia.
Tabel 4
Situasi dan Kondisi Penggunaan Media Sosial Situasi dan Kondisi Mahasiswa FOMO
Seseorang yang sangat membutuhkan Informan Situasi dan Kondisi
LRP  Sedang kuliah
media dan tergantung dengan media tidak akan
 Sedang bersantai
memilih-milih waktu untuk menggunakan media.
 Sedang kumpul dengan
Berikut situasi dan kondisi yang dilakukan oleh
teman-teman atau keluarga
mahasiswa FOMO. Berikut petikan wawancara  Sedang senang
dengan informan SK (19 Tahun).  Sedang kesal
 Sedang sedih
“Lagi katek gawean, pas kuliah lagi ado dosen,
 Sedang tidak ada uang
lagi ngumpul samo keluargo atau samo kawan, lagi
nyantai, lagi makan, lagi galau, atau lagi seneng S  Sedang bersantai
samo bae kak, aku selalu tergantung samo sosial  Sedang kumpul dengan
media ni. Kalulah kecanduan yo kak.” teman-teman atau keluarga
Artinya: sedang tidak ada aktivitas, saat sedang ada  Sedang senang
perkuliahan, saat bersama dengan keluarga atau  Sedang kesal
bersama teman-teman, sedang bersantai, sedang  Sedang sedih
makan, sedang galau, atau sedang senang sama saja  Sedang tidak ada uang
saya selalu bergantung dengan media sosial.  Sedang menunggu dosen untuk
Mungkin saya sudah kecanduan ya kak. bimbingan
(Wawancara, 27 Maret 2019)  Sedang makan
SK  Sedang kuliah
Senada dengan SK, informan RDCD (20  Sedang bersantai
Tahun) dalam situasi dan kondisi apapun selalu  Sedang kumpul dengan
mengakses media sosialnya untuk mengetahui teman-teman atau keluarga
informasi-informasi yang tidak mereka ketahui di  Sedang senang
dunia nyata. Berikut petikan wawancaranya.  Sedang kesal
 Sedang sedih
 Sedang tidak ada uang

136 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019


Informan Situasi dan Kondisi Waktu dan Tempat Penggunaan Media Sosial
 Sedang makan
EK
Mahasiswa FOMO yang menjadikan
 Sedang kuliah
media sosial sebagai kebutuhan, dan selalu
 Sedang bersantai
 Sedang kumpul dengan
mengakses demi memenuhi keinginan mereka.
teman-teman atau keluarga Dimanapun dan kapanpun tanpa mengenal waktu,
 Sedang senang keenam responden tersebut akan selalu terhubung
 Sedang kesal dengan media sosial. Berikut petikan wawancara
 Sedang sedih dengan informan EK (19 Tahun).
 Sedang tidak ada uang
“Samolah cak kondisi dimanopun kak, dimano be
 Sedang makan
lah aku bukak sosmed. Rasoku pas dijalan, pas lagi
 Sedang ke kamar mandi
duduk, dak kenal tempat dan dak kenal waktu”.
RDCD  Sedang kuliah Artinya: sama dengan kondisi tadi kak, dimanapun
 Sedang bersantai saya selalu membuka/mengakses sosial media. Saat
 Sedang kumpul dengan di jalan, saat sedang duduk, tidak kenal tempat dan
teman-teman atau keluarga tak kenal waktu.
 Sedang senang (Wawancara, 25 Maret 2019)
 Sedang kesal
 Sedang sedih
 Sedang tidak ada uang Senada dengan informan EK, LRP (18
 Sedang makan Tahun) menjelaskan mengenai waktu dan tempat
 Sedang dikamar mandi menggunakan media sosial adalah dimanapun
MRAA  Sedang bersantai dan kapanpun tanpa mengenal waktu dan tempat.
 Sedang kumpul dengan Berikut petikan wawancaranya.
teman-teman
 Sedang senang “Kapan aja dan dimana aja kak buka sosmed. Gak
ngenal waktu sih”.
 Sedang kesal
Artinya: kapan pun dan dimanapun mengakses
 Sedang sedih
media social. Tidak mengenal waktu.
 Sedang tidak ada uang (Wawancara, 18 Maret 2019)
 Sedang menunggu dosen untuk
bimbingan
 Sedang makan Berdasarkan beberapa petikan penjelasan
Sumber: Diolah dari Data Primer Tahun 2019 dari para informan di atas, menjelaskan bahwa
waktu dan tempat dalam menggunakan media
Berdasarkan wawancara di atas menjelaskan sosial bagi mahasiswa FOMO tidak akan
bahwa mahasiswa FOMO tidak bisa mengontrol mengenal tempat. Tanpa sadar saat sedang
diri untuk tidak mengakes media sosial, seperti melakukan aktivitas apapun akan selalu mengakses
situasi dan kondisi saat sedang kuliah, di dalam media sosial. Mahasiswa FOMO yang menjadikan
kelas baik saat sedang ada jam perkuliahan atau media sosia sebagai kebutuhan, senantiasa
sedang tidak ada dosen, saat sedang kumpul menggunakan media sosial.
bersama keluarga ataupun teman dimanapun
mereka selalu mengakses media sosial, saat Tabel 5
Waktu dan Tempat
sedang senang, sedang kesal, mereka akan
No Informan Waktu dan Tempat
melampiaskan emosi tersebut di media sosial. Hal
1 LRP Kapan pun dan Dimanapun
ini sejalan dengan penelitian Dossey (2014)
2 S Kapan pun dan Dimanapun
mengenai “FOMO, Digital Dementia and Our
3 SK Kapan pun dan Dimanapun
Dangerous Experiment” menjelaskan bahwa
disaat sebelum tidur, bangun tidur, disaat makan, 4 EK Kapan pun dan Dimanapun
bahkan ketika berkendara individu tetap 5 RDCD Kapan pun dan Dimanapun
menggunakan ponsel atau smartphonenya untuk 6 MRAA Kapan pun dan Dimanapun
menjelajahi internet agar tidak merasa tertinggal Sumber: Diolah dari Data Primer Tahun 2019
informasi. Sama halnya dengan mahasiswa Berdasarkan penjelasan para informan,
FOMO tersebut di situasi dan kondisi apapun dapat disimpulkan bahwa mahasiswa FOMO
mereka tetap menjelajahi media sosial. tidak mengenal waktu dan tempat untuk
mengakses media sosial, mereka mencoba selalu
terhubung dengan media sosial. Penggunaan

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019 137


sosial media menjadi semakin rutin, tidak
terkontrol, dan tak mengenal keterbatasan tempat. “Apa ya kak, kalo saya sih paling ngeliat aktivitas
Tanpa sadar, kebiasaan menggunakan media temen-temen, pacar, keluarga, terus juga postingan
gossip atau artis kayak raffi nagita, kadang ada juga
sosial akhirnya menjadi candu dan mempengaruhi
ha-hal yang lucu, terus berita-berita, dan juga
hubungan seseorang dengan lingkungan sekitar, sering belanja online di ig sih kak”.
termasuk dengan sesama anggota keluarga saat Artinya: apa ya, kalau saya biasanya melihat
seseorang selalu ingin terhubung dengan sosial aktivitas teman-teman, pacar, keluarga, dan
media untuk membuka Instagram, Facebook, unggahan artis seperti raffi nagita, terkadang suka
selalu membalas pesan Whatsapp, dan lain-lain. juga melihat sesuatu yang lucu dan juga
Hal ini didukung oleh penelitian Przyblylski, berita-berita, saya juga sering belanja online di
Murayama, DeHaan dan Gladwell (2013) mengenai instagram.
Motivational, Emotional, and Behavioral (Wawancara, 18 Maret 2019).
Correlates of Fear of Missing Out. Computers in
Human Behavior yang menjelaskan bahwa Berdasarkan beberapa petikan wawancara
keinginan untuk tetap terus terhubung dengan apa di atas, diketahui bahwa pilihan isi media
yang orang lain lakukan melalui internet atau mahasiswa FOMO, merupakan aktivitas
media sosial, tidak memperhatikan waktu dan orang-orang yang mereka mereka khawatirkan
tempat agar terus terhubung di media sosial. agar tidak tertinggal informasi seperti aktivitas
teman-teman atau pacar, aktivitas keluarga,
Pilihan Isi Media aktivitas terkini seperti berita dan juga hal-hal
Setiap orang akan memiliki kebutuhan lainnya yang menjadi kebutuhan si mahasiswa
ataupun selera yang berbeda terhadap isi media. FOMO. Hal ini di dukung oleh oleh Przyblylski,
Isi media yang dipilih oleh mahasiswa FOMO Murayama, DeHaan dan Gladwell (2013)
adalah mengenai aktivitas orang-orang terdekatnya menjelaskan bahwa FOMO merupakan ketakutan
ataupun informasi tentang artis-artis terkenal. akan kehilangan momen berharga individu atau
Berikut petikan wawancara dengan informan kelompok lain di mana individu tersebut tidak
MRAA (22 Tahun). dapat hadir di dalamnya dan ditandai dengan
keinginan untuk tetap terus terhubung dengan apa
“Yo banyak mbak, jingoki gawean kawan, status yang orang lain lakukan melalui internet atau
keluargo, terus jugo kadang jingok gawean- media sosial. Mereka terus menerus ingin
gawean artis cak Ria Ricis, olshop berita-berita mengetahui aktivitas individu tersebut dalam
tentang Palembang terkini, dan jugo aku galak kesehariaannya dimedia sosial.
jingoki akun-akun tentang kerajinan tangan.
Olehnyo aku galak jual bunga-bunga untuk wong Berikut isi media sosial dari seluruh
wisuda, sekalian nyari duit mbak” informan, hampir dari jawaban mereka sama
Artinya: ya banyak kak, melihat aktivitas teman, walaupun ada yang sedikit berbeda.
status sosial media keluarga, dan juga terkadang
melihat aktivitas artis seperti Ria Ricis, Online Tabel 6
Shop, berita-berita seputar Palembagn terkini, dan Isi Media Sosial Mahasiswa FOMO
juga tentang kerajinan tangan. Karena saya suka No. Nama Pilihan Isi Media
menjual bunga-bunga yang palsu untuk di jual 1 LRP  Aktivitas teman-teman dan
saat ada acara wisuda di kampus, sekalian mencari keluarga.
uang kak.  Gossip
(Wawancara, 18 Maret 2019)  Aktivitas artis sosial media
 Comedy
 Berita
Hampir sama dengan informan MRAA,  Olshop
informan LRP (18 Tahun) memiliki pilihan isi 2 S  Aktivitas teman-teman dan
media yang sering mereka cari agar tidak keluarga
tertinggal informasi, berikut petikan wawancaranya.  Aktivitas artis sosial media
 Comedy
 Berita
 Olshop
3 SK  Aktivitas teman-teman dan
keluarga.
 Gossip
 Aktivitas artis sosial media

138 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019


No. Nama Pilihan Isi Media Senada dengan yang diungkapkan oleh
 Comedy informan EK (19 Tahun), berikut petikan
 Berita wawancaranya.
 Olshop
4 EK  Aktivitas teman-teman dan “Di sosmed tu banyak lah kak, cak di ig, wa ado, fb
keluarga. ado, twitter ado, line jugo, youtube ado, ask.fm, jugo
 Gossip snpachat aku pernah download”.
 Aktivitas artis sosial media Artinya: di media sosial saya mempunyai akun
 Comedy instagram, whatsapp, facebook, twitter, line,
 Berita youtube, ask.fm, dan juga snapchat.
 Olshop (Wawancara, 25 Maret 2019).
5 RDCD  Aktivitas teman-teman dan
keluarga. Berdasarkan beberapa petikan wawancara
 Gossip
di atas menunjukkan bahwa mahasiswa FOMO
 Aktivitas artis sosial media
 Comedy
menggunakan semua media sosial. Mereka tidak
 Berita ingin tertinggal informasi dan menjadi “gaptek”
 Olshop atau gagap teknologi. Sehingga setiap media
6 MRAA  Aktivitas teman-teman dan sosial yang popular dikalangan remaja saat ini
keluarga. menjadi pilihan oleh sebagian mahasiswa. Semua
 Gossip informan aktif menggunakan hampir seluruh
 Aktivitas artis sosial media media sosial yang sedang populer saat ini.
 Kerajinan tangan
 Comedy Indonesia merupakan Negara yang
 Berita memiliki angka penggunaan media sosial paling
 Olshop besar di Asia. Media sosial tidak bisa terlepas dari
Sumber: Diolah dari Data Primer Tahun 2019 generasi Z karena di zaman saat ini teknologi
semakin berkembang dan semakin maju.
Pilihan Aplikasi Media Sosial Berdasarkan wawancara dengan informan di atas
menjelaskan bahwa media sosial yang sering
“Disosmed tu aku aktif di ig, line, wa, fb, yutub, diakses ada beberapa macam seperti instagram,
ask.fm jugo kak, terus twitter jugo. Yo kareno whatsapp, ask.fm, snpachat, facebook, twitter,
kawan-kawan banyak yang make cak itu, suai ke line, dan youtube. Seseorang pengidap FOMO
dengan kawan-kawan lah kak”. cenderung memilih chatting dibandingkan
Artinya: di sosial media saya aktif di Instagram,
menonton televisi. Hal ini serupa dengan yang
Whatsapp, Line, Facebook, Youtube, Ask, fm juga
main, dan juga twitter. Ya karena teman-teman
diungkapkan oleh Greendfild (2013) dalam
juga banyak aktif disana kak, mensesuaikan dengan virtual-addiction.com menjelaskan bahwa seseorang
mereka. penderita FOMO merasakan kebutuhan yang
(Wawancara, 25 Maret 2019) hampir kompulsif untuk memeriksa Smartphone,
Email, Teks, Tweet, Facebook, atau media sosial
lain untuk melihat jika ada sesuatu yang
Mahasiswa FOMO, secara umum, terlewatkan. Mereka akan aktif untuk mengikuti
seluruhnya menggunakan media sosial seperti perkembangan teknologi.
Instagram, Whatsapp, Facebook, Line, Ask.fm,
Snapchat, Twitter, dan Youtube. Berikut petikan
wawancara bersama informan RDCD (20 Tahun).

Tabel 7
Media Sosial yang Sering Diakses
Informan IG WA ASK.FM SC FB TW LINE YOUTUBE
Follower Teman Postingan Teman Teman Follower Teman Subriber
LRP 1.052 250 80 12 5190 456 150 485 (aktif)
(ada (ada 2
akun akun)
fake)
S 931 dan 80 - 10 3201 125 80 0 (aktif)
41 (ada 2
akun)

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019 139


Informan IG WA ASK.FM SC FB TW LINE YOUTUBE
Follower Teman Postingan Teman Teman Follower Teman Subriber
SK 942 150 103 21 2450 529 150 0 (aktif)
EK 1.228 125 75 20 4543 357 125 2 (aktif)
dan126 dan 10
(ada 2 (ada 2
akun) akun)
RDCD 950 150 120 46 3290 452 150 0 (aktif)
MRAA 990 270 43 5 5201 230 270 2 (aktif)
Keterangan:
IG: Instagram, WA: Whatsapp, SC: Snapchat, FB: Facebook, TW: Twitter
Sumber: Diolah dari Data Primer Tahun 2019

Karakteristik Gaya Hidup Mahasiswa FOMO “Kalo tiap bangun pagi yang aku lakuin pastinya
Aktivitas dan minat pada mahasiswa bukak hape kak, kan batas waktu malam itu kan
FOMO dapat dibentuk kedalam karakteristik agak lama ke pagi. Kali-kali bae ado notifikasi
baru atau ado status baru dari kawan-kawan kak.
perilaku. Segala bentuk kegiatan yang terjadi
Jadi aku scroll media sosial tiap bangun pagi,
pada masyarakat merupakan aktivitas sosial baik sudah itu baru bangun dari tempat tidur sholat
yang dilakukan oleh individu sendiri atau atau mandi gitu kak”.
kelompok. FOMO merupakan sebuah fenomena Artinya: Kalau setiap bangun pagi yang saya
baru yang terjadi di masyarakat terutama di lakukan tentunya adalah membuka handphone,
kalangan mahasiswa seiring perkembangan karena batas waktu malam ke pagi waktunya
zaman. Dalam kehidupan sehari-hari banyak cukup lama. Mungkin saja ada notifikasi atau
aktivitas yang dilakukan oleh setiap individu. status baru dari kawan-kawan kak. Jadi, saya
Akan tetapi, bermanfaat atau tidaknya schroll media sosial setiap bangun pagi, lalu
bergantung pada individu tersebut. dilanjutkan dengan bangun dari tempat aktivitas
tidur, sholat, atau mandi.
Mahasiswa FOMO memiliki aktivitas (Wawawancara, 18 Maret 2019)
yang berbeda dalam kesehariannya. Aktivitas
merupakan kegiatan yang di dalamnya terdapat Senada dengan yang diungkapkan oleh
sebuah keaktifan, segala sesuatu yang dilakukan EK (19 tahun), berikut petikan wawancara EK.
atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik
maupun non fisik. Activities (kegiatan) yaitu “Aku tiap pagi kalo bangun tu biasonyo bukak hape
bagaimana orang menghabiskan waktunya, dulu kak, belum nak ngapo-ngapoi dulu kecuali
bukak hape untuk njingoki sosmed”.
kegiatan rutin yang selalu dilakukan mahasiswa
Artinya: Saya setiap pagi ketika bangun tidur
FOMO. Kebiasaan yang selalu dilakukan oleh biasanya membuka handphone dulu, membuka
mahasiswa FOMO dalam sehari dan barang yang handphone untuk melihat sosial media sebelum
dibeli oleh mahasiswa FOMO agar tidak melakukan aktivitas lain.
tertinggal informasi. Ketika menggambarkan (Wawancara, 25 Maret 2019)
karakteristik gaya hidup FOMO, aktivitas
mahasiswa merupakan kegiatan atau perilaku
yang terjadi sebagai gaya hidupnya. Kegiatan- Aktivitas awal yang mereka lakukan
kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang ialah membuka handphone terlebih dahulu untuk
menyangkut dengan fenomena FOMO yang mengakses media sosial. Seperti informan RDCD
terjadi pada mahasiswa demi mengetahui kegiatan yang mengungkapkan bahwa hampir setiap
orang lain dengan mengabaikan aktivitas diri harinya yang dia lakukan ialah mengakses media
sendiri. Mahasiswa FOMO memiliki beragam sosial. Media sosial yang sering kali diakses oleh
kegiatan yang berbeda dengan mahasiswa pada mahasiswa FOMO adalah instagram. Ada banyak
umumnya. FOMO akan membuat mereka aktivitas yang mereka abaikan untuk memenuhi
menjadi tidak terkontrol atas diri mereka sendiri. keinginan mereka. Aktivitas mahasiswa merupakan
Seperti yang diungkapkan oleh informan LRP kegiatan atau perilaku yang terjadi untuk
dan EK. Seperti yang diungkapkan oleh LRP (18 memenuhi keinginan dari mahasiswa FOMO
tahun), berikut petikan wawancaranya. tersebut. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud
adalah kegiatan yang menyangkut dengan
fenomena FOMO yang terjadi pada mahasiswa

140 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019


dimanapun dan kapanpun demi mengetahui dengan sosial media demi melihat aktivitas atau
kegiatan orang lain dengan mengabaikan yang di post orang lain. Pada saat mereka jauh
aktivitas diri sendiri. dari media sosial mereka merasa kehilangan
sesuatu yang penting. Mahasiswa FOMO selalu
Hal ini juga terkait dengan barang-
terhubung dengan media sosial untuk mengetahui
barang yang dibeli atau digunakan oleh mahasiswa
aktivitas-aktivitas orang lain, berita terupdate,
FOMO tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh
dan mengikuti kreatifitas yang dapat diperjual-
informan RDCD dan MRAA, mereka mengakui
belikan.
demi mengakses media sosial, kuota internet
merupakan barang utama agar dapat terhubung Minat mahasiswa FOMO adalah untuk
dengan media sosial. Penggunaan paket internet menghilangkan rasa takut, cemas, dan gelisah
yang besar yang menghabiskan uang tidak sedikit jika tertinggal informasi di sosial media. Hal
kurang dari satu bulan hampir rata-rata sebanyak tersebut akan menyita waktu khusus seperti yang
30 GB. Berikut salah satu petikan wawancara diungkapkan oleh informan EK, SK, LRP,
dengan informan RDCD (20 Tahun):. RDCD, S, dan MRAA yang sepakat bahwa
keinginan mereka untuk terus menerus terhubung
“Aku tu ganti kartu terus kak, boros nian kalu make di sosial media karena ingin mengetahui apapun
paket. Jadi sebulan tu aku ngisi kuota cak 30 GB. mengenai lingkungan sekitarnya atau informasi
Tapi kadang belum sebulan tu la abis kak. Cak 2 terupdate untuk dirinya. Dari penjelasan di atas
mingguan lah”.
dapat disimpulkan bahwa FOMO membuat
Artinya: saya sering kali ganti kartu kak, sangat
boros jika memakai kuota internet. Jadi, sebulan mahasiswa terganggu karena lebih mementingkan
saya bisa menghabiskan 30 GB. Terkadang dalam aktivitas orang lain dan mengabaikan aktivitas
satu bulan paket tersebut sudah habis, sekitar 2 diri sendiri yang berakibat pada kehidupan
minggu sudah habis. sosialnya. Dari analisis karakteristik tersebut
(Wawancara, 25 Maret 2019) dapat dijelaskan dalam bagan di bawah ini.
Karakateristik mahasiswa FOMO terlihat
Ketergantungan mahasiswa FOMO dari aktivitas sehari-hari yang menjadi kebiasaannya
pada kuota internet, yang mewajibkan mereka mulai dari awal bangun pagi sampai malam
untuk segera mengisi ulang jika kuota internet menjelang, hal ini juga tak lepas dari media
mereka habis. Selain itu, barang-barang yang sosial. untuk dapat mengakses media sosial
tidak pernah tertinggal oleh mahasiswa FOMO tersebut mahasiswa FOMO memerlukan barang-
adalah charger atau powerbank. Seperti yang barang yang selalu tersedia seperti charger,
diungkapkan oleh informan SK, yang selalu kuota, dan power bank agar mereka tetap
membawa charger dan powerbank untuk terhubung dengan media sosial. jika mereka tidak
mengantisipasi agar handphonenya tidak lowbat, terhubung dengan media sosial untuk mengetahui
karena jika lowbat mereka merasakan kehilangan aktivitas orang lain akan timbul perasaan takut,
seketika tidak terhubung dengan media sosial. khawatir, dan cemas. keinginan tersebut didapat
Aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa karena mahasiswa tersebut tidak ingin tertinggal
FOMO selalu mempertimbangkan lingkungannya. informasi, dan sebagai penghilang rasa bosan saat
Hal ini berkaitan dengan minat, sebagai usaha sedang memiliki waktu luang.
aktif yang dilakukan oleh mahasiswa FOMO
untuk memenuhi keinginannya melalui media Citra Diri Mahasiswa FOMO
sosial yang sudah menjadi satu “menu wajib” Citra diri merupakan persepsi mengenai
bagi mahasiswa pengguna gadget. Fasilitas diri sendiri, tanpa disadari cenderung menaungi
canggih telah memberikan kemudahan untuk seluruh tindakan seseorang dalam berpikir
mengakses informasi, memudahkan bersosialisasi ataupun bertindak. Mahasiswa FOMO menampilkan
dan berkomunikasi antara satu sama lainnya dirinya pada orang lain untuk membentuk
kapan pun dan di mana pun, tanpa dibatasi oleh penilaian atau konsepsi orang lain terhadap
sekat ruang dan waktu. Minat mahasiswa FOMO dirinya melalui gaya hidupnya. Citra merupakan
terhadap hal baru yang membuat mereka tidak hasil evaluasi dalam diri seseorang berdasarkan
bisa lepas dari media sosialnya merupakan salah persepsi dan pemahaman terhadap gambaran
satu karakteristik dalam gaya hidup mahasiswa yang telah diolah, diorganisasikan, dan disimpan
FOMO. Mahasiswa FOMO terhubung dengan dalam benak seseorang. Citra diri mahasiswa
media sosial seperti saat sedang bosan, sedang
tidak melakukan sesuatu ingin selalu terhubung

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019 141


Bagan 1
Karakteristik Mahasiswa FOMO

Aktivitas 1. Setiap pagi diawali dengan


Mahasiswa FOMO membuka handphone dan sebelum
tidur malam mengakses media
sosial sampai merasa puas.
2. Tidak dapat jauh dari handphone
Barang-barang
untuk berelasi media sosial.
konsumsi mahasiswa 3. Saat sedang melakukan aktivitas
FOMO agar tetap (makan, mengobrol, belajar, kuliah,
terhubung dengan ke toilet, dll.) selalu memegang
media sosial handphone.
4. Mengupdate setiap kegiatan yang
bagus.
5. Fokus terbagi dua antara kegiatan
yang sedang dilakukan di dunia
 Charger nyata tetapi tetap ingin terhubung di
 Kuota dunia maya.
 Power Bank

Tidak ingin tertinggal informasi terupdate

Minat Mahasiswa
Pengisian waktu luang
FOMO
State:
Rasa kesal, khawatir, cemas,
amarah, senang, galau

Media
Sosial

Sumber: diolah oleh peneliti dari data primer di lapangan 2019

sosial memperlihatkan sesuatu yang baik-baik


FOMO menjadi sumber motivasi diri. Tanggapan
saja, tidak ingin menampilkan kelemahan mereka
mengenai diri sendiri pada mahasiswa FOMO
dengan mengunggah aktivitas-aktivitas yang
menunjukkan mereka tidak memiliki tingkat
bergaya tinggi. Gaya hidup yang diperlihatkan
kepercayaan yang tinggi terhadap diri mereka
oleh mereka ialah kesenangan, kemewahan, dan
sendiri sehingga mereka menggambarkan diri di
foya-foya dengan cara menghamburkan uang.
sosial media sedikit berbeda.
Berikut petikan wawancara dengan informan
Mead (Ritzer, G., & Goodman, D.J RDCD (20 Tahun).
2008) menjelaskan bahwa perilaku seseorang
adalah proses yang memungkinkan seseorang “Beda kalo aku d sosmed samo yang asli nyo kak,
membentuk dan mengatur perilaku mereka aku disosmed tu cak kalem-kalem berwibawa gitu,
aplod foto yang cantik, padahal mandi belom,
dengan mempertimbangkan ekspetasi orang lain
icak-icak makan di cafe padahal cuma beli
yang menjadi lawan interaksi mereka. Makna minumnyo bae rame-rame pulok samo kawan.
yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, Padahal aslinyo lagi buntu, pokoknyo beda lah kak
objek, dan diri mereka sendirilah yang menentukan aku tu kalo disosmed”.
perilaku seseorang. Citra diri mereka di media

142 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019


dengan kehidupan pribadi yang menampilkan
Artinya: saya berbeda jika di media sosial dengan di diri dalam keadaan yang baik saja padahal
dunia nyata kak, kalau di media sosial saya lebih
faktanya berbeda dengan apa yang ditampilkan.
pendiam dan lebih terlihat berwibawa, mengunggah
foto yang cantik, padahal belum mandi, pura-pura
Kepuasan akan kehidupan pribadi merupakan
sedang makan di cafe padahal hanya beli minum kepuasan hidup yang dapat terjadi jika yang
beramai-ramai dengan teman. Padahal kenyataannya menjadi kebutuhan dan keinginan seseorang
sedang tidak punya uang, jadi intinya di dunia nyata mahasiswa FOMO pada waktu tertentu dapat
dan di dunia maya berbeda kak”. terpenuhi dan terpuaskan. Besar tidaknya rasa
(Wawancara, 25 Maret 2019) cinta terhadap diri sendiripun menjadi salah satu
yang melekat pada citra diri seseorang tersebut.
Citra diri mahasiswa FOMO merupakan
gambaran terhadap dirinya mengenai dirinya Citra diri yang positif pada diri
sendiri. Apa yang ditunjukkan oleh mahasiswa seseorang membuat dirinya berharga dimata
FOMO di media sosial merupakan citra diri yang orang lain. Besarnya rasa cinta pada diri sendiri,
ada pada diri mereka sendiri. Citra diri yang sebenarnya rendah membuat mahasiswa
mahasiswa FOMO menampilkan perilakunya FOMO kurang mensyukuri dirinya sendiri
dikehidupan sehari-hari dalam segi positif artinya sehingga rasa ingin sama dengan orang-orang di
kemewahan, keadaan yang terlihat baik-baik saja sekitarnya membuat mereka terus menerus ingin
selalu ditampilkan agar dianggap keberadaannya berinteraksi dan selalu terhubung dengan
oleh lingkungan sekitar di media sosial. Berikut aktivitas orang-orang disekitarnya melalui media
petikan wawancara dengan informan LRP (18 sosial. Citra diri seseorang tergantung pada nilai
Tahun). diri seseorang, mahasiswa FOMO memiliki
pandangan yang berbeda mengenai diri mereka
“Kalo aku sih kak emang beda sedikit, kalo sama di media sosial dan di dunia nyata. Didukung
temen di sosmed sama didunia nyata tu lebih akrab dengan pernyataan George Herbert Mead, cara
yang di sosmed. Mau temen SMA atau temen SMP di
manusia mengartikan dunia dan dirinya sendiri
Lampung atau temen di kampus juga ramean pas di
ig aja. Kalo ketemu juga main hape juga
berkaitan erat dengan masyarakatnya. Mead
ujung-ujungnya. Aku sih kalo sama bokap nyokap melihat pikiran (mind) dan dirinya (self) menjadi
atau keluarga dirumah gak terlalu banyak omong. bagian dari perilaku manusia yaitu bagian dari
Terus juga sama temen tu kek akrab tu pas ada interaksinya dengan orang lain. Pikiran dan diri
kumpul-kumpul hangout aja. Terus ngeabadiinnya di mahasiswa tersebut akan membentuk kebiasaan
sosmed kayak ig”. seseorang sehingga terus-menerus mengalami
Artinya: kalau saya memang sedikit berbeda FOMO. Dari analisis citra diri tersebut dapat
(interaksi), kalau dengan teman di sosial media dan dijelaskan dalam bagan di bawah ini.
di dunia nyata lebih akrab yang di sosial media.
Dengan teman SMA atau SMP di Lampung atau Kehidupan pribadi yang menampilkan
teman kampus terlihat ramai atau terlihat akrab diri dalam keadaan yang baik saja padahal
ketika di Instagram saja, kalau bertemu biasa faktanya berbeda dengan apa yang ditampilkan.
megang handphone. Dengan ayah, ibu, atau keluarga Kepuasan akan kehidupan pribadi merupakan
dirumah juga tidak terlalu banyak bicara. Dengan kepuasan hidup yang dapat terjadi jika yang
teman-teman juga terlihat akrab pada saat menjadi kebutuhan dan keinginan seseorang
kumpu-kumpul karena mau diunggah di sosial media
mahasiswa FOMO pada waktu tertentu dapat
seperti di Instagram.
(Wawancara, 18 Maret 2019) terpenuhi dan terpuaskan. Besar tidaknya rasa
cinta terhadap diri sendiripun menjadi salah satu
yang melekat pada citra diri seseorang tersebut.
Penerimaan sosial pada lingkungan
Suatu proses internal individu yang menimbang-
sekitarnya juga memiliki peran pada diri individu
nimbang tentang kebaikan-keburukan, keuntungan-
itu sendiri, penerimaan diri yang buruk dapat
kerugian sebuah tindakan sebelum individu
menjadi penyebab tingkat kemandirian yang
melakukannya. Mahasiswa FOMO menampilkan
tidak sehat, rasa iri, pengekangan diri, kompetisi
citra diri yang positif karena ingin diakui
terlalu berusaha menyenangkan hati orang lain,
keberadaannya di media sosial, menimbang
dan penyiksaan diri, dan sebaliknya penerimaan
bahwa media sosial merupakan ajang untuk
diri yang positif bisa membantu mengembangkan
memperlihatkan keunggulan atau keunikan
keakraban yang lebih baik, keramahan dan
seseorang.
kesuksesan secara menyeluruh terhadap
lingkungannya. Hal ini sangat berpengaruh

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019 143


Bagan 2
Citra Diri Mahasiswa FOMO

Citra Diri
Faktanya

Bertolak
belakang dengan
PIKIRAN keadaaan yang
DIRI ditampilkan

Menampilkan
State:
Rasa kesal, iri,
Yang baik-baik khawatir, cemas,
amarah, senang,
Cantik galau

Ganteng
Bahagia

Sumber: Diolah oleh peneliti dari data primer di lapangan 2019

Ruang Sosial yang Digunakan dalam


Mengimplementasikan Gaya Hidup Mahasiswa Artinya: saya suka berkumpul dengan teman
FOMO pramuka kak, karena saya menjabat sebagai Ketua
Pramuka di Ekstrakurikuler di Kampus ini. Selain
Manusia sebagai makhluk sosial, secara itu, saya juga ikut arisan dengan teman-teman geng
alamiah tentunya ingin selalu terhubung dengan saya sebulan sekali dan saya tetap tidak bisa jauh
manusia lainnya. Proses individualisasi berjalan dari handphone.
searah dengan perkembangan teknologi media (Wawancara, 18 Maret 2019)
sosial yang makin hari makin mempesona, saat
ini yang sedang terjadi di media sosial bukan Berbeda dengan informan MRAA,
hanya kemajuan teknologi, melainkan suatu informan RDCD (20 Tahun), berikut petikan
pergeseran nilai, norma, dan kultur dalam wawancaranya.
masyarakat.
“Aku sih galak ngumpul samo kawan geng kak,
Masyarakat dikonstruksi secara sosial kadang jugo galak kumpul samo kawan* himpunan
dalam kapitalisme diberbagai ruang gaya hidup, jurusan*. Paling samo mereka-mereka tu lah kak.
ruang sosial merupakan ruang untuk bertemunya Oyo aku jugo ado kawan arisan kak. Kawan-kawan
individu yang saling berinteraksi atau tempat kosan sih. Jadi tiap minggu arisan kami tu”.
bertemunya kelompok. Ruang sosial mahasiswa Artinya: saya suka berkumpul dengan geng saya,
FOMO berbeda-beda. Berikut petikan wawancara terkadang juga suka kumpul dengan teman-teman
dari himpunan di jurusan kami. Dan juga saya ada
dengan informan MRAA (22 Tahun).
teman-teman arisan kak, dikosan. Setiap minggu
kami arisan bersama
“Aku galak kumpul-kumpul samo kawan pramuka
(Wawancara, 25 Maret 2019)
mbak, karena aku menjabat sebagai ketua pramuka
di ekstrakurikuler di Kampus ini. Selain itu jugo
galak melok arisan kawan-kawan geng kami Berdasarkan kutipan wawancara di
sebulan sekali, walaupun lagi kumpul jugo aku atas, diketahui bahwa ruang sosial mahasiswa
masih dak biso lepas dari hape”. FOMO adalah wadah mereka berinteraksi,
seperti bersama teman geng, teman organisasi
kampus, teman arisan, teman kelas, dan

144 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019


teman-teman di ekstrakurikuler, dilingkungan Mahasiswa FOMO mengekspresikan pola
sekitar mereka. Dimanapun mereka berada, hidupnya dengan hal-hal yang berlebihan, tidak
mereka tidak bisa lepas dari rasa cemasnya untuk dapat mengontrol diri untuk terus terhubung
tidak tertinggal informasi. Padahal sebagai dengan aktivitas orang lain dan mengabaikan
mahasiswa, kewajiban utama mereka adalah aktivitas sendiri. Karakteristik mahasiswa FOMO
belajar, tidak hanya mementingkan diri mereka pada umumnya terlihat biasa-biasa saja, hanya
sendiri tetapi dapat memberikan kontribusi saja jika di teliti secara mendalam, mereka
terhadap bangsa dan negaranya. mempunyai aktivitas, minat, dan opini yang
terlalu berlebihan sehingga lepas kontrol untuk
Ruang sosial mahasiswa FOMO
diri sendiri dalam menggunakan media sosial.
merupakan ajang untuk memamerkan aktivitas-
aktivitas yang menurut mereka bagus atau asyik Citra diri mahasiswa FOMO merupakan
untuk dijadikan tontonan oleh orang-orang yang gambaran terhadap dirinya mengenai dirinya
terhubung di media sosial. Hubungan atau sendiri. Apa yang ditunjukkan oleh mahasiswa
interaksi sosial yang terjadi pada lingkungan FOMO di media sosial merupakan citra diri yang
sosialnya tidak berjalan baik seperti di dunia ada pada diri mereka sendiri. Citra diri
maya. Mereka lebih mementingkan interaksi mahasiswa FOMO menampilkan perilakunya
yang terjadi di dunia maya sedangkan di dunia dikehidupan sehari-hari. Citra diri yang positif
nyata, mereka menyapa seadanya dan membuat mahasiswa tersebut selalu menampilkan
berinteraksi seperlunya. Sebab yang terfokus aktivitas yang berkelas menengah ke atas,
pada mahasiswa FOMO hanyalah sosial media padahal tidak semua yang ditampilkan merupakan
yang mereka gunakan. fakta yang ada.
Informan memiliki kecenderungan Dari analisis ruang sosial tersebut
yang sama di ruang sosialnya sebagai tempat dapat dijelaskan dalam bagan di bawah ini.
untuk mengaplikasikan gaya hidupnya. Dari
Ruang sosial adalah wadah mereka
setiap informan yang diteliti, ditemukan
untuk melakukan aktivitas-aktivitas sosial yang
kecenderungan yang sama bahwa ruang sosial
ternyata hal tersebut tidak bias terlepas dari
mereka adalah bersama orang-orang terdekat,
media sosial. Demi memenuhi keinginan untuk
hampir semua informan merupakan mahasiswa
tetap terhubung dengan orang lain membuat
yang hidup merantau jauh dari orang tua. Penting
mahasiswa FOMO dimanapun dan kapanpun
bagi mereka untuk belajar mandiri sendiri,
tidak dapat jauh dari media sosial.
mengurus diri sendiri. Hal inilah yang
dimanfaatkan mereka untuk hidup sesukanya,
Daftar Pustaka
bergaul dengan lingkungan-lingkungan yang
baru dan beradaptasi dengan tempat yang baru. Abel, J.P., & Cheryl L.B. (2016). Social Media
Mereka tidak ingin menjadi mahasiswa yang and Fear of Missing Out: Scale
“norak” istilah anak zaman sekarang, sehingga Development and Assesment. Journal
membuat mereka ingin selalu tampil eksis di of Business & Economics Research,
manapun mereka berada. 14(1).
http://www.cluteinstitute.com/ojs/inde
Penutup x.php/JBER/article/view/9554 diakses
pada tanggal 02 September 2018.
Gaya hidup diekspresikan melalui apa
yang dikenakan oleh seseorang, terkait dengan Adlin, Alfathri. (2006). Resistensi Gaya Hidup.
aktivitas, minat, opini, dan ruang sosial. Gaya Jakarta: Jalasutra.
hidup bukan hanya sekedar aktivitas mengisi Al-Menayes, J. (2016). The Fear of Missing Out
waktu luang. Gaya hidup mahasiswa FOMO Scale: Validation of The Arabic Version
dapat tergambar melalui karakteristik, citra diri, and Correlation with Social Media
dan ruang sosial yang identik pada mahasiswa Addiction. International Journal of
FOMO. Pola penggunaan media sosial yang Applied Psychology, 6(2), 41-46. doi:
terlampau parah mengakibatkan seseorang 10.5923/j.ijap.20160602. 04.
mengalami FOMO karena selalu ingin terhubung
dengan orang lain melalui media sosial.

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019 145


Bagan 3
Ruang Sosial

APJII. (2016). https://apjii.or.id/survei2016 Featherstone, Mike. (2008). Postmodernisme


diakses pada tanggal 23 September dan Budaya Konsumen. Yogyakarta:
2018. Pustaka Pelajar.
APJII. (2017). https://apjii.or.id/survei2017 Gezgİn, D.M., Hamutoglu, N.B., Gemikonakli,
diakses pada tanggal 23 September O., & Raman, I. (2017). Social
2018. Networks Users : Fear Of Missing
Out in Preservice Teachers. Journal
Azka, Fatih, dkk. (2018). Kecemasan Sosial dan
of Education And Practice 8 (17),
Ketergantungan Media Sosial pada
156–168.
Mahasiswa. PSYMPATHIC: Jurnal
Ilmiah Psikologi Volume 5, Nomor 2, J.W.T. Intelligence. (2012). Fear of Missing
2018: 201-210. Out (FOMO). Diunduh dari
https://www.jwtintelligence.com/wp-c
Baker, Zachery G, dkk. (2016). Fear of Missing
ontent/uploads/2012/03/F_JWT_
Out: Relationships With Depression,
FOMO-update_3.21.12.pdf diakses
Mindfulness,and Physical Symptoms.
pada tanggal 03 September 2018.
Journal of Translational Issues in
Psychological Science 2016, Vol. 2, Kominfo. (2014). SIARAN PERS NO.
No. 3, 275–282. University of 17/PIH/KOMINFO/2/2014.
Houston. kominfo.go.id. Di akses pada tanggal
24 september 2018.
Dossey, L. (2014). FOMO, Digital Dementia
and Our Dangerous Experiment. Kotler, Philip. (2002). Manajemen Pemasaran,
Exploration, 10(2), 69-73. Diunduh Jilid 1, Edisi Milenium. Jakarta:
dari https://www.researchgate.net/ Prehallindo.
publication/260644572_FOMO_Digit
Pilliang, Yasraf Amir. (2003). Hipersemiotika
al_Dementia_and_Our_Dangerous_E
Tafsir Cultural Studie Atas Matinya
xperiment diakses pada tanggal 04
Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
September 2018.

146 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019


Przybylski AK, Murayama K, DeHaan CR, Suyanto, Dr. Bagong. (2013). Sosiologi Ekonomi,
Gladwell V. (2013). Motivational, Kapitalisme dan Konsumsi di Era
Emotional, And Behavioral Correlates Masyarakat Post-Modernisme. Surabaya:
of Fear of Missing Out. Computers in Prenada Media Groupa Cipta.
Human Behavior.
Syahreza, M. Fazhrezi & Tanjung, IS. (2018).
Psych Central. (2018). FOMO Quiz (Fear of Motif dan Pola Penggunaan Media
Missing Out). Retrieved on August 28, Sosial Instagram di Kalangan Mahasiswa
2019, from Program Studi Pendidikan Ekonomi
Unimed. Jurnal Interaksi Volume: 2
https://psychcentral.com/quizzes/fomo
Nomor: 1 Edisi Januari 2018 Hlm.
-quiz/. Diakses pada tanggal 02
61-84. Universitas Muhammadiyah
September 2018.
Sumatera Utara.
Rabathy, Q. (2018). “Nomophobia sebagai
Ritzer, G., & Goodman, D.J. (2008). Teori
Gaya Hidup Mahasiswa Generasi Z”.
Sosiologi Modern. Edisi Terbaru.
Jurnal Linimasa Vol. 1 No. 1.
Jakarta: Penerbit Kreasi Wacana.
Universitas Pasundan.
Statistik.kominfo.go.id diakses pada tanggal 23
Desember 2018.

Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019 147


148 Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 21 No. 2 Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai