Anda di halaman 1dari 10

Dampak Literasi Digital terhadap perilaku ketidaksantunan dalam dunia

maya pada media sosial Instagram di pelajar SMA Negeri kota surabaya
PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh :

Hafshah Syafriyan 071711633076

PROGRAM STUDI ILMU INFORMASI DAN PERPUSTAKAAN


DEPARTEMEN ILMU INFORMASI DAN PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2022
Latar Belakang Masalah

Penggunaan Bahasa yang santun akan menjadi bagian penting dalam proses
pendidikan bagi masyarakat yang sangat menjunjung tinggi nilai kesantunan. Di Indonesia
sendiri, orang yang tidak mempunyai sikap santun dianggap sebagai “tidak berbudi Bahasa”.
Ketidaksantunan merupakan sebuah perilaku berkomunikasi yang mempunyai niat untuk
menyerang muka target (mitra tutur) atau menyebabkan mitra tutur (target) menjadi merasa
begitu (Culpeper, 2008). Yang dimaksud dari definisi tersebut adalah bahwa sebuah tindakan
ketidaksantunan bergantung pada niat pembicara dan juga pemahaman pendengar dari niat
pembicara dan hubungan antara mereka. Dengan kata lain, suatu tindakan dapat dianggap
tidak sopan jika orang tersebut seorang pendengar menganggap bahwa pembicara telah
merusak wajah pendengar/ lawan bicara dan menunjukkan tindakan mengancam.

Perilaku Ketidaksantunan dalam berbahasa saat ini juga terjadi di era digital.
Penggunaan sarana komunikasi online/ berjejaring seperti (e-mail, whatsapp, jejaring social
dan platform internal) merupakan salah satu perkembangan teknologi digital yag membawa
kemudahan dan efisiensi waktu untuk menunjang kinerja. Efisien waktu karena komunikasi
dapat berlangsung tanpa tatap muka. Namun, teknologi digital ibaratkan pedang bermata dua
bagi peradaban manusia saat, disatu sisi memfasilitasi komunikasi yang fleksibel dan proses
perilaku di tempat kerja. Disisi lain, memberikan individu mempunyai peluang untuk bebas
mengekspresikan pendapat mereka perasaan mereka dan bahkan bng bermata dua bagi
peradaban manusia saat, disatu sisi memfasilitasi komunikasi yang fleksibel dan proses
perilaku di tempat kerja. Disisi lain, memberikan individu mempunyai peluang untuk bebas
mengekspresikan pendapat mereka perasaan mereka dan bahkan bertukar penghinaan penuh
kebencian dan argumentative (Parker,2017)

Para peneliti pada bidang perilaku mengidentifikasi terdapat adanya sikap komunikasi
berbasis daring (online communication) yang berkaitan dengan terjadinya perilaku daring
yang bertentangan dengan norma (counternormative online behavior) (Moore, 2019). Pada
sikap tersebut biasa disebut sebagai efek disinhibisi online (online disinbition effect) sebuah
sikap yang terjadi dalam komunikasi malalui media computer atau daring yang dimana
individu cenderung dalam mengekspresikan pendapat mereka dengan lebih terbuka dan lebih
sering daripada saat mereka berkomunikasi secara tatap muka. Dijelaskan fenomena ini
merupakan sebuah karakteristik interaksi berbasis daring yang menimbulkan efek yang
dimana individu merasakan kelonggaran pembatasan social dan hambatan (inhibition) yang
sering terjadi pada interaksi tatap muka (Suler, 2004).

Efek disinhibisi online ini dapat menyebabkan penyimpangan pada interpersonal yang
berintensi rendah, hal ini disebut oleh para peneliti dibidang organisasi sebagai
ketidaksantunan dunia maya (cyber incivility). Konsep tersebut mempunyai definisi yang
sama dengan ketidaksantunan (incivility) namun yang membedakan yaitu konteks pada
ketidaksantunan dunia maya ini menggunakan interksi daring (Moore,2019). Pada dasarnya
seperti yang dikemukakan oleh Moore (2019) ketidaksantunan yang secara tatap muka dan
ketidaksantunan dunia maya mempunyai makna yang sama. Didefinisikan ketidaksantunan
dunia maya merupakan sebuah perilaku komunikasi bermedia daring yang melanggar norma
etika untuk saling menghormati pada lingkungan kerja (Lim dan Teo, 2009).
Namun berjalannya waktu teknologi pun semakin berkembang, dengan adanya hal itu
dijadikan sebagai penunjang kinerja memperluas ketidaksantunan dunia maya terjadi ke
dalam media komunikasi daring atau disebut social media. salah satunya pada platform
Instagram. Pada platform tersebut ketidaksantunan dalam social media seringkali digunakan
masyarakat ketika mereka berkomentar, ketidaksantunan itu terjadi bukan hanya berupa
kalimat atau kata-kata saja namun dalam pengunaan ujaran kebencian yang menyebabkan
ketidaksantunan. Contohnya pada sebuah postingan seorang public figure atau akun-akun
gosip banyak ditemui sebuah komentar-komentar yang mengandung ujaran kebencian dan
kata-kata kasar. penggunaan Bahasa sarkasme dalam sebuah kolom komentar netizen yang
bertujuan untuk mengkritik selalu menyimpang dari kaidah sebuah prinsip kesantunan dalam
berbahasa (Nugraha, 2017).
Adanya media social didalam kehidupan masyarakat mempunyai dampak tersendiri.
Salah satunya yaitu memudahkan manusia dalam berkomunikasi dalam jarak jauh secara
mudah dan singkat, untuk wadah bersosialisasi dan berinterkasi. Dengan menyebarluasnya
sebuah jaringan, maka manusia pun dapat merasa lebih mudah dalam berkomunikasi kapan
saja dan dengan siapa saja (Fitriyanto, Ilham, Romis, Achmad, & Ade ,2018). Adanya
internet atau media masa mempunyai dampak yang tidak dapat kita pungkiri. Salah satu dari
dampak yang ditimbulkan yaitu adanya ujaran kebencian. Beberapa perilaku yang seringkali
dilakuka oleh para netizen yaitu mengucapkan kata kotor, memaki, hingga merendahkan
kepada korban. Perilaku tersebut terjadi dikarenakan para pengguna atau netizen kurang bijak
dalam menggunakan media social (Aziz, 2018).
Telah banyak sekali bukti yang menunjukan adanya ketidaksantunan dunia maya yang
ada di social media. Hal tersebut sangat menghawatirkan karena social media di zaman
seperti ini dikatakan sebagai kebutuhan primer manusia. Dari tahun ke tahun dan hari demi
hari, jumlah ujaran kebencian yang ada di media social sama sekali tidak menunjukan tanda-
tanda akan hilang. Implementasi regulasi dari ITE LAW di social media masih kurang
maksimal, terbukti dengan hal-hal negative yang masih ada dan bermunculan di social media.
Selain itu masih dibutuhkan pengimplementasian ataupun ditingkatkan regulasi untuk
internet/ social media Dalam bermedia social membutuhkan etika yang perlu ditegaskan
untuk mencegah adanya perilaku ketidaksantunan atau sebuah pelanggaran yang dilakukan
oleh para pengguna media social. Prinsip kesantunan dalam berkomunikasi harus digunakan
dan perlu untuk dilakukan oleh penutur dan mitra tutur dengan harapan agar makna dari
setiap tuturan dapat tersampaikan dengan baik dan tidak menyakiti perasaan pihak lain
(Inderasari, Ferdinan, & Hilmy, 2019).
Banyaknya netizen yang memberikan sebuah analisis dan komentar-komentar, hal itu
semakin terlihat bahwa mereka menunjukan keterlibatannya sebagai warga dunia maya. Pada
dasarnya mereka harusnya lebih menjaga rasa dalam bertutur kata menyuarakan perasaan dan
pikirannya. Namun etika dan rasa dalam berkomentar maupun berpendapat di media social
kini terlah tergeser karena kebebasan dunia maya. Dilansir dari laporan Digital Civility Index
(DCI) yang mengukur tingkat kesopanan digital untuk para pengguna internet dunia saat
melakukan komunikasi di dunia maya, disebutkan bahwa netizen di Indonesia menempati
peringkat 29 dari 32 negara dengan skor 76% (Kompas, 22 November 2021). Riset yang
dirilis oleh Microsoft tersebut menunjukan bahwa Indonesia masuk dalam negara yang
mempunyai tingkat kesopanan yang sangat rendah se- Asia Tenggara.
Pengguna media sosial semakin hari semakin meningkat dan terus meroket. Bersamaan
dengan perkembangan pengguna internet di Indonesia, jumlah pada pengguna aktif media
sosial (medsos) juga ikut terus meningkat yang dimana saat ini menggapai angka 170 juta
pengguna. Laporan terbaru dari We Are Social industri berasal dari inggris bekerja sama
dengan Hootsuite per Januari 2021, pengguna aktif media sosia meningkat 6,3% ataupun
setara dengan 10 juta pengguna dibanding pada Januari 2020. Apabila dilihat dari jumlah
populasi di Indonesia dekat dengan angka 274,9 juta jiwa, hingga 61,8 5 di antara lain ialah
pengguna aktif di media sosial. Sedangkan itu, diketahui pengguna internet di Indonesia
terbaru menggapai 202.6 juta . Salah satunya pengguna media sosial pada plaform instagram.
Media sosial Instagram mendapatkan peringkat ke-3 dalam media sosial yang paling banyak
digunakan oleh masyarakat di Indonesia. We Are Social dan Hootsuit mengungkapkan bahwa
media sosial Instagram memiliki pengguna sebanyak 85 juta masyarakat aktif yang
menggunakannya.
Instagram merupakan bagaimana berbagi visual, jadi niat utama dari penggunaan
instagram yaitu untuk berbagi dan hanya menemukan foto dan video terbaik. Setiap profil
pengguna memiliki jumlah “Pengikut dan “ Mengikuti”, yang mewakili berapa banak orang
mereka mengikuti dan berapa banyak pengguna lain yang mengikuti mereka. Setiap profil
pengunna memiliki tombol yang dapat di klik untuk mengikuti mereka. Jika profil pengguna
disetel ke mode pribadi, maka mereka harus menyetujui perintaan dahulu. Jika ketika profile
dibuat ke mode publik, maka siapapun dapat menemukan dan melihat profil pengguna,
dengan begitu dapat melihat foto dan video yang terposting di feed pengguna. Berinteraksi
sesama pengguna instaram dapat dilakukan dengan menyenangkan dan mudah. Pengguna
dapat mengetuk dua kali postingan untuk menyukai foto atau video tersebut. pengguna juga
dapat membagikan postingan melalui pesan langsung. Pengguna juga dapat melakukan
interaksi seperti menambahkan komentar di postingan, namun komentar yang ada terkadang
mengandung unsur-unsur negatif.
Pada media sosial instagram biasanya pada feed profil seorang publik figur, politisi, atau
akun – akun gosip pada bagian kolom komentar dapat dilihat terdapat berbagai macam
komentar dari yang positif maupun negatif. Didalam dunia media sosial terdapat beberapa
jenis pengguna yang bijak maupun yang tidak bijak. Dua pengguna tersebutlah yang
menjadikan adanya komentar negatif dan positif. Jika orang yang bijak dalam menggunakan
media sosial pastinya mereka akan mengomentari dengan baik atau mengkritik namun
dengan kata- kata yang tidak bersifat mengujar kebencian. Pengguna yang kurang bijak
seringkali berkomentar negatif yang kerap kali diniatkan untuk merendahkan atau
menjatuhkan dengan menggunakan kata-kata yang kurang baik ataupun sopan. Dari sebuah
komentar yang ditulis dengan singkat, hal itu mengarah menjadikan perang kata-kata. Baik
oleh pemberi komentar dengan pemilik akun, maupun antar warganet. Pentingnya literasi
digital ini dapat berkontribusi pada pemahaman yang lebih dalam tentang ujar kebencian
pada media sosial (Santos, S., Amaral, I., & Simões, R. B. 2020).
Salah satu platform media social yaitu Instagram hadir sebagai bagian dari
perkembangan internet. Hadirnya platform tersebut menawarkan cara berinteraksi,
bersosialisasi, dan berkomunikasi dengan mudah dan dengan didukung fitur yang menarik.
Untuk mengakses Instagram memang begitu mudah, cukup kita mencantumkan email dan
password maka kita bisa langsung berselancar pada platform tersebut. Pengguna media sosial
merasakan bahwa banyak sekali keuntungan yang masyarakat dapatkan, para penggunanya
pun banyak sekali yang fasih dalam mengaplikasikannya, salah satunya para remaja.
Pengguna media social didominasi oleh kalangan remaja sehingga banyak sekali dampak
yang dirasakan para remaja yang menggunakan media social. Dengan penggunaan yang baik
nantinya akan dapat manfaat yang baik missal meningkatkan prestasi, sebaliknya pun begitu
penggunaan yang buruk nantinya berakibat negative terhadap diri anak dan remaja
(Retnowati, 2015:314).
Perilaku Ketidaksantunan dunia maya di dalam media sosial sering kali terjadi karena
kurangnya pemahaman dalam media digital. Para pengguna media digital saat ini di
gandrungi oleh para kalangan manapun, khususnya para pelajar SMA yang dimana mereka
tidak semuanya paham dalam beretika dalam bermedia sosial. Jika para pengguna memahami
etika bersosial media maka pengguna tersebut akan lebih bijak dalam menggunakan media
sosial dan hal itu berpengaruh untuk mengurangi ketidaksantunan dunia maya atau
ketidaksopanan dalam sosial media. Jika telah bijak dalam bersosial media maka hal tersebut
mencerminkan bahwa pengguna sudah memahami media digital. Intensitas para pengguna
internet dan maraknya penggunaan sosial media pada remaja juga menjadikan salah satu
faktor penyebab terjadinya perilaku pada internet yang beresiko untuk remaja saat ini
menurut (Utami, 2014). Maka dari itu literasi digital sangat penting untuk para pengguna
media sosial khusunya kalangan pelajar SMA, agar nantinya bila melakukan kegiatan di
dalam sosial media lebih bijak dan juga lebih baik dalam penggunaan media sosial.
Pada penelitian yang ditulis oleh Indri Nurul Hidayah (2020) yang berjudul
‘Ketidaksantunan ujaran kebencian dalam akun gosip di media sosial Instagram dan
Implikasinya terhadap pendidikan karakter di SMA’, dalam penelitian tersebut data yang
ditemukan berjumlah sebanyak 60 data yaitu 30 data Ketidaksantunan Positif dan
setengahnya data Ketidaksantunan Negatif serta ditemukan juga bentuk pelanggaran maksim
kesantunan berbahasa seperti maksim kesetujuan, maksim kesimpatisan, dan maksim
kerendahanhatian, tetapi untuk pelanggaran yang paling besar adalah dalam maksim
kesimpatisan yang dimana berjumlah 43 data dan maksim pujian berjumlah 18 data karena
pengguna Instagram tidak memiliki kesimpatisan dan tidak memberikan pujian yang baik
terhadap mitra tutur sehingga pelanggaran terbesar terdapat pada maksim kesimpatisan dan
maksim pujian. Maka dari itu penerapan Literasi Digital untuk para pelajar SMA sangat
penting agar dapat beretika dalam menggunakan media sosial.
Literasi digital merupakan kemampuan dalam penggunaan teknologi dan informasi dari
suatu media digital secara efisien dan efektif dalam beragam konteks seperti karir, akademik
dan kehidupan sehari-hari. Sedangkan tafsiran lain menekankan arti dari literasi digital
seharusnya lebih dari sekedar kemampuan menggunakan berbagai sumber digital secara
efektif, namun juga merupakan bentuk cara berpikir tertentu (Eshet,2002). Pengguna media
sosial yang mempunyai kemampuan literasi digital yang baik pada dasarnya akan mampu
berpikir dengan kritis serta mampu memilah hal yang positif maupun negatif di dalam sosial
media. Tingkat kemampuan dalam literasi digital dapat mempengaruhi kemampuan dalam
bersosial media dan dengan begitu para penggunanya tidak mudah terpancing akan hal-hal
negatif seperti ketidaksantunan dunia maya pada social media. Terdapat empat kompetensi
literasi yang dikemukakan yaitu pencarian suatu informasi, pemahaman dalam sistem kerja
web, penyaringan informasi dan penyusunan informasi yang telah didapat (Gilster,1997).
Banyaknya kasus ketidaksntunan dunia maya yang ada pada platform Instagram seperti
pencemaran nama baik, menghina, menggunakan kata-kata sarkasme hal itu dapat memicu
munculnya depresi pada remaja. Informasi positif maupun negative dapat mudah
tersebarluaskan hingga ke seluruh dunia dan banyak diketahui oleh para pengguna media
social, disitulah remaja merasa malu, sakit hati, dan rendah diri. Fenomena-fenomena
tersebut menunjukkan bahwa pengguna media social di Indonesia masih belum paham
terkaita etika dalam penggunaan social media dengan baik dan benar. Mereka dapat
mengakses jaringan, namun disisi lain mereka belum memahami seutuhya dari penggunaan
media digital. Walaupun telah menguasai baca tulis, namun pengguna internet di Indonesia
belum sepenuhnya memiliki kemampuan dalam literasi digital. Oleh karena itu literasi digital
sangat dibutuhkan untuk masyarakat, terutama para remaja untuk menyaring sebuah
informasi yang didapat dari media social. Literasi digital sendiri merupakan kemampuan
dalam memahami, menganalisis, menilai, mengatur, dan mengevaluasi sebuah informasi
dengan media teknologi digital (Maulana, 2015:3).
Berdasarkan beberapa uraian pendapat di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dampak dari literasi digital terhadap ketidaksantunan dunia maya yang ada dalam media
social Instagram pada kalangan pelajar SMA. Penelitian ini dilakukan pada pelajar SMA
yang dimana mereka menjadi pengguna aktif media sosial. Dimasa remaja, pada umumnya
mereka akan menjadi lebih intens dalam pencarian informasi dari lingkungan yang ada di
sekitar mereka dan akan mengeksplor dirinya agar nantinya dapat menetapkan perannya di
lingkup masyarakat. Generasi muda mempunyai peran yang penting dalam masyarakat, yaitu
memiliki harapan dalam membentuk dan membangun karakter bangsa yang baik sehingga
nantinya para pelajar SMA maupun pengguna internet dapat secara positif menggunakan
media sosial yang bertujuan untuk berkomunikasi maupun berinteraksi dengan orang lain
secara efektif dan efisien, mereka juga dapat mencari informasi untuk menambah wawasan
pengetahuan dan memperluas relasi dalam pertemanan (Putri & Budianan,2012). Kesantunan
berbahasa dapat mempengaruhi seseorang terutama pada peserta didik dalam menggunakan
media sosial. Maka dari itu, perlu adanya pendidikan karakter agar peserta didik memahami
tentang ketidaksantunan dalam berbahasa yaitu memahami bentuk ketidaksantunan positif
dan ketidaksantunan negatif. Hal ini sangat penting, karena dapat menciptakan karakter
peserta didik yang lebih baik. Dengan begitu nantinya para pengguna media sosial akan lebih
bijak dalam menggunakan media digital.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana Literasi Digital pada remaja di Kota Surabaya?
2. Bagaimana Ketidaksantunan dunia maya pada remaja di Kota Surabaya?
3. Bagaimana dampak Literasi Digital terhadap ketidaksantunan dunia maya pada remaja
di Kota Surabaya?

Tujuan
I.3.1 Memiliki tujuan yaitu untuk melihat kondisi kegiatan literasi digital pada remaja yang
ada di Kota Surabaya
I.3.2 Untuk mengetahui sejauh mana remaja memahami adanya ketidaksantunan dunia maya
pada sosial media dan mengetahui bagaimana kegiatan ketidaksantunan dunia maya
pada remaja di Kota Surabaya
I.3.3 Untuk mengidentifikasi dampak literasi digital dengan Ketidaksantunan dunia maya
pada remaja di Kota Surabaya

Manfaat
1.1.1 Manfaat Akademis
1. Memperbanyak wawasan dan ilmu pengetahuan terkait literasi Digital terhadap ilmu
informasi
2. Pada penelitian ini dapat juga digunakan untuk sebuah rekomendasi dalam penelitian
selanjutnya mengenai kemampuan literasi digital dalam menghadapi ketidaksantunan dunia
maya pada instagram atau media sosial lainnya.

1.1.2 Manfaat Akademis


1. Sebagai sarana penyuluhan pada bidang pendidikan seperti universitas dan sekolah terhadap
siswa dan mahasiswa dalam mengakses sebuah informasi di dunia digital
2. Adanya penelitian ini, pada pihak Dinas Kominfo (Komunikasi dan Informasi) dengan begitu
dapat mengelola informasi-informasi yang ada dalam dunia digital dengan membatasi
konsumsi informasi buruk atau tidak pantas seperti ketidaksantunan dunia maya di instagram
ataupun media sosial lainnya.

Jangka Waktu Penelitian

Kegiatan penenlitian dilakukan selama 30 hari terhitung sejak tanggal 1 Agustus sampai
dengan 31 Agustus 2022. Kegiatan dilakukan pada Hari Senin- Jum’at yang dilakukan mulai
pukul 08.00-15.00 WIB.

Nama peneliti

Hafshah Syafriyan

Sasaran/ Target Penelitian

Target pada penelitian ini yaitu para siswa dan siswi SMA Negeri di Kota Surabaya. Pada
setiap sekolah tidak semua para siswa dapat terpilih menjadi target penelitian, karena
nantinya akan disesuaikan dengan Nomor Induk Siswa yang telah dihitung dan ditemukan
dalam penenlitian.

Lokasi Penelitian

Pelaksanaan kegiatan penelitian ini berlokasi pada :

1. SMAN 20 Surabaya

2. SMAN 19 Surabaya

3. SMAN 12 Surabaya

4. SMAN 9 Surabaya

5. SMAN 15 Surabaya

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif, hal ini dikarenakan penelitian
ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui dan menggambarkan dampak literasi digital
terhdap ketidaksantunan dunia maya yang terjadi di media sosial Instagram pada kalangan
pelajar SMA Kota Surabaya.
Penelitian ini bersifat deskriptif yang dimana artinya adalah penelitian ini mengkaji
tentang aktivitas, perubahan, karakteristik, hubungan, perbedaan dan persamaan dari sebuah
fenomena dengan fenomena lain (Hamdi & Bahruddin, 2015). Objek pada penelitian ini yaitu
remaja pengguna media sosial Instagram, yang dimana pada kasus ini adalah pelajar SMA.
Alasan peneliti menggunakan objek pelajar SMA dikarenakan pelajar SMA termasuk
golongan remaja, yang dimana mereka merupakan pengguna aktif Instagram.
Penelitian dengan metode deskriptif merupakan penelitian yang mengambil sebuah
situasi, fenomena individual maupun kelompok tertentu yang bersifat terbaru (Sudarwan,
2003). Penelitian deskriptif adalah metode yang menjelaskan sebuah karakteristik dan
fenomena melalui perhitungan yang akurat. Metode deskriptif tipe survei dipakai dalam
penelitian ini, bertujuan untuk melakukan pemeriksaan secara teliti tentang fakta dan
fenomena terhadap objek dalam jumlah yang besar dan juga untuk melakukan generalisasi
dari sampel yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai