Lusiana
E1101201002
Disusun untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Komunikasi Massa
2021
PELANGGARAN KODE ETIK JURNALISTIK
DALAM PEMBERITAAN INFOTAINMENT DI MEDIA MASSA
(Analisis Pada Permasalahan Pribadi Selebritis)
Lusiana
Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Tanjungpura
E1101201002@student.untan.ac.id
Abstrak
KERANGKA TEORI
A. Komunikasi Massa
Komunikasi massa (mass communication) merupakan suatu proses
penyampaian pesan termasuk di dalamnya berupa informasi dan gagasan
kepada orang banyak atau khalayak melalui media massa. Pengertian
tersebut sejalan dengan pendapat Bittner yang menyatakan komunikasi
massa adalah suatu pesan yang dikomunikasikan dengan bantuan media
massa kepada sejumlah besar orang.
Menurut pendapat ahli komunikasi Gerbener komunikasi massa
adalah produksi berbasis teknologi dan kelembagaan dan distribusi aliran
pesan yang terus-menerus dibagikan secara luas dalam masyarakat
industri. Dari yang disampaikan Garbener bisa dikatakan bahwa ada suatu
produk yang dihasilkan dari komunikasi massa yaitu berupa informasi
pesan-pesan komunikasi.
Produk yang dihasilkan akan didistribusikan, disebarkan kepada
masyarakat secara luas dan berlanjut terus menerus dalam selang waktu
yang tetap seperti harian,mingguan bahkan bulanan. Komunikasi massa
dalam proses memproduksi pesan tidak bisa mengandalkan perorangan
saja melainkan haruslah ada lembaga dan membutuhkan bantuan teknologi
dalam prosesnya dengan demikian ini juga mendorong masyarakat indutri
banyak melakukan komunikai massa (Ardianto, 2007:3).
B. Media Massa
Pada tahun 1920-an istilah media massa mulai digunakan untuk
menggambarkan jenis media yang secara khusus dirancang agar dapat
mencapai jangkauan penerima informasi berskala luas.
Media merupakan bentuk rujukan lain dari kata medium yang
mempunyai arti perantara atau penengah. Sementara itu, massa adalah
kata serapan yang berasal dari bahasa inggris “mass” yang diartikan ke
dalam bahasa indonesia sebagai kelompok atau kumpulan. Jadi dapat
disimpulkan media massa adalah jalur perantara termasuk didalamnya
alat-alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya dengan satu
sama lain. (Soehadi,1978:38).
Cangara membagi media massa ke dalam lima karateristik.
Pertama, sifat melembaga media massa yang artinya dalam mengelola
media di dalamnya terdapat banyak orang atau sekumpulan orang.
Sejumlah orang ini akan berperan dalam pengupulan,pengelolan hingga
pada penyajian informasi. Kedua, media massa komunikasinya satu arah,
jadi komunikasi yang terjadi kemungkinannya minim untuk adanya
komunikasi atau dialog antara komunikator dan komunikan. Jika adapun
maka respon atau umpan balik biasanya membutuhkan waktu dan terdapat
jeda waktu. Ketiga, informasi dari media massa disampaikan secara
meluas dan serempak,dengan demikian waktu dan jarak bukan lagi
menjadi suatu tantangan yang berarti. Penyampaian pesan bergerak dalam
waktu yang bersamaan dan secara luas sehingga dapat tersampaikan dan
diterima oleh khalayak luas secara serentak. Keempat, menggunakan alat-
alat teknis dan mekanis, seperti radio,surat kabar,radio,dan televisi.
Kelima, bersifat terbuka, jadi pesan yang disampaikan dapat diterima dan
diperoleh siapa saja,kapan saja,dimana saja tanpa batasan apapun.
Dilihat dari perkembangannya hingga saat ini,jenis media massa
menurut bentuknya digolongkan ke dalam tiga jenis :
1) Media massa cetak, yang informasinya disebarkan melalui
lembaran kertas seperti koran dan majalah.
2) Media massa elektronik, yang informasinya disiarkan
melalui gambar dan suara dibantu dengan teknologi eletro
seperti televisi dan radio.
3) Media massa online, yang informasinya dipublikasikan di
internet melalui situs.
C. Infotainment
John Hopkins University di Amerika Serikat merupakan pelopor
pertama konsep infotainment. Adanya asumsi bahwa informasi meskipun
dibutuhkan oleh masyarakat tetapi oleh mereka tidak bisa diterima begitu
saja dengan mudah, terutama merubah perilaku dan sikap dari negatif
menjadi lebih ke arah positif. Sehingga konsep infotainment ini menjadi
cara yang diperlukan untuk menjadi umpan yang dapat mengambil atensi
masyarakat. Entertainment atau dunia hiburan yang bisa menarik perhatian
khalayak menjadi pilihan untuk disusupkan di tengah-tengah proses
penyampaian informasi.
Dikutip dari ensiklopedia bebas yang tersedia di internet, kata
Infotainment lahir dari penciptaan istilah baru atau neologisme. Kemudian
istilah infotainment menjadi dikenal secara umum sebagai bentuk berita
ringan yang menyampaikan informasi menghibur. Infotainment
merupakan singkatan atau kependekan dari istilah bahasa inggris yaitu
information-entertainment. Di indonesia infotainment akrab dengan acara
televisi yang menayangkan berita selebritis dengan cara penyampaian
yang unik dan berciri khas.
Di Indonesia infotainment diartikan sebagai hiburan yang dikemas
dalam sebuah informasi. Hal ini menjadikan sisi hiburannya menjadi
substansi yang perlu disampaikan kepada khalayak. Akibatnya cukup
sering informasi yang disampaikan media kepada khalayak bukanlah
informasi yang diperlukan atau dibutuhkan namun informasi yang sekedar
dianggap dapat memberikan hiburan (Iswandi, 2006: 66).
ANALISIS
KESIMPULAN
Atmakusumah. (2010, Juni 22). Privasi, Pornografi, Dan Etik Jurnalistik. Dipetik
November 3, 2021, dari Lembaga Pers Dr.Soetomo:
https://lpds.or.id/kajian/kajian-media/privasi-pornografi-dan-etik-jurnalistik/
Dewan Pers. (2010, Juni). OK Buletin. Dipetik November 30, 2021, dari DewanPers:
https://dewanpers.or.id/assets/ebook/buletin/buletin_juni2010.pdf
Kompas. (t.thn.). Kode Etik Jurnalistik. Dipetik November 4, 2021, dari Kompas.com:
https://inside.kompas.com/kode-etik-jurnalistik
Putri, V. K. (2021, Desember 4). Komunikasi Massa: Pengertian Menurut Para Ahli dan
Cirinya. Dipetik Desember 4, 2021, dari Kompas.com:
https://www.kompas.com/skola/read/2021/12/04/135003269/komunikasi-
massa-pengertian-menurut-para-ahli-dan-cirinya
Velrahga, R. S. (2020, April 14). Etika Jurnalistik dan Polemik Batasan Hak Privasi. Dipetik
Desember 3, 2021, dari mediapublica:
http://mediapublica.co/2020/04/14/etika-jurnalistik-dan-polemik-batasan-hak-
privasi/