Anda di halaman 1dari 8

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

DARI KACAMATA KRIMINOLOGI


Oleh: Alimuddin, SHI, MH.1

PROLOG
Ketika tayangan miss world tersebar ke seluruh Indonesia, banyak pro dan
kontra. Kekuatan media massa tak terbendung dengan seribu satu macam tudingan
dan pujaan terhadap acara kelas dunia itu. Ironisnya, kontestan miss world sendiri
mungkin tidak mengerti maksud dari tudingan dan pujaan masyarakat di
sekitarnya, karena mereka disibukkan dengan rangkaian acara pra pemilihan di Bali.
Seandainya Rahwana yang memilih, tentunya ia akan memilih miss world yang
sekelas Dewi Shinta agar dirinya tidak lagi berniat menculik istri Ramayana yang
sebenarnya, cukup dengan melihat si ratu kecantikan itu saja. Seandainya Vicky
Prasetyo yang diberikan kesempatan memilih, tentunya ia akan memilih Zaskia
Gotik ketimbang miss world agar tidak terjadi konspirasi hati bagi keluarga Zaskia
dan ibunya Vicky.
Semua itu adalah fenomena yang terjadi di Negara hukum bernama
Indonesia, Negara yang penuh dengan kemakmuran, kesejahteraan, dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyatnya. Negara yang banyak komentator dan pengamat,
melihat dari kacamata masing-masing, termasuk kacamata yang berwarna-warni,
bahkan kacamata kuda.
Ketika sepotong roti dilihat dari kacamata hitam, akan tampak roti itu
berwarna hitam dan malas memakannya karena gosong. Ketika roti dilihat dari
kacamata putih, rasanya pasti enak karena tampak bersih. Tergantung dari
kacamata mana melihat sesuatu dan seseorang, termasuk melihat sebuah kekerasan
yang terjadi dalam rumah tangga atau yang ngetrend disebut KDRT.
Secara teori, kekerasan secara sederhana diartikan sebagai ketidaknyamanan
yang dialami seseorang. Kekerasan yang menimpa perempuan, umumnya karena
perbedaan gender.2 Kekerasan ini mencakup kekerasan fisik, psikis, seksual, dan
kekerasan yang berdimensi ekonomi yang dalam UU PKDRT disebut sebagai
penelantaran. Kekerasan fisik merujuk pada serangan terhadap kondisi fisik
seseorang, misalnya pemukulan, penganiayaan, pembunuhan. Kekerasan psikis
merujuk pada serangan terhadap kondisi mental seseorang, misalnya merendahkan,
Hakim Pengadilan Agama Pandan/Redaktur Majalah Digital Peradilan Agama (Badilag).
Faqihuddin Abdul Kodir dan Ummu Azizah Mukarnawati, Referensi bagi Hakim Peradilan
Agama tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga, Penerbit Komnas Perempuan, 2008, halaman 20.
1
2

menghina,

memojokkan,

menciptaan

ketergantungan,

pembatasan

aktivitas,

ancaman termasuk yang sangat subtil melakukan rayuan yang membuat


perempuan tidak berdaya. Kekerasan seksual mengarah pada serangan atas alat-alat
kelamin/seksual atau reproduksi, misalnya pelecehan seksual, pemaksaaan
hubungan seksual tertentu, perkosaan (termasuk dengan menggunakan alat/bukan
penis), perbudakan seksual.3
Secara praktik, pelaku KDRT tak tersentuh erat dengan hukuman, apalagi
dalam ranah Peradilan Agama. kasus-kasus yang ditangani PA terkait KDRT
beragam, dan bermacam pula para hakim memutuskannya. Paling tinggi, hukuman
untuk pelaku KDRT dalam konteks PA adalah menjatuhkan talak satu khul'i dengan
iwadl sebesar Rp10.000,- (sepuluh ribu rupiah). Sungguh ironis, meski begitu patut
diberikan apresiasi. Banyak problematika yang terjadi dalam ranah PA, salah
satunya adalah hukum yang berlaku hanya hukum acara perdata bukan hukum
pidana atau hukum acara pidana. Dengan demikian, pelaku KDRT harus diproses
dulu di tingkat penyidikan, hasilnya baru dibawa ke dalam ruang sidang PA
sebagai bukti telah terjadi kekerasan bagi istri ataupun suami. Selanjutnya
pengadilan memutuskan pernikahan dengan alasan terjadinya pertengkaran semisal
KDRT atau suami memukuli, menganiaya, dan mengancam istri secara berlebihan
hingga masuk kategori KDRT dengan pelanggaran taklik talak.
Kesenjangan antara das sein dan das sollen tersebut, mengantarkan tulisan ini
patut dicermati dengan cara saksama. Teori kriminologi menjadi acuan dalam
menganalisa KDRT karena memang kejahatan dalam rumah tangga harus dilihat
secara benar dari kacamata ilmu tentang penyebab terjadinya kejahatan itu sendiri
yaitu ilmu kriminologi.
KDRT DALAM LITERATUR
Kekerasan terhadap isteri dalam suatu rumah tangga sering oleh para ahli,
dianggap sebagai Hidden crime. Meskipun telah memakan cukup banyak korban dari
berbagai kalangan masyarakat, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), masih
merupakan masalah sosial serius yang kurang mendapat perhatian masyarakat,
yaitu : 1. Kekerasan dalam Rumah Tangga memiliki ruang lingkup yang relatif
tertutup (pribadi) dan terjaga privacynya karena persoalannya terjadi dalam rumah
tangga (keluarga). 2. Kekerasan dalam Rumah Tangga sering dianggap wajar karena
adanya keyakinan bahwa memperlakukan isteri sekehendak suami adalah hak
suami sebagai pemimpin dan kepala rumah tangga. 3. Kekerasan dalam Rumah
Tangga terjadi dalam lembaga yang legal yaitu perkawinan.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 1 disebutkan :
3

Lihat Pasal 1 Deklarasi Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan, 1992.

Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang


terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan
secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan pemaksaan
atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
Undang-Undang diatas menyebutkan bahwa kasus kekerasan dalam rumah
tangga adalah segala jenis kekerasan (baik fisk maupun psikis) yang dilakukan oleh
anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang lain (yang dapat dilakukan suami
kepada isteri dan anaknya, atau oleh ibu kepada anaknya, atau bahkan sebaliknya).
Meskipun demikian korban yang dominan adalah kekerasan terhadap isteri dan
anak oleh sang suami.
Minimnya kesadaran keadilan cara pandang terhadap perempuan,
menyebabkan banyak orang dengan mudah melakukan kekerasan terhadap
perempuan. Kehidupan rumah tangga yang diasumsikan dibangun untuk
menumbuhkan keamanan dan kedamaian, justru berbalik bagi perempuan menjadi
tempat yang paling rentan terhadap segala bentuk kekerasan. Kasus kekerasan
dalam rumah tangga, yang menimpa perempuan dan anak-anak, di sejumlah
negaranegara muslim tidak bisa dibilang kecil.
Di Saudi Arabia, Pakistan, Mesir, Maroko, Indonesia, Malaysia dan belahan
dunia yang lain. Bahkan di beberapa negara, angkanya cukup besar. Padahal, kasus
kekerasan, satu orang pun yang menjadi korban adalah masalah serius dan
menciderai martabat kemanusiaan.4
Pada tahun 2006, di Indonesia ada sebanyak 22.512 kasus kekerasan
terhadap perempuan (KTP) yang terlaporkan dan ditangani beberapa institusi mitra
Komnas Perempuan di berbagai daerah di Indonesia. Kasus terbanyak adalah
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), sebanyak 16.709 kasus (74 %). Dari kasuskasus KDRT ini, 82 % yang menjadi korban adalah istri atau perempuan, 3,6 %
kekerasan menimpa kepada anak dan 0,4 % kepada pekerja rumah tangga (PRT),
sisanya sulit dipilah menurut jenis korban karena data yang ada kurang mendukung
untuk pemilahan yang lain.5
Menurut para ahli kriminologi, kekerasan yang mengakibatkan terjadinya
kekerasan fisik adalah kekerasan yang bertentangan dengan hukum. Oleh karena
itu, kekerasan merupakan kejahatan.6 Berdasarkan pengertian inilah sehingga kasuskasus kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga dijaring dengan PasalFaqihuddin Abdul Kodir, Op.cit, halaman 30.
Data Komnas Perempuan Tahun 2006, halaman 3 dan 10.
6 Romli Atmasasmita, Teori dan Kapita Selekta Kriminologi, PT. Eresco, Bandung, 1992, halaman
4
5

55.

Pasal KUHP tentang kejahatan. Terlebih lagi jika melihat definisi yang dikemukakan
oleh Sanford Kadish dalam Encyclopedia of Criminal Justice, beliau mengatakan bahwa
kekerasan adalah semua jenis perilaku yang tidak sah menurut kadang-kadang, baik
berupa

suatu

tindakan

nyata

maupun

berupa

mengakibatkan pembinasaan atau kerusakan hak milik.

kecaman,

ancaman

yang

Ilmu kriminologi sendiri dapat dipahami sebagai proses pembentukan


hukum, pelanggaran hukum dan reaksi terhadap para pelanggar hukum. Dengan
demikian, kriminologi tidak hanya mempelajari masalah kejahatan saja tetapi juga
meliputi proses pembentukan hukum, pelanggaran hukum serta reaksi yang
diberikan terhadap para pelaku kejahatan.8 Sehingga Sutherland dan Cressey
mengemukakan bahwa criminology is the body of knowledge regarding crime as a
social phenomenon merupakan pondasi awal pemahaman terhadap kriminologi.9
KERANGKA DASAR KRIMINOLOGI
Terminologi atau istilah kriminologi pertama kali dipergunakan antropolog
Prancis, Paul Topiward dari kata crimen (kejahatan/penjahat) dan logos (ilmu
pengetahuan). Kemudian Edwin H. Sutherland dan Donald R. Cressey
menyebutkan kriminologi sebagai :
.... the body of knowledge regarding delinquency and crime as social phenomenon. It
includes within its scope the process of making law,the breaking of laws, and reacting to word
the breaking of laws ...10
Selanjutnya, melalui bingkai tersebut, Lilik Mulyadi menegaskan bahwa
kriminologi dapat berorientasi pada: Pertama, pembuatan hukum yang dapat
meliputi telaah konsep kejahatan, siapa pembuat hukum dengan faktor-faktor yang
harus diperhatikan dalam pembuatan hukum. Kedua, pelanggaran hukum yang
dapat meliputi siapa pelakunya, mengapa sampai terjadi pelanggaran hukum
tersebut serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ketiga, reaksi terhadap
pelanggaran hukum melalui proses peradilan pidana dan reaksi masyarakat.11

Ibid, halaman 56.

Bonger, W. A. (terjemahan R. A Koesnoen ), Pengantar tentang KRIMINOLOGI, cetakan VI,


PT. Pembangunan, Jakarta, 1982, halaman 67.
9
Sutherland Edwin, Principle Of Criminology (terj.) Momon Kartasaputra, Azas-azas
Kriminologi, Alumni, Bandung, 1969, halaman 46.
10 Edwin H. Sutherland dan Donald R. Cressey, Principles of Criminology, New York
Lippincontt Company, New York, 1974, halaman. 3, dan Lilik Mulyadi, Kapita Selekta Hukum Pidana,
Kriminologi dan Victimologi, Penerbit PT Djambatan, Jakarta, 2007, halaman. 111-112
11
Lilik Mulyadi, Bunga Rampai Hukum Pidana Perspektif, Teoritis dan Praktik, Penerbit PT
Alumni, Bandung, 2008, halaman 317-318.

Bonger memberikan definisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang


bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya.12 Sutherland merumuskan
kriminologi sebagai keseluruhan ilmu pengetahuan yang bertalian dengan
perbuatan jahat sebagai gejala sosial.13 Selain kriminologi dalam perspektif Barat,
terdapat definisi kriminologi dari perspektif Islam atau kriminologi syariah.
Menurut Chairil Adjis dan Dudi Akasyah, kriminologi adalah ilmu yang mengkaji
tentang kejahatan, sedangkan kriminologi syariah adalah studi tentang kejahatan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah.14
Untuk lebih jelasnya memahami kriminologi dan teori tentang penyebab
kejahatan, berikut disampaikan tabel penyebab kejahatan menurut hasil penelitian
Chairil Adjis dan Dudi Akasyah tentang penyebab terjadinya kejahatan:15
No
1.

2.

3.

Teori/Pendekatan
Uraian
Faktor
psikopati Setiap
tingkah
laku
(penyakit
manusia
mempunyai
psikologi)
tujuan dan makna bagi
orang tersebut. Tingkah
laku jahat lahir disebabkan
ketidakmampuan
mengendalikan dorongan.
Orang
melakukan
kejahatan
bukan
disebabkan
kehendak
bebas,
melainkan
disebabkan
dorongan
ketidak sadaran.
Teori Imitasi
Orang menjadi penjahat
disebabkan belajar antara
satu dengan yang lainnya
melalui peniruan (imitasi),
seperti anak yang lebih
muda meniru temannya
yang lebih tua.
Teori cacat mental Cacat mental dan sakit jiwa
dan sakit jiwa
merupakan
penyebab
kejahatan.

Ahli
Sigmun Freud

Tahun
1856-1939

Gabriel Tarde

1843-1904

JED. Esquirol 1772-1840 dan


Isaac Ray
1807-1881

Bonger dalam Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, Rajawali Press, Jakarta,
2001, halaman 7.
13 Ibid, halaman 8.
14 Chairil Adjis dan Dudi Akasyah, Kriminologi Syariah; Kritik Terhadap Sistem Rehabilitasi, RM
Books Graha Pena, Jakarta, cetakan I, 2007, halaman 2.
15 Chairil Adjis dan Dudi Akasyah, Kriminologi, Perspektif Sosiologi, Hukum, Psikologi,
Antropologi dan Kepolisian, Indonesian Crime Research Institute, Jakarta, 2003, halaman 500-502.
12

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

Intelegensia
(kecerdasan)

Faktor
kecerdasan
merupakan
penyebab
tingkah laku jahat.
Teori Biososial
Faktor
biologis,
lingkungan,
dan
pembelajaran
penyebab
kejahatan.
Teori Quetelet
Masyarakat
heterogen,
miskin, dan pendidikan
rendah menjadi penyebab
tingginya angka kejahatan.
Teori Durkheim
Anomie
(ketidak
berdayaan
hukum)
merupakan
penyebab
kejahatan.
Teori Lasley
Semakin
seseorang
membuka diri terhadap
minuman keras, maka
semakin terbuka menjadi
korban
atau
menjadi
pelaku kejahatan.
Kejahatan
kerah Menguraikan
kejahatan
putih (white collar yang
dilakukan
oleh
crime)
kalangan berdasi, pejabat
tinggi
atau
kalangan
terhormat.
Teori Gaya Hidup Karakteristik demografis,
seperti usia, jenis kelamin,
pendapatan,
status
perkawinan, pendidikan,
dan pekerjaan, mempunyai
kaitan penting dengan
tindak kejahatan.
Teori
Cohen Orang yang sering berada
Felson
di luar rumah berpeluang
tinggi menjadi korban
kejahatan.

Goddard

1914,1921,1927

Edmun
Wilson

O. 1970

Adolphe
Quetelet

1796-1874

Emile
Durkheim

1858-1917

J.R. Lasley

1989

Edwin
Sutherland

1941

Hindelang,
Gottfredson,
Garofalo

1978

Cohen
Felson

dan 1979

SOLUSI TERHADAP KDRT


Munculnya banyak teori penyebab kejahatan disebabkan karena kriminologi
belum mampu menemukan penyebab utama terjadinya kejahatan. Akibatnya,
penyebab kejahatan semakin rumit untuk ditemukan sehingga makin sulit juga
upaya pencegahan komprehensif dapat terwujud.

Kekerasan dalam rumah tangga dapat diselesaikan dengan langkah preventif


dan represif. Upaya represif dengan mengikuti rumusan dalam UU PKDRT,
sementara upaya preventif sebagaimana dikemukakan dalam konsep kriminologi
syariah yaitu 'IMAN DETERMINISME'.16 Menurut konsep tersebut, penyebab
kejahatan KDRT adalah kurangnya iman individu terhadap Allah Swt. Manakala
iman

menurun

maka

individusiapa

pun

dia---memiliki

kecenderungan

melakukan kejahatan. Sebaliknya, semakin tinggi iman maka individu lebih


menjauhi tindak kejahatan.17
Konsep iman terdiri dari, iman kepada Allah Yang Maha Hakim dan beriman
kepada hari kiamat. Beriman kepada Allah sesungguhnya mencurahkan seluruh god
spot untuk menjalankan prinsip ketuhanan (god principle). Penguasa alam semesta
langit dan bumi akan membersihkan hati manusia bila ia meyakini keberadaan
Tuhannya dengan sebenar-benarnya keyakinan/iman. Sedangkan meyakini hari
kiamat adalah suatu keniscayaan dalam hidup ini.18 Output kehidupan duniawi
adalah akhirat, semua keberhasilan di dunia ini akan berakhir setelah kematian atau
habisnya usia dunia ini (kiamat). Iman kepada hari kiamat akan mengantarkan
manusia mawas diri, bahwa hidup tak selamanya indah, kejahatan ada akhirnya dan
senyuman ada saatnya habis.
Secara teoritis, solusi yang ditawarkan untuk mengurangi KDRT adalah
dengan pendekatan sosial dan ekonomi. Munculnya penyebab KDRT karena faktor
ekonomi yang kurang mampu, miskin dan pengangguran. Dalam rumah tangga bila
salah satu anggota keluarga sudah mempunyai selera tinggi namun tenaga kurang,
kecenderungan melakukan kejahatan dan kekerasan terbuka luas.

Faktor

lingkungan sosial masyarakat, pendidikan, dan pergaulan juga sangat rentan.


Dengan demikian, Allah Swt jauh sebelum manusia ada sudah memberikan
peringatan dalam al Quran yang berbunyi:19

Pemahaman terhadap ayat tersebut dalam konteks kriminologi adalah sejauhmana


aparat penegak hukum memberikan jaminan keamanan bagi masyarakat yang
terkena imbas KDRT dan korban kejahatan. Bagi para pemimpin bangsa ini,
sejauhmana mereka mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat yang
Chairil Adjis dan Dudi Akasyah, Kriminologi Syariah..op.cit, halaman 11.
Ibid.
18 Ary Ginanjar Agustian, ESQ Membangkitkan Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ARGA
Publishing, Jakarta, 2003, halaman 23. Lihat juga Ary Ginanjar Agustian, ESQ Power, ARGA
Publishing, Jakarta, 2002.
19 Artinya: "Yang memberikan makanan kepada mereka ketika lapar dan memberikan jaminan
keamanan ketika takut," QS. Al Quraisy ayat 4.
16
17

miskin, susah, dan kurang mampu secara ekonomi. Bagi para alim 'ulama,
sejauhmana mereka memberikan kesadaran moral dan spiritual kepada masyarakat
untuk meresapi ayat itu dan mengamalkan iman kepada Allah dan hari kiamat.
EPILOG
Beberapa hal tentang kriminologi sudah dipahami dan dijelaskan sangat
ringkas, tinggal lagi melaksanakan dalam konteks kekinian, termasuk cara
mengurangi KDRT dalam setiap kasus yang masuk ke Pengadilan Agama.
Rumusan yang dapat diambil adalah:
1. Teori kriminolgi sudah sangat tua, namun bukan berarti tidak penting,
pendekatan demi pendekatan dalam studi kriminologi terus dilakukan
perubahan, bahkan belum baku. Oleh sebab itu muncullah teori kriminologi
syariah yang menyumbangkan konsep 'IMAN DETERMINISME'.
2. Iman kepada Allah dan hari kiamat adalah manifestasi nilai-nilai syariah dalam
konteks sosial dan penegakan supremasi hukum di Indonesia.
3. Upaya preventif terhadap kejahatan KDRT dapat dilakukan dengan memperkuat
sistem nilai-nilai syariah tadi, sementara secara represif harus mengacu pada
ketentuan UU PKDRT, termasuk pasal yang mengatur sanksi pidana.

Anda mungkin juga menyukai