Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

Hak Asasi Manusia atau HAM merupakan hak yang mendasar pada diri
seseorang, definisi HAM secara implisit disebutkan dalam instrumennya pada
Pasal 1 Undang – undang Nomer 39 Tahun 1999 Hak asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan Pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia, Setiap anak sejak kelahirannya, berhak atas suatu nama dan status
kewarganegaraannya.
Selain itu demi melindungi hak anak negara membuat instrumen tersendiri yaitu
Undang – undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang -
Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Negara juga
membuat sebuah komisi perlindungan anak (KPAI) dan bahkan Pengadilan anak
untuk melindungi hak – haknya. Meskipun demikian masalah pelecehan seksual
terhadap anak masih saja terus terjadi para pelaku seolah menutup mata tentang
adanya instrumen ini bahkan tidak peduli dengan masa depan dari anak. Di
Indonesia kasus pelecehan seksual setiap tahunnya mengalami peningkatan. lebih
ironisnya lagi pelecehan seksual pada anak ini pelaku berasal dari orang terdekat
yaitu keluarga, lembaga pendidikan dan lingkungan sosial. Banyak kasus yang
tidak terungkap karena tipu daya dan ancaman dari pelaku terhadap korban.
Pelecehan seksual terhadap anak mengakibatkan ketidakstabilan mental, depresi
hingga trauma yang berlebihan hingga hilangnya masa depan anak bahkan
berujung kematian. hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi aparatur negara
dan orang sekitar yang merupakan perwaliannya. Karena anak adalah generasi
bangsa yang menjadi garda terdepan bagi pembagunan Indonesia nantinya,
banyak potensi yang ada dan harus dikembangan oleh mereka pemerintah wajib
menjamin terpenuhinya hak asasi anak salah satunya yaitu hak untuk
mendapatkan perlindungan yang secara utuh. Oleh sebab itu penulis memandang
perlu adanya sebuah kajian khusus mengenai perspektif Hak asasi Manusia dalam
melindungi anak yang menjadi korban pelecehan seksual agar pembaca
memahami bahwa pelecehan seksual merupakan hal yang serius dan harus
diberantas
Dalam kerangka konstruksi sosial, maka keberadaan dan respons korban terhadap
realitas kejahatan atau peristiwa viktimisasi terhadapnya merupakan suatu
pengkonstruksian terhadap realitas kejahatan atau proses penimbulan korban
dalam dimensi sosial yang melibatkan institusi dan kepentingan birokrasi di
dalamnya, serta konteks masyarakat sebagai suatu totalitas. Dengan demikian,
realitas sosial terhadap perlindungan korban dalam masyarakat melalui peradilan
pidana dikonstruksikan oleh formulasi maupun bekerjanya perundang-undangan
oleh aparat penegak hukum. Problem yang dihadapi manusia datang silih berganti.
Tidak pernah kenal titik nadir (usai dan akhir). Manusia dililit oleh masalah yang
diproduksinya sendiri. Problem ini menjadikannya sebagai makhluk yang
kehilangan arah dan tujuan. Ia punya ambisi, keinginan dan tuntutan yang dibalut
nafsu, tetapi karena hasrat berlebihan, gagal dikendalikan dan dididik ini
mengakibatkan masalah yang dihadapinnya makin banyak dan beragam.
Perempuan sedang menjadi objek pengebirian dan pelecehan hak-haknya.
Perempuan sedang tidak berdaya menghadapi kebiadaban individual, kultural dan
struktural yang dibenarkan. Nilai-nilai kesusilaan yang seharusnya dijaga
kesuciannya sedang dikoyak dan dinodai oleh naluri kebinatangan yang diberikan
tempat untuk berlaku sebagai adidaya. Salah satu objek pelecehan atas hak-hak
perempuan ialah pemerkosaan. Peristiwa pemerkosaan yang terjadi di Negara
Indonesia termasuk salah satu kasus yang klasik karena selalu mengikuti
perkembangan kebudayaan manusia dan bahkan tindak pidana ini tidak hanya
terjadi di kota-kota besar melainkan juga sering terjadi di daerah yang relative
masih memegang teguh nilai tradisi dan adat istiadat.
Salah satu Kasus HAM pada pelecehan seksual yang dilakukan Herry Wirawan
Hari ini Selasa 11 Januari 2022, kasus Herry Wirawan dituntut hukuman mati,
tidak hanya itu hukuman kebiri juga dikenakan, belum lagi dikenakana denda Rp
1 miliar. Perjalanan panjang hingga kronologi Herry Wirawan pun banyak
ditanyakan.
Kasus Herry Wirawan yang baru saja dituntut hukuman mati di Pengadilan Negeri
Bandung (PN Bandung) mengundang reaksi dari berbagai pihak.Herry
Wirawan menjadi terdakwa usai memperkosa 13 santriwati. Bahkan beberapa
santriwati hamil dan melahirkan. Kasus ini pun sudah masuk ke
persidangan.perbuatannya itu, jaksa penuntut umum menuntut agar hakim
menjatuhkan hukuman mati terhadap terdakwa Herry Wirawan.
Herry disebut terbukti bersalah sesuai dengan Pasal 81 ayat (1), ayat (3) Dan (5)
jo Pasal 76.D UU R.I Nomor 17 Tahun 2016 yentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak jo Pasal 65 ayat (1)
KUHP sebagaimana dakwaan pertama.
Kasus Herry Wirawan jaksa penuntut umum mengingkan pelaku dapat
mendapatkan hukuman Mati, namun terjadi ketidak setujuan pada kasus ini
KOMNAS HAM menolak bahwa pelaku tidak perlu dihukum mati sehingga kasus
ini menjadi banyak perbedaan dan polemik

Memilih pada kasus Herry Irawan ini dikarenakan adanya penolakan jaksa
tuntutan untuk menghukum MATI namun ditolak oleh KOMNAS HAM dengan
beberapa alasan, hal ini tentunya mengundang polemik masyaakat yang sebagian
besar sudah kesal, karena tidak 1 dan 2 orang namun sebanyak 13 orang yang di
lecehkan yang berdampak korban ada yang hamil dan juga bilang melahirkan
Yahya Arifah (2018) PERSPEKTIF HAM TERHADAP PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK,
Jurnal PROSIDING SEMINAR NASIONAL “MENJADI MAHASISWA YANG UNGGUL DI ERA
INDUSTRI 4.0 DAN SOCIETY 5.0” | 28 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai