Anda di halaman 1dari 270

KONSELING KRISIS, PENDEKATAN

KONSELING REALITAS TERHADAP


PENERIMAAN DIRI

MODUL

Sri Ayatina Hayati, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2023
Konseling Krisis, Pendekatan Konseling Realitas
Terhadap Penerimaan Diri
copyright © Maret 2023

Penulis : Sri Ayatina Hayati , S.Pd., M.Pd


Editor : Farial, S.Psi., M.Pd
Setting Dan Layout : Normansyah, S.Pd., M.AP
Desain Cover : Auliadi Setia Rakhman, S.Tr.Pt

Hak Penerbitan a da pada © FKIP Bimbingan Konseling UNISKA MAB


2023
Hakcipta © 2023 pada penulis Isi diluar tanggung jawab percetakan

Ukuran 14,8 cm x 21 cm
Halaman : v + 262 hlm
Hak cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip,
memperbanyak dan menerjemahkan sebagian atau seluruh
isi buku ini tanpa izin tertulis dari FKIP Bimbingan Konseling
UNISKA MAB

Cetakan I, Maret 2023


Jl. Adhiyaksa No.2 Kayutangi
Banjarmasin – Indonesia Telp. (0511)3303883

2 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah saya panjatkan puja dan puji syukur
kehadirat Allah swt yang senantiasa melimpahkan segala
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan modul ini.
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta
pendidikan dan pelatihan Diklat dalam rangka dosen
profesional di bidang Bimbingan dan konseling. Sesuai
dengan segmentasi peserta, maka modul ini disusun dengan
kualifikasi yang tidak diragukan lagi.
Teknik penyajian yang diangkat dilakukan secara
terpadu tanpa pemilihan berdasarkan jenjang pendidikan.
Cara ini diharapkan bisa meminimalisir terjadinya
pengulangan topik berdasarkan jenjang pendidikan. 
Pembahasan modul ini dimulai dengan menjelaskan
tujuan yang akan dicapai. Kelebihan modul ini, Anda bisa
melihat keterpaduan ilmu bimbingan dan konseling
Pembahasan yang akan disampaikan pun disertai
dengan soal-soal yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat ketercapaian dan ketuntasan. 
Penyusun menyadari bahwa di  dalam pembuatan
modul masih banyak kekurangan, untuk itu penyusun
sangat membuka saran dan kritik yang sifatnya
membangun. Mudah-mudahan modul ini memberikan
manfaat. 
Banjarmasin, 01 Maret 2023

Farial, S.Psi., M.Pd. (Kaprodi


Bimbingan dan Konseling UNISKA-MAB)

3 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


DAFTAR ISI

HALAMAN COVER...................................................................... i
HALAMAN COPYRIGHT...........................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................iv
BAB I KONSELING KRISIS.......................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Konsep Konseling Krisis...........................................3
B. Grief And Lose: Konseling Krisis Untuk Seorang
Anak Yang Kehilangan Kedua Orang Tuanya...32
C. Konseling Krisis: Sebuah Pendekatan Dalam
Mereduksi Masalah Traumatik Pada Anak Dan
Remaja.............................................................................. 47
D. Konseling Krisis Dengan Pendekatan Konseling
Realitas Untuk Menurunkan Kecemasan Anak
Korban Kekerasan Seksual......................................52
E. Urgensi Konseling Krisis Dalam Bimbingan Dan
Konseling......................................................................... 79
RINGKASAN.................................................................................. 91
BAB II KONSELING REALITA.................................................96
PENDAHULUAN.......................................................................... 96
A. Konsep Konseling Realitas.......................................98
B. Penanganan Masalah Konseli Melalui Konseling
Realitas............................................................................. 120
C. Efektivitas Konseling Realitas Untuk
Meningkatkan Motivasi
Belajar ............................................................................. 160
D. Pendekatan Realitas Dan Solution Focused Brief
Therapy Dalam Bimbingan Konseling Islam.....174
4 | Konseling Krisis, Pendekatan……..
RINGKASAN.................................................................................. 198
BAB III PENERIMAAN DIRI....................................................201
PENDAHULUAN.......................................................................... 201
A. Konsep Penerimaan Diri ..........................................202
B. Penerimaan Diri Remaja Broken Home Melalui
Pendekatan Konseling Kelompok Rational
Emotive Behaviour Therapy.......................................232
RINGKASAN.................................................................................. 250
DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 253
BIODATA PENULIS

5 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


BAB I
KONSELING KRISIS
PENDAHULUAN
Laju perubahan globalisasi pada sisi yang lain
berdampak negatif pada perkembangan remaja
termasuk siswa sekolah. Saat ini sering ditemukan
remaja yang mengalami krisis karena ketidakberdayaan
dalam menghadapi perubahan yang ada dan apa yang
terjadi pada dirinya. Sekolah juga dituntut
menyelenggarakan pendidikan yang dapat
mempersiapkan sumber daya manusia yang berkarakter
dalam menghadapi tantangan dan perubahan jaman
Permasalahan yang dialami remaja menjadi tidak dapat
diabaikan begitu saja karena mereka berada pada posisi
krisis perkembangan dalam kehidupannya. Kondisi
rentan tersebut dapat mengakibatkan remaja
menghadapi suatu ketidakberdayaan dan
ketidakseimbangan yang dihadapkan pada suatu situasi
yang memungkinkan mereka tergelincir ke arah krisis
perkembangan, bahkan tindak kriminal.
Perubahan sosial yang cepat dari masyarakat
tradisional menuju masyarakat modern, yang juga
mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya hidup

1 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


remaja. Perilaku remaja yang dahulu terjaga secara kuat
oleh sistem keluarga, adat budaya serta nilai-nilai
tradisional yang ada, telah mengalami pengikisan yang
disebabkan oleh urbanisasi dan industrialisasi didukung
adanya revolusi media yang terbuka bagi keragaman
gaya hidup dan pilihan karir. Berbagai kasus
menunjukkan bahwa remaja saat ini memang sudah
sampai pada titik kritis. Masalah utama remaja berawal
dari pencarian jati diri. Mereka mengalami krisis
identitas karena memang periode masa remaja berada
pada posisi transisi. Remaja dikelompokkan ke dalam
masa kanak-kanak, dari sisi perkembangan memang
sudah berubah, namun apabila untuk dikelompokkan
dalam kelompok dewasa, mereka belum matang. Oleh
karena masa remaja merupakan masa krisis
perkembangan.

Layanan pemberian bantuan dibutuhkan untuk


menghindari ancaman krisis bagi remaja yang lebih
besar lagi. Remaja tidak akan lepas dari masa krisis
tersebut dengan mudah tanpa bantuan dari orang
dewasa lainnya termasuk guru BK atau konselor. Situasi
krisis secara umum berciri adanya perubahan yang

2 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


mendadak, bersifat tiba-tiba, dan tidak menentu.
Layanan konseling merupakan salah satu layanan
pemberian bantuan nyata yang sangat dibutuhkan oleh
remaja saat ini. Konseling krisis merupakan proses yang
dilakukan oleh profesional terlatih dalam hubungan
saling percaya terhadap individu yang mengalami
tekanan sehingga berpengaruh negatif terhadap
kemampuan individu untuk berfikir, merencanakan, dan
mengatasi masalah secara efektif.

A. Konsep Konseling Krisis


1. Sejarah Teori Konseling Krisis
Sebagaimana dikemukakan oleh Sandoval
(2002) pelopor awal mula munculnya intervensi
krisis adalah sebuah studi tentang pasca
bencana kebakaran yang terjadi disebuah klub
malam “Coconut Grove” di boston pada akhir
tahun 1930-an. Pasca kejadian tersebut
Lindeman membuka sebuah lembaga kesehatan
mental di Wellesley- Massachusetts, dan mulai
membentuk dasar dari ide-idenya tentang krisis
dan intervensi krisis yang menghubungkan
pengamatan transisi sosial dan reaksi terhadap

3 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


peristiwa traumatis. Sedangkan pelopor awal
kedua adala Erikson (1962) yang memberikan
kontribusi terhadap teori intervensi krisis
dengan dipublikasikannya buku Childhood and
Society pada tahun 1950. Gagasan Erikson
berkisar tentang spesifik karakteristik krisis
untuk masing-masing tahap perkembangan
hidup individual.
Pelopor awal ketiga adalah Gerald Caplan yang
memformulasi tentang pencegahan primer
gangguan emosi dan konsultasi kesehatan
mental. Gagasan ini merupakan bidang yang
baru bagi psikiatri pencegahan (Caplan, 1961,
1964). Data Caplan berasal dari kerjasama
dengan Peace Corps, seorang sukarelawan yang
menangani reaksi orang tua terhadap kelahiran
prematur anaknya, serta dengan keluarga
penderita tuberkulosis (serta orang lain yang
terkait dengan Harvard School of Public Health).
Adopsi ide dari kesehatan masyarakat dan
penerapan mereka untuk pengaturan kesehatan
mental memiliki pengaruh yang sangat besar

4 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


yang menyebabkan berkembangnya pusat-pusat
intervensi krisis di seluruh negeri.
Karya Caplan datang pada saat ada dorongan
besar dari pemerintah federal untuk lembaga
kesehatan mental masyarakat, dikarenakan
terjadi kerusuhan sosial yang besar di negara
tersebut. Tahun 1960-an banyak dari remaja
dan dewasa muda membawa dan menggunakan
obat-obatan psikoaktif secara illegal. Disamping
itu banyak terjadi penyalahgunaan narkoba
sehingga dibentuklah lembaga konseling krisis
di kampus-kampus, untuk menangani masalah
pemuda, terutama overdosis obat (Beers &
Foreman, 1976). Selama itu, penggunaan
program telepon sebagai bagian dari intervensi
krisis juga menjadi lebih luas, hal itu
dimaksudkan sebagai layanan pencegahan
bunuh diri yang semakin meresahkan (Golan,
1978).
Selama tahun 1980-an dan 1990-an fokus kajian
bergeser ke bentuk yang lebih ekstrim dari
intervensi krisis. Dalam revisi berikutnya
American Psychiatric Association's Diagnostic

5 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


dan Statistik Manual, konsep gangguan stres
pasca trauma (PTSD) datang untuk
disempurnakan dan diidentifikasi pada anak-
anak dan remaja (Saigh & Bremner, 1999).
Meskipun teori krisis telah memiliki sejarah
yang relatif singkat, namun berdasarkan hasil
penelitian dan pengamatan klinis di lapangan.
Ide-ide dari konseling krisis ini telah banyak
diterapkan oleh pekerja kesehatan mental,
psikolog sekolah serta konselor sekolah (Brock,
Sandoval, & Lewis, 2001).
2. Pengertian Krisis
Krisis menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI, 1997:530) adalah keadaan
yang berbahaya (dalam menderita sakit),
keadaan yang genting, kemelut, keadaan suram
dalam berbagai hal seperti ekonomi, dan moral.
Sedangkan menurut kamus psikologi
(Simanjuntak, 1986:86) pengertian krisis adalah
suatu titik balik yang jelas dalam perkembangan
berbagai kejadian. Menurut Geldard, (1993:138)
situasi krisis adalah situasi-situasi dengan
resiko tinggi. Krisis timbul sewaktu atau setelah

6 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


sesuatu peristiwa terjadi secara mendadak,
sehingga merubah persepsi partisipan (orang-
orang yang ditimpanya) tentang keamanan dan
tatanan dunianya.
Sewaktu mendengar kata krisis akan
terlintas dalam pikiran orang berbagai keadaan
yang mungkin dialami atau dirasakan orang
yang mengalaminya berdasarkan pengalaman
yang pernah dialaminya, atau pengalaman orang
lain yang pernah didengar atau dilihatnya.
Dalam keadaan krisis orang akan merasa panik,
tidak berdaya, ketakutan, seram, butuh bantuan,
tidak bisa menghadapi situasi, tidak tahu apa
yang harus dilakukan, ingin melakukan sesuatu
secepatnya, bila tidak bisa bertindak cepat akan
terjadi bencana yang lebih besar, dan semakin
panik.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan
bahwa krisis merupakan keadaan yang
berbahaya, keadaan yang genting, kemelut,
keadaan suram, akibat terjadinya suatu
peristiwa secara mendadak, sehingga orang atau

7 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


orang-orang yang ditimpanya merasa tatanan
dunia dan kehidupannya tidak aman.
Selain itu Krisis juga merupakan tekanan
yang dialami seseorang dan berpengaruh negatif
terhadap kemampuannya untuk berpikir,
merencanakan dan mengatasi masalah secara
efektif. Krisis tidak menunjuk pada pengalaman
atau peristiwa traumatis, tetapi pada bagaimana
seseorang merespon situasi. Krisis digunakan
untuk menunjuk pada suatu kondisi dimana
seseorang merasa menghadapi masalah besar
sehingga menimbulkan ketidakseimbangan
dalam hidupnya.Krisis biasanya berupa
hilangnya kemampuan seseorang untuk
mengatasi masalah sementara waktu. Jika
kemudian dapat mengatasi krisis, maka orang
tersebut dapat berfungsi seperti sedia kala.
Krisis yang dialami seseorang secara umum
diklasifikasikan dalam tiga bentuk, yaitu :
a. Krisis terkait dengan keadaan biologis,
muncul berkaitan adanya perubahan
keadaan biologis dan tugas perkembangan
seseorang, bersifat universal dan alamiah,

8 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


misalnya mulai memasuki sekolah atau
mengalami masa pubertas.
b. Krisis terkait dengan keadaan lingkungan,
terjadi karena adanya perubahan
lingkungan seseorang, bersifat tidak umum,
namun kemunculannya dapat diprediksi
karena diawali dengan berbagai informasi
sebelumnya, misalnya kematian orangtua,
perceraian, kekerasan, perpindahan, atau
sakit keras.
c. Krisis terkait dengan perubahan mendadak
dan tidak menentu, umumnya tidak dapat
diprediksi kemunculannya dan biasanya
dalam bentuk bencana alam seperti banjir,
gunung meletus, kebakaran maupun badai.
Krisis yang dialami seseorang pada
umumnya ditandai : ada perubahan mendadak
yang dialami, ketidakmampuan untuk mengatasi
masalah, pikiran dan perasaan bersifat tidak
menentu. Seseorang yang dalam keadaan krisis
akan merasakan berbagai perasaan seperti :
panik,tidak berdaya, ketakutan, seram, butuh
bantuan, tidak bisa menghadapi situasi, tidak

9 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


tahu apa yang harus dilakukan, ingin melakukan
sesuatu secepatnya, bila tidak bisa bertindak
cepat akan terjadi bencana yang lebih besar, dan
semakin panik. Krisis memiliki beberapa
karakteristik antara lain :
a. Bersifat temporer, terjadi tidak lebih dari
satu bulan meski efeknya mungkin menjadi
berdampak lama.
b. Dipicu oleh peristiwa spesifik namun tidak
diimbangi ketrampilan penyelesaian
masalah yang baik.
c. Seseorang yang mengalami masalah merasa
tidak mampu mengatasi masalahnya.
d. Krisis bersifat individu (personal) dan
subjektif tergantung interpretasi seseorang
terhadap situasi dan tingkat kecemasan
serta ketrampilan kopingnya (strategi
pemecahan masalah).
e. Krisis yang dialami seseorang kemungkinan
tidak menjadi krisis bagi orang lain, tetapi
untuk orang-orang terrtentu mempunyai
arti khusus sehingga menjadi masalah
hebat.

10 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


f. Penyelesaian krisis tergantung intensitas
stres.
g. Menciptakan “bahaya” sekaligus
kesempatan.
h. Pada individu berkaitan dengan
penyelesaian krisis.
Menurut Geldarg, krisis memiliki tingkat bahaya
dan nilai antara lain :
a. Menaikkan tingkat stres, orang yang
mengalami krisis sering kali merasa tertekan
perasaannya dengan peristiwa yang terjadi;
b. Menghendaki tanggapan sesegera mungkin
untuk meminimalkannya, keadaan krisis
memerlukan penanganan yang cepat dan
tepat sehingga dapat dihilangkan, atau
dikurangi “tekanannya”; dan
c. Merusak emosi dan aspek psikologis lainnya,
keadaan krisis sering kali mengganggu
perasaan, persepsi, motivasi, sikap, dan cara
berpikir orang.
Pada umumnya seseorang menunjukkan
reaksi negatif ketika mengalami krisis. Macam-
macam respon seseorang yang mangalami krisis

11 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


antara lain : Respon kognitif yaitu cenderung
menyalahkan diri sendiri dan orang lain, Respon
fisik seperti detak jantung berdegup keras,
tremor, shock, sakit kepala, Respon emosi
seperti apatis, depresi, marah, takut,Respon
perilaku seperti sulit makan dan tidur, menarik
diri. Sesorang yang mengalami krisis,
mengalami proses yang penuh ketidakpastian
secara bertahap, yaitu:
a. Mengalami specific precipitating event
(peristiwa spesifik yang datang secara tiba-
tiba),
b. Menghadapi peristiwa spesifik yang datang
secara tiba-tiba dengan perasaan terancam
dan diliputi kecemasan tinggi,
c. Respon yang ditunjukkan cenderung tidak
terorganisasi dan tidak efektif,
d. mengembangkan strategi koping yang
disebabkan oleh stres.
Sesorang yang mengalami krisis dalam upaya
penyelesaiannya (koping) dilakukan dengan dua
tipe yaitu adaptif (seseorang yang mengalami
krisis akan belajar cara baru menyelesaikan

12 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


masalah) dan Maladaptif (seseorang yang
mengalami krisis menjadi semakin tidak
terorganisir atau cenderung bertahan).
1. Remaja dan Berbagai Problem Krisis
Krisis muncul berkaitan dengan perubahan yang
timbul menyertai perkembangan masa remaja.
Perkembangan dan perubahan yang timbul
menyertai masa remaja antara lain :
a. Perkembangan Fisik, terjadinya peningkatan
kerja hormon pertumbuhan dan hormon
gonadotropik yang berfungsi mempercepat
pemasakan sel-sel telur dan sel-sel sperma
serta produksi kelenjar kelamin, berdampak
pada meningkatnya minat remaja terhadap
seksual, juga berdampak pada perkembangan
emosi dan sosialnya.
b. Perkembangan Sosial Remaja, remaja
memiliki kecenderungan untuk menjauhi
orangtua, dan justru mendekat pada teman
sebayanya, berpotensial memicu problem
krisis pada remaja karena adanya tekanan
kelompok sebaya (peer pressure).

13 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


c. Perkembangan Kognitif, remaja pada
dasarnya sudah sampai pada tahap berfikir
operasional formal, meskipun remaja sudah
mampu berfikir logis dan kritis, remaja juga
cenderung masih berfikir egosentris.
Egosentrisme yang dimiliki remaja ini
dimanifestasikan dalam pandangan bahwa
dirinya menjadi pusat perhatian. Selain itu,
remaja memandang bahwa mereka unik dan
tidak dapat dipersamakan dengan orang lain.
Egosentrisme yang dimiliki remaja
menyebabkan remaja cenderung melakukan
dan mencoba berbagai perilaku termasuk
perilaku yang berisiko agar mereka tampak
hebat dan menarik bagi pengamatnya.
Keadaan ini potensial memicu munculnya
problem krisis pada remaja, antara lain:
kenakalan remaja, Kehamilan tidak
diinginkan, Aborsi, HIV/AIDS,
Ketergantungan NAPZA, keterlibatan pada
kelompok terlarang, Anoreksia dan bulimia
nervosa, dan sebagainya.

14 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


d. Perkembangan Emosi, ada kecenderungan
remaja memiliki emosi yang labil dan
meninggi (heightened emotion). Emosi yang
meninggi disebabkan oleh berbagai
perubahan yang dialami, kondisi hormonal,
dan perkembangan sosial maupun kognitif
yang dialami beserta tuntutan yang
menyertai menjadikan remaja cenderung
nekad, bertindak tanpa memikirkan akibat,
yang semua ini memicu munculnya krisis
pada remaja, antara lain bunuh diri,
ketergantungan NAPZA, kenakalan remaja,
kehamilan tidak diinginkan, dan sebagainya.
Problem krisis yang potensial dialami
remaja antara lain : kehamilan tidak diinginkan,
aborsi, kenakalan remaja, penyalahgunaan
NAPZA, anoreksia dan bulimia nervosa, suicide
(bunuh diri) .
2. Peran Guru BK dalam Penanganan Krisis
Permasalahan krisis yang paling unik
adalah adanya efek yang terjadi pada seorang
individu. Seseorang yang berada dalam kondisi
krisis tiba-tiba tidak memiliki kemampuan

15 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


dalam memenuhi tuntutan sehari-hari. Siswa
yang sebelumnya berperilaku kompeten dan
efisien tiba-tiba menjadi tidak teratur, depresi,
hiperaktif, bingung, atau histeris. Mereka tidak
dapat ditolong dengan menggunakan teknik
konseling sekolah yang biasa dilakukan. Namun
demikian, anak yang mengalami krisis seringkali
juga di sekolah. Oleh karena itu guru
BK/konselor sekolah diharapkan mampu
mendukung guru, orang tua, dan anak-anak
sendiri selama periode krisis. Selain itu, personil
sekolah harus berpikir ke depan dan
mengantisipasi bahwa krisis yang mungkin akan
terjadi dalam kehidupan siswa. Mereka harus
siap untuk bertindak dan menemukan cara
untuk membantu anak-anak menguasai
tantangan krisis ketika terjadi.
Secara ideal, dalam membantu siswa yang
mengalami krisis, konselor sekolah diharapkan
bekerja sama dengan pekerja sosial, psikolog,
atau administrator membangun sebuah tim
manajemen krisis yang efektif. Program ini
diawali dengan mengidentifikasi krisis yang

16 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


terjadi dan kebutuhan untuk mengevaluasi
dampak krisis traumatis pada siswa. Model
untuk merancang sebuah program krisis
berbasis sekolah mencakup penilaian tingkat
trauma dan mekanisme pertolongan pertama
psikologis di sekolah. Setiap sekolah perlu
memiliki rencana intervensi krisis untuk
mengurangi dampak trauma. Bahkan ketika
permasalahan krisis yang dihadapi siswa
semakin meningkat, sekolah perlu menemukan
cara-cara baru dalam mengelola situasi krisis.
Guru bimbingan konseling BK/konselor,
berperan sangat penting untuk memberikan
pendampingan kepada siswa. Peran guru
BK/konselor menjadi sangat diperlukan untuk
membantu bimbingan konseling sekolah
menjadi tempat yang nyaman bagi semua pihak,
terutama bagi siswa khususnya pelaksanaan
konseling krisis. Untuk itu, dibutuhkan upaya-
upaya untuk meningkatkan keberdayaan guru
BK/konselor.Guru BK/konselor dalam
menjalankan perannya diharapkan mampu
meningkatkan kepekaan, cepat merespon, cepat

17 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


bertindak, meningkatkan afeksi, kognisi, tingkah
laku, menanamkan keikhlasan, dan kesediaan
memfasilitasi perkembangan siswa. Peran guru
BK/konselor dalam penanganan krisis tidak
lepas dari tugas, standar kualifikasi dan
kompetensi. Guru BK/konselor memiliki tugas,
tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling terhadap
siswa. Tugas tersebut terkait dengan
pengembangan diri peserta didik yang sesuai
dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan
kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah.
Tugas Guru BK/Konselor (PP No.
74/2008), meliputi :
a. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu
membantu peserta didik dalam memahami,
menilai bakat dan minat.
b. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu
membantu peserta didik dalam memahami
dan menilai serta mengembangkan
kemampuan hubungan sosial dan industrial
yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan
bermartabat.

18 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu
yang membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan belajar untuk
mengikuti pendidikan sekolah/madrasah
secara mandiri.
d. Pengembangan karir, yaitu yang membantu
peserta didik dalam memahami dan menilai
informasi, serta memilih dan mengambil
keputusan karir.
3. Penanganan Krisis Remaja Melalui Konseling
Krisis
Konseling krisis merupakan upaya
pemberian bantuan dari konselor kepada
konseli yang sedang mengalami tekanan yang
berpengaruh negatif terhadap kemampuan
konseli untuk berpikir, merencanakan dan
mengatasi masalah secara efektif. Konseling
krisis bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan individu yang mengalami krisis
sehingga memiliki pemahaman positif terhadap
masalah dan memiliki kemampuan
mengatasinya. Konseling krisis berbeda dari
konseling sekolah biasa dan memiliki tujuan

19 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


tertentu yaitu adanya penekanan khusus pada
strategi yang diperlukan dalam konseling krisis.
Hal ini berguna untuk membantu seseorang
yang berada dalam situasi krisis. Seorang guru
BK/konselor akan menyesuaikan teknik yang
digunakan dalam konseling krisis atau konseling
biasa tergantung pada jenis krisis, usia konseli
dan spesifikasi dari jenis krisis. Selain
melakukan konseling terhadap anak yang
mengalami krisis, guru BK/konselor juga harus
mengambil tindakan atau campur tangan,
dengan atau tanpa partisipasi orang dalam
krisis. Intervensi ini mungkin dalam atau di luar
pengaturan konseling
Konseling krisis merupakan pelayanan
bantuan kepada klien yang sedang mengalami
krisis untuk menghimpun berbagai sumber
“energi” yang ada di sekitarnya, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk pemecahan masalah
ketidakamanan dan kemaslahatan
kehidupannya di dunia dan di akhirat nanti.

20 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


4. Pentingnya Konseling Krisis
Bagi seseorang yang sedang mengalami krisis,
bantuan dan dukungan orang lain sangat
diharapkan. Salah satu bentuk bantuan yang
dapat dilakukan adalah dengan konseling krisis.
Konseling krisis merupakan upaya pemberian
bantuan dari konselor kepada konseli yang
sedang mengalami tekanan yang berpengaruh
negatif terhadap kemampuan konseli untuk
berpikir, merencanakan dan mengatasi masalah
secara efektif. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan kemampuan individu yang
mengalami krisis sehingga memiliki
pemahaman positif terhadap masalah dan
memiliki kemampuan mengatasinya. Proses
yang dilalui selama konseling krisis meliputi :
a. Pemahaman terhadap perasaan dan pikiran
seseorang yang mengalami krisis.
b. Konselor menunjukkan sejumlah alternatif
solusi beserta konsekwensinya disertai
dengan kesepakatan mengenai solusi yang
dipilih.

21 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


c. Melakukan evaluasi terhadap pilihan solusi
yang dilakukan seseorang yang mengalami
krisis.
5. Konseling Krisis Model ABC
Konseling krisis model ABC yang dikembangkan
oleh Kristi Kanel terdiri dari tiga hal penting,
yaitu :
a. Model A : mengembangkan rapport
(membangun hubungan), menggunakan
keterampilan dasar attending, paraphrasing
dan refleksi perasaan).
b. Model B : mengidentifikasi problem dan
terapinya, dengan mengidentifikasi
precipitating events dan menggunakan
teknik terapeutik yang sesuai. Teknik yang
dilakukan adalah 1) mendengarkan, 2)
melakukan assesmen, 3) membuat kerangka
ulang (reframing) dan 4) merencanakan,
dengan mengajukan pertanyaan yang
berkaitan : behavioral (apa yang dilakukan),
affective (apa yang dirasakan), somatic
(bagaimana reaksi fisik), interpersonal
(bagaimana interaksi dengan orang lain),

22 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


cognitive (bagaimana pandangan tentang
peristiwa tersebut), spiritual (bagaimana
keyakinan terkait peristiwa tersebut).
c. Model C : menentukan cara mengatasi
masalah (koping), Setiap orang yang
mengalami krisis memiliki cara mengatasi
masalah yang berbeda-beda. Koping yang
dilakukan dalam situasi krisis meliputi :
resolusi, referal, rujukan kelompok-
kelompok pendukung.
Konseling krisis model ABC cukup efektif,
karena model ABC ini meliputi tiga hal
penanganan yaitu dari sisi penanganan emosi
dengan penekanan pada keterampilan
konseling, karakteristik problem dan
penanganan problem.
6. Bahaya Dan Nilai Krisis
Ada berbagai akibat dari terjadinya krisis,
“The dangers and value of crisis” (bahaya dan
nilai krisis). Menurut Geldard, (1993:142) krisis
menyatakan bahaya, akan tetapi di samping
bahaya ada juga keuntungannya. Jadi tidak
selamanya krisis itu jelek.

23 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Jenis-jenis bahaya krisis antara lain: (1)
menaikkan tingkat stres, orang yang mengalami
krisis sering kali merasa tertekan perasaannya
dengan peristiwa yang terjadi; (2) menghendaki
tanggapan sesegera mungkin untuk
meminimalkannya, keadaan krisis memerlukan
penanganan yang cepat dan tepat sehingga
dapat dihilangkan, atau dikurangi “tekanannya”;
dan (3) merusak emosi dan aspek psikologis
lainnya, keadaan krisis sering kali mengganggu
perasaan, persepsi, motivasi, sikap, dan cara
berpikir orang.
Dampak krisis dapat membuat kesempatan
bagi seseorang untuk berubah. Krisis dapat
menjadi katalisator untuk mengembangkan
sesuatu yang baru, merupakan waktu yang baik
untuk melupakan apa yang telah terjadi dan
memulai sesuatu penyegaran yang baru.
Betapapun dahsyatnya tragedi krisis, namun
selalu dapat dicari nilai positif dan hikmahnya.
Seseorang yang ditimpa suatu peristiwa tragedi,
ia menjadi lebih kuat secara psikologis dan
spiritual, hubungannya berubah menjadi lebih

24 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


baik, kondisi yang tidak baik berubah menjadi
lebih berarti. Ibarat seseorang yang
meninggalkan suatu tempat yang telah
dikenalnya dan mulai memasuki arena baru
yang belum pernah diketahuinya, berbagai
perasaan tidak stabil akan muncul, seperti
perasaan takut, cemas, dan khawatir dalam
menghadapi situasi baru itu. Apabila ia
menyadari bahwa tidak ada kemungkinan lain
yang dapat ditempuh selain menghadapi apa
yang ada di depannya, maka mungkin ia akan
segera berubah menjadi “harus berani
menghadapi segala sesuatu yang akan
terjadi”.Seringkali tidak efektif mengatakan
langsung kepada klien yang menghadapi krisis
bahwa di samping bahaya krisis itu ada nilai
positifnya. Lihatlah sewaktu dia menyadari ada
juga keuntungan dari krisis yang dihadapinya,
itulah waktu yang tepat untuk
mengemukakannya pada klien, dan segera
kembangkan pikirannya ke arah yang positif.

25 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


7. Penyebab Krisis
Ada beberapa faktor lain yang menjadi
penyebab krisis, diantaranya sebagai berikut ini.
a. Tidak dapat meraih hal-hal yang
diharapkan
Setiap orang umumnya ingin sukses dengan
segala yang dicita-citakannya, selalu ingin
keberhasilan dan keberuntungan. Jarang
sekali orang yang mempersiapkan diri
untuk siap dengan kegagalan, kerugian, atau
kekalahan. Akan tetapi dalam kenyataan,
tidak semua yang diinginkan, yang dicita-
citakan dan diharapkan orang akan berhasil
diraih sedemikian rupa. Apabila kegagalan
tidak dapat diterima dan disikapi secara
positif, tentu akan menyebabkan terjadinya
krisis dalam diri orang tersebut.
b. Ditimpa Kesulitan
Krisis akan terjadi bila seseorang ditimpa
kesulitan yang membuat orang itu
menderita. Sewaktu orang menderita sakit
yang terasa parah, ketika harus hidup dalam
kemiskinan yang berkepanjangan, sewaktu

26 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


mengalami pemutusan hubungan kerja
(PHK) sementara orang sangat
membutuhkan pekerjaan.
c. Kehilangan Seseorang atau Sesuatu yang
Dicintai
Apabila seseorang kehilangan orang atau
sesuatu yang dicintainya, seringkali ia
merasa terpukul dengan kejadian tersebut.
Kecintaan yang sangat mendalam pada
seseorang atau kepada sesuatu
menyebabkan orang tidak mau berpisah
dengan hal yang dicintai tersebut. Bila
kehilangan itu terjadi, maka orang akan
mengalami keadaan krisis.
Sehubungan dengan krisis yang terjadi,
perlu penanganan secepatnya. Salah satu
upaya penanganan krisis adalah dengan
pelayanan konseling. Pelayanan konseling
untuk menangani krisis dinamakan
“Konseling Krisis”. Konseling Krisis dapat
dikatakan sebagai pelayanan bantuan
kepada klien yang sedang mengalami krisis
untuk menghimpun berbagai sumber

27 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


“energi” yang ada di sekitarnya, sehingga
dapat dimanfaatkan untuk pemecahan
masalah ketidak amanan dan kemaslahatan
kehidupannya di dunia dan di akhirat nanti.
8. Upaya Penanganan Masalah Melalui
Konseling Krisis
a. Berikan Perhatian Terhadap Penderita
Krisis
Upaya memperlihatkan perhatian dapat
dilakukan dengan berbagai teknik antara
lain, mulai dari menerima klien, sentuhan
fisik (bagi klien sejenis), kontak mata,
pertanyaan terbuka, refleksi isi, refleksi
perasaan, dan memperlihatkan empati.
b. Beri Kesempatan Pada Klien untuk
Melaksanakan Relaksasi
Dalam krisis klien berada pada keadaan
tidak produktif, yang menyebabkan pikiran
tidak menentu, perasaan cemas, berbagai
pikiran yang tidak kreatif yang akan
merusak kesehatan. Untuk menghadapi
keadaan tersebut, Konselor dapat
membimbing klien untuk melakukan

28 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


relaksasi sesuai dengan keadaan yang
dialami klien. Relaksasi dapat mengurangi
kecemasan, berbagai keluhan psikosomatis,
dan kegelisahan. Dapat dilakukan relaksasi
sederhana, relaksasi dengan komitmen, atau
relaksasi penuh. Relaksasi dilakukan dengan
persetujuan klien, klien boleh memilih mana
yang diperkirakannya akan cocok dengan
keadaan yang sedang dideritanya.
Menurut Haryanto, (2002:76) salah satu
bentuk relaksasi dapat dilakukan sewaktu
melaksanakan ibadah shalat, karena shalat
mempunyai efek relaksasi otot, yaitu
kontraksi otot, pijatan dan tekanan pada
bagian-bagian tubuh tertentu. Selanjutnya
dikemukakannya bahwa bagian-bagian
tubuh yang harus digerakkan atau
dikontraksikan selama melaksanakan
relaksasi antara lain, (a) bagian kepala;
mata, pipi, dahi, mulut, bibir, hidung, lidah
dan rahang, (b) leher, (c) bahu, (d) lengan
bawah dan lengan atas, (e) siku, (f)
pergelangan tangan, (g) tangan dan jari-jari,

29 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


(h) dada, (i) perut, (j) tulang belakang dan
punggung, (k) pinggang dan pantat, (l) paha,
(m) lutut dan betis, (n) pergelangan kaki,
dan (o) kaki dan jari-jari. Semua gerakan
tersebut dilaksanakan dalam gerakan-
gerakan shalat.
c. Cari Nilai Positif dari Setiap Kejadian
Tidak semua orang melihat nilai positif pada
suatu peristiwa atau kejadian yang
menguntungkan atau membahagiakan.
Bahkan orang cenderung menganggap
bahwa hanya kebaikan saja yang ada pada
kejadian yang menguntungkan itu.
Demikian juga halnya dengan peristiwa atau
kejadian yang tidak menguntungkan, yang
mendatangkan kesusahan, kebanyakan
orang melihatnya dari suatu keburukan saja.
Tidak ada kebaikan pada suatu yang
mendatangkan kesulitan. Tentu tidak
selamanya seperti itu. Usahakan melihat
kebaikan dari peristiwa yang dialami,
banyak orang merasa peristiwa yang
mendatangkan kesusahan cenderung

30 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


dipandang sebagai sesuatu yang jelek. Hal
ini terjadi hanya karena ketidakmampuan
orang melihat hal yang tersirat di balik
peristiwa yang tidak menyenangkan itu.
Konselor dapat membantu klien untuk
mencoba mencari nilai-nilai positif dari
peristiwa yang dialami klien. Kemampuan
untuk melihat kebaikan dalam setiap
kejadian apapun, baik yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan,
merupakan kualitas sumber daya manusia
yang penting. Hal ini timbul dari keyakinan
yang tulus kepada kekuasaan Allah SWT dan
pendekatan kehidupan yang dilandasi
keimanan.
d. Tingkatkan Kesabaran
Konselor dapat mengajak klien untuk
meningkatkan kesabaran dalam
menghadapi krisis yang sedang dideritanya.
Menurut ajaran agama Islam, peristiwa yang
menyebabkan krisis itu adalah ujian. Setiap
orang yang beriman, harus diuji dulu
keimanannya. Seseorang belum dapat

31 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


dikatakan beriman apabila belum diuji
keimanannya. (QS........). Dalam menghadapi
ujian, sebagaimana diajarkan dalam Al-
Quran (QS. Al-Baqarah, 2:153) yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah
pertolongan (kepada Allah) dengan sabar
dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Manusia hendaklah minta pertolongan
dengan sabar dan shalat kepada Allah yang
Maha Kuasa atas segala sesuatu, termasuk
kekuasaan untuk menyembuhkan krisis
yang sedang diderita manusia tersebut.

B. Grief And Lose: Konseling Krisis Untuk Seorang


Anak Yang Kehilangan Kedua Orang Tuanya
Setiap manusia berpotensi memiliki suatu
masalah, namun tidak semua manusia mampu
menyikapi dan menghadapi masalah tersebut
dengan baik dan positif. Beberapa orang merasa
tidak memiliki kemmpuan dalam menghadapi
permasalahan nya Ia merasa tidak berdaya, pesimis,

32 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


frustrasi, menjadi stres dan berada pada keadaan
krisis.
Orang yang tidak bisa menghadapi kondisi
krisisnya cenderng merasa tidak berdaya dan
merasa tidak sanggup lagi menghadapi masalah
sehingga ada banyak kasus-kasus yang tragis terjadi
dikalangan orang-orang yang menderita akibat
kondisi krisis nya seperti bunuh diri dan putus asa,
menjadi gila karena tidak bisa lagi mengontrol
dirinya. Seperti yang diungkap Geldard Krisis adalah
kondisi berbahaya (1993:142).
Ada banyak kondisi yang menjadi sumber
terjadinya krisis seperti Kehilangan orang yang
dicintai, Bencana Alam, Kekerasan Seksual,
Kekerasan pada Anak dan lain-lain. Hal-hal ini
memicu timbulnya keadaan krisis. Orang yang
mengalami krisis sering kali merasa tertekan
perasaannya dengan peristiwa yang terjadi; keadaan
krisis sering kali mengganggu perasaan, persepsi,
motivasi, sikap, dan cara berpikir orang. Bagi
seseorang yang sedang mengalami krisis, bantuan
dan dukungan orang lain sangat diharapkan.
(Rofikus Solikah, 2021)

33 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Keadaan krisis memerlukan penanganan
yang cepat dan tepat sehingga dapat dihilangkan,
atau dikurangi “tekanannya”. Salah satu bentuk
bantuan yang dapat dilakukan adalah dengan
konseling krisis. Konseling krisis merupakan upaya
pemberian bantuan dari Konselor kepada Konseli
yang sedang mengalami tekanan yang berpengaruh
negatif terhadap kemampuan Konseli untuk
berpikir, dengan memiliki merencanakan d
an mengatasi masalah secara efektif.  Tujuannya
adalah untuk mengembangkan kemampuan individu
yang mengalami krisis sehingga memiliki
pemahaman positif terhadap masalah dan memiliki
kemampuan mengatasinya.
Dalam hal ini Penulis akan membahas krisis
yang terjadi pada seseorang akibat kehilangan orang
yang dicintai dan memberikan tawaran intervensi
untuk membantu seseorang tersebut mengatasi
kondisi krisisnya.
1. Konseling Krisis
Pengertian krisis menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI, 1997:530) adalah
keadaan yang berbahaya (dalam menderita

34 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


sakit), keadaan yang genting, kemelut, keadaan
suram dalam berbagai hal seperti
ekonomi, dan moral. Menurut Geldard, (1993:13
8 dalam http://repository.upi.ed) situasi krisis
adalah situasisituasi dengan resiko tinggi.
Sedangkan menurut James, dalam Gladding
(2012) pengertian istilah krisis adalah “persepsi
atau pengalaman akan suatu peristiwa atau
situasi sebagai kesulitan yang tidak dapat
ditolerir, yang melebihi sumber daya dan
kemampuan seseorang untuk mengatasinya
pada saat itu” Menurut Gladding (2012)
konseling krisis adalah penggunaan beragam
pendekatan langsung dan berorientasi pada
tindakan, untuk membantu individu
menemukan sumber daya di dalam dirinya dan
atau menghadapi krisis secara eksternal.
Jika suatu  krisis mencapai taraf yang
melumpuhkan kita atau menghambat kita
mengontrol diri secara sadar maka keadaan itu
merupakan krisis yang butuh bantuan
penyembuhan. Konseling krisis merupakan
upaya pemberian bantuan dari konselor kepada

35 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


konseli yang sedang mengalami tekanan yang
berpengaruh negatif terhadap dengan atas
kemampuan konseli untuk berpikir,
merencanakan dan mengatasi masalah secara ef
ektif. 
Konseling krisis sangat penting untuk
diberikan kepada orang-orang yang sedang
berada pada kondisi krisis, karena pada
umumnya orang yang sedang berda pada
kondisi krisis merasa tertekan perasaannya
dengan peristiwa yang terjadi;, keadaan krisis
sering kali mengganggu perasaan, persepsi,
motivasi, sikap, dan cara berpikir orang.
Adapun tujuan Konseling krisis diberikan
kepada individu yang sedang
mengalami krisis dalam yaitu: (1) Secara klasik 
bertujuan untuk memutus serangkaian
peristiwa yang mengarah pada gangguan
kenormalan keberfungsian orang. (2) Untuk
mengembalikan individu ke tingkat fungsi
sebelum krisis. (3) untuk mengembangkan
kemampuan individu yang mengalami krisis
sehingga memiliki pemahaman positif terhadap

36 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


masalah dan memiliki kemampuan
mengatasinya. (4) Dapat memberikan suatu
kesempatan bagi pertumbuhan dan
perkembangan pribadi dengan cara
membangkitkan kekuatan-kekuatan lama,
mendorong perkembangan kekuatan-kekuatan
baru yang dapat dimanfaatkan ketika
menghadapi suatu peristiwa yang menekan atau
berbahaya di masa depan.
Proses Konseling Krisis kepada individu
yang sedang krisis dalam Lisa R Jackson and
Bradley (2010) yaitu (1) Menentukan Tujuan,
yaitu untuk menurunkan penderitaan (2)
mencari alasan atau sebab mengapa klient
membutuhkan sesi konseling. (3) memaparkan
masalah dan membuat skala prioritas dari
semua masalah, pada dengan melayani dan
menyajikan dengan adanya sebuah
masalah yang sebenarnya yang menjadi objek k
onseling. (5) Diagnosa  (6) menentukan tujuan
dan sasaran dimana Konselor dan Klien
akan diajak membuat tujuan jangka pendek dan 
tujuan jangka panjang. (7) memberikan Treatme

37 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


nt dengan menggunakan pendekatan Konseling,
Konselor menggunkan teori konseling yang
spesifik untuk mencapai hasil treatment
yang positif. (8). Membangun Kekuatan Klien dal
am menyelesaikan permasalahan klien.
2. Grief and Loss
Kehilangan adalah suatu keadaan individu
yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya
ada kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan (Potter
& Perry, 2005)  Pengalaman kehilangan dapat
berupa kehilangan gambaran diri, orang lain
yang berarti, kesehatan, pekerjaan, keyakinan
dan lain-lain.
Hilangnya orang yang dicintai adalah salah
satu pengalaman emosional yang paling
menyedihkan yang dialami oleh seseorang
(Robyn A. Howarth Journal of Mental Health
Counseling Volume 33/Number I/January
2011/Pages 4-10) proses di mana individu
bertahan dalam periode kesedihan, berduka,
dan bahkan rasa bersalah atau marah, perasaan-

38 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


perasaan ini lah yang menggambarkan
seseorang dalam kondisi Berduka (Griver).
Berduka adalah respon emosi yang
diekspresikan ketika seseorang mengalami
suatu kehilangan yang kemudian
dimanifestasikan dalam bentuk perasaan sedih,
gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur,
dan lain sebagainya. 
Adapun tahapan-tahapan seseorang dalam 
merespon kehilangan menurut  Kubler Ross
(Lisa R. Jackson and Bradley, 2010: 76)
yaitu: (1) Tahap Denial (Penyangkalan) yaitu:
Reaksi pertama individu yang mengalami
kehilangan adalah syok, tidak percaya, atau
mengingkari kenyataan bahwa kehilangan
benarbenar terjadi.(2) Tahap Anger
(Kemarahan) Pada tahap ini individu menolak
kehilangan. Kemarahan yang timbul sering
diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya
sendiri. (3) Tahap Bargaining (Tawar Menawar)
terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan
terjadinya kehilangan dan dapat mencoba untuk
membuat kesepakatan secara halus seolah

39 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


kehilangan tersebut dapat dicegah. Individu
berupaya agar mampu membantu guna bisa
untuk agar melakukan sesuatu hal dengan
tawar menawar dengan memohon kemurahan T
uhan. (4) Depression (Depresi) Pada tahap ini
Klien sering menunjukkan sikap menarik diri,
kadang-kadang bersikap sangat menurut, tidak
mau bicara, menyatakan keputusan, rasa tidak
berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh
diri. (5) Tahap Acceptance (Penerimaan)
berkaitan dengan reorganisasi perasaan
kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat pada
objek yg hilang akan mulai berkurang atau
bahkan hilang.
sumber yang menyebabkan Grief and loss
diantaranya adalah kematian. Kematian orang
yang dicitai akan menyisakan kesedihan dan
duka bagi orang yang ditinggalkan. Beberapa
faktor adanya penyebab Grief menurut
Aiken yaitu: (a) Hubungan individu dengan
almarhum, beberapa kasus dapat dilihat
hubungan yang sangat baik dengan orang yang
telah meninggal diasosiasikan dengan proses

40 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


grief yang sangat sulit. b. Kepribadian, usia dan
jenis kelamin orang yang ditinggalkan, Secara
umum grief lebih menimbulkan stress pada
orang yang usianya lebih muda. c. Proses
Kematian, cara dari seseorang dapat
menimbulkan grief yang mendalam. Pada
kematian yang mendadak kemampuan orang
yang ditinggalkan akan lebih sulit untuk
menghadapi kenyataan.
3. Kasus Grief Seorang Anak Akibat Kedua
Orang Tuanya Meninggal
Remaja X mengalami Grief/ kesedihan
yang mendalam setelah kedua orang tuanya
meninggal. Pasca meninggalnya orang tua X,
banyak perubahan yang terjadi pada diri X, baik
perubahan fisik, emosi, fikiran dan perilaku X.
Setelah orang tua X meninggal, X tidak
mempunyai nafsu makan, sehingga kondisi
badan X lemah, kurang bertenaga sehingga
menyebabkan X sempat jatuh sakit. Selain itu X
sulit tidur karena teringat dan terbayang dengan
kedua orang tuanya. Fikiran X menjadi sedikit
terganggu, sehingga konsentrasinya menurun,

41 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


rasa bingung dan tidak percaya muncul kalau
orang tuanya telah meninggal. rasa cemas
muncul pada diri X , Ia khawatir dengan
hidupnya setelah orang tuanya meninggal,
perasaan bersalah pun dialami oleh X
karena X belum sempat membahagiakan kedua
orang tuanya sehingga membuat perasaannya
tersiksa dan terkaang X meluapakan kemarahan
karena belum ikhlas menerima kenyataan kedua
orang tuanya meninggal. X juga mengalami
perubahan perilaku. Keseharian X dimasyarakat
menunjukkan bahwa X belum mampu untuk
menyesuaikan dirinya dengan kondisi yang
sedang di hadapinya, kurangnya rasa percaya
diri menyebabkan X malu untuk
bersosialisasi dilingkungannya. Hal ini
menyebabakn kesedihan yang mendalam pada
diri X, karena semasa orang tuanya masih hidup,
ia dekat dengan kedua orang tuanya,. X
merupakan anak yang manja dan dimanja oleh
kedua orang tuanya sehingga hubungan X
dengan ayah dan ibunya terjalin cukup dekat
dan hangat, terutama dengan ibunya. Sehingga

42 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


ketika kedua orang tua X meninggal, X sangat
sulit untuk melupakan ayah serta ibunya.
Peristiwa kematian kedua orang tua X
membuat X terpukul, kematian ayah subjek
tidak bisa terhindarkan karena ayah subjek
sudah cukup lama menderita sakit komplikasi,
sedangkan kematian pada ibu subjek begitu
cepat dan mendadak. Hal tersebut yang
membuat subjek sangat terkejut karena
peristiwa yang terjadi begitu cepat, setelah ayah
X meninggal terlebih dahulu, berselang
beberapa bulan ibu X langsung meninggal
menyusul ayah X, sehingga sulit bagi subjek
untuk menerima kematian kedua orang tuanya.
4. Intervensi Konseling Untuk Kasus X Pada
Kesedihan Yang Mendalam Akibat
Kedua Orangtuanya Meninggal
Konseling krisis merupakan upaya
pemberian bantuan dari konselor kepada
konseli yang sedang mengalami tekanan yang
berpengaruh negatif terhadap kemampuan
konseli untuk berpikir, merencanakan dan meng
atasi masalah secara efektif Dengan melihat

43 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


kasus X maka Intervensi Konseling yang cocok
untuk diberikan kepada X adalah dengan
menggunkan Pendekatan Client Centered
Therapi, alasan menggunakan Pendekatan Client
Centered Therapi karena melihat kondisi X ynag
tidak siap dengan keadaan Sekarang, dan juga
melihat kesedihan yang ada pada diri X,
mengharuskan konselor untuk berempati
kepadanya. Dimana kita ketahui bahwa tujuan
Client Centered Therapi, yaitu: menciptakan
iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien
untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi
penuh. (Gerald Corey,2013:94).
Pada pendekatan ini konselor lebih
ditekankan terhadap sikap-sikapnya bukan
teknik-teknik yang dirancang untuk menjadikan
klient berbuat sesuatu. Pada kasus ini Konselor
harus bisa membantu X, untuk bisa
memberfungsikan hidup nya secara penuh,
mendorong X agar segera bangkit dari
keterpurukan, selain itu dengan pendekatan ini
lebih menekankan pada hal kemampuan empati
dan Penerimaan tanpa syarat konselor kepada

44 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


konseli. Oleh karena itu kondisi krisis seperti ini
lebih cocok konselor memberikan perhatian
yang tulus kepada X, respek, penerimaan, serta
membantu konseli menghilangkan persepsi-
persepsi kakunya dan mampu bergerak kearah
yang lebih baik, yaitu menuju taraf fungsi
pribadi yang lebih tinggi.
Dalam hal ini dengan menggunakan
melalui adanya sebuah pendekatan
ini juga menekankan aplikasi keterampilan mikr
o seperti mendengarkan secara aktif, merefleksi
perasaan dan fikiran klien, memberikan respon
dan dorongan minimal, dll.
Selain itu untuk mengintervensi kasus
Grief perlu diberikan strategi khusus yang bisa
membantu seseorang keluar dari zona krisisnya,
seperti dengan menggunakan strategi Support
Group.
Support Group/ Kelompok pendukung,
Studi menunjukkan bahwa kelompok-kelompok
dukungan dapat membantu orang depresi untuk
menemukan alternatif positif untuk mengatasi
depresi dan mengembangkan kesejahteraan

45 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


yang lebih besar (Houston, Cooper &Ford, 2002;
Zlotnick, Johnson, Miller, Pearlstein & Howard,
2001; Chen dkk., 2000; Klemm
&Hardie 2002) dalam http://pkukmweb.ukm.m
y/e-bangi/papers/2011/norbayah011.pdf 6-10
orang depresi. Ada beberapa keuntungan dari
kelompok pendukung: anggota dukungan
kelompok belajar bahwa mereka tidak sendirian
dalam menangani depresi, mereka dapat
berbicara tentang pengalaman hidup karena
mereka berada dalam situasi yang ramah dan
menerima, mereka dapat memulai sosial
dan kontak mendukung dengan peserta lain
dalam kelompok yang kebutuhan emosional
bisa lebih lengkap bertemu dan mereka dapat
menjadi lebih self-analitis. kemudian akan
memfasilitasi kesempatan untuk pindah dari
masa rentan dan mendorong peluang baru
seperti meningkatkan harga diri, meningkatkan
dan memelihara hubungan dekat, rasa malu dan
kecemasan sosial. semua bisa ditawarkan untuk
mengurangi risiko depresi. Dengan
mengembangkan Group Support dapat dengan

46 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


cepat membantu X mengatasi masa krisisnya
karena banyak orang-orang yang memberikan
dukungan, penerimaan, dan empati yang dapat
membuat X tidak merasa sendiri dalam
mengtasi masalah krisisnya.

C. Konseling Krisis: Sebuah Pendekatan Dalam


Mereduksi Masalah Traumatik Pada Anak Dan
Remaja
Masalah kekerasan seksual, bullying dan perceraian
dalam beberapa tahun terakhir mengalami
peningkatan yang signifikan dan memberikan
dampak traumatik yang sangat dalam bagi anak dan
remaja yang mengalami hal tersebut. Berdasarkan
data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAl)
pada tahun 2016 merilis bahwa Indonesia pada saat
ini mengalami kondisi lampu merah kejahatan
seksual pada anak maupun remaja dan meningkat
100% dari tahun sebelumnya (kpai.go.id, 28 juli
2016). Data UNICEF menunjukkan satu dari 10 anak
perempuan di dunia menjadi korban kejahatan
seksual (liputan6.com, 28 juli 2016). Kejahatan
seksual tidak hanya menimpa anak perempuan saja

47 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


tetapi dialami juga oleh anak laki-laki seperti kasus
sodomi.
Kasus lain yang banyak dialami anak dan remaja
adalah kasus bullying. Data dari Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan
bahwa terdapat peningkatan yang signifikan kasus
perilaku kekerasan (bullying) dari 67 kasus pada
tahun 2014 menjadi 79 kasus pada 2015
(Republika.co.id, 30 Desember 2015). Berdasarkan
survei oleh Plan Indonesia dan SEJIWA pada 1500
pelajar SMP dan SMA di 3 kota besar yaitu Jakarta,
Yogyakarta, dan Surabaya pada tahun 2008
terdapat 67% pelajar SMP dan SMA menyatakan
tindak bullying pernah terjadi di sekolah mereka.
Pelakunya adalah teman, kakak kelas, adik kelas,
guru, kepala sekolah, dan preman yang berada di
sekitar sekolah (Kompas.com, 27 November 2008).
Pada tahun 2005 seorang siswi SMP melakukan
bunuh diri, akibat tidak tahan dengan ledekan dari
teman-temannya yang mengatai ia sebagai anak
tukang bubur (liputan6.com, 07 Oktober 2008).
Kasus lain yang berdampak traumatik pada anak
dan remaja adalah kasus perceraian. Tingkat

48 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


perceraian di Indonesia saat ini sangat tinggi sekali
sehingga banyak mempengaruhi dan meninggalkan
dampak traumatik kepada anak dan remaja.
Berdasarkan data dari BKKBN tahun 2013 tingkat
perceraian di Indonesia sudah menempati urutan
tertinggi se-Asia Pasifik dan tahun-tahun berikutnya
terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data
yang dirilis oleh Kementerian Agama Republik
Indonesia tahun 2014, diketahui bahwa terdapat
hampir rata-rata 959 kasus perceraian per hari atau
40 perceraian setiap jamnya (Republika.co.id, 10
April 2016). Hal ini menunjukkan bahwa perceraian
merupakan salah satu kasus yang sangat tinggi
intensitasnya.
Perceraian yang begitu tinggi akan mempengaruhi
penderitaan kepada anak dan remaja. Penderitaan
yang ditimbulkan akan mengakibatkan kecemasan,
kesakitan, depresi dan trauma yang berkepanjangan.
Menurut Yusuf (2005) dampak yang ditimbulkan
dari sebuah perceraian merupakan masalah yang
serius sehingga perlu mendapatkan perhatian lebih
dari berbagai pihak. Sedangkan menurut Fadila
(2013) dampak buruk dari perceraian bagi anak dan

49 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


remaja adalah kecenderungan meminum alkohol,
menggunakan obat-obatan terlarang bahkan ingin
bunuh diri.
Kasus-kasus yang terjadi tentu sangat besar sekali
pengaruhnya bagi anak dan remaja sehingga
meninggalkan dampak traumatik yang begitu
mendalam seperti depresi, penyangkalan, malu,
ketakutan, kesedihan, membolos, mimpi buruk,
berbohong, dan psikosomatis dan sebagainya. Oleh
sebab itu diperlukan intervensi yang tepat salah
satunya melalui konseling krisis. Konseling krisis
digunakan sebagai salah satu intervensi dalam
proses penyembuhan. Konseling krisis memiliki
keunikan dan kontribusi antara lain: pendekatan ini
memberikan keuntungan karena singkat dan
langsung, pendekatan ini menggunakan tujuan dan
maksud yang sederhana karena sifat yang tiba-tiba
dan/atau traumatis, pendekatan ini berlangsung
pada intensitas yang lebih besar daripada bentuk
konseling biasa, sifatnya lebih transisional.

50 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


1. Trauma
a. Pengertian Trauma
Trauma menurut Chaplin (2001) adalah suatu
luka baik yang bersifat fisik, jasmani maupun
psikis. Trauma dapat menimbulkan gangguan
kecemasan. Menurut Strauser, dkk (2006)
Trauma merupakan peristiwa-peristiwa yang
melibatkan individu yang di tunjukkan dengan
suatu insiden yang memungkinkan ia terluka
atau mati sehingga muncul perasaan diteror
dan putus asa. Sedangkan menurut Golemen
(2001) bahwa penderita trauma mengalami
perubahan sirkuit limbik yang berpusat pada
amigdala. Sehingga trauma adalah peristiwa
yang melibatkan individu mengakibatkan
suatu insiden yang dapat mempengaruhi fisik,
jasmani maupun psikis.
b. Gejala Trauma
Menurut Corrigen, Selassie, Orman (2010)
menjelaskan ada tiga macam gejala utama
trauma yaitu: re-experiencing atau mengingat
kembali. Korban trauma umumnya terus
mengalami atau menghidupkan kembali

51 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


trauma mereka dalam bentuk yaitu memiliki
kenangan buruk seperti gambar, persepsi,
maupun pemikiran yang berkaitan dengan
trauma, mengalami mimpi buruk tentang suatu
kejadian, merasa bahwa kejadian tersebut
akan terulang kembali, gejala fisik seperti
berkeringat, detak jantung lebih cepat, susah
bernafas ketika teringat pada kejadian
traumatik.
Arousal atau rasa takut dan cemas berlebihan
seperti susah tidur, cepat marah, mudah kaget
atau ketakutan jika ada sesuatu atau seseorang
yang datang tanpa kita sadari, sulit
berkonsentrasi, merasa gelisah dan terus
mencari adanya bahaya, panik. Avoidance atau
menghindar seperti menghindari pikiran,
perasaan maupun pembicaraan yang
mengingatkan trauma, menghindari tempat,
aktifitas ataupun orang yang mengingatkan
trauma, kehilangan minat atau tidak
berpartisipasi dalam kegiatan yang disukai,
merasa putus hubungan dengan orang lain,

52 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


merasa seolah-olah masa depannya pendek
atau tidak punya harapan.
2. Konsep Dasar Konseling Krisis
Konseling krisis adalah penggunaan beragam
pendekatan langsung dan berorientasi pada
tindakan untuk membantu individu menemukan
sumber daya di dalam dirinya atau menghadapi
krisis secara eksternal. Dalam semua bentuk
konseling krisis pelayanan cepat dan efisien
diberikan dalam cara khusus (Gladding, 2012).
Menurut James (dalam Gladding, 2012) krisis
adalah persepsi atau pengalaman akan sesuatu
peristiwa atau situasi sebagai kesulitan yang
tidak dapat ditorerir yang melebihi sumber daya
dan kemampuan seseorang untuk mengatasinya
saat itu.
a. Sudut Pandang Tentang Sifat Manusia
Kehilangan adalah bagian kehidupan yang
tidak dapat dielakkan. Baik melalui
perkembangan maupun situasi, manusia
sehat tumbuh dan melanjutkan
kehidupannya, meningggalkan sesuatu di
belakang baik secara sengaja, tidak sengaja

53 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


atau karena bertumbuh. Manusia dapat
mengalami berbagai macam krisis, empat tipe
yang paling umum adalah perkembangan
yaitu terjadi secara normal di dalam
pertumbuhan dan perkembangan manusia
pada situasi yang dianggap normal (misalnya
kelahiran seorang anak, pensiun), situasional
yaitu terjadinya peristiwa yang tidak bisa dan
tidak umum, yang tidak dapat diprediksi tau
dikendalikan (misalnya kecelakaan, lalu
lintas, penculikan dan kehilangan pekerjaan),
eksistensial yaitu melibatkan konflik dan
ansietas yang menyertai persoalan penting
manusia seperti tujuan, tanggung jawab,
kemandirian, kebebasan dan komitmen,
(contohnya seseorang yang menyadari pada
usia 50 tahun bahwa dia telah menyia-
nyiakan kehidupannya dan tidak dapat
kembali ke masa lalu), ekosistemik yaitu di
mana bencana yang disebabkan oleh alam
ataupun manusia secara tiba - tiba mengenai
diri seseorang ataupun sekelompok orang
yang menemukan diri, bukan melalui

54 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


kesalahan atau tindakannnya, dibanjiri akibat
suatu kejadian yang dapat memberi pengaruh
buruk pada hampir semua makhluk dalam
lingkungan tempat dia hidup (misalnya
topan, tsunami, aksi terorisme) ( Gladding,
2012).
b. Tujuan dan Fokus Konseling Krisis
Tujuan dari konseling krisis adalah berkisar
pada memberikan bantuan segera dan dalam
berbagai bentuk kepada orang yang
membutuhkan misalnya psikologis, keuangan
dan hukum. "Apa yang terjadi selama krisis
menentukan apakah krisis akan menjadi
wadah penyakit yang akan berubah menjadi
kondisi yang kronis dan bersifat jangka
panjang atau tidak. Pada awalnya konselor
menggunakan teori dasar krisis untuk
membantu "orang dalam krisis mengenali
dan membetulkan penyimpangan afektif,
tingkah laku, kognitif yang temporer yang
disebabkan peristiwa traumatis (Gladding,
2012).

55 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Pelayanan ini berbeda dengan konseling
singkat, yang mencoba membantu orang
menemukan penyembuhan atas masalah
yang sedang terjadi. Penyesuaian jangka
panjang dan kesehatan membutuhkan tindak
lanjut cukup banyak dari pihak konselor
krisis atau ahli spesialis lainnya.
c. Teknik Konseling Krisis
Teknik yang digunakan dalam konseling
krisis sangat beragam sesuai tipe krisis dan
akibat yang ditimbulkannya. Menurut James
(dalam Gladding, 2012) apa yang dilakukan
seorang pekerja krisis dan kapan dia
melakukannya tergantung pada hasil
penilaian terhadap pengalaman krisis
seseorang yang dilakukan secara kontinu dan
dan mengalir. Setelah penilaian ada tiga
aktivitas mendengarkan yang esensial yang
harus diterapkan antara lain mendefinisikan
masalah yaitu mengeksplorasi dan
mendefinisikan masalah dari sudut pandang
klien, menggunakan teknik mendengarkan
dengan aktif, termasuk pertanyaan terbuka,

56 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


memperhatikan pesan-pesan yang
disampaikan klien secara verbal maupun
nonverbal, memastikan keselamatan klien
yaitu menilai tingkat bahaya, kritis,
imobilitas, atau keseriusan ancaman
terhadap keselamatan fisik, dan psikologis
klien dan jika perlu memastikan bahwa klien
menyadari alternatif lain selain tindakan
impulsif yang dapat menghancurkan diri
sendiri, menyediakan dukungan yaitu
berkomunikasi dengan klien bahwa pekerja
krisis adalah sosok pendukung yang tepat
peragakan kepada klien (dengan kata-kata,
suara dan bahasa tubuh) keterlibatan
personal yang penuh kasih sayang, positif,
non-posesif, tidak menghakimi dan
menerima.
Setelah dan kadang-kadang selama,
pertengahan mendengarkan tersebut di
gunakan strategi bertindak yang melibatkan
antara lain memeriksa alternatif lain yaitu
membantu klien dalam mengeksplorasi
pilihan-pilihan yang dia punyai saat ini,

57 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


memfasilitasi pencarian dukungan situasional
yang mendesak, mekanisme bertahan dan
pikiran yang positif, membuat rencana yaitu
membantu klien dalam mengembangkan
rencana jangka pendek yang realistis yang
mengidentifikasi sumber daya tambahan dan
menyediakan mekanisme bertahan. Langkah
tindakan yang dapat dimiliki dan dipahami
oleh klien, mendapatkan komitmen yaitu
membantu klien berkomitmen terhadap
dirinya sendiri untuk menentukan tindakan
yang positif yang dapat dimiliki dan dicapai
atau diterima oleh klien secara realistis.
3. Peranan Konselor
Konselor yang bekerja pada kondisi krisis harus
merupakan individu yang matang kepribadiannya
serta mempunyai banyak pengalaman kehidupan
yang telah dia hadapi dengan sukses. Konselor
harus mempunyai keahlian dasar untuk memberi
bantuan, berenergi tinggi, mempunyai refleks
mental yang cepat, tetapi juga seimbang, kalem,
kreatif, dan fleksibel dalam menghadapi situasi
sulit. Konselr sering kali terarah dan aktif dalam

58 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


situasi krisis. Perannya cukup berbeda dari
konseling biasa.
4. Kekuatan dan Kontribusi Konseling Krisis
Sebagai sebuah spesialitas, konseling krisis
mempunyai keunikan dan kontribusi pada profesi
konseling sebagai berikut yaitu pendekatan ini
memberikan keuntungan karena singkat dan
langsung, pendekatan ini menggunakan tujuan
dan maksud yang sederhana karena sifat krisis
yang tiba-tiba dan/atau traumatis, pendekatan ini
bergantung pada intensitas yang lebih besar dari
pada bentuk konseling biasa, pendekatan ini
sifatnya lebih transisional. Keterbatasan
konseling krisis yaitu pendekatan ini berhadapan
dengan situasi yang harus ditangani dengan
cepat, pendekatan ini tidak memberi resolusi
sedalam seperti yang dilakukan pendekatan
konseling lain, pendekatan ini lebih terbatas
waktu dan berorientasi pada trauma dibanding
kebanyakan bentuk intervensi terapi lainnya.

59 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


5. Implementasi Konseling Krisis untuk
Mereduksi Masalah Traumatik Pada Anak dan
Remaja
Kekerasan seksual, bullying dan perceraian
merupakan hal yang sangat merugikan dan
menakutkan bagi anak dan remaja. Hal tersebut
harus dicegah dan tidak boleh terjadi kepada
anak dan remaja karena memiliki dampak yang
spesifik terhadap perkembangan anak dan
remaja. Berbagai dampak atas kekerasan seksual,
bullying dan perceraian mengakibatkan
traumatik yang sangat mendalam kepada anak
dan remaja. Perilaku-perilaku yang dimunculkan
oleh anak dan remaja seperti frustasi, kurang
berprestasi, murung, merasa bersalah, kurang
percaya diri hingga hilang jati diri. Dampak ini
perlu di selesaikan dengan cepat dan singkat.
Konseling krisis sebagai sebuah pendekatan yang
arahnya kepada intervensi pada hal-hal yang
sifatnya traumatik akan membantu dalam proses
penyembuhan. Hal ini berdasarkan tujuan dari
konseling krisis yaitu memberi bantuan segera
dan dalam berbagai bentuk kepada orang yang

60 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


membutuhkan (Gladding, 2012). Konseling krisis
dapat berjalan efektif apabila konselor memiliki
kepribadian yang matang, pengalaman dan
keahlian dasar untuk memberi bantuan, benergi
tinggi, mempunyai reflek mental yang cepat,
seimbang, kalem, kreatif, fleksibel dalam
menghadapi perilaku yang sulit.
Contohnya kasus sebelum treatment dilakukan:
klien mengalami depresi karena kedua orang
tuanya bercerai, gejala yang muncul adalah
kesedihan dan ketakutan, merasa putus asa dan
tidak bahagia. Proses treatment dilakukan
berdasarkan penilaian terhadap kasus yang
dialami klien, konselor fokus terhadap traumatik
yang dialami dan aktivitas-aktivitas perilaku yang
muncul, setelah itu konselor melakukan
eksplorasi dan mendefinisikan masalah klien dari
sudut pandangnya, memberikan penguatan-
penguatan agar klien tetap merasa dirinya
didengarkan dan diterima, kemudian melakukan
rencana yang realitis, dapat dipahami dan
kemudian klien mampu melakukannya secara
baik dan positif. Setelah itu dilakukan evaluasi

61 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


terhadap komitmen keputusan yang telah dipilih
oleh klien.

D. Konseling Krisis Dengan Pendekatan Konseling


Realitas Untuk Menurunkan Kecemasan Anak
Korban Kekerasan Seksual
Setiap anak adalah individu yang unik,
karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda
maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan
perkembangannya juga berbeda. Anak-anak
memiliki kebutuhan yang harus dipuaskan agar
dapat tumbuh secara normal bahkan sejak mereka
masih bayi.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi
kebutuhan fisik sampai psikologis yang pada
umumnya dipenuhi oleh care giver (orang tua,
kakek/nenek, pengasuh, atau orang dewasa yang
bertanggung jawab atas pengasuhan dan
kesejahteraan anak). Dengan demikian, anak akan
merasakan pengalama cinta yang murni dan disiplin
yang sehat. Kondisi tersebut memberikan mereka
perasaan aman dan puas sehingga anak dapat

62 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


berkembang sesuai dengan real self mereka. (Feist
2002).
Berdasarkan pada realitas yang ada, tidak
sedikit dari orang tua, masyarakat maupun
lingkungan yang seharusnya bertanggung jawab
atas pengasuhan dan kesejahteraan anak terkadang
justru berperan sebagai faktor pemicu masalah pada
diri anak. Salah satu fenomena yang kini sering
menjadi sorotan publik dan semakin sering terjadi
adalah tindakan kekerasan terhadap anak atau yang
lebih dikenal sebagai Child abuse. Kekerasan dan
penelantaran anak meliputi perbuatan ataupun
penelantaran anak yang mengakibatkan morbiditas
dan mortalitas. kekerasan dapat bersifat fisik, emosi
atau seksual. Definisi kekerasan atau dalam hal ini
perlakuan salah (child abuse) bervariasi. Tindak
kekerasan terhadap anak merupakan permasalahan
yang cukup kompleks, karena mempunyai dampak
negatif yang serius, baik bagi korban maupun
lingkungan sosialnya. Secara umum kekerasan
didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan
satu individu terhadap individu lain yang
mengakibatkan gangguan fisik dan atau mental.

63 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Undang–Undang No. 23 Tahun 2003 Tentang
Perlindungan Anak. Pasal 4 mnyebutkan bahwa
“Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi”. Kasus kekerasan pada anak memicu
adanya peningkatan ekses-ekses negatif pada diri
anak, sekaligus perilaku destruktif yang dilakukan
oleh pelaku tindak kekerasan baik yang dilakukan
oleh orang tua, guru, maupun lingkungan.
Eksesekses negatif yang ditimbulkan tersebut dapat
berupa resiko kesulitan penyesuaian diri,
bersosialisasi, depresi dan merasa terisolir, tidak
diterima, kehilangan keinginan untuk bermain
bersama teman sebaya, ketidaknyamanan dalam
kelompok sebaya (Brendgen, Mara. dkk. 2007),
berkurangnya nafsu makan, berat badan, gangguan
tidur, dan lesu, kecemasan, sering menangis, lambat
berpikir, keinginan untuk bunuh diri, merasa
bersalah, tidak berharga, dan tidak punya harapan
(Aldridge & Renitta Goldman, 2002),tidak bisa
konsentrasi, lemah, dan motivasi rendah (Frank

64 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Vitaro dkk. 2006), berperilaku antisosial,
kecemasan, performa sekolah yang menurun (David
Schwartz & Andrea Hopmeyer Gorman,
2003).Beberapa tahun belakangan ini, kita juga
sudah menjadi jauh lebih sadar akan insidensi
pelecehan dan penganiayaan seksual ketika korban
akhirnya berani maju mencari konseling dan
membicarakan efek-efek yang membahayakan dari
pengalaman mereka tersebut. Wanita biasanya
korban paling utama kekerasan rumah tangga dan
pelecehan seksual, khususnya anak perempuan.
Sedangkan anak laki-laki lebih banyak mendapat
pengalaman kekerasan dan pelecehan di luar
keluarga khususnya kalau lingkungan sosial
sekitarnya memang rentan dengan keburukan. Kita
tahu sedikitnya kasus pelecehan seksual yang
dilaporkan disebabkan oleh rasa malu, bersalah,
stigma sosial dan rasa takut. Dilaporkan atau tidak,
pelecehan tetap menyebabkan trauma.
Efek-efek emosi yang muncul pada pelaku
saat dewasa biasanya rasa bersalah dan malu,
namun pada korban jauh lebih merusak seperti rasa
percaya diri rendah, depresi, takut, dan tidak

65 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


percaya siapa pun, kemarahan dan kebencian
bahkan dendam, rasa tak berdaya dan sikap negatif
terhadap hubungan antar-pribadi dengan lawan
jenis. Hanya sekedar tindakan preventif tidak akan
berfungsi apapun, karena di lingkup seperti ini
justru penanganan cepat terhadap korban jauh lebih
utama, seperti hotline krisis dan pusat-pusat krisis
serta program bantuan khusus korban perkosan dan
rehabilitasinya (Gibson& Mitchell, 2011). Konselor
sebagai bagian dari masyarakat dituntut memiliki
tanggung jawab dan kepedulian terhadap fenomena
tindak kekerasan terhadap anak. Partisipasi aktif
konselor dalam bentuk memberikan layanan
konseling kepada mereka (anak korban kekerasan)
merupakan sumbangan profesional agar masyarakat
memanfaatkan kemampuan konselor dalam
membantu pemberian treatment bagi anak korban
kekerasan. James dalam bukunya crisis intervention
strategies mengemukakan bahwa Terdapat 6 model
langkah dalam interveni konseling krisis, hal ini
meliputi: mendefinisikan Masalah; Memastikan
Keselamatan Konseli; Meyediakan Dukungan;
Memeriksa Alternatif Lain; Membuat Rencana; dan

66 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Mendapat Komitmen. Sedangkan Texas Association
Against Sexual Assault (TAASA) dalam Wilmoth
(2008), menguraikan sembilan langkah untuk
intervensi krisis yang efektif yakni meliputi:
Membangun Hubungan; Mendengarkan aktif;
Tentukan Masalah; Menilai Situasi; Jelajahi Pilihan;
Diskusikan Alternatif Diterima; Penyerahan;
Penutupan; Tindakan lanjutan. Berdasarkan realitas
di atas, maka dibutuhkan sebuah strategi konseling
yang sesuai dalam menangani kasus kekerasan
tersebut
1. Konsep Kecemasan
Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar
yang pernah dialami oleh setiap manusia.
Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari
kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu
perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang
merasaketakutan atau kehilangan kepercayaan
diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya.
Stuart (2001) mendefinisikan kecemasan sebagai
keadaan emosi yang tidak memiliki objek yang
spesifik dan kondisi ini dialami secara subjektif.
Cemas berbeda dengan rasa takut. Takut

67 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


merupakan penilaian intelektual terhadap
sesuatu yang berbahaya. Cemas adalah respon
emosional terhadap penilaian tersebut.Videbeck
(2008) membagi kecemasan menjadi dua aspek
yakni aspek yang sehat dan aspek
membahayakan, yang bergantung pada tingkat
kecemasan, lama kecemasan dialami, dan
seberapa baik individu melakukan koping
terhadap kecemasan. Kecemasan dapat dilihat
dalam rentang ringan, sedang, berat sampai
panik. Setiap tingkat menyebabkan perubahan
fisiologis dan emosional pada individu. Freud
dalam Schultz (1986) membedakan 3 macam
kecemasan, yaitu :
a. Kecemasan Objektif atau Realitas (Reality or
Objective Anxiety)
Adalah sebuah ketakutan terhadap adanya
bahaya yang nyata dalam dunia sebenarnya.
Contoh kecemasan objektif yaitu gempa
bumi, angin topan, dan bencana yang sejenis.
Kecemasan realitas memberikan tujuan
positif untuk memandu perilaku kita untuk

68 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


melindungi dan menyelamatkan diri kita dari
bahaya yang aktual.
b. Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety)
Adalah sebuah ketakutan yang berasal dari
masa kanak-kanak dalam sebuah konflik
antara kepuasan instingtual dan realita
melibatkan konflik seksual dan agresif secara
berlebihan. Pada tahap ini, kecemasan ini
berada pada alam kesadaran, tetapi
selanjutnya, ini akan ditransformasikan ke
alam ketidaksadaran.
c. Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
Adalah sebuah ketakutan sebagai hasil dari
konflik antara id dan superego.Secara dasar
merupakan ketakutan akan suara hati
individu sendiri. Ketika individu termotivasi
untuk mengekspresikan impuls instingtual
yang berlawanan dengan nilai moral yang
termaksud dalam superego individu itu maka
ia akan merasa malu atau bersalah. Pada
kehidupan sehari-hari ia akan menemukan
dirinya sebagai “conscience stricken”.
Kecemasan moral menjelaskan bagaimana

69 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


berkembangnya superego. Biasanya individu
dengan kata hati yang kuat akan mengalami
konfllik yang lebih hebat daripada individu
yang mempunyai kondisi toleransi moral
yang lebih longgar.
Kecemasan moral didasarkan juga pada
realitas. Anak-anak dihukum karena
melanggar kode moral orang tuanya dan
orang dewasa dihukum karena melanggar
kode moral masyarakat.Kecemasan memberi
sinyal kepada individu bahwa ego sedang
terancam dan jika tidak ada tindakan yang
diambil, maka ego akan jatuh. Bagaimana ego
dapat melindungi atau mempertahankan
dirinya, Ada sejumlah pilihan yaitu :
1) Melarikan diri dari situasi yang
mengancam.
2) Menghalangi munculnya kebutuhan
impulsif yang menjadi sumbercahaya.
3) Mematuhi suara hati nurani dari
kesadaran.

70 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


2. Konsep Konseling Krisis dengan Pendekatan
Konseling Realitas
Pengertian istilah krisis adalah “persepsi
atau pengalaman akan suatu peristiwa atau
situasi sebagai kesulitan yang tidak dapat
ditoleransi, yang melebihi sumber daya dan
kemampuan seseorang untuk mengatasinya
pada saat itu” (James, 2008, p.3). Menurut
Gladding (2012) konseling krisis adalah
penggunaan beragam pendekatan langsung dan
berorientasi pada tindakan, untuk membantu
individu menemukan sumber daya di dalam
dirinya dan atau menghadapi krisis secara
eksternal.
Konseling realita (reality counseling atau
reality therapy) dikembangkan oleh William
Glasser pada tahun 1960-an sebagai reaksi
penolakan terhadap konsep-konsep dalam
konseling psikoanalisa. Glasser memandang
Psikoanalisa sebagai suatu model perlakuan
yang kurang memuaskan, kurang efektif,dan
oleh karena itu ia termotivasi untuk
memodifikasi konsep konsep psikoanalisa dan

71 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


mengembang kan pemikirannya sendiri
berdasarkan pengalaman hidup dan
pengalaman klinisnya (Palmer 2010). Glasser
(2005) dan Wubbolding (2008)
mengidentifikasi lima kebutuhan manusia yang
penting meliputi kelangsungan hidup, cinta dan
memiliki, kekuatan, kebebasan, dan perasaan
nyaman. Corey (2007) memandang bahwa
Reality therapy pada dasarnya tidak
mengatakan bahwa perilaku individu itu sebagai
perilaku yang abnormal. Konsep perilaku
menurut konseling realitas lebih dihubungkan
dengan berperilaku yang tepat atau berperilaku
yang tidak tepat. Menurut Glasser, bentuk dari
perilaku yang tidak tepat tersebut disebabkan
karena ketidak mampuannya dalam memuaskan
kebutuhannya, akibatnya kehilangan ”sentuhan”
dengan realitas objektif, dia tidak dapat melihat
sesuatu sesuai dengan realitasnya, tidak dapat
melakukan atas dasar kebenaran, tanggung
jawab dan realitas.
Tujuan konseling krisis berkisar pada
memberikan bantuan segera dan dalam

72 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


berbagai bentuk kepada orang yang
membutuhkan “apa yang terjadi selama krisis
menentukan apakah krisis akan menjadi suatu
wadah penyakit yang akan berubah menjadi
suatu kondisi yang kronis dan bersifat jangka
panjang atau tidak” (James, 2008). Konselor
yang bekerja pada kondisi krisis harus
merupakan individu yang matang
kepribadiannya, serta mempunyai banyak
pengalaman kehidupan yang telah dia hadapi
dengan sukses. Dia juga mempunyai keahlian
dasar untuk memberi bantuan, berenergi tinggi,
mempunyai refleks mental yang cepat, tetapi
juga seimbang, kalem, kreatif dan fleksibel
dalam menghadpi situasi yang sulit. Konselor
sering kali terarah dan aktif dalam situasi krisis.
Perannya cukup berbeda dari konseling biasa
(Gladding, 2012).
3. Reaksi kecemasan pada anak usia 13-18
tahun
Masa remaja adalah masa kehidupan
dimana terjadi banyak perubahan dalam hal
penampilan dan perasaan. Mereka juga sedang

73 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


dalam memisahkan diri dari keluarga sebagai
sumber rasa aman dan mulai membangun
hubungan yang mandiri dengan dunia luar.
Dibandingkan dengan anak-anak yang lebih
muda, remaja sebenarnya lebih mudah
terpengaruh oleh kejadian yang penuh stres. Hal
ini karena mereka sudah memiliki kemampuan
berpikir yang dewasa dan mampu berlogika
serta dapat memahami akibat jangka panjang
dari konflik dan kekerasan yang dialami. Tidak
seperti anak-anak, remaja pada umumnya tidak
mengatasi stres dengan berimajinasi atau
bermain. Mereka sudah lebih mampu
menceritakan kejadian yang telah menimpa
mereka, tetapi masih memerlukan bimbingan
untuk dapat mengeluarkan perasaannya secara
terbuka. Mereka sudah mampu memikirkan apa
yang dapat dan tidak dapat dilakukan untuk
merubah peristiwa yang sudah terjadi, namun
tetap ada rasa bersalah karena tidak berbuat
sesuatu untuk mencegah sesuatu yang buruk
tidak terjadi.

74 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Perilaku dan reaksi emosi yang harus diamati:
a. Merusak diri sendiri, remaja akan
melakukan tindakan yang merusak diri
sendiri sebagai cara mengatasi marah dan
depresi. Setelah kejadian yang
menimbulkan stres, banyak remaja
melakukan perbuatan yang beresiko tinggi
seperti berontak terhadap orang-orang yang
mempunyai wibawa, menyalah gunakan
NAPZA, bergabung dengan para pencuri dan
menjarah. Remaja bisa memahami sejauh
apa akibat kekerasan yang akan
mempengaruhi kehidupan mereka. Mereka
merasa diri mereka tidak kebal terhadap hal
tersebut. Setelah kejadian yang
menimbulkan stres, mereka bisa menjadi
tertutup, menarik diri, curiga terhadap
orang lain dan berpikir nahwa hal buruk
akan menimpa mereka lagi.
b. Keluhan fisik yang tidak jelas penyebabnya,
kegugupan dan keluhan fisik yang tidak
jelas penyebabnya juga cukup umum terjadi
pada kelompok usia ini.

75 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


4. Pelaksanaan Konseling Krisis dengan
Pendekatan Konseling Realitas
Secara umum, proses keseluruhan dalam
konseling ini terdiri dari empat tahapan yang
dikemukakan oleh Gladding (1995) dalam
Rusmana (2009), yaitu:(1) tahap awal; (2) tahap
transisi; (3) tahap kerja dan (4) tahap terminasi
(tahap pengakhiran).
a. Tahap Awal
Tahap ini terjadi dimulai sejak konseli
bertemu konselor hingga berjalan sampai
konselor dan konseli menemukan masalah
konseli. Pada tahap ini beberapa hal yang
perlu dilakukan, diantaranya : Membangun
hubungan konseling yang melibatkan
konseli (rapport) dan Memperjelas dan
mendefinisikan masalah.
b. Tahap Transisi
Tahap transisi adalah periode kedua setelah
tahap awal. Dalam tahap ini terdiri atas
tahap storming (pancaraoba) dan norming
(pembentukan aturan). Pada tahap ini
beberapa hal yang perlu dilakukan adalah:

76 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Peningkatan hubungan dengan konseli.
Membuat penaksiran dan perjajagan.
Konselor berusaha menjajagi atau menaksir
kemungkinan masalah dan merancang
bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu
dengan membangkitkan semua potensi
konseli, dan menentukan berbagai
alternative yang sesuai, untuk
mengantisipasi masalah yang dihadapi
konseli.
Menegosiasikan kontrak. Membangun
perjanjian antara konselor dengan konseli,
berisi: (a) Kontrak waktu, yaitu berapa lama
waktu pertemuan yang diinginkan oleh
konseli dan konselor tidak berkebaratan;
(b) Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas
antara konselor dan konseli; dan (c)
Kontrak kerjasama dalam proses konseling,
yaitu terbinanya peran dan tanggung jawab
bersama antara konselor dan konseling
dalam seluruh rangkaian kegiatan
konseling.

77 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


c. Tahap Kerja
Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang
harus dilakukan terkait dengan pendekatan
realitas yang digunakan, diantaranya :
1) Tahap want
2) Tahap doing and direction
3) Tahap evaluation
4) Tahap planning
d. Tahap Terminasi
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal
yang perlu dilakukan, yaitu :
1) Konselor bersama konseli membuat
kesimpulan mengenai hasil proses
konseling.
2) Menyusun rencana tindakan yang akan
dilakukan berdasarkan kesepakatan
yang telah terbangun dari proses
konseling sebelumnya.
3) Mengevaluasi jalannya proses dan hasil
konseling (penilaian segera).
4) Membuat perjanjian untuk pertemuan
tindak lanjut satu bulan kemudian.

78 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


5) Pada tahap akhir ditandai beberapa hal,
yaitu ; (a) menurunnya kecemasan
konseli; (b) perubahan perilaku konseli
ke arah yang lebih positif, sehat dan
dinamis; (c) pemahaman baru dari
konseli tentang masalah yang
dihadapinya; dan (d) adany rencana
hidup masa yang akan datang dengan
program yang jelas.

E. Urgensi Konseling Krisis Dalam Bimbingan Dan


Konseling
Setiap manusia pasti pernah atau akan mengalami
kondisi krisis dalam hidupnya. Krisis dapat terjadi
ketika seseorang mengalami perubahan dalam
hidupnya yang bersifat drastis, sehingga bagi
individu yang tidak siap, besar kemungkinan terjadi
ketidakseimbangan dalam hidupnya. Banyak
gambaran kondisi krisis yang tidak jauh dari
kehidupan kita setiap hari seperti bencana alam,
kekerasan baik fisik maupun non fisik, perpindahan
ke lingkungan baru kematian orang yang terdekat,

79 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


bahkan kelahiran anggota keluarga baru pun dapat
menimbulkan krisis.
Kondisi krisis dapat dikatakan sebagai sebuah
boomerang, dimana ketika krisis alami oleh orang
yang siap atau tangguh, selayaknya senjata kondisi
krisis dapat menjadikan individu menjadi lebih
tangguh lagi. Namun sebaliknya, bagi individu yang
kurang siap, kondisi krisis justru dapat melukai
individu tertentu yang tidak mampu melewati krisis
dengan baik. Setiap individu tentunya memiliki
ketahanan terhadap krisis yang berbeda-beda. Krisis
bagi satu individu belum tentu menjadi kondisi
krisis bagi individu lain. Oleh karenanya, perlu
adanya perhatian yang lebih untuk mempersiapkan
setiap orang untuk siaga jika sewaktu-waktu terjadi
krisis.
Usia remaja merupakan usia yang rentan dalam
mengalami krisis. Adanya perubahan atau
pertumbuhan secara fisik dapat menjadi sebuah
krisis yang berdampak buruk sampai dewasa jika
tidak dilewati dengan baik. Remaja seringkali
dikatakan sebagai usia-usia rawan yang akan
mengantarkan individu tersebut menjadi manusia

80 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


dewasa seperti apa nantinya. Pendampingan dari
orang dewasa memiliki peran yang cukup besar
dalam hal ini. Bimbingan dan konseling merupakan
layanan yang ada di lingkungan sekolah formal yang
memiliki tugas untuk mendampingi siswa mencapai
perkembangan yang optimal. Pendampingan siswa
yang sedang dalam kondisi krisis memerlukan
kesiapan baik dari segi kognitif, afektif maupun
psikomotor. Oleh karenanya, kajian mengenai
layanan berbasis krisis dirasa menarik untuk diulas.
1. Kondisi Krisis
Pendekatan berbasis krisis sudah mulai
dikembangkan oleh beberapa tokoh terkenal
sejak lama. Sandoval (2002) menyebutkan tiga
tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan
pendekatan krisis adalah Lindemann, Erikson
dan Gerald Caplan. Sejarah perkembangan
pendekatan berbasis krisis ini dimulai sejak
terjadinya kebakaran pada sebuah klub malam
bernama Coconat Grove di Boston pada akhir
tahun 1930-an. Kebakaran itu mengakibatkan
banyak korban luka maupun meninggal.
Seorang ilmuan sosial bernama Lindemann

81 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


melakukan observasi mendalam mengenai
reaksi korban maupun keluarga korban.
Observasi tersebut ditindak lanjuti dengan
pendirian lembaga kesehatan mental di
Wellesley, pembentukan dasar dan ide tentang
krisis, intervensi krisis untuk peristiwa-
peristiwa traumatis.
Krisis merupakan tekanan yang dialami
seseorang dan berpengaruh negatif terhadap
kemampuannya untuk berpikir, merencanakan
dan mengatasi masalah secara efektif
(Sugiyanto: tanpa tahun). Baldwin
(dalamSandoval: 2002) mengungkapkan adanya
enam taksonomi krisis berdasarkan dampaknya
pada individu. Taksonomi krisis tersebut
meliputi:
a. Dispositional Crises
Baldwin menjelaskan klasifikasi pertama
dalam krisis ialah dispositional crises. Krisis
ini berkaitan dengan krisis percaya diri,
berat badan dll. Krisis ini dapat ditangani
dengan pemberian informasi.

82 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


b. Anticipated Life Transitions
Krisis ini dapat terjadi pada transisi
kehidupan individu, seperti siswa baru
masuk sekolah, perpindahan kelas, pindah
sekolah, kalahiran saudara baru, kehamilan
dll. Fungsi prefentif dengan memberikan
gambaran informasi tentang perbedaan apa
yang akan dialami dalam masa transisi.
c. Traumatic Stress
Krisis ini merupakan krisis emosi yang
dipicu oleh stress eksternal. Krisis ini sering
muncul dalam situasi penyakit parah,
kekerasan atau kematian tak terduga,
ancaman kematian, perang, bencana alam
atau bencana karena ulah manusia.
d. Maturational-Developmental Crises
Maturational- Developmental Crises
berkaitan dengan situasi antar pribadi,
masalah yang belum selesai dan upaya
untuk mencapai kematangan emosi.
Masalah yang muncul dapat meliputi

83 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


ketergantungan, konflik nilai dan identitas
seksual yang biasanya terjadi pada remaja.
e. Crises Reflecting Psychopatology
Krisis ini berhubungan dengan
psikopatologi atau penyakit mental. Tugas
konselor di sekolah adalah sebagai
pencegah memburuknya penyesuaian anak
dengan menjaga fungsi akademisnya.
f. Psychiatric Emergencies
Krisis ini biasanya sudah mengganggu
fungsi umum individu, yang mengakibatkan
individu sudah tidak kompeten memikul
tanggung jawab pribadi. Kondisi krisis dapat
ditanggapi dengan cara yang berbeda-beda
pada masing-masing individu, tergantug
pada ketahanan individu itu sendiri.
2. Krisis dalam konteks Bimbingan dan
Konseling
Pendekatan berbasis krisis sebenarnya
bukanlah hal yang baru dalam bimbingan dan
konseling, namun tidak banyak pendidikan
bimbingan dan konseling yang menyiapkan

84 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


peserta didiknya untuk mampu menghadapi
kondisi krisis yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Padahal, untuk lingkup sekolah, remaja
adalah masa perkembangan yang cukup rentan
terhadap krisis. Contoh kasus krisis yang kerap
terjadi di lingkungan sekolah salah satunya
adalah kasus bullying.
Kasus bullying di sekolah merupakan
masalah yang kerap disoroti oleh berbagai
pihak. Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan
SEJIWA pada 2008 tentang kekerasan (bullying)
di tiga kota besar di Indonesia, yaitu Yogyakarta,
Surabaya, dan Jakarta (dalam Wiyani: 2012)
mencatat terjadinya tingkat kekerasan sebesar
67,9% di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)
dan 66,1% di tingkat Sekolah Lanjutan Pertama
(SMP). Kekerasan yang dilakukan sesama siswa
tercatat sebesar 41,2% untuk tingkat SMP dan
43,7% untuk tingkat SMA dengan kategori
tertinggi kekerasan psikologis berupa
pengucilan.
Peringkat kedua ditempati kekerasan
verbal (mengejek) dan terakhir kekerasan fisik

85 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


(memukul). Gambaran kekerasan di SMP di tiga
kota besar, yaitu Yogyakarta: 77,5% (mengakui
ada kekerasan) dan 22,5% (mengakui tidak ada
kekerasan); Surabaya 59,8% (ada kekerasan;
Jakarta: 61,1% (ada kekerasan) Kompas, 27
November 2008 mengemukakan hasil penelitian
yang dilakukanya pada bulan Mei sampai
Oktober lalu dengan sampel 113 siswa di dua
SMA negeri dan swasta di Kota Yogyakarta
menunjukkan, bullying fisik yang paling tinggi
adalah ditendang atau didorong dengan tingkat
persentase 75,22 persen. Disusul kemudian
hukuman push up atau berlari (71,68 persen),
dipukul (46,02 persen), dijegal atau diinjak kaki
(34,51 persen), dijambak atau ditampar (23,9
persen), dilempar dengan barang (23,01
persen), diludahi (22,12 persen), ditolak (15,93
persen), dipalak/dikompas (30,97 persen).
Sedangkan bullying psikologis tertinggi
adalah difitnah atau digosipkan (92,99 persen),
dipermalukan di depan umum (79,65 persen),
dihina atau dicaci (44,25 persen), dituduh
(38,05 persen), disoraki (38,05 persen), dan

86 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


diancam (33,62 persen). Edisi lain dari Kompas,
17 Mei 2008, dari tiga kota pelaksanaan survei
mengenai gambaran bullying di sekolah,
Yogyakarta mencatat angka tertinggi dibanding
Jakarta dan Surabaya.
Ditemukan kasus bullying di 70,65 persen
SMP dan SMU di Yogyakarta. Bullying
merupakan kondisi krisis yang sering dijumpai
di sekolah. jika tidak segera di tangani, akan
memberikan dampak yang buruk bagi korban
maupun pelaku. SEJIWA (2008)
mengungkapkan bahwa korban bullying dapat
mengalami gangguan psikologis seperti rasa
cemas yang berlebihan, selalu merasa takut,
depresi dan dapat mengakibatkan bunuh diri.
Selain itu, bullying biasanya sudah menjadi
adat yang diturunkan dari senior. Oleh
karenanya, Bimbingan dan Konseling sebagai
salah satu layanan dalam pendidikan formal
memiliki andil yang cukup penting dalam
mendampingi siswa menghadapi kondisi krisis
seperti bullying. Depdiknas (2007) menegaskan
‖program bimbingan dan konseling

87 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


mengandung empat komponen pelayanan, yaitu:
(1) pelayanan dasar bimbingan; (2) pelayanan
responsif, (3) perencanaan individual, dan (4)
dukungan sistem. Krisis merupakan bagian dari
layanan responsif yang wajib diberikan konselor
kapanpun saat dibutuhkan.
Meskipun demikian, tidak semua kondisi
krisis dapat ditangani oleh guru BK di sekolah.
Untuk krisis dalam tingkatan yang berat, guru
BK tidak memiliki kompetensi untuk
memberikan intervensi. Tugas guru BK adalah
cukup mengenali karakteristik kondisi krisis
dan mengambil keputusan untuk tindakan
terbaik bagi siswa. Jika memang tidak dapat
ditangani sendiri seperti individu yang sudah
tidak dapat diajak bicara, mengalami gangguan
fisik, maka Guru BK dapat merekomendasikan
ahli lain atau melakukan alih tangan kasus pada
ahli yang lebih sesuai
3. Konseling Krisis dalam Bimbingan dan
Konseling
Krisis merupakan fenomena
perkembangan yang normal terjadi. Intervensi

88 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


apa yang diberikan dalam kondisi krisis dapat
mencegah masalah dalam perkembangan emosi
dan pendewasaan. Gladding (2012): konseling
krisis adalah penggunaan beragam pendekatan
langsung dan berorientasi pada tindakan, untuk
membantu individu menemukan sumber daya di
dalam dirinya dan atau menghadapi krisis
secara eksternal. Kondisi krisis memerlukan
perlakuan khusus. CTSN dan National Center for
PTSD (2006) menjelaskan terkait pertolongan
psikologi pertama yang dapat dilakukan
meliputi: menjalin hubungan dan kesepakatan,
mengelola rasa aman dan nyaman, stabilisasi
emosi, mengumpulkan informasi, menganalisis
kebutuhan dan tujuan, dukungan sosial,
informasi coping.
Konseling krisis dapat dilakukan dengan
beragam pendekatan konseling pada umumnya
seperti pendekatan Person Centered, behavioral,
kognitif, SFBC, Realita dan lain sebagainya.
Hanya saja, konseling krisis dilakukan secara
singkat dan langsung pada saat itu juga,

89 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


mengingat kondisi krisis yang berlangsung
dalam jangka waktu tertentu saja.
Konseling krisis memerlukan konselor
yang siap menghadapi kondisi krisis. Karena
krisis dapat terjadi secara mendadak, maka
diperlukan konselor yang tenang, peka terhadap
kondisi lingkungan, mampu mengendalikan
emosi, mampu mengambil keputusan dengan
cepat serta menguasai keterampilan konseling
krisis.

90 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


RINGKASAN
Permasalahan-permasalahan yang dialami remaja
akhir-akhir ini menjadi masalah yang tidak dapat
diabaikan begitu saja. Begitu peliknya masalah mengenai
remaja ini mengingat memang remaja berada pada
posisi krisis perkembangan. Guru BK/konselor
merupakan guru yang memiliki tugas memberikan
layanan kepada siswa. Guru BK/konselor dalam
menjalankan perannya diharapkan mampu
meningkatkan kepekaan, cepat merespon, cepat
bertindak, meningkatkan afeksi, kognisi, tingkah laku,
menanamkan keikhlasan, dan kesediaan memfasilitasi
perkembangan siswa. Peran guru BK/konselor dalam
penanganan krisis tidak lepas dari tugas, standar
kualifikasi dan kompetensi. Guru BK/konselor memiliki
tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta
didik.
Guru BK/konselor memiliki peran besar dalam
pemulihan kondisi psikologis siswa remaja. Peran Guru
BK/konselor perlu diberdayakan dalam

91 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


mengembangkan konseling krisis. Model konseling krisis
yang cukup efektif dapat dipakai adalah model ABC.
Model ABC ini merupakan sebuah model yang
merupakan model konseling krisis yang efektif. Hal ini
karena model ABC ini meliputi tiga hal penanganan yaitu
dari sisi penanganan emosi dengan penekanan pada
keterampilan konseling, karakteristik problem dan
penanganan problem.
Dalam mereduksi traumatik akibat kekerasan
seksual, bullying dan perceraian dan proses
pengembangan kepribadian individu kearah yang postif
dan lebih baik, konseling krisis dapat di gunakan sebagai
intervensi. Pertimbangan konseling krisis sebagai
intervensi yaitu pendekatan konseling krisis diberikan
secara khusus, cepat, singkat, langsung, efisien dalam
proses pelayanan, pendekatan menggunakan tujuan dan
maksud sederhana karena sifat krisis yang tiba-tiba
dan/atau traumatis, pendekatan ini tergantung pada
intensitas yang lebih besar dari pada bentuk konseling
biasa, konselor yang bekerja dalam konseling krisis
memiliki kepribadian yang matang, memiliki
pengalaman kehidupan, memiliki keahlian dasar untuk
memberikan bantuan, berenergi tinggi, mempunyai

92 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


refleks mental yang cepat, tetapi juga seimbang, kalem,
kreatif, dan fleksibel dalam menghadapi situasi yang
sulit.
Secara umum, penelitian ini telah mencapai
tujuannya yakni menghasilkan program konseling krisis
yang efektif untuk menurunkan kecemasan anak korban
kekerasan seksual. Berdasarkan temuan penelitian dan
pembahasannya dapat ditarik beberapa kesimpulan
penelitian sebagai berikut.a. Kondisi Awal Kecemasan
Anak Korban Kekerasan Seksual
Hasil penelitian mengindikasikan profil tingkat
kecemasan anak korban kekerasan seksual berada pada
kategori cukup tinggi.
Berdasarkan beberapa studi terdahulu dan
perolehan data di lapangan dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan tingkat kecemasan anak banyak
dipengaruhi oleh faktor penerimaan lingkungan dan
keluarga. Tingkat kecemasan anak mengalami kenaikan
karena tidak adanya media yang membantunya dalam
merefleksikan bentuk kecemasan yang dihadapinya.b.
Deskripsi Pelaksanaan Konseling Krisis dengan
Pendekatan Konseling Realitas Penerapan program
konseling krisis dengan pendekatan konseling

93 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


realitasdilaksanakan oleh sebuah Tim Krisis yang
terlebih dulu dibentuk dengan beranggotakan Dokter,
advokat, psikoog dan konselor. Program ini difokuskan
untuk mengurangi tingkat kecemasan terhadap anak,
yang mencakup kecemasan fisiologis, kognitif dan emosi.
c. Pengaruh Konseling Krisis dengan Pendekatan
Konseling Realitas untuk Menurunkan Kecemasan Anak
Korban Kekerasan Seksual. Berdasarkan hasil dari
analisis data yang menggunakan inspeksi visual, maka
intervensi konseling realitas yang dilakukan oleh
peneliti, telah teruji dan cukup berpengaruh dalam
mengurangi beberapa aspek kecemasan yang dialami
oleh anak korban kekerasan seksual. Hal ini bisa dilihat
pada level perubahan grafik dan kecenderengun arah
konseli.
Konselor sekolah harus siap untuk mendukung
guru, orang tua dan siswa selama periode krisis.
Kesadaran akan urgensi penanganan periode krisis
semestiya mulai dibangun dan disosialisasikan pada
masyarakat luas, sehingga berbagai pihak turut
bertanggung jawab untuk memberikan dukungan pada
anak untuk dapat melewati kondisi krisis.

94 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Secara spesifik untuk sekolah, seluruh personil
sekolah harus selalu siaga untuk mengantisipasi krisis
yang dapat terjadi sewaktu-waktu pada siswa. berbagai
pihak harus mempersiapkan diri dan memahami
bagaimana harus bertindak untuk membantu siswa
mengatasu kondisi krisis jika itu terjadi.
Dalam pelaksanaannya, konselor memiliki
tantangan yang lebih dalam mendampingi siswa
dalam kondisi krisis. konselor harus bekerja sama
dengan berbagai pihak, yang memiliki hubungan dengan
siswa seperti guru mata pelajaran, siswa lain atau teman
siswa dalam krisis, orang tua dan pihak lainnya.
Dukungan yang diberikan dari lingkungan sosial dapat
sangat berpengaruh dalam memulihkan siswa dari
kondisi krisis.

95 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


BAB II
KONSELING REALITA

PENDAHULUAN
Konseling realitas dicetuskan oleh William Glasser,
yang merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan
yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan
langsung pada klien. Perkembangan ini berkembang
pada awal tahun 30 an – 60 an. Alasan Glesser
mengembangkan pendekatan ini antara lain
ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisis
karena pendekatan psikoanalisis kurang efektif dan
efisien. Dan tidak setuju dengan anggapan bahwa pada
dasarnya manusia itu baik. Proses pengembangan
Gletser mulai menerbitkan sebuah buku dan
dikembangkan di rumah sakit, tetapi oleh teman-
temannya tidak mendapat persetujuan serta dukungan
bahkan ditolak namun hal ini tidak membuat Gletser
putus asa.
Dan dilanjutkan dengan mempraktekkan teorinya di
V.A. Hospital disana mendapat tanggapan baik yang

96 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


akhirnya teori tersebut dapat berkembang serta
diterima oleh kolega-kolega yang bahkan dulu tidak
menyetujuinya. Hal ini berdasarkan pada konsep terapi
realitas dimana seorang klien ditolong agar dia mampu
menghadapi realita di masa depan dengan penuh
optimis. Konseling realitas berprinsip bahwa seseorang
dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dan
terapi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya
dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan
siapapun.
Konseling realitas lebih menekankan masa kini,
maka dalam memberikan alternatif bantuan tidak usah
melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga
yang dipentingkan bagaimana klien dapat sukses
mencapai hari depannya, karena manusia dalam
kehidupan mempunyai kebutuhan dasar, yaitu cita dan
harga diri. Setiap orang akan belajar memenuhi
kebutuhannya dengan bertingkah laku normal, yaitu 3 R
(Right, Responsibility, dan Reality) dimana masa yang
penting dalam penanaman adalah usia 2-5 tahun dengan
peranan orang tua dan sekolah sebagai faktor yang
menentukan.
 

97 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


 

A. Konsep Konseling Realitas


1. Sejrah Perkembangan Konseling Realitas
Konseling realitas dicetuskan oleh
William Glasser yang lahir pada tahun 1925 dan
menghabiskan masa kanak-kanak dan
remajanya di Cliveland, Obio. Pertumbuhannya
relatif tanpa hambatan, sehingga ia memahami
dirinya sebagai lelaki yang baik. Glasser
meninggalkan kota kelahirannya setelah ia
masuk ke perguruan tinggi. Ia memperoleh gelar
sarjana muda dalam bidang rekayasa kimia,
sarjana psikologi klinis dan dokter dari Case
Western Reserve University.
Pada tahun 1961 Glasser
mempublikasikan konsep konseling realitas
dalam bukunya yang pertama Mental Health or
Mental Illness. Konsep ini diperluas, diperbaiki
dan disusun pada penerbitan tahun 1965:
Reality Therapy : A New Approach to Psichiatry.
Tidak lama setelah penerbitan yang kedua ini,
Glasser membuka Institute of Reality Therapy

98 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


yang digunakan untuk melatih profesi-profesi
layanan kemanusiaan. Sebagai kata sambung
atas suksesnya, sekolah-sekolah membutuhkan
konsultasi Glasser, dan ia dapat menyesuaikan
dengan prosedur-prosedunya dengan setting
sekolah. Ia mempublikasikan ide ini dalam
School Without Failure (1969) dan mendirikan
Educatinal Training Centre yang di dalamnya
guru-guru mendapat latihan konseling realitas
2. Hakekat Manusia
Konseling Realitas merupakan suatu bentuk
hubungan pertolongan yang praktis, relatif
sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada
konseli dalam suatu kelompok, yang dapat
dilakukan oleh guru atau konselor di sekolah
dalam rangka mengembangkan dan membina
kepribadian ataupun kesehatan mental konseli
secara sukses, dengan cara memberi tanggung
jawab kepada konseli yang bersangkutan.
Adalah William Glasser sebagai tokoh yang
mengembangkan bentuk terapi ini.
Menurutnya, bahwa tentang hakikat
manusia adalah: 1. Bahwa manusia mempunyai

99 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


kebutuhan yang tunggal, yang hadir di seluruh
kehidupannya, sehingga menyebabkan dia
memiliki keunikan dalam kepribadiannnya. 2.
Setiap orang memiliki kemampuan potensial
untuk tumbuh dan berkembang sesuai pola-pola
tertentu menjadi kemampuan aktual. Karennya
dia dapat menjadi seorang individu yang sukses.
3. Setiap potensi harus diusahakan untuk
berkembang dan terapi realitas berusaha
membangun anggapan bahwa tiap orang
akhirnya menentukan nasibnya sendiri
Manusia digerakkan oleh kebutuhan-
kebutuhan dasar yang asalnya bersifat genetik.
Semua prilaku manusia mempresentasikan
upaya untuk mengontrol dunia agar memenuhi
kebutuhan-kebutuhan itu dengan sebaik-
baiknya. Orang tidak pernah terbebas dari
kebutuhan-kebutuhannya dan, begitu terpenuhi,
muncul kebutuhan lain. Kehidupan manusia
adalah perjuangan konstan untuk memenuhi
berbagai macam kebutuhan ini dan mengatasi
konflik yang selalu muncul di antara mereka.

100 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Secara rinci Glasser menjelaskan kebutuhan-
kebutuhan dasar manusia, yaitu:
a. Kelangsungan hidup (Survival)
Kehidupan fisik ini bertempat di otak tua
yang berlokasi di sebuah kelompok kecil
struktur yang terklaster di puncak tulang
belakang. Gen orang mengistruksikan otak
tuanya untuk melaksanakan semua kegiatan
yang menjaga kelangsungan hidup yang
mendukung kesehatan dan reproduksi.
(kebutuhan memperoleh kesehatan,
makanan, udara, perlindungan, rasa aman,
dan kenyamanan fisik).
b. Cinta dan rasa memiliki (Love and
belonging)
Salah satu kebutuhan psikologis manusia
adalah kebutuhannya untuk merasa
memiliki dan terlibat atau melibatkan diri
dengan orang lain. Beberapa aktivitas yang
menunjukkan kebutuhan ini antara lain:
persahabatan, acara perkumpulan tertentu,
dan keterlibatan dalam organisasi
kemahasiswaan.

101 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


c. Kekuatan atau prestasi (Power or
achievemen )
Kebutuhan akan kekuasaan (power)
meliputi kebutuhan untuk berprestasi,
merasa berharga, dan mendapatkan
pengakuan. Kebutuhan ini biasanya
diekspresikan melalui kompetisi dengan
orang-orang di sekitar kita, memimpin,
mengorganisir, meyelesaikan pekerjaan
sebaik mungkin, menjadi tempat bertanya
atau meminta pendapat bagi orang lain,
melontarkan ide atau gagasan dan
sebagainya.
d. Kebebasan atau kemerdekaan (Freedom or
independence)
Kebebasan (freedom) merupakan
kebutuhan untuk merasakan kebebasan
atau kemerdekaan dan tidak tergantung
pada orang lain, misalnya membuat pilihan
(aktif pada organisasi kemahasiswaan),
memutuskan akan melanjutkan studi pada

102 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


jurusan apa, bergerak, dan berpindah dari
satu tempat ke tempat lain.
e. Kesenangan (Fun)
Merupakan kebutuhan untuk merasa
senang, dan bahagia. Pada anak-anak,
terlihat dalam aktivitas bermain. Kebutuhan
ini muncul sejak dini, kemudian terus
berkembang hingga dewasa. Misalnya,
berlibur untuk menghilangkan kepenatan,
bersantai, melucu, humor, dan sebagainya.
3. Perkembangan Kepribadian Konseling
Realita
a. Struktur kepribadian
Ketika seseorang berhasil memenuhi
kebutuhannya, menurut Glasser orang
tersebut mencapai identitas sukses. Ini
terkait dengan konsep perkembangan
kepribadian yang sehat, yang ditandai
dengan berfungsinya individu dalam
memenuhi kebutuhan psikologisnya secara
tepat. Dalam proses pembentukan identitas,
individu mengembangkan keterlibatan
secara emosional dengan orang lain.

103 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Individu perlu merasakan bahwa orang lain
memberikan perhatian kepadanya dan
berfikir bahwa dirinya memiliki arti. Jika
kebutuhan psikologisnya sejak awal tidak
terpenuhi, maka seseorang tidak
mendapatkan pengalaman belajar
bagaimana memenuhi kebutuhan psikologis
dirinya atau orang lain. Belajar bagaimana
bertingkah laku yang bertanggung jawab
merupakan hal yang sangat penting bagi
perkembangan anak untuk mencapai
“identitas sukses”.
Menurut Glasser ketika seseorang
berhasil memenuhi kebutuhannya, orang
tersebut telah mencapai identitas sukses.
Pencapaian identitas sukses ini terkait pada
konsep 3R, yaitu keadaan dimana individu
dapat menerima kondisi yang dihadapinya,
dicapai dengan menunjukkan total behavior
(perilaku total), yakni tindakan (acting),
pikiran (thingking), perasaan (feeling), dan
fisik (physiology) secara bertanggungjawab

104 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


(responsibility), sesuatu realita (reality), dan
benar (right), adapun konsep 3R yaitu:
1) Tanggungjawab (Responsibility)
Merupakan kemampuan individu untuk
memenuhi kebutuhannya tanpa harus
merugikan orang lain.
2) Kenyataan (Reality)
Merupakan kenyataan yang akan
menjadi tantangan bagi individu untuk
memenuhi kebutuhannya. Setiap
individu harus memahami bahwa ada
dunia nyata, dimana mereka harus
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam
rangka mengatasi masalahnya. Realita
yang dimaksud adalah sesuatu yang
tersusun dari kenyataan yang ada dan
apa adanya.
3) Kebenaran (Right)
Merupakan ukuran atau norma-norma
yang diterima secara umum, sehingga
tingkah laku dapat diperbandingkan.
Individu yang melakukan hal ini mampu
mengevaluasi diri sendiri bila

105 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


melakukan sesuatu melalui
perbandingan tersebut ia merasa
nyaman bila mampu bertingkah laku
dalam tata cara yang diterima secara
umum.
b. Pribadi sehat dan bermasalah
1) Pribadi Sehat
a) Konseling reality menekankan
pilihan-pilihan pada setiap situasi
individu memiliki kemampuan
membuat pilihan dan
mempertanggung jawabkan berhasil.
b) Status kesehatan mental individu
dapat dilihat dalam tahapan yang
dialaminya, yaitu:
(1) Tahapan Kemunduran/
Regresive Stage, dibagi menjadi 3
tahap :
 “Saya Menyerah” (1 give up).
 Simptom-simptom (-), pada
perlikau menyeluruh
 Kecanduan negative =
individu mengulang-ulang

106 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


perilaku yang tidak efektif dan
destruktif dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya.
(2) Tahapan positif / Progress
Stage ,terjadi 3 tahap:
 “Saya akan melakukannya”.
“Saya ingin berkembang”
“Saya berkomitmen untuk
berubah”
 Simpton-simpton positif, pada
perilaku menyeluruh
 Kecanduan positif = ditandai
dengan perasaan berharga
pada diri sendiri (self worth),
konstruktif dan kepuasan
terhadap pencapaian diri
sendiri.
2) Pribadi Bermasalah
Pribadi bermasalah terjadi ketika
seseorang gagal dalam memenuhi
kebutuhannya. Apabila kebutuhan
psikologisnya sejak awal tidak
terpenuhi, maka seseorang tidak

107 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


mendapatkan pengalaman belajar
bagaimana memenuhi kebutuhan
psikologis dirinya atau orang lain.
4. Tujuan Konseling Realitas
Tujuan utama pendekatan konseling ini untuk
membantu menghubungkan (connect) atau
menghubungkan ulang (reconnected) klien
dengan orang lain yang mereka pilih untuk
mendasari kualitas hidupnya. Di samping itu,
konseling realitas juga bertujuan untuk
membantu klien belajar memenuhi
kebutuhannya dengan cara yang lebih baik, yang
meliputi kebutuhan mencintai dan dicintai,
kekuasaan atau berprestasi, kebebasan atau
independensi, serta kebutuhan untuk senang.
Sehingga mereka mampu mengembangkan
identitas berhasil. Tujuan konseling realitas
adalah sebagai berikut :
a. Menolong individu agar mampu mengurus
diri sendiri, supaya dapat menentukan dan
melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
b. Mendorong konseli agar berani bertanggung
jawab serta memikul segala resiko yang ada,

108 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


sesuai dengan kemampuan dan
keinginannya dalam perkembangan dan
pertumbuhannya.
c. Mengembangkan rencana-rencana nyata
dan realistik dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
d. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan
dengan pencapaian kepribadian yang
sukses, yang dicapai dengan menanamkan
nilai-nilai adanya keinginan individu untuk
mengubahnya sendiri.
e. Terapi ditekankan pada disiplin dan
tanggung jawab atas kesadaran sendiri.
5. Teknik – Teknik Konseling Realitas
Konseling Realita menggunakan banyak teknik
untuk mencapai tujuan-tujuan konseling,
khususnya teknik-teknik dari perspektif
konseling perilaku seperti yang telah
dikemukakan. Teori konseling realita memiliki
beberapa teknik tersendiri yaitu:
a. Metapor
Konselor menggunakan taknik ini seperti
senyuman, imej, analogi, dan anekdot untuk

109 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


memberi konseli suatu pesan penting dalam
cara yang efekitif. Konselor juga
mendengarkan dan menggunakan metapor
yang ditampilkan diri konseli.
b. Hubungan
Menggunakan hubungan sebagai bagian
yang asensial dalam proses terapoutik.
Hubungan ini harus memperlihatkan upaya
menuju perubahan, menyenagkan, positif,
tidak menilai, dan mendorong kesadaran
konseli.
c. Pertanyaan
Konselor menekankan evaluasi dalam
perilaku total, asesmen harus berasal dari
konseli sendiri. Konselor tidak mengatakan
apa yang harus dilakukan koseli, tetapi
menggunakan pertanyaan yang terstruktur
dengan baik untuk membantu konseli
menilai hidupnya dan kemudian
merumuskan perilaku-perilaku yang perlu
dan tidak perlu di ubah.
d. WDEP & SAMI2C3

110 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Merupakan akronim dari wants (keinginan),
direction (arahan), evaluasi (penilaian), dan
planing (rencana). Teknik ini digunakan
untuk membantu konseli menilai keinginan-
keinginannya. Perilaku-perilakunya, dan
kemudian merumuskan rencana-rencana.
SAMI2C3 mempersentasikan elemen-
elemen yang memaksimalkan
keberhasilanya keberhasilan rencana :
mudah/ sederhana (simple), dapat dicapai
(attainable), dapat diukur (measurable),
segera (immedate), melibatkan tindakan
(involving), dapat dikontrol (controled),
konsisten (consistent), dan menekankan
pada komitmen (committed).
e. Renegosiasi
Konseli tidak selalu dapat menjalankan
rencana perilaku pilihanya. Jika ini terjadi,
maka konselor mengajak konseli untuk
membuat rencana ulang dan menemukan
pilihan perilaku lain yang lebih mudah
f. Intervebsi paradoks

111 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Terinspirasi oleh Frankl (pendiri konselng
Gestalt), Glasser menggunakan paradoks
untuk mendorong konseli menerima
tanggung jawab bagi perilakunya sendiri.
Intetrvensi paradoksikal ini memiliki dua
bentuk rerabel atau reframe dan
paradoxical pressciption
g. Pengembangan ketrampilan
Konselor perlu membantu konseli
mengembangkan ketrampilan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan-
keinginannya dalam cara yang bertanggung
jawab. Koselor dapat mengajar konseli
tentang berbagai ketrampilan seperti
perilaku asertif, berfikir rasional, dan
membuat rencana.
h. Adiksi positif
Menurut Glesser, merupakan teknik yang
digunakan untuk menurunkan barbagai
bentuk perilaku negatif dengan cara
memberikan kesiapan atau kekuatan
mental, kreatifitas, energi dan keyakinan.
Contoh : mendorong olah raga yang teratur,

112 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


menulis jurnal, bermain musik, yoga, dan
meditasi.

i. Penggunakan kata kerja


Dimaksudkan untuk membantu konseli agar
mampu mengendalikan hidup mereka
sendiri dan membuat pilihan perilaku total
yang positif. Daripada mendeskripsikan
koseli dengan kata-kata: marah, depresi,
fobia, atau cemas . Konselor perlu
menggunakan kata memarahi,
mendepresikan, memfobiakan, atau
mencemaskan. Ini mengimplikasikan bahwa
emosi-emosi tersebut bukan merupakan
keadaan yang mati tetapi bentuk tindakan
yang dapat diubah.
j. Konsekuensi natural
Konselor harus memiliki keyakinan bvahwa
konseli dapat bertanggung jawab dan
karena itu dapat menerima konsekuensi
dari perilakunya. Koselor tidak perlu
menerima permintaan maaf ketika konseli

113 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


membuat kesalahan, tetapi juga tidak
memberikan sangsi. Alih-alih koselor lebih
memusatkan pada perilaku salah atau
perilaku lain yang bisa membuat perbedaan
sehingga konseli tidak perlu mengalami
kosekuensi negatif dari perilakunya yang
tidak bertanggung jawab.
Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi
yang aktif secara verbal. Dalam membantu klien
dalam menciptakan identitas keberhasilan,
terapis bisa menggunakan beberapa teknik
sebagai berikut :
a. Melakukan permainan peran dengan konseli
b. Menggunakan humor
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
d. Tidak menerima alasan tingkah laku yang
tidak bertanggung jawab
e. Berperan sebagai model dan guru
f. Melibatkan diri pada perjuangan konseli
mencari hidup yang efektif
g. Konfrontasi tingkah laku yang tidak realistis
h. Memberikan PR antar pertemuan dengan
pertemuan berikutnya

114 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


i. Membaca artikel yang relevan
j. Kesepakatan kontrak antara konselor dan
konseli
k. Debat konstruktif
Terapi realitas tidak memasukkan sejumlah
teknik yang secara umum diterima oleh
pendekatan-pendekatan terapi lain. Pempraktek
terapi realitas berusaha membangun kerja sama
dengan para klien untuk membantu mereka
dalam mencapai tujuan-tujuannya. Teknik-
teknik diagnostik tidak menjadi bagian dari
terapi realitas. Teknik-teknik lain yang tidak
digunakan adalah penafsiran, pemahaman,
wawancara-wawancara non direktif, sikap diam
yang berkepanjangan, asosiasi bebas, analisis
transferensi dan resistensi, dan analisis mimpi.
6. Peran Konselor Dan Konseli Realitas
a. Konselor terlibat dengan klien dan
membawa klien menghadapi realita. Tugas
utama konselor adalah menjadi terlibat
dengan konselinya dan kemudian
menghadapi konseli dengan

115 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


mengusahakan agar konseli mengambil
keputusan.
b. Konselor sebagai pembimbing. Konselor
bertugas melayani sebagai pembimbing
untuk membantu konseli menaksir
tingkahlaku mereka secara realistis.
c. Memberi hadiah. Konselor diharapkan
memberi hadiah bila konseli berbuat
dalam cara yang bertanggungjawab dan
tidak menerima setiap penghindaran atas
kenyataan atau tidak mengarahkan konseli
menyalahkan setiap hal atau setiap orang.
d. Mengajar konseli Beberapa kualitas
pribadi yang harus dimiliki konselor
adalah kemampuan untuk mengajar
konseli, untuk mencapai kebutuhan
mereka secara terbuka, tidak untuk
menerima ampunan, menunjukkan
dukungan yang terus menerus dalam
membantu konseli, untuk memahami dan
mengempati konseli, dan untuk terlibat
dengan tulus hati.

116 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


e. Motivator, yang mendorong konseli untuk:
a) menerima dan memperoleh keadaan
nyata, baik dalam perbuatan maupun
harapan yang ingin dicapainya. b)
merangsang klien untuk mampu
mengambil keputusan sendiri, sehingga
klien tidak menjadi individu yang hidup
selalu dalam ketergantungan yang dapat
menyulitkan dirinya sendiri.
f. Penyalur tanggung jawab, sehingga : a)
keputusan terakhir berada di tangan
konseli. b) konseli sadar bertanggung
jawab dan objektif serta realistik dalam
menilai perilakunya sendiri.
g. Moralis Konselor memegang peranan
untuk menentukan kedudukan nilai dari
tingkah laku yang dinyatakan kliennya.
Konselor akan memberi pujian apabila
konseli bertanggung jawab atas
perilakunya, sebaliknya akan memberi
celaan bila tidak dapat bertanggung jawab
terhadap perilakunya.

117 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


h. Pengikat janji (contractor) Artinya
peranan konselor punya batas-batas
kewenangan, baik berupa limit waktu,
ruang lingkup kehidupan konseli yang
dapat dijajagi maupun akibat yang
ditimbulkannya.
7. Kelemahan dan Kelebihan Konseling
Realitas
Kelebihan :
a. Asumsi mengenai tingkah laku merupakan
hasil belajar.
b. Asumsi mengenai kepribadian dipengaruhi
oleh lingkungan dan kematangan.
c. Konseling bertujuan untuk mempelajari
tingkah laku baru sebagai upaya untuk
memperbaiki tingkah laku malasuai. d.
Klien bisa belajar tingkah laku yang lebih
realistik dan karenanya bisa tercapai
keberhasilan.
d. Langsung lebih cepat menyadarkan klien
karena menggunakan secara langsung
mengajak klien berbuat. f. Bersifat praktis,
luwes dan efektif.

118 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


e. Mudah dilaksanakan dan tidak
memerlukan pengetahuan tentang
diagnosis.

Kelemahan:
a. Teori ini mengabaikan tentang intelegensi
manusia, perbedaan individu dan faktor
genetik lain.
b. Dalam konseling kurang menekankan
hubungan baik antara konselor dan
konseli, hanya sekedarnya.
c. Pemberian reinforcement jika tidak tepat
dapat mengakibatkan kecanduan atau
ketergantungan.
d. Jangka waktu terapi yang relatif pendek
dan berurusan dengan masalah tingkah
laku sadar pada konseli.
e. Teknik yang digunakan kurang mampu
mengungkapkan data yang dialami dari
diri pribadi klien.

119 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


f. Hanya menekankan perilaku tanpa
mempertimbangkan sisi perasaan.
g. Tidak memberikan penekanan yang cukup
pada dinamika tidak sadar dan pada masa
lampau individu sebagai salah satu
determinan dari tingkah lakunya sekarang.
h. Bisa terjadi suatu tipe campur tangan yang
dangkal karena ia menggunakan kerangka
yang terlampu disederhanakan.

B. Penanganan Masalah Konseli Melalui Konseling


Realitas
Konseling realitas dicetuskan oleh William
Glasser, yang merupakan suatu bentuk hubungan
pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan
bentuk bantuan langsung pada klien. Perkembangan
ini berkembang pada awal tahun 30an–60an. Alasan
Glesser mengembang-kan pendekatan ini antara lain
karena ketidak-puasan terhadap pendekatan psik-
analisis karena pendekatan psikoanalisis kurang
efektif dan efisien. Dan tidak setuju dengan
anggapan bahwa pada dasarnya manusia itu baik.
Proses pengembangan Gletser mulai menerbitkan

120 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


sebuah buku dan dikembangkan di rumah sakit,
tetapi oleh teman-temannya tidak mendapat
persetujuan serta dukungan bahkan ditolak namun
hal ini tidak membuat Gletser putus asa.
Kemudian dilanjutkan dengan mem-praktekkan
teorinya di V.A. Hospital disana mendapat tanggapan
baik yang akhirnya teori tersebut dapat berkembang
serta diterima oleh kolega-kolega yang bahkan dulu
tidak menyetujuinya. Hal ini berdasarkan pada
konsep terapi realitas dimana seorang klien ditolong
agar dia mampu menghadapi realita di masa depan
dengan penuh optimis. Konseling realitas berprinsip
bahwa seseorang dapat dengan penuh optimis
menerima bantuan dan terapi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu meng-
hadapi kenyataan tanpa merugikan siapapun.
Konseling realitas lebih menekankan masa kini,
maka dalam memberikan alternatif bantuan tidak
usah melacak sejauh mungkin pada masa lalunya,
sehingga yang dipentingkan bagaimana klien dapat
sukses mencapai hari depan-nya, karena manusia
dalam kehidupan mempunyai kebutuhan dasar,
yaitu cita dan harga diri. Setiap orang akan belajar

121 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


mmenuhi kebutuhannya dengan bertingkah laku
normal, yaitu 3 R (Right, Respon-sibility, dan
Reality) dimana masa yang penting dalam
penanaman adalah usia 2-5 tahun dengan peranan
orang tua dan sekolah sebagai faktor yang
menentukan. William Glasser yang lahir pada tahun
1925 dan menghabiskan masa kanak-kanak dan
remajanya di Cliveland, Obio. Pertumbuhannya
relatif tanpa hambatan, sehingga ia memahami
dirinya sebagai lelaki yang baik. Glasser me-
ninggalkan kota kelahirannya setelah ia masuk ke
perguruan tinggi. Ia memperoleh gelar sarjana muda
dalam bidang rekayasa kimia, sarjana psikologi
klinis dan dokter dari Case Western Reserve
University.
Pada tahun 1961 Glasser mem-publikasikan
konsep konseling realitas dalam bukunya yang
pertama Mental Health or Mental Illness. Konsep ini
diperluas, diperbaiki dan disusun pada penerbitan
tahun 1965: Reality Therapy : A New Approach to
Psichiatry. Tidak lama setelah penerbitan yang
kedua ini, Glasser membuka Institute of Reality
Therapy yang digunakan untuk melatih profesi-

122 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


profesi layanan ke-manusiaan. Sebagai kata
sambung atas sukses-nya, sekolah-sekolah
membutuhkan konsultasi Glasser, dan ia dapat
menyesuaikan dengan prosedur-prosedunya dengan
setting sekolah. Ia mempublikasikan ide ini dalam
School Without Failure (1969) dan mendirikan
Educatinal Training Centre yang di dalamnya guru-
guru mendapat latihan konseling realitas.
Terapi realitas adalah suatu sistem yang
difokuskan kepada tingkah laku sekarang. Terapis
berfungsi sebagai guru dan model serta
mengkonfrontasikan klien dengan cara-cara yang
bisa membantu menghadapi kenyataan dan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa me-
rugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti
terapi realitas adalah penerimaan tanggung jawab
pribadi, yang dipersama-kan dengan kesehatan
mental. Terapi realitas yang menguraikan prinsip-
prinsip dan prosedur-prosedur yang di-rancang
untuk membantu orang-orang dalam mencapai
suatu “identitas keberhasilan” dapat diterapkan
pada psikoterapi, kon-seling, pengajaran, kerja
kelompok, konseling perkawinan, pengelolaan lem-

123 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


baga dan perkembangan masyarakat. Terapi realitas
meraih popularitas di ka-langan konselor sekolah,
para guru dan pimpinan sekolah dasar dan
menengah, dan para pekerja rehabilitasi. Sedangkan
menurut Paul D. Meier, dkk., terapi realitas yang
diperkenalkan oleh William Glasser memusatkan
perhatiannya terhadap kelakuan yang bertanggung
jawab.
Manusia yang baik adalah manusia yang mampu
keluar dari setiap per-masalahan hidupnya. Manusia
yang mampu menyesuaikan diri dengan realitas
yang ada dan memiliki identitas adalah manusia
yang dapat berkembang dengan baik dan sehat.
Untuk membantu manusia keluar dari masalahnya
dan memperoleh identitas diperlukan suatu terapi.
Di balik semua itu, banyak manusia yang masih
belum mencapai identitas keberhasilannya. Mereka
masih belum dapat mencapai kebutuhan dasar
psikologisnya, yaitu ke-butuhan untuk mencintai
dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan
bahwa Ia berguna bagi diri sendiri maupun orang
lain.Pada dewasa ini, banyak sekali pendekatan-
pendekatan terapi yang di-pelajari oleh konselor.

124 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Pendekatan-pende-katan tersebut antara lain :
Pendekatan Client-Centered, Terapi Gestalt, Terapi
Tingkah Laku, Terapi Rasional-Emotif, Terapi
Realitas, dan lain-lain. Diantara berbagai
pendekatan-pendekatan dan terapi tersebut,
pendekatan dengan Terapi Realitas menunjuk-kan
perbedaan yang besar dengan sebagian besar
pendekatan konseling dan psikoterapi yang ada.
Terapi Realitas juga telah meraih popularitas di
kalangan konselor sekolah, para guru dan pimpinan
sekolah dasar dan sekolah menengah, dan para
pekerja re-habilitasi. Selain itu, Terapi Realitas me-
nyajikan banyak masalah dasar dalam konseling
yang menjadi dasar pernyataan-pernyataan seperti:
Apa kenyataan itu? Haruskah terapis mengajar
pasiennya? Apa yang harus diajarkan? Dan se-
bagainya. Sistem Terapi Realitas di-fokuskan pada
tingkah laku sekarang. Oleh karena itu, seorang
konselor maupun calon konselor wajib mempelajari
Terapi Realita.
Pada dasarnya Glasser memiliki pan-dangan
yang positif dan dinamis tentang hakikat manusia. Ia
berkeyakinan bahwa manusia memiliki kemampuan

125 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


untuk menentukan dan mengarahkan dirinya
sendiri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Dengan mendasarkan diri pada keputusan-
keputusan yang dibuatnya, manusia memilih
perilaku untuk me-menuhi kebutuhan dasarnya
sehingga dapat hidup bertanggung jawab, berhasil
dan memuasakan daripada bergantung pada situasi
dan lingku-ngannya.
Teori dasar konseling realitas adalah “teori
pilihan” yang menjelaskan bahwa manusia berfungsi
secara individu, dan juga berfungsi secara sosial
(kelompok atau masyarakat) dengan pilihan
perilaku efektif yang bertanggung-jawab. Teori
pilihan menjelaskan bahwa segala sesuatu yang kita
lakukan adalah pilihan kita. Apa yang kita lakukan
adalah kita yang memilihnya/memutuskannya
untuk me-lakukan hal tersebut. Setiap perilaku kita
merupakan upaya terbaik untuk mencapai apa yang
diinginkan untuk memuaskan kebutuhan kita.
1. Konsep Dasar
William Glasser dalam mengem-bangkan teori
dan pendekatan reality therapy ini, berpijak
pada filsfat yang hampir sama dengan RET oleh

126 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Albert Ellis. Filsafat Glasser mengenai manusia,
yang lebih cocok dinyatakan dengan pan-
dangannya terhadap hakekat manusia, adalah
sebagai berikut:
a. Bahwa manusia mempunyai kebutuhan
psikologis yang tunggal, yang hadir diseluruh
hidupnya. Oleh karena adanya kebutuhan
psikologis yang tunggal tersebut,
menyebabkan individu atau seseorang tadi
menjadi seseorang yang merasa dirinya
mempunyai keunikan, berbeda dengan yang
lain.
b. Ciri kepribadian yang khas itu,menimbulkan
dinamika tingkah laku yang menjelma
menjadi pola-pola yang tersendiri dari setiap
individu. Secara universal ciri-ciri
kepribadian individu tersebut ada pada
seluruh kebudayaan manusia.
c. Tiap orang mempunyai kemampuan
potensial untuk tumbuh dan berkembang
sesuai dengan pola-polanya
tertentu.kemampuan untuk tumbuh dan
berkembang tersebut dapat menjadi

127 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


aktual,atas sebagian besar menurut usahanya
yang dinyatakan melalui tingkah lakunya
yang nyata.
d. Reality therapy tidak bersandar pada hakekat
itu sendiri,artinya individu itu tak bisa
mendambakan potensi-potensi yang telah
dimililki dan dibawa sejak lahirnya untuk
berkembang dengan sendirinya.
Potensi-potensi tersebut harus diusahakan
untuk berkembang melalui tingkah laku yang
nyata. Reality therapy membangun anggapan
bahwa tiap-tiap orang akhirnya menentukan
nasibnya sendiri. William glaser mengemukakan
ciri-ciri Reality therapy :
a. Menolak konsep adanya sakit mental pada
setiap individu, tetapi yang ada individu yang
bertingkah laku tak bertanggung jawab,tetapi
tingkah laku tersebut masih dalam taraf
mental yang sehat.
b. Berfokus pada tingkah laku yang nyata, guna
mencapai tujuan yang akan datang penuh
optimisme.Jadi tingkah laku yang nyata
dilakukan pada masakini adalah merupakan

128 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


refleksi harapan nyata untuk me-wujudkan
masa datang.
c. Berorientasi pada keadaan yang akan
datang ,dengan fokus pada tingkah laku
sekarang yang dapat diubah, diperbaiaki,
dianalisis dan ditaf-sirkan.
d. Menekankan betapa pentingnya nilai.Kualitas
nilai sangat penting dalam peranan seseorang
untuk meningkatkan kemampuannya dalam
perjuang-annya menghadapi kega-galan.
e. Tidak menegaskan transfer dalam rangka
mencari usaha untuk mencapai kesuksesan.
f. Menekankan aspek kesadaran dari klien yang
harus dinyatakan dalam tingkah laku tentang
apa yang harus dikerjakan oleh klien, apa
yang diinginkan klien.
g. Menghapuskan adanya hukuman yang
diberikan kepada individu yang mengalami
kegagalan, te-tapi yang ada sebagai ganti
hukuman adalah menanamkan disiplin yang
disadari-nya maknanya dan dapat diwujud-
kan dalam tingkah laku yang nyata.

129 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


h. Menekankan konsep tanggung jawab, agar
klien dapat berguna bagi dirinya dan bagi
orang lain melalui perwujudan dari tingkah
lakunya yang nyata.
Terapi realitas adalah suatu sistem yang
difokuskan kepada tingkah laku sekarang.
Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta
mengkonfrontasikan klien dengan cara-cara
yang bisa membantu menghadapi kenyataan
dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
tanpa merugi-kan dirinya sendiri ataupun orang
lain. Inti terapi realitas adalah penerimaan
tanggung jawab pribadi, yang dipersamakan
dengan kesehatan mental. Terapi realitas yang
menguraikan prinsip-prinsip dan prosedur-
prosedur yang dirancang untuk membantu
orang-orang dalam mencapai suatu “identitas
keberhasilan” dapat diterapkan pada
psikoterapi, konseling, pengajaran, kerja
kelompok, konseling perkawinan, pengelolaan
lembaga dan perkembangan masyarakat. Terapi
realitas meraih popu-laritas di kalangan
konselor sekolah, para guru dan pimpinan

130 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


sekolah dasar dan menengah, dan para pekerja
rehabilitasi.
Ciri yang sangat khas dari pen-dekatan
konseling ini adalah tidak terpaku pada
kejadian-kejadian di masa lalu, tetapi lebih
mendorong konseli untuk meng-hadapi realitas.
Pendekatan ini lebih me-nekankan pada
pengubahan tingkah laku yang lebih
bertanggungjawab dengan merencanakan dan
melakukan tindakan-tindakan tersebut. Oleh
karena itu, pendekatan realitas dipilih sebagai
salah satu pendekatan pemecahan masalah
kekerasan dengan tujuan menghantarkan
konseli untuk bertanggung jawab terhadap apa
yang terjadi dan apa yang ingin dilakukan pada
masa sekarang dengan tidak berfokus pada
masa lalu.
Glasser percaya bahwa setiap manusia
memiliki kebutuhan psikologis yang secara
konstan (terus-menerus) hadir sepanjang
rentang kehidupannya dan harus dipenuhi.
Ketika seseorang mengalami, masalah, hal
tersebut disebabkan oleh satu faktor, yaitu

131 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


terhambatnya seseorang dalam memenuhi
kebutuhan terhadap realita, yaitu
kecenderungan seseorang untuk menghindari
hal-hal yang tidak menyenangkan. Mengacu
pada pandangan tentang kebutuhan manusia
untuk dicintai dan mencintai, dan kebutuhan
untuk merasa berharga bagi orang lain.
Manusia memiiki keunikan ter-sendiri
sehingga sering menjadi objek kajian yang
sangat menarik. Karena itu, setiap ahli
memandang secara berbeda tentang manusia.
Misalnya, Prayitno mencatat beberapa filosof
seperti Hsun Tsu memandang manusia pada
hakikatnya adalah jahat, oleh karenanya untuk
mengembangkannnya diperlukan latihan dan
disiplin yang keras, terutama disiplin kepada
tubuhnya.
Demikian halnya dengan Glasser dalam
pendekatan reality memandang bahwa manusia
umumnya memiliki ke-butuhan psikologis yang
harus dipenuhi, dan kebutuhan itu akan hadir
secara terus-menerus sepanjang manusia
menjalani masa kehidupannya. Karena itu,

132 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


ketika manusia mengalami masalah, itu di-
sebabkan kebutuhan psikologisnya ter-hambat.
Berdasarkan pada pandangan di atas, tidak
bisa dipungkiri bahwa jika kebutuh-an-
kebutuhan psikologis tersebut tidak dapat
terpenuhi maka seringkali kekerasan menjadi
salah satu jalan keluar yang dianggap baik
sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan.
Pendekatan reality berasumsi bahwa
keterhambatan psiko-logis tersebut disebabkan
karena adanya penyakalan terhadap realitas
yang dihadapi oleh manusia yang cenderung
untuk meng-hindari hal-hal yang tidak
menyenangkan.
Sedangkan menurut Paul D. Meier, dkk.,
terapi realitas yang diperkenalkan oleh William
Glasser memusatkan perhatiannya terhadap
kelakuan yang bertanggung jawab, dengan
memper-hatikan tiga hal (3-R): realitas (reality),
melakukan hal yang baik (do right), dan
tanggungjawab (responsiblility).
2. Tujuan Konseling

133 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Konseling Realita bertujuan mem-bantu
individu untuk mencapai otonomi, dengan
identitas berhasil sebagai tujuan khususnya.
Konselor dalam prosedur konseling berusaha
membantu klien me-nemukan pemenuhan
kebutuhan dasar-nya dengan Right,
Responsibility dan Reality. Dalam hal ini Klien
belajar ketrampilan umum, keterampilan
kognitif atau inte-lektual, dan keterampilan
meng-hadapi masalah kehidupannya.
Pengalaman klien yang diperlukan untuk
mencapai tujuan itu adalah pe-ngalaman
memusatkan pada tingkah laku, membuat
rencana, mengevaluasi tingkah laku sendiri,
belajar kecanduan positif (positive addiction)
sebagai puncak pe-ngalaman.
Tujuan umum konseling realita dan sudut
pandang konselor menurut Burks (1979)
menekankan bahwa konseling realita
merupakan bentuk mengajar dan latihan
individual secara khusus. Secara luas, konseling
ini membantu konseli dalam mengembangkan
sistem atau cara hidup yang kaya akan

134 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


keberhasilan. Adapun tujuan terapi konseling
realitas, sebagai berikut:
a. Menolong individu agar mampu mengurus
dirinya sendiri, supaya dapat menentukan
dan melaksanakan perilaku dalam bentuk
nyata.
b. Mendorong konseli agar berani bertanggung
jawab serta memikul segala resiko yang ada,
sesuai dengan kemampuan dan keinginannya
dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
c. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan
realistik dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
d. Periaku yang sukses dapat dihu-bungkan
dengan pencapaian kepribadian yang sukses,
yang dicapai de-ngan menanamkan nilai-nilai
adanya keinginan individu untuk meng-
ubahnya sendiri.
e. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung
jawab atas kesadaran sendiri.
3. Hubungan Konselor dan Konseli
a. Konselor

135 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Tugas utama konselor adalah menjadi terlibat
dengan konselinya dan kemudian
menghadapi konseli dengan mengusahakan
agar konseli mengambil keputusan. Konselor
bertuas melayani sebagai pembimbing untuk
membantu konseli menaksir tingkahlaku
mereka secara realistis.
Konselor diharapkan memberi hadiah bila
konseli berbuat dalam cara yang
bertanggungjawab dan tidak me-nerima
setiap penghindaran atas kenyataan atau
tidak mengarahkan konseli menyalah-kan
setiap hal atau setiap orang. Beberapa
kualitas pribadi yang harus dimiliki konselor
adalah kemampuan untuk sensitif, untuk
mencapai kebutuhan mereka secara terbuka,
tidak untuk menerima ampunan,
menunjukkan du-kungan yang terus menerus
dalam mem-bantu konseli, untuk memahami
dan mengempati konseli, dan untuk terlibat
dengan tulus hati.
b. Konseli

136 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Dalam konseling realita, pengalaman yang
perlu dimiliki oleh konseli adalah peran
konseli memusatkan pada tingkah laku dalam
proses konseling (konseli diharapkan
memusatkan pada tingkah laku mereka
sebagai ganti dari perasaan dan sikap-
sikapnya), konseli membuat dan menyepakati
rencana (ketika konseli memutuskn untuk
bagaimana mereka ingin berubah, mereka
diharapkan untuk me-ngembangkan rencana
khusus untuk me-ngubah tingkah laku gagal
ke tingkah laku berhasil), konseli
mengevaluasi tingkah lakunya sendiri, dan
konseli belajar kecanduan positif dalam hal
ini Glasser mengungkapkan pentingnya
belajar tanpa kritik dari orang lain dalam
setiap usaha kita.
c. Situasi Hubungan
Konseling realita didasarkan pada hubungan
pribadi dan keterlibatan antara konseli dan
konselor. Konselor dengan kehangatan,
pengertian, penerimaan dan kepercayaan pda
kapasitas orang untuk mengembangkan

137 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


identitas berhasil, harus mengkomunikasikan
dirinya kepada konseli bahwa dirinya
membantu. Melalui keterlibatan ini, konseli
belajar mengenai hidup daripada
memusatkan pada me-ngungkap kegagalan
dan tingkah laku yang tidak
bertanggungjawab. Kunci konseling realita
adanya kesepakatan / komitmen dalam
membuat rencana dan melaksanakannya.
Perencanaan yang telah dilakukan oleh
konseli dinilai positif jika ditulis dalam
kontrak. Dalam konseling realita ditekankan
tidak adanya ampunan / no excuses ketika
konseli tidak melak-sanakan rencananya.
4. Teknik Konseling
Pelaksanaan Konseling realita, menurut Corey
(1982), ada beberapa teknik yang dapat
dilaksanakan yaitu :
a. Melakukan main peran dengan klien.
b. Menggunakan humor
b. Mengkonfrontasi klien dengan tidak
memberikan ampunan atau tidak menerima
dalih.

138 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


c. Membantu klien merumuskan rencana
perubahan.
d. Melayani klien sebagai model peranan dan
guru.
e. Menentukan batas-batas dan struktur
konseling yang tepat dan jelas.
f. Menggunakan verbal shock atau sarkasme
yang tepat untuk menentang klien dengan
tingkah lakunya yang tidak realistis.
g. Terlibat dengan klien dalam mencari hidup
yang lebih efektif.
Teknik-teknik yang digunakan dalam proses
konseling realita adalah:
a. Memperkuat tingkah laku
b. shaping adalah metode mengajar-kan
tingkah laku dengan terus-menerus
melakukan aproksimasi dan membuat
rantai hubungan.
c. Behavioral contract, syarat mutlak untuk
memantapkan kontrak be-havioral adalah
batasan yang cermat mengenai masalah
konseli, situasi dimana hal itu diekspresikan

139 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


dan kesediaan konseli untuk mencoba
prosedur itu.
d. Assertive training, dapat diterapkan pada
situasi-situasi interpersonal dimana
individu yang mempunyai kesulitan
perasaan sesuai atau tepat untuk
menyatakannya.
e. Modeling, digunakan untuk tujuan:
mempelajari tingkah laku baru,
memperlemah atau memperkuat
tingkahlaku yang siap dipelajari, dan
memperlancar respon.
f. Proses mediasi, proses mediasi melibatkan
atensi, retensi, reproduksi motorik dan
insentif.
g. Live model dan symbolic model, Live model
artinya model hidup, dan symbolic model
artinya tingkah laku model ditunjukkan
melalui film, video dan media rekaman lain.
h. Behavior rehearsal, dilakukan dalam
suasana yang mirip dengan lingkungan
nyata konseli.

140 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


i. Cognitive restructuring. Proses menemukan
dan menilai kognisi seseorang, memahami
dampak negative pemikiran tertentu
terhadap tingkah laku dan belajar
mengganti kognisi tersebut dengan
pemikiran yang lebih realistic dan cocok.
j. Covert reinforcement, yaitu me-makai imaji
untuk menghadiahi diri sendiri.
k. Metapor, Konselor menggunakan taknik ini
seperti senyuman, imej, analogi, dan anekdot
untuk mem-beri konseli suatu pesan
penting dalam ccara yang efekitif. Konselor
uga mendengarkan dan mengguna-kan
metapor yang ditampilkan diri konseli.
l. Hubungan, Menggunakan hubung-an
sebagai bagian yang asensial dalam proses
terapoutik. Hubungan ini harus
memperlihatkan upaya menuju perubahan,
menyenagkan, positif, tidak menilai, dan
men-dorong kesadaran konseli.
m. Pertanyaan, Konselor menekankan evaluasi
dalam perilaku total, asesmen harus berasal
dari konseli sendiri. Konselor tidak

141 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


mengatakan apa yang harus dilakukan
konseli, tetapi menggunakan pertanyaan
yang terstruktur dengan baik untuk
membantu konseli menilai hidup-nya dan
kemudian merumuskan perilaku-perilaku
yang perlu dan tidak perlu di ubah.
n. intervebsi paradoks, Terinspirasi oleh Frankl
(pendiri konselng Gestalt), Glasser
menggunakan paradoks untuk mendorong
konseli menerima tanggung jawab bagi
perilakunya sendiri. Intetrvensi
paradoksikal ini memiliki dua bentuk
rerabel atau reframe dan paradoxical
pressciption.
o. Pengembangan ketrampilan. Kons-selor
perlu membantu konseli mengembangkan
ketrampilan un-tuk memnuhi kebutuhan
dan keinginan-keinginannya dalam cara
yang bertanggung jawab. Koselor dapat
mengajar konseli tentang berbagai
ketrampilan seperti perilaku asertif, berfikir
rasional, dan membuat rencana.

142 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


p. Adiksi positif. Menurut Glasser, merupakan
teknik yang digunakan untuk menurunkan
barbagai bentuk perilaku negatif dengan
cara mem-berikan kesiapan atau kekuatan
mental, kreatifitas, energi dan keyakinan.
Contoh : mendorong olahraga yang teratur,
menulis jurnal, bermain musik, yoga, dan
meditasi
q. Penggunakan kata kerja. Dimak-sudkan
untuk membantu konseli agar mampu
mengendalikan hidup mereka sendiri dan
membuat pilihan perilaku total yang positif.
Daripada mendeskripsikan konseli dengan
kata-kata: marah, depresi, fobia, atau cemas
konselor perlu menggunakan kata
memarahi, mendepresikan, memfobiakan,
atau mencemaskan. Ini mengimplikasi-kan
bahwa emosi-emosi tersebut bukan
merupakan keadaan yang mati tetapi
bentuk tindakan yang dapat diubah.
r. Konsekuensi natural. Konselor harus
memiliki keyakinan bahwa konseli dapat
bertanggung jawab dan karena itu dapat

143 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


menerima konsekuensi dari perilakunya.
Koselor tidak perlu menerima permintaan
maaf ketika konseli membuat kesalahan,
tetapi juga tidak memberikan sangsi. Alih-
alih koselor lebih memusatkan pada
perilaku salah atau perilaku lain yang bisa
membuat perbedaan sehingga konseli tidak
perlu me-ngalami kosekuensi negatif dari
perilakunya yang tidak bertang-gung jawab.

5. Tahap-Tahap Konseling Realita


a. Keterlibatan
Kehangatan hubungan, perhatian,
pemahaman, penghayatan dll. Penggunaan
topik netral pada awal pertemuan yakni
yang berhubungan dengan keberhasilan
seorang konseli.
b. Pemusatan Pada Tingkah Laku Sekarang,
bukan Perasaan
Penekanan terhadap apa yang dilakukan
dan apa yang dipikirkan dari pada apa

144 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


yang dirasakan dan yang dialami secara
fisiologis.
c. Pertimbangan Nilai
Konseli perlu dibantu menilai kualitas apa
yang dilakukannya dan menentukan
apakah tingkah laku tersebut bertanggung
jawab atau tidak. Tanpa adanya kesadaran
konseli mengenai ketidak efekti-fan
tingkah lakunya dalam mencapai tujuan
hidupnya, maka tidak mungkin ada
perubahan pada diri konseli tersebut.
d. Perencanaan Tingkah Laku Ber-tanggung
Jawab
Rencana perubahan tingkah tidak
bertanggung jawab menjadi tingkah laku
bertanggung jawab. Rencana tindakan
yang efektif berupa rencana yang
sederhana, dapat dicapai , terukur, segera
dan terkendalikan oleh klien.
e. Pembuatan Komitmen
Rencana akan bermanfaat jika konseli
membuat suatu komitmen untuk

145 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


melaksanakannya. Komitmen dapat secara
lisan atau tertulis.
f. Tidak Menerima Alasan Kegagalan
Konselor tidak boleh mengeksplorasi
alasan-alasan mengapa konseli gagal
dalam melaksanakan rencana. Konselor
memusatkan perhatian kembali pada
rencana baru yang lebih cocok.
g. Peniadaan Hukuman
Pemberian hukuman pada konseli yang
gagal melaksanakan rencana sebetulnya
akan memperkuat identitas gagal konseli.
h. Pantang Menyerah.
Konselor berkeyakinan bahwa konseli
memiliki kemampuan untuk berubah
6. Perkembangan Perilaku
a. Struktur Kepribadian
Kepribadian disusun sebagai usaha-usaha
individu untuk menemukan kebutuhan
fisiologis dan psikologis. Kebutuhan yang
paling penting adalah untuk mencintai dari
dicintai dari merasa dirinya berharga serta
orang lainpun berharga. Setiap orang belajar

146 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


untuk me-menuhi kebutuhan tersebut, yang
selan-jutnya akan mengembangkan
tingkahlaku yang normal yaitu
bertanggungjawab dan berorientasi pada
realita serta meng-identifikasi diri sebagai
individu yang behasil atau sukses.
Glasser berpandangan bahwa pemenuhan
kebutuhan dasar (cinta dan harga diri)
merupakan peristiwa belajar. Dalam kaitan
dengan ini, Glasser me-nekankan peristiwa
belajar pada usia 2 sapai 5 tahun dan 5
sampai 6 tahun (Corey, 1982 dalam Fauzan
1994:30). Individu melalui kehidupannya
menggunakan prinsip 3 R (Right, merujuk
pada ukuran atau norma yang diterima
secara umum dimana tingkah laku dapat
diper-bandingkan, Responsibility, merupakan
kemampuan untuk mencapai suatu
kebutuhan dan untuk berbuat dalam cara
yang tidak merampas keinginan orang lain
dalam memenuhi kebutuhan mereka (terkait
konteks sosial budaya), Reality, merujuk pada
pemahaman in-dividu pada ada dunia nyata

147 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


bahwa individu harus memenuhi
kebutuhannya dalam kernagka kerja
tertentu).
b. Pribadi Sehat dan Bermasalah
Pribadi sehat atau identitas berhasil, Individu
disimpulkan memperoleh iden-titas berhasil
adalah individu yang telah terpenuhi
kebutuhannya sehingga dapat memerintah
kehidupannya sendiri meng-gunakan prinsip
3 R (Right, Responsilibity, Reality). Artinya
individu dalam me-menuhi kebutuhan
fisiologis dan psikolois harus mempelajari
yang benar, bertingkah laku secara
bertanggung jawab, dan me-mahami serta
menghadapi kenyataan.
Pribadi bermasalah atau tingkah laku salah
atau tidak tepat. Individu di-simpulkan
memperoleh identitas gagal ketika individu
gagal memenuhi salah satu atau semua
kebutuhan dasar dan gagal terlibat dengan
orang lain sebagai pra-syarat biologis
memuaskan kebutuhan dasar.

148 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Hakekat konseling realita adalah membantu
individu mencapai otonomi. Otonomi
merupakan keadaan yang menyebabkan
orang mampu melepaskan dukungan
lingkungan dan menggantikannya dengan
dukungan pribadi atau diri sendiri (internal).
Kriteria konseling yang sukses bergantung
pada tujuan yang ditentukan oleh konseli.
7. Kelemahan dan Kelebihan
a. Kelemahan:
1) Teori ini mengabaikan tentang
intelegensi manusia, perbedaan
individu dan faktor genetic lain.
2) Dalam konseling kurang menekan-kan
hubungan baik antara konselor dan
konseli, hanya sekedarnya.
3) Pemberian reinforcement jika tidak
tepat dapat mengakibatkan kecan-
duan / ketergantungan.
b. Kelebihan:
1) Asumsi mengenai tingkah laku
merupakan hasil belajar.

149 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


2) Asumsi mengenai kepribadian
dipengaruhi oleh lingkungan dan
kematangan
8. Contoh Kasus
HN adalah siswa kelas XI di sekolah SMAN I
Medan, HN merupakan salah satu murid yang
dibanggakan oleh para guru dan teman-
temannya karena prestasinya yang
mengagumkan, baik dalam akademik maupun
non akademik (organisasi ekstra-kurikuler).
Pujian dan simpati masyarakat sekolah
membuat HN merasa bahwa hanya HN lah yang
paling pandai diantara teman- temannya yang
lain, terlebih hal itu hingga membuat HN
menjadi seseorang yang suka membangkang
kepada kedua orang tuanya, tidak mau
membantu orang tuanya, HN mengangap tanpa
orang tua ia dapat menjadi orang yang
dibanggakan atau diandalkan orang lain.
Kemudian dapat di laksanakan proses konseling
dengan menggunakan pedoman sebagai berikut:
a. Identifikasi Kasus, dalam hal ini saya
mempelajari dan mencari sebab-sebab yang

150 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


kemungkinan menjadi latar belakang kasus.
Duga-an sementara dari opini masyarakat
sekolah yang berkembang; “Ke-pandaian
dan prestasi HN yang menjadi kebanggaan
para guru dan teman-temannya membuat
HN merasa paling pandai dari teman-
temannya yang kemudian juga
menimbulkan sifat membangkang kepada
orang tuanya (karena sudah menemukan
“kemandirian” menurut konsepnya).
b. Himpunan data dilakukan dalam rangka
mencari bukti-bukti admini-strasi yang
menguatkan bahwa HN merupakan murid
yang berprestasi di sekolah (seperti yang
diungkapkan pada opini masyarakat
sekolah). yang dilakukan antara lain :
1) Pengamatan terhadap raport dan laporan
hasil evaluasi kegiatan belajar siswa,
dengan tujuan untuk melihat grafik
perkem-bangan prestasi akademiknya.
2) Pengamatan terhadap data induk dan
kartu pribadi, berguna untuk melihat
data yang tertulis me-ngenai latar

151 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


belakang keluarga-nya, dengan tujuan
untuk mengetahui kondisi keluarga
secara sosial dan ekonomi, juga untuk
mengetahui kedudukan anak atau status
heron di dalam keluarga (sebagai anak
tunggal/ anak sulung/ anak bungsu).
Melihat data yang tertulis mengenai
rentangan kecerdasan dari tes khusus
psikologi (IQ/ EQ/ AQ/ SQ), dengan
tujuan untuk mengetahui rentang
kecerdasan psikologisnya, minat, emosi.
3) Melihat data yang tertulis mengenai
minat dan rencana karirnya dimasa
depan, yaitu untuk mengetahui minat
khusus dan rencana karirnya dimasa
depan, dari sini saya ingin mempelajari
bahwa adakah kemungkinan dari minat
dan cita- citanya yang tinggi sebagai
obsesi dan ambisiusmenya sehingga
harga dirinya begitu tinggi
(sombong/ambisiusme /irrational
believe).
c. Aplikasi Instrumentasi

152 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Melalui dengan cara melakukan wawancara,
wawancara dimaksudkan untuk mencari ke-
terangan atau informasi mengenai subyek
yang ingin kita ketahui/ teliti. Wawancara
dapat dilakukan ter-hadap pembina
organisasi ekstra-kurikuler (konselor
langsung datang menemui yang dimaksud),
tujuannya adalah untuk mengetahui
perkem-bangan prestasi HN pada bidang
organisasi yang diikutinya. Jenis wawancara
adalah wawancara terbuka dengan
mendorong subyek untuk menceritakan
banyak hal mengenai sosok HN diorganisasi
dan prestasinya.
Contoh wawancara terbuka :
Konselor ; “Bapak, perkenalkan saya adalah
guru BK di sekolah ini, nama saya Hamdan,
kedatangan saya kesini untuk mengetahui
perkem-bangan anak-anak yang berada
diekskul ini dibawah asuhan bapak,
khususnya untuk HN saya ingin meminta
informasi lebih dalam karena ini langsung
berkaitan pada tugas saya sebagai pem-

153 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


bimbing untuk mem-bantu HN pada perkem-
bangan dirinya, untuk itu apakah bapak
bersedia/ berkenan untuk saya wawancarai?”
Pembina ; “Oh ya, silakan pak jika keterangan
saya ini dapat membantu bapak untuk
memenuhi tugas bapak sebagai pembimbing
disekolah ini..”
Konselor ; “Ya, mula- mula saya mendapat
laporan dari teman- teman dekat HN (yang
mengajukan kasus ke saya) bahwa akhir-
akhir ini ia terkesan agak sombong sampai-
sampai membangkang kepada orang tuanya
di rumah, dugaan sementara saya adalah
pengaruh prestasi yang membuat harga
dirinya menjadi tinggi (sok hebat/ sombong)
sehingga ia belaku demikian kepada orang
tuanya..” “nah.., khususnya diorganisasi yang
bapak asuh ini bagaimanakah sosok HN dan
hubungan pergaulannya dengan bapak juga
anak- anak disini?, penghargaan-
penghargaan dan pres-tasi apa sajakah yang
didapatkan HN selama berada diorganisasi
ini?” Dst.. dst.. 2.

154 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Selanjutnya wawancara terhadap wali kelas
dan teman- teman dekat HN, wawancara
dilakukan dalam rangka mencari keterangan
mengenai perubahan sikap dan prilaku heron
akhir- akhir ini. wawancara bersifat terbuka
dengan mendorong subyek (wali kelas/
teman- teman HN) untuk menceritakan
banyak hal mengenai sosok HN dimata
mereka dan prestasinya.
d. Home Visit (Kunjungan rumah) dilakukan
dalam rangka untuk mencari keterangan atau
informasi terhadap diri klien yang sedang
konselor tangani.
Tahapan itu antara lain :
1) Mengajukan surat Pemberi-tahuan
Kunjungan Rumah kepada wali murid
(orang tua HN). Surat pemberitahuan
kunjungan rumah berisikan tentang
maksud-maksud keda-tangan dan tujuan
kunjungan yang akan dilakukan.
2) Mengajukan Surat Tugas Kunjungan
Rumah, ditujukan pada wali kelas yang
ditugaskan melakukan pencarian

155 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


informasi pada kunjungan rumah.
Wawancara terhadap orang tua HN,
tujuannya adalah untuk mengetahui latar
belakang Si kasus (HN) didalam rumah
tinggal, paling tidak adalah informasi-
informasi perubahan prilaku yang
ditunjukkan HN belakangan ini ketika
berada bersama keluarganya. Jenis
wawancara adalah wawancara tertutup
(terpedoman/ terpandu sesuai kebutuhan
data yang dibutuhkan konselor). Jenis
pertanyaan wawancara, antara lain (dalam
format 5W + 1H) , seperti:
a) Apa aktifitas yang paling disukai HN
ketika berada dirumah?
b) Kapan saja (diwaktu apa saja) ketika
HN berada dirumah?
c) Siapakah orang terdekat HN didalam
keluarga?
d) Dimana saja tempat yang paling sering
dikunjungi HN ketika tidak sedang
berada dirumah?

156 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


e) Bagaimana sikap HN selama dirumah
kepada ibu, bapak dan saudara-
saudara lainnya?,
f) Improvisasi, Mengapa de-mikian?
apakah Ibu me-ngetahui sebab-sebab
pe-rubahan prilaku HN?
e. Bimbingan Pribadi.
Setelah didapat ternyata masalah ini lebih
dominan terhadap kehidupan pribadinya
yaitu naiknya ukuran self/ harga diri HN
karena lingkungan sekolah yang terlalu
mengapresiasi keistimewaan HN sehingga
merubah pandangan HN menjadi seorang
yang hedonis, buta karena kedudukan, dan
menolak aktualisasi diri yang lebih positif dan
bijaksana. Bimbingan pribadi dimak-sudkan
untuk memberikan wawasan kepada heron
mengenai cara pandang yang bijaksana
kepada Heron agar dalam menanggapi segala
pujian itu lebih dapat digunakan sebagai
motivasi positif untuk lebih membanggakan
nama sekolah dan bermanfaat bagi keluarga.

157 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


f. Memahami HN dalam konseling rasional
emotif Pandangan Manusia Manusia memiliki
kemampuan inheren untuk berbuat secara
rasional ataupun tidak rasional, berfikir dan
merasa begitu erat hubungannya dan saling
mempengaruhi satu sama lain: pikiran
seseorang dapat menjadi perasaannya dan
sebaliknya. Apa yang difikirkan dan
dirasakan sekaligus mengambil bentuk self
talk (ST) yang selanjutnya menyerahkan
individu bertindak rasional atau tidak
rasional.
Perkembangan Kepribadian Manusia tercipta
dengan dorongan untuk memper-tahankan
diri dan memuaskan diri, ke-mampuan untuk
self destructive, hedonis, buta, dan menolak
aktualisasi diri.
Individu sangat mudah dipengaruhi orang
lain (suggestible). keadaan ini ter-lebih-lebih
lagi terjadi pada masa kanak- kanak. kasus
HN dipahami sebagai in-dividu yang
mengalami permasalahan emosional yang
tidak dapat memfilter dengan tepat terhadap

158 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


apa- apa yang dikatakan orang lain kepada
dirinya (dalam hal ini ia tidak mampu
memfilter dengan bijaksana apresiasi guru
dan teman-temannya) sehingga menjadi
masalah bagi dirinya, ia berkehendak
mengontrol dunianya, dirinya dan
lingkungannya seakan orang lain tidak
memiliki peranan dan tidak berguna bagi
dirinya. terlebih hal itu jika berangsur-
angsur hingga menimbulkan penguatan bagi
dirinya.
Tujuan konseling Mengubah pe-mikiran yang
tidak logis, yaitu memerangi pemikiran heron
yang tidak rasional seperti sombong (merasa
paling pandai), membangkang kepada orang
tuanya dan menganggap tanpa orang tua ia
dapat menjadi orang yang dibanggakan atau
diandalkan orang lain. Teknik konselor
bernuansa otoritatif dengan menggunakan
tehnik-tehnik yang bersifat langsung,
persuasif, aktif, dan logis seperti pem-berian
nasehat, terapi kepustakaan, pelak-sanaan
prinsip-prinsip belajar, konfrontasi langsung,

159 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


hal ini untuk mendorong klien beranjak dari
pola pikir tidak rasional ke rasional. Tiga pola
dasar : kognitif, emotif, behavioristik.
Konseling kognitif memperlihatkan kepada
klien bahwa ia haruslah mening-galkan
sikapnya yang perfeksionistik apabila ia ingin
lebih bahagia, sehingga tidak timbul
kecemasan/ keganjalan apa yang dijalani
dirinya. Di sini konselor me-laksanakan
proses mengajar. perlengkapan yang perlu :
pamflet, buku, rekaman kaset/video, film.
Konseling emotif – evokatif meng-ubah
sistem nilai klien. berbagai teknik digunakan
untuk menyadarkan klien antara yang benar
dan salah, sesuai dan tidak sesuai, seperti
memberikan contoh, bermain peran; teknik
unconditional acceptance dan humor, serta
exhalation (pelepasan beban) agar klien
melepaskan pikirannya yang tidak rasional
dan meng-gantinya dengan yang rasional.
Konseling behavioral mengembang-kan pola
berpikir dan bertingkah laku yang baru
segera setelah klien menyadari kesalahan-

160 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


kesalahannya. teknik yang dipakai bersifat
eklektik, dengan pertim-bangan ekonomis
dari segi waktu untuk klien dan konselor,
kesegaran hasil yang dicapai, efektifitas
teknik yang dipakai untuk bermacam ragam
klien dan keda-laman dan ketahanan
(berlangsung lama) dari hasil yang dicapai.

C. Efektivitas Konseling Realitas Untuk


Meningkatkan Motivasi Belajar
Elsye Irianti (2020) mengartikan motivasi
sebagai kekuatan, motivasi, tuntutan, antusiasme,
Atau mekanisme psikologis yang mendorong
individu atau kelompok untuk mencapai prestasi
tertentu sesuai dengan keinginannya sendiri.
Wahyudi, n.d. meyakini bahwa motivasi merupakan
dorongan hati yang mendorong orang untuk
melakukan tindakan guna mencapai tujuan tertentu.
Zamsir (2015) Motivasi ditandai dengan munculnya
perasaan dan emosi manusia, artinya motivasi
berkaitan dengan masalah psikologis, emosional
yang dapat menentukan perilaku manusia. Karena
motivasi merupakan respon terhadap perilaku,

161 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


sehingga motivasi disebabkan oleh tujuan. Motivasi
diperlukan dalamkegiatan pembelajaran untuk
mendorong kemauan dan motivasi siswa terhadap
kebutuhan belajarnya. Dengan motivasi siswa,
mereka dapat mengikuti kegiatan belajar sejak awal.
Dengan cara ini, apa yang telah dipelajari siswa akan
lebih mudah diserap dan dipelajari.
Menentukan intensitas upaya belajar siswa
membutuhkan motivasi. Menurut (Wibowo, ( 2014)
motivasi mempunyai tiga fungsi yaitu: a) motivasi
sebagai motivasi untuk bertindakan. Motivasi
merupakan motor penggerak yang mempengaruhi
sikap belajar siswa. b) Motivasi adalah kekuatan
pendorong tindakan. Kekuatan pendorong
psikologis yang menghasilkan sikap siswa
merupakan kekuatan yang tidak terbendung,
kemudian terwujud Berupa gerakan mental. c)
Motivasi untuk memandu tindakan. Siswa yang
termotivasi dapat memilih tindakan mana yang akan
diambil dan tindakan mana yang diabaikan. Motivasi
belajar siswa merupakan hal yang sangat
diperlukansehingga siswa mudah dalam menangkap
infomasi atau pelajaran yang diberikan oleh

162 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


pengajar atau guru. Ada beberapa pendekatan yang
mampu digunakan untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa, salah satunya adalah konseling
individu dengan pendekatan realitas.
1. Konseling realitas
Menurut (Winarni, 2017) tujuan konseling
realitas adalah membantu individu mencapai
kemandirian. Otonomi adalah keadaan
kedewasaan yang memungkinkan masyarakat
meninggalkan Dorongan lingkungan dan
menggantinya dengan duorongan pribadi atau
dari dalam diri sendiri (internal). Orang
bertanggung jawab atas siapa mereka, siapa
yang mereka inginkan, untuk membuat rencana
yang realistis, dan untuk mencapai tujuan
mereka.Konseling Metode realistis dirancang
untuk membuat individu menjadi individu yang
rasional dan kuat (Failasufah, 2015). Inti dari
terapi realitas adalah bahwa setiap orang harus
melakukannya bertanggung jawab atas tindakan
yang mereka ambil (Corey, 2013). Pada
dasarnya, metode ini menggunakan teknik yang
melihat pada tindakan untuk membangkitkan

163 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


pilihan individu untuk membuat pilihan tentang
berbagai kejadian, daripada membiarkan orang
lain mengontrol dirinya sendiri, karena individu
harus mengontrol dirinya sendiri.
Konseling realitas dianggap mampu
membantu menyelesaikan banyak
permasalahan siswa, seperti Mutawally (2020)
mengungkapkan bahwa, Konseling realitas
dapat diterapkan di sekolah untuk membantu
mengatasi masalah nomophobia. Konsultasi
realitas merupakan salah satu jenis layanan
bimbingan dan konsultasi yang perlu diterapkan
di sekolah. pendekatan konsultasi realitas dapat
mengurangi adiksi ketikamenggunakan
smartphone yaitu konseli yang berinteraksi
dengan mahasiswa (klien) dan memungkinkan
mahasiswa (klien) untuk merealisasikan
tuujuan sehingga mahasiswa (klien) dapat
mengambil keputusan, sedangkan di Anggralisa
(2015) menemukan tingkat signifikansi sebesar
(α) 0,05 untuk membuktikan keefektifan
layanan konseling kelompok yang menggunakan
teknik konseling realitas terhadap kesulitan

164 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


siswa dalam komunikasi interpersonal. Adapula
penelitian yang dituliskan oleh Atin (2020) yang
berjudul “pengaruh konseling kelompok realtas
untuk meningkatkan kemampuan mengontrol
emosii pada kelas VII MTS NW Tanak Maik
2019/2020 “ menghasilkan Skor terendah 132
skor tertinggi 140 dengan,mean rata-rata 135,6.
Bahwa pemberian layanan konseling kelompok
realitas dapat meningkatkan kemampuan
mengontrol emosi pada siswa kelasVII MTs NW
Tanak Maik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
konseling realitas mampu membantu
menyelesaikan banyak permasalahan siswa
yang terjadi.

2. Terapi Realitas
Suatu bentuk psikoterapi yang berkembang
selama periode ini. Terapi ini didasarkan pada
kenyataan bahwa Individu memiliki hak Pilih
dan bertanggungjawab atas apa yang telah
dipilih (Rosida, 2017). Pada proses
implementasi, konselor memiliki peran yang
aktif dalam proses memberikan bantuan.

165 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Konselor adalah contoh atau master konseli.
Dalam praktiknya, konselor juga
menandatangani sejumlah kontrak untuk
menyelesaikan masalah yang mereka hadapi
dan membantu memfasilitasi proses konsultasi
(Putri, 2019)
Teori dasar dari konseling psikologis realitas
adalah "teori pilihan", yang menjelaskan fungsi
individu seseorang dan berperan dalam
masyarakat (kelompok atau masyarakat)
melalui pilihan perilaku yang bertanggung
jawab dan efektif. Teori pilihan menjelaskan
bahwa semua yang akan kita lakukan adalah
pilihan kita sendiri, yang harus kita lakukan
hanyalah menentukan pilihan / memutuskan
untuk melakukannya. Setiap tindakan kita
adalah melakukan yang terbaik untuk mencapai
kebutuhan yang ingin kita penuhi (Daud, 2013).
Pada konseling realitas, Perilaku bermasalah
dapat disamakan dengan "identitas gagal" yang
dikemukakan oleh Rosida (2017) Identitas yang
gagal memiliki ciri-ciri alienasi, eksklusi diri,
dan irasionalitas, yaitu perilaku kaku, tidak

166 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


objektif, lemah, dan layak. Bertanggung jawab,
tidak mampu membuat pilihan yang realistis,
kurang percaya diri dan menolak kenyataan.
Menurut Rahman (2015) konseling realitas
mengacu pada konseling yang menitikberatkan
pada perilaku saat ini untuk mencapai masa
depan daripada perilaku sebelumnya. Tentunya,
hal ini akan membantu tutor untuk
meningkatkan disiplin belajarnya bisa dengan
menekankan pada tanggung jawab tutor sebagai
siswa Dalam proses pelaksanaan penggunaan
terapi realitas untuk konsultasi terdapat
beberapa cirri dari proses pelaksanaan, yaitu
tidak terpaku pada kejadian-kejadian yang lalu
dan sebelumnya. Namun, orang yang diajak
berkonsultasi berfokus pada kehidupannya saat
ini. Hal ini untuk mendorong konselor agar
fokus pada penyelesaian Masalah yang dia
hadapi sekarang sehingga tidak terpengaruh
oleh peristiwa masa lalu yang menghambat
perkembangannya saat ini Proses konsultasi
seperti ini mudah untuk direncanakan dan
diambil tindakannya untuk lebih menekankan

167 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


pada perubahan perilaku yang lebih
bertanggung jawab. Tahap terapi realistis Putri
(2019) Proses konsultasi dalam pendekatan
dunia nyata dipandu oleh dua elemen utama,
yaitu menjadi pedoman untuk mendorong
konselor agar berubah. Thompson dkk.
Menyarankan delapan tahap konseling
pendekatan realitas : 1) konselor menunjukkan
interaksi dengan konseli (seorang teman), 2)
memperhatikan perilaku saat ini, 3)
mengeksplorasi kebiasaan konseli, dan 4) Siswa
menilai atau mengevaluasi sendiri; 5)
merancang perbuatan yang bertanggung jawab;
6) menciptakan komitmen; 7) tidak menerima
permintaan maaf atau alasan terdakwa; 8)
perlakuan selanjutnya (Gantina, Komalasari dan
Wahyuni, 2011).Wubbolding Menggambarkan
praktik terapi realitas merupakan terapi yang
terdiri dari Dua bagian inti : (1) Lingkungan
konseling dan (2) Prosedur khusus yang
mengarahkan kepada perubahan perilaku.
Kedua elemen tersebut adalah “siklus
konsultasi. Siklus ini menggambarkan

168 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


keseluruhan proses transformasi teori terapi
realitas menjadi praktik.
Motivasi setiap siswa juga berbeda-beda.
Motivasi Purwanita et al., (2013)adalah keadaan
internal yang mendukung manusia untuk
melakukan sesuatu. Suciana & Rozali,
(2014)menjelaskan “motivation is something
that energizes, direct, and sustains behavior; its
get students moving, points them in a particular
direction, and keeps them going.” Motivasi
merupakan sesuatu yang dapat merangsang,
membimbing, dan menopang perilaku. Motivasi
akan mendorong siswa menjadi aktif dan
membuat siswa menjadi terarah. Motivasi diri
dapat berasal dari motivasi dalam yang disebut
dengan motivasi internal, atau motivasi luar
yang disebut dengan motivasi eksternal, yang
telah dijelaskan oleh Dewi,(2013) motivasi
meliputi motivasi internal dan motivasi
eksternal.
Motivasi bisa dipengaruhi oleh lingkungan
internal atau lingkungan internal siswa itu
sendiri, misalnya senang terhadap sesuatu

169 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


(Halawati, 2017) McClelland menyampaikan
bahwa 14 motif berprestasi tersebut
mengandung dua aspek, yaitu (1)
menggambarkan Kekebalan dan kekhawatiran
akan kegagalan, serta (2) menambah upaya yang
bermanfaat dan mengharapkan kesuksesan.
Namun, Traverse meyakini bahwa motivasi
berprestasi memiliki dua kategori penting, yaitu
harapan untuk sukses dan ketakutan akan
kegagalan. Selain itu, dikatakan bahwa
seseorang menjadi sukses atau gagal karena
kebutuhan akan prestasi. Steers dan Porter
mengemukakan ciri-ciri orang dengan
kebutuhan berprestasi tinggi, yaitu sangat ingin
mengerjakan tugas atau mencari solusi masalah,
cenderung bekerja sendiri, dan cenderung
memilih teman kelompok berdasarkan
kemampuan daripada teman ketika bekerja
dalam kelompok, Cenderung memilih target
yang cukup sulit, ingin mendapatkan umpan
balik tentang kinerja (umpan balik), dan ereka
ingin mengetahui hasil kerja mereka, tidak
peduli berhasil atau gagal.

170 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Dari beberapa indikator klasifikasi yang
dikemukakan oleh Hamzah B. Uno motivasi
siswa dapat dilihat sebagai berikut: 1) keinginan
dan keinginan untuk sukses, 2) motivasi dan
kebutuhan untuk belajar, 3) harapan dan cita-
cita untuk masa depan, 4) pembelajaran
Apresiasi; 5) Adanya aktivitas yang menarik
dalam pembelajaran; 6) Adanya lingkungan
belajar yang kondusif (Dewi, 2013)
Pemberian motivasi ke siswa berarti akan
menyebabkan siswa melakukan sesuatu atau
ingin mengerjakan sesuatu. Jika ada motivasi
maka hasil belajar akan menjadi yang terbaik.
Selain itu, motivasi dapat dijadikan sebagai
motor penggerak untuk berbisnis dan
berprestasi. Adanya motivasi belajar yang baik
akan memberikan hasil yang baik juga. Dengan
cara demikian, melalui kerja keras terutama
yang dilandasi motivasi, individu yang belajar
akan mampu meraih hasil yang baik. Tingkat
motivasi siswa nantinya akan menentukan
tingkat pencapaiannya akademiknya (Rodiah,
2006)

171 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Stevani (2016) Indikator motivasi belajar Itu
dapat dibagi ke dalam kategori berikut:
keinginan untuk sukses, motivasi dan
permintaan untuk belajar, harapan dan cita-cita
untuk masa depan, apresiasi terhadap
pembelajaran, kegiatan yang menarik dalam
pembelajaran, dan lingkungan belajar. Ini bagus
bagi seseorang untuk belajar dengan baik.
Jenis motivasi Menurut Tayibu, Khaerun Nisa’a
(2019) motivasi dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu: motivasi intrinsik adalah motivasi yang
termasuk dalam lingkungan belajar dan
memenuhi kebutuhan dan tujuan siswa;
motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang
disebabkan oleh faktor-faktor. Situasi
pembelajaran eksternal, seperti skor kredit,
diploma, level hadiah, kompetisi medali, dan
kompetisi negatif, semuanya diejek, diejek, dan
dihukum.
Peran motivasi dalam belajar Motivasi
mendorong perilaku, mempengaruhi dan
mengubah perilaku. Oleh karena itu, menurut
Tayibu, Khaerun Nisa’a. (2019) fungsi motivasi

172 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


meliputi : mendorong perilaku atau tindakan.
Tanpa motivasi tidak akan ada tindakan seperti
belajar, motivasi adalah bimbingan. Ini berarti
mengarahkan tindakan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan, dan motivasi adalah kekuatan
pendorong. Ini bertindak sebagai mesin mobil.
Besar kecilnya motivasi akan menentukan
apakah pekerjaan itu cepat atau lambat.
3. Efektivitas Konseling Realitas Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar
Pada studi tahun 2020 yang ditulis oleh Novia
Solichah, berdasarkan intervensi yang sudah
dilakukan, dalam evaluasi sesuai dengan
observasi setelah konsultasi dan hasil Selama
wawancara, subjek melihatkan perubahan yang
baik. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
konseling dengan terapi realitas dapat Atasi
penundaan akademik dan bentuk sikap yang
lebih positif saat menerima tugas ganda
(Solichah, 2019)
Penelitian Failasufah (2015) membuktikan
bahwa di MAN III Yogyakarta, bimbingan
kelompok kehidupan nyata efektif digunakan

173 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal
ini terlihat dari hasil penghitungan statistik
output kelompok eksperimen sebelum dan
sesudah dilakukan tes, skor motivasi belajar
meningkat dari sebelum perlakuan menjadi
setelah perlakuan. serta dalam penelitian yang
dilakukan oleh Ginting (2017)membuktikan
setelah diberi layanan konseling individual
dengan teknik realitas pada siklus pertama dan
siklus kedua, sikap positif siswa mengalami
peningkatan Ginting (2017) Kemudian hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rosida (2017)
pada penelitiannya mengugkapkan Konsultasi
realitas WDEP (permintaan, lakukan, evaluasi,
perencanaan) efektif dapat meningkatkan
motivasi berprestasi siswa SMP (pembelajaran
siswa SMP Negeri 1 Ngemplak Boyolali kelas
VIII), penjelasan tersebut juga menunjukkan
bahwa peningkatan motivasi berprestasi siswa
meningkatkan prestasi prestasi Tidak
berpengaruh. Peserta didik belajar secara
signifikan.

174 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


D. Pendekatan Realitas Dan Solution Focused Brief
Therapy Dalam Bimbingan Konseling Islam
Dasar pemikiran tentang adanya bimbingan dan
konseling adalah mengenai sebuah upaya dalam
memfasilitasi individu dengan masalahnya supaya
konseli mampu mengembangkan potensi dirinya
atau mencapai tugas-tugas perkembangan yang
mencakup aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
spiritualitas. Pada intinya bimbingan dan konseling
memiliki dasar keberhasilan yang terletak pada
efisiensi proses bimbingan dan konseling, terlebih
jika keberhasilan bimbingan dan konseling dapat
membuat perubahan pada konseli dalam jangka
panjang. Untuk itu diperlukan model bimbingan dan
konseling yang efektif, baik dari segi pendekatan,
teknik, maupun profesionalitas konselor.Sedangkan
bimbingan dan konseling yang menarik adalah dapat
terbentuknya hubungan kolaboratif dan afektif
antara konselor dengan konseli, sehingga dalam
porses bimbingan dan konselingnya pun menjadi
lebih menyenangkan dan cenderung tidak
menegangkan bagi konseli. Jones menjelaskan

175 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


bahwa bimbingan merupakan sebuah bentuk
bantuan kepada individu dalam membuat suatu
pilihan yang cerdas dan tepat dalam penyesuaian
kehidupan mereka, (Bimo W,2004)
Penjelasan lain menyimpulkan bahwa bimbingan
merupakan suatu proses yang berkesinambungan
dan bertahap secara sistematis dan terencana yang
mengarah pada tercapaianya suatu tujuan (Sofyan
Y,2005) Dari definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa bimbingan merupakan proses pemberian
bantuan yang berkesinambungan dan bertahap
secara sistematis dan terencana sehingga membuat
konseli mampu membuat pilihan yang cerdas dan
tepat dalam penyelesaian dan penyesuaian
kehidupan konseli.
Konseling merupakan upaya membantu individu
melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara
konselor dengan konseli supaya konseli mampu
memahami diri serta lingkungannya, maupun
menentukan tujuan berdasarkan nilai yang konseli
yakini dan membuat konseli efektif perilakunya
(Junitika A,2006). Demikian dalam praktiknya
konseling memiliki pendekatan yang dapat

176 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


digunakan oleh konselor dalam membantu konseli
mengembangkan potensinya. Maka dari itu
konseling bukan hanya proses pemberian bantuan
akan tetapi pemberian bantuan dengan
menggunakan beberapa pendekatan dalam
membentuk hubungan yang kolaboratif dan afektif
antara koselor dan konseli.
Secara praksis bimbingan dan konseling sendiri
memiliki beberapa model konseling, salah satunya
adalah pendekatan realitas. Konseling realitas
adalah salah satu pendekatan konseling yang
berfokus pada masa sekarang dan masa depan
(tidak pada masa lalu). Hal ini dikarnakan
pandangan pendekatan realitas mengenai manusia
bahwa masa lalu bersifat lampau dan tidak dapat
diulang maupun diubah. Lumongga menjelaska
bahwa pendekatan realitas merupakan salah satu
model pendekatan konseling yang sistemnya
berfokus pada tingkah laku sekarang (Namora
L,2011) Konseling realitas adalah pendekatan
konseling dengan bentuk modifikasi tingkah laku,
yang mana modifikasi tingkah laku ini difokuskan
pada perasaan dan tingkah laku saat ini serta

177 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


mengarahkan konseli untuk fokus perubahan yang
membuatnya mampu keluar dari
permasalahannya.Pada masa ini, terdapat banyak
perubahan dan perkembangan yang terjadi seperti
halnya teknologi dan komunikasi.Sejalan dengan itu,
bimbingan dan konseling memiliki beberapa model
pendekatan kontemporer.Salah satu pendekatan
kontemporer tersebut adalah SFBT (Solution
Focused Brief Therapy).Pendekatan SFBT yang
dinilai mampu mencerminkan beberapa gagasann
dasar tentang perubahan, interaksi, dan pencapaian
tujuan. SFBT berpandanga bahwa individu memiliki
sumber daya yang diperlukan dalam menyelesaikan
masalahnya sehingga individu dinilai berpotensi
untuk menentukan tujuan hidupnya sendiri.
Sejalan dengan pandangan pendekatan diatas,
bimbingan dan konseling islam adalah proses
pemberian bantua terhadap individu yakni konseli
supaya konseli mampu hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan dunia akhirat.
Astutik menjelaskan bahwa tujuan bimbingan dan
konseling islam adalah terwujudnya manusia

178 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Indonesia seutuhnya yang cerdas, beriman bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap,
mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan (Astuti Sri,2016)
Beberapa penelitian bimbingan dan konseling
dengan pendekatan realitas telah dilakukan, di sini
penulis akan melakukan kritikan teori maupun
praktik bimbingan dan konseling dalam penelitian
terdahulu yang kemudian penulis menawarkan
konsep bimbingan dan konseling dengan
pendekatan realitas. Dengan tujuan tawaran
bimbingan dan konseling realitas penulis ini mampu
mengisi kekurrangan penelitian sebelumnya.
Ali Masrohan yakni instrument pengukur perubahan
perilaku konseli yang telah dilakukan bimbingan
dan konseling dengan pendekatan realitas masih
terpaku pada alat ukur angket, selain itu peneliti
kurang memperhatikan dalam aspek waktu. Jarak
dan intensitas waktu dalam setiap pertemuan juga
mempengaruhi keberhasilan proses konseling
dengan pendekatan realitas (Masrohan Ali,2014)

179 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Penelitian kedua adalah Erhamwilda pada
penelitiannya kekurangan terletak pada proses
bimbingan dan konseling yang kurang konkret
terutama pada implementasi teknik WDEP
(Erhamwilda,2012) Karena pada penelitian
tersebut, peneliti lebih fokus pada program peer
counselingakan tetapi masih belum memaksimalkan
dalam penerapan teknik WDEP. Penelitian ketiga
adalah Febrian Amir Nashrullah pada penelitian
tersebut proses konseling dengan menerapkan
WDEP dirasa penulis masih kurang efektif. Selain itu
dalam proses konseling dengan pendekatan realitas
dan teknik WDEP, peneliti masih kurang dalam
memperhatikan waktu dan kondisi konseli
(Nasrullah Amir, 2015) Hal ini dapat dilihat dari
hasil penelitian yang dirasa kurang dinamis pada
perubahan konseli atau klien. Penelitian keempat
adalah Anjar (2014) pada penelitian ini proses
konseling yang relatif sangat singkat serta teori yang
digunakan yakni pendekatan realitas masih sangat
terbatas sehingga dalam proses konselingnya masih
belum secara optimal karena peneliti dapat
dikatakan lemah dalam segi teori. Penelitian kelima

180 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


yakni Uyun Amali Rosida dkk (2017) proses
konseling yang dilaksanakan kurang optimal
dikarena pihak lembaga atau sekolah kurang
memfasilitasi adanya kegiatan konseling
Dari kritikan penulis diatas yang dominan terletak
pada kurang efektifitasnya proses konseling
dikarenakan terbatasnya teori, maka penulis
memadukan dua teori dan pendekatan dalam
bimbingan dan konseling, dimana kedua teori yang
digunakan penulis merupakan teori dan pendekatan.
Ide gagasan penulis adalah pada praktik pendekatan
realitas yang dipadukan dengan pendekatan post
modern SFBT. Sehingga dirumuskan tujuan dari
proses bimbingan konseling dengan menggunakan
pendekatan realitas dan SFBT dalam bimbingan dan
konseling islam tidak hanya pada pemberian
bantuan pada konseli dalam menemukan solusi dan
menjalankan perubahan, akan tetapi juga membantu
individu berubah sesuai ajaran islam.
1. Pendekatan Realitas
Tokoh dari pendekatan realitas adalah William
Glesser, ia merupakan seorang insinyur kimia
yang sekaligus psikiater pada tahun 1950-an.

181 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Glesser memanganggap bahwa aliran yang
dibawa oleh Freud tentang dorongan harus
diubah dengan landasan teori yang lebih jelas
(Namora, 2012) Berangkat dari keyakinannya
Glasser menilai bahwa sebagian besar pendapat
para psikiatri konvensional hanya berlandaskan
pada asumsi-asumsi yang cenderung
keliru.Sehingga Glasser menyusun pendekatan
realitas dengan menguraikan prinsipprinsip dan
prosedur yang dirancang untuk membantu
konseli dalam mencapai suatu “identitas
keberhasilan”.
Corey (2009) menjelaskan bahwa pendekatan
realitas merupakan model terapi dalam
konseling yang sistemnya difokuskan pada
tingkah laku sekarang. Sehingga dalam
praksisnya konselor berperan sebagai guru dan
model yang mengkonfrontasi konseli dengan
cara yang dapat membantu konseli untuk
berperilaku lebih realistis sehingga konseli
dapat membentuk identitas keberhasilan
dirinya. Maka dari itu pendekatan realitas
merupakan suatu bentuk pendekatan modifikasi

182 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


tingkah laku, yang mana modifikasi tingkah laku
ini difokuskan pada perasaan dan tingkah laku
saat ini serta mengarahkan konseli keluar dari
masalahnya dan fokus pada tujuan hidupnya
dimasa depan.
Pendekatan realitas berpandangan bahwa setiap
manusia memiliki kebutuhan dasar yakni
kebutuhan fisiologis dan psikologis. Kebutuhan
fisiologis sama halnya dengan kebutuhan
biologis. Namun Glasser memandang bahwa
kebutuhan psikologis manusia lebih cenderung
pada akan rasa cinta, sehingga manusia
dipandang sangat memerlukan sebuah identitas
yang disebut dengn identitas keberhasilan
dengan mengembangkan potensi diri dengan
lingkungan
2. Solution Focused Brief Therapy
Pendekatan Solution Focuse Brief Therapy
merupakan pendekatan yang dipengaruhi oleh
pemikiran post modern. Post modern adalah
faham yang berkembang setelah era modern.
SFBT termasuk pada pendekatan post modern
karena pendekatan SFBT merupakan hasil

183 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


daripada kritikan dari beberapa para ahli akan
teori sebelumnya, sehingga dibentuknya
pendekatan ini menjadi sebuah pendekatan
konseling yang lebih baru. SFBT lahir pada
tahun 1980 disebuah lembaga bernaman Brief
Therapy Center yang terletak di Milwaukee,
Winconsin, Amerika Serikat. Pada tahunn 1988
dikembangkan oleh Steve De Shazer, selanjutnya
Insoo Kim Berg dan timnya yang terdiri dari De
Jong, Miller, Cade, Bill O’ Halon, Lipchik, serta
Murphy, (Rifda,2015)
SFBT atau Solution Focused Brief Therapy yang
dikenal sebagai pendekatan dengan waktu
singkat yang hanya berfokus pada solusi.Terapi
singkat yang berfokus pada solusi adalah
pendekatan untuk psikoterapi berdasarkan
pada pembangunan solusi dalam memecahkan
masalah. Hal ini dilakukan dengan
mengeksplorasi sumber daya konseli dan
harapan masa depan konseli.26 SFBT
merupakan sebuah pendekatan yang
mengobservasi konseli dalam melihat
permasalahan yang dihadapinya, sehingga

184 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


metodenya pun tidak berfokus pada bagaimana
masalah itu ada dan bagaimana masalah muncul
akan tetapi lebih berfokus pada solusi dari
masalah tersebut.
Menurut Gingerich SFBT atau Solution Focused
Brief Therapy merupakan terapeutik yang
memfokuskan kepada target atau tujuan dalam
masa yang singkat. Dimana pendekatan ini
berupaya memfokuskan konseli untuk berubah
mengkonstruksikan solusi daripada hanya
berbicara pada masalah yang dihadapi. Sehingga
konselor hanya terkait dengan konseli hanya
pada saat proses konseling saja dan konselor
tidak lagi ketika masalah konseli telah ditangani
(Barry,2011)
Walter Peller berasumsi bahwa terdapat lima
hal yang mendasari pendekatan SFBT. Lima hal
tersebut antara lain:
a. Berkonsentrasi pada keberhasilan yang
akan menghasilkan perubahan konstruktif,
b. Konseli dapat menyadari bahwa masalah
yang dihadapi, pengecualian dapat
ditemukan selama masalah tersebut dapat

185 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


terjadi secara efektif akan memberikan
konseli solusi kepada permasalahannya,
c. Perubahan positif yang kecil akan
berdampak kepada perubahan positif yang
lebih besar
d. Semua konseli mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri, dan
e. Sasaran perlu dinyatakan atau diungkapkan
berupa kalimat aktif, positif, dan dapat
diukur (Bradley,2015)
Sasaran terapiutik SFBT adalah merefleksikan
beberapa gagasan dasar tentang perubahan,
interaksi, dan tentang bagaimana individu
mencapai tujuan. Prochaska & Norcross
berasumsi bahwa SFBT bertujuan pada upaya
membantu konseli dalam menyadari
kompetensinya yang selanjutnya menciptakan
masa depan yang lebih baik. Dalam pencapaian
tujuannya diperlukan keahlian konselor dalam
memfasilitasi konseli untuk melalukan
perubahan dengan memberikan dorongan pada
konseli untuk memikirkan solusi dari segala
kemungkinan yang ada.

186 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Secara spesifik tujuan pendekatan SFBT antara
lain: a) mengidentifikasi dan memanfaatkan
sepenuhnya kekuatan dan kompetensi yang
dimiliki konseli, b) membantu konseli dalam
mengenali dan membangun pengecualian pada
masalah seperti pada saat konseli telah
memikirkan dan merasakan sesuatu yang
mengurangi atau membatasi dampak masalah,
c) menolong konseli berfokus pada hal-hal yang
jelas dan spesifik yang dianggapnya mampu
menyelesaikan masalahnya atau solusi.
(Sthepen,2016) Keberhasilan proses konseling
dengan menggunakan pendekatan SFBT bukan
terletak pada keahlian seorang konselor akan
tetapi diri konseli sendiri. Pada dasarnya prinsip
dari pendekatan ini adalah bahwa konseli
sendirilah yang ahli dalam kehidupan mereka
sendiri sehingga konseli sendirilah yang
mengetahui apa yang belum selesai dari masa
lalu dan apa yang menjadi keberhasilan pada
masa depannya.
De Shazer mempercayai bahwa konseli yang
pada umumnya dapat membangun solusi atas

187 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


masalah mereka tanpa menilai yang dilakukan
konseli sehingga masalah tersebut muncul,
sehingga De Shazer secara singkat merumuskan
langkah pengaplikasian pendekatan SFBT,
antara lain:
a. Konselor terlebih dahulu memberikan
kesempatan kepada konseli, untuk
mendeskripsikan masalahnya dengan
menggunakan kalimat tanya seperti
“bagaimana saya dapat membantu anda?”,
b. Konselor membantu konseli untuk
membangun dan mengembangkan tujuannya
dengan memberikan pertanyaan “apa yang
akan berbeda dalam hidup anda serta kapan
masalah anda terpecahkan?”,
c. Konselor mengeksplorasi kembali perasaan
dan pikiran konseli pada saat sebelum
adanya masalah dan membantu konseli
membuat pengecualian dengan menekankan
pada apa yang sudah dilakukan sehingga
masalah sebelumnya selesai,
d. Konselor kemudian mengevaluasi
perencanaan atau solusi yang telah dibuat

188 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


konseli dengan menggunakan skala peringkat
seperti konselor menilai apa yang berubah
setelah dilakukan konseling dengan
pendekatan SFBT.
3. Bimbingan dan Konseling Islam
Di dalam bimbingan dan konseling perlu adanya
hubungan yang kolaboratif dengan sikap
penerimaan dan pemberian kesempatan baik
untuk konselor maupun konseli.Bimbingan dan
konseling merupakan sebuah ilmu yang
mempelajari tentang hakikat manusia baik
potensi, emosi, perilaku, sampai pada relasi atau
hubungan sosial manusia.Sehingga manusia
sendiri tidak dapat terlepas dari unsur
spiritualitasnya.Maka saat ini sudah banyak
berkembang bimbingan dan konseling yang
direlasikan dengan unsur spiritualitas seperti
bimbingan dan konseling agama. Tidak hanya
pada bimbingan dan konseling agama, secara
lebih spesifik terdapat bimbingan dan konseling
islam. Para ahli banyak mengemukakan
mengenai bimbingan dan konseling islam.

189 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Ainur Rahim mendefinisikan bimbingan dan
konseling islam sebagai proses pemberian
bantuan terhadap individu supaya dapat hidup
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah
sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat. Demikin dengan Anwar
Sutoyo yang mendefinisikan hakikat bimbingan
dan konseling islam adalah sebagai upaya
individu belajar untuk mengembangkan fitrah
dan atau kembali kepada fitrah, dengan cara
memberdayakan (enpowering) iman, akal, dan
kemauan yang dikaruniakan Allah SWT untuk
mempelajari tuntunan Allah dan rasul-Nya agar
fitrah yang ada pada individu itu berkembang
dengan benar dan kukuh sesuai tuntunan Allah
SWT (Anwar S,2013)
Dari rumusan diatas bahwa bimbingan dan
konseling islam merupakan aktifitas yang
bersifat, karena pada hakikatnya individu
sendirilah yang perlu hidup sesuai tuntunan
Allah dan peran konselor adalah membantu
sehingga individu sendirilah yang seharusnya
belajar memahami sekaligus melaksanakan

190 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


tuntunan islam dan berpedoman pada Al-Qur’an
dan Hadits.
Pada penjelasan diatas dikatakan bahwa
bimbingan dan konseling islam merupakan
sebuah kegiatan yang bersifat membantu, maka
sudah sepatutnya di dalamnya terdapat unsur
penggerak kegiatan tersebut. Maka unsur-unsur
yang bergerak di dalam bimbingan dan
konseling islam antara lain: Pihak yang
berperan membantu adalah konselor. Konselor
dalam bimbingan dan konselong islam
merupakan seseorang yang mukmin yang
memiliki pemahaman secara mendalam tentang
tuntunan Allah dan menaatinya.
Bantuan yang diberikan oleh seorang konselor
merupakan bantuan yang berbentuk dorongan
dan pendampingan dalam memahami dan
mengamalkan syari’at islam. Maka dari itu
sudah sepatutnya seorang konselor bimbingan
dan konseling islam adalah seorang mukmin
yang memahami dan menaati tuntunan agam
islam.

191 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Selanjutnya adalah yang berperan sebagai objek
atau individu yang dibantu atau yang
memerlukan bantuan adalah konseli. Konseli
atau klien adalah setiap individu yang diberikan
bantuan profesional oleh seorang konselor atas
permintaan dirinya sendiri atau orang lain.
Lubis (2011) mengungkapkan bahwa peran
penting dalam tercapainya tujuan konseling
adalah kesadaran konseli bahwa ia memiliki
masalah serta kesiapan konseli untuk
menyelesaikan itu dan berubah.
Pada intinya konseli merupakan individu yang
memiliki masalah dan membutuhkan bantuan
dari konselor sehingga kesadaran konseli akan
dirinya yang bermasalah dan kesiapan diri
konselor untuk keluar dari masalah dan
berubah menjadi pribadi lebih baik yang sangat
berperan dalam tercapainya tujuan bimbingan
dan konseling islam.
4. Penerapan Pendekatan Realitas dan Solution
Focused Brief Therapy Dalam Bimbingan dan
Konseling Islam.

192 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Tahap awal konselor melakukan penerimaan
terhadap konseli seperti mempersilahkan
konseli memasuki ruangan disertai jabatan
tangan kemudian mempersilahkan konseli. Hal
ini perlu dilakukan untuk mendapatkan dan
membangun rasa percaya konseli dengan
memberikan penyambutan yang hangat, selain
itu hal ini ditujukan juga supaya bahwa dirinya
diterima sepenuhnya oleh konselor.Selanjutnya
mulai memperkenalkan diri dan menanyakan
data pribadi konseli seperti nama, alamat,
pendidikan, dan sebagainya.
Memasuki tahap inti proses konseling adalah
identifikasi dimana tugas konselor adalah
mendengarkan masalah yang disampaikan
konseli. Meski pendekatan berfokus pada masa
depan bukan berarti pendekatan ini
menganggap bahwa masa lalu tidak penting,
penting bagi konselor mengetahui hal-hal
terdahulu dari konseli untuk mengetahui sebab
yang melatar belakangi masalahnya sama
halnya dengan proses bimbingan dan konseling
pada umumnya. Disini konselor dapat

193 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


memberikan informasi serta penjelasan yang
meluruskan perasaan dan pikiran konseli.selain
itu, konselor dapat memberikan reward pada
konseli apabila konselor menemukan hal positif
dalam diri konseli serta memberikan dorongan
supaya konseli mampu mempertahankan hal
positifnya seperti membacakan Qs. Ar-Rum ayat
30 yang berisikan tentang potensi manusia
Artinya:Maka hadapkanlah wajahmu dengan
lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang Telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.

Dimana dari ayat tersebut M.D Dahlan


memandang bahwa fitrah manusia yang
mencakup fitrah jasmani, rohani, dan nafs
merupakan pola dasar yang perlu
dikembangkan secara optimal. Ayat tersebut
yang menjelaskan manusia perlu
mengembangkan potensinya untuk
mendapatkan masa depan yang lebih baik
digunakan sebagai motivasi yang mendorong
konseli bahwa ia mampu berkembang dan

194 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


mendapat masa depan yang baik dengan
potensinya karena Allah sudah memberikan hal
tersebut dalam setiap diri manusia.
Tahap selanjutnya konselor melakukan
identifikasi masalah, menentukan hipotesis dan
mencatat halhal yang melatar belakangi
permasalahan konseli.tahap selanjutnya adalah
prognosis dimana konselor dengan konseli
merencanakan tujuan konseling yang akan
konselor dan konseli capai. Disinilah konselor
menggunakan pertanyaan “bagaimana saya bisa
membantu anda?” dengan tujuan konselor
mampu mengetahui apa yang konseli ingin capai
dengan bimbingan dan konseling. Selain itu
pada tahap ini konselor membantu konseli
untuk membangun dan mengembangkan
tujuannya dengan memberikan pertanyaan “apa
yang berbeda dalam hidup anda serta kapan
masalah anda bisa terpecahkan?”.
Tahap selanjutnya adalah tahapan treatment
dimanakonselor mulai memberikan tindakan
terhadap masalah konseli, pada tahap ini
pendekatan realitas dengan teknik WDEP mulai

195 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


digunakan.Pertama, W (want do you want?)
dengan ini konselor berusaha kembali agar
konseli mampu mendiskripsikan apa yang
diinginkannya secara spesifik mulai dari
keluarganya, ataupun lingkungannya yang
membuat konseli merasa terganggu.
Tahap selanjutnya adalah Doing (what are you
doing and in what direction are you going?)
tahap ini konselor membantu konseli sekali lagi
merumuskan tujuan perubahan dengan
menyanyakan “perilaku seperti apa yang anda
pilih?” dengan tujuan konseli mampu
mengkonstruksikan perilaku apa yang konseli
harapkan, dimana konseli mampu menyusun
perilaku yang bertanggung jawab sehingga
dapat menggantikan perilaku yang tidak
bertanggung jawab.
Selanjutnya masuk pada plan (merencakan)
dimana konselor memberikan pertanyaan ajaib
atau the miracle question dimana konselor
membantu konseli mengembangkan solusi yang
telah dirumuskannya, dengan tujuan supaya
konseli mampu merumuskan perilaku yang

196 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


bertanggunga jawab untuk menggantikan
perilaku yang tidak bertanggung jawab secara
lebih spesifik serta membuat konseli tetap fokus
akan tujuan perubahannya dan berkomitmen
untuk melakukan perubahan.
Tahapan selanjutnya E (evaluation) konselor
membawa konseli untuk mengevaluasi diri
secara cermat, konselor bisa menggunakan
teknik scalling question yang mana memasukkan
aspek perasaan, emosi, dan komunikasi.
Selanjutnya konselor memberi pengutan dengan
menggunakan hadits Man Jadda wa Jadda
(barang siapa yang bersungguhsungguh makan
akan berhasil) dengan tujuan memotivasi
konseli untuk tetap konsisten dalam
melaksanakan perubahannya.
Tahap terakhir dari bimbingan dan konseling
islam adalah follow up diamana konselor dan
konselor mengkonsep tindakan lanjut untuk
perilaku konseli yang belum berubah setelah
masa yang telah disepakati keduanya seperti
dari sesi evaluasi konseli diberikan waktu tiga
minggu untuk menjalankan rencana atau

197 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


konsepan perubahannya, selanjutnya pada
minggu keempat konselor dan konseli mencari
perilaku konseli yang masih belum berubah
kemudian disusun kembali tindakan atau
treatment yang dapat merubah konseli dengan
membentuk perilaku baru.

RINGKASAN
Pada dasarnya konseling realitas adalah
membantu individu mencapai otonomi. Otonomi
merupakan keadaan yang menyebabkan orang mampu
melepaskan dukungan lingkungan dan menggantikannya
dengan dukungan pribadi atau diri sendiri (internal).
Kriteria konseling yang sukses bergantung pada tujuan
yang ditentukan oleh konseli. Dalam konseling realitas,
pengalaman yang perlu dimiliki oleh konseli adalah

198 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


peran konseli memusatkan pada tingkah laku dalam
proses konseling (konseli diharapkan memusatkan pada
tingkah laku mereka sebagai ganti dari perasaan dan
sikap-sikapnya), konseli membuat dan menyepakati
rencana (ketika konseli memutuskn untuk bagaimana
mereka ingin berubah, mereka diharapkan untuk
mengembangkan rencana khusus untuk mengubah
tingkah laku gagal ke tingkahlaku berhasil), konseli
mengevaluasi tingkah lakunya sendiri, dan konseli
belajar kecanduan positif (dalam hal ini Glasser
mengungkapkan pentingnya belajar tanpa kritik dari
orang lain dalam setiap usaha kita.

Konseling Realita membantu indi-vidu untuk


mencapai otonomi, dengan mencapai identitas yang di
temukan. Konselor dalam prosedur konseling berusaha
membantu klien menemukan pemenuhan kebutuhan
dasarnya dengan Right, Responsibility dan Reality. Dalam
hal ini Klien belajar keterampilan umum, keterampilan
kognitif atau intelektual, dan keterampilan menghadapi
masalah ke-hidupannya. Pengalaman klien yang di-
perlukan untuk mencapai tujuan itu adalah pengalaman
memusatkan pada tingkah laku, membuat rencana,

199 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


mengevaluasi tingkah laku sendiri, belajar kecanduan
positif (positive addiction) sebagai puncak pengalaman
Berdasarkan hasil dipaparkan bahwa penerapan
teknik konseling realitas dapat dilakukan untuk
meningkatkan motivasi belajar. Konseling terapi realitas
dirancang untuk memudahkan individu menjadi rasional dan
kuat, serta diyakini efektif dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa. Proses konsultasi ini berfokus pada perubahan
perilaku yang lebih bertanggungjawab dengan merencanakan
dan melaksanakan tindakan ini.
Dari gagasan tersebut penulis menerapkan
praktik pendekatan realitas dengan memadukan
pendekatan post modern yakni SFBT dalam bimbingan
dan konseling islam. Dengan tujuan penerapan
pendekatan realitas dan SFBT dalam bimbingan dan
konseling islam tidak hanya membantu konseli
menemukan solusi dan menjalankan perubahan, akan
tetapi juga membantu individu berubah sesuai ajaran
islam.
Pada intinya implementasi pendekatan realitas
dan solution focused brief therapy dalam bimbingan dan
konseling islam sama dengan bimbingan dan konseling
pada umumnya, akan tetapi disini penyelesaian masalah

200 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


dengan pendekatan realitas kemudian dikombinasikan
dengan teknik dalam SFBT serta memberikan konseli
dorongan-dorongan spiritualitas berupa ayat-ayat di
dalam Al-Qur’an supaya konseli memiliki bekal untuk
menjalankan hidup di masa sekarang dan masa depan
tetap berteguh pada syari’at agama.

BAB III
PENERIMAAN DIRI

PENDAHULUAN
Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk
mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya
tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa
kekurangan. Untuk menghadapi kekurangan yang
diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik
kelebihan maupun kekurangan dirinya. Individu sering

201 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


memikirkan sesuatu yang buruk atau tidak baik pada
diri sendiri, bersikap pesimistik dengan masa depan,
bertingkah laku buruk ataupun bersikap negatif
terhadap pendapat, pandangan ataupun kritikan orang
lain. Sikap negatif dapat berbentuk mudah kecewa,
menyalahkan orang lain, merendahkan diri sendiri,
membenci orang lain, dan marah. Sikap-sikap di atas
merupakan wujud bahwa individu tersebut mengalami
stres yang berkaitan dengan perubahan emosi dan
kognitif individu yang tidak mampu menerima
kekurangan yang dimilikinya. Individu yang memiliki
penerimaan diri rendah cenderung tidak berani
menghadapi cobaan dan senantiasa mencoba melarikan
diri dari masalah atau tanggung jawab terhadap diri
sendiri maupun sebagai pasangan. Hal ini disebabkan
karena individu dengan penerimaan diri rendah takut
menghadapi kegagalan, sehingga mencoba untuk lari
dari kenyataan. Seseorang yang dapat menerima dirinya
mempunyai penilaian yang realistik terhadap potensi-
potensi yang ada pada dirinya disertai dengan penilaian
yang positif akan harga dirinya (Hurlock dalam Sulistya,
2004), meskipun individu tersebut mengalami
kekurangan seperti mengalami infertilitas, diharapkan

202 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


setiap pasangan baik laki-laki maupun perempuan tidak
menjadikan infertilitas sebagai penghambat dan yang
dapat mempengaruhi penerimaan dirinya

A. Konsep Penerimaan Diri


1. Pengertian Penerimaan Diri
Penerimaan diri menurut Bernard (2013,
hlm. 158) adalah kemampuan seseorang secara
penuh dan tanpa syarat dalam menerima dirinya
sendiri. Berdasarkan pendapat Bernard bahwa
penerimaan diri itu menerima diri secara penuh,
sejalan dengan konsep penerimaan diri tanpa
syarat tentu harus menerima karakteristik diri
adapun karakteristik diri adalah kemampuan
yang penting untuk dimiliki siswa remaja awal,
hal ini terjadi karena remaja individu mulai
membentuk kepribadian serta konsep diri.
Penerimaan diri terhadap perubahan –
perubahan yang terjadi dan wujud sikap dalam
menghadapinya merupakan jalan bagi individu
supaya dapat mengembangkan konsep diri yang
positif.

203 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Penerimaan diri berkaitan dengan
kepribadian serta konsep diri, kemampuan untuk
memahami karakteristik diri perlu dimiliki oleh
usia remaja awal dalam menghadapi proses
kehidupan, agar remaja dapat mengembangkan
konsep diri yang positif. Sheere menyatakan
penerimaan diri sebagai berikut. “nilai-nilai dan
standar diri tidak dipengaruhi lingkungan luar,
keyakinan dalam menjalani hidup, bertanggung
jawab terhadap apa yang dilakukan, mampu
menerima kritik dan saran seobjektif mungkin,
tidak menyalahkan diri atas perasaannya
terhadap orang lain, menganggap dirinya sama
dengan orang lain, tidak ingin orang lain
menolaknya dalam kondisi apapun, tidak
menganggap dirinya berbeda dari orang lain, dan
tidak rendah diri” (Cronbach, 1963, hlm. 562).
Bernard (2013, hlm. 180) menyebutkan
“Self acceptance means being aware of all your
strength (personality, family, cultural) and your
not so positive qualities that everyone has
because no one is perfect. it also means being
aware of how you are similar to and different from

204 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


others”. Penerimaan diri yaitu menyadari semua
kekuatan (kepribadian, keluarga, budaya) dan
kualitas diri bahwa tidak ada orang yang
sempurna, dari hal ini dapat diketahui
bagaimana ciri seseorang mirip dan berbeda
dengan orang lain.
Chaplin (2004, hlm. 451) berpendapat
penerimaan diri yaitu sikap yang merupakan
rasa puas pada kualitas dan bakat, serta
pengakuan akan keterbatasan diri. Individu akan
menerima kodrat mereka apa adanya, pengakuan
keterbatasan diri tanpa adanya perasaan malu
ataupun bersalah.
Penerimaan diri remaja berkaitan dengan
kepercayaan diri terhadap kemampuan diri
dalam berinteraksi dengan orang lain, serta
penyesuaian diri terhadap nilai-nilai moral yang
berlaku dalam masyarakat. Jersild (dalam
Hurlock, 1974, hlm. 434) menjelaskan orang –
orang yang dapat menerima dirinya memiliki
penilaian yang realistis terhadap dirinya,
diintegrasikan dengan penghargaan terhadap
diri sendiri, yakin akan standar diri tanpa

205 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


harus dikendalikan oleh orang lain, serta
memiliki penilaian realistis mengenai
keterbatasan tanpa harus mencela diri sendiri.
Remaj yang dapat menerima dirinya, akan
merasa puas, nyaman terhadap kelemahan dan
kelebihan yang dimiliki dan mampu
menyelesaikan tugas perkembangannya.
Clark (dalam Juwita Sari & Reza, 2013, hlm.
3) berpendapat bahwa individu yang diterima
secara positif oleh orang lain, individu itu akan
cenderung untuk mengembangkan sikap positif
terhadap diri sendiri dan lebih menerima diri
sendiri. Selain itu, mereka menginginkan
penghargaan pada diri mereka, sehingga
penerimaan dirinya semakin kuat, mengetahui
bahwa mereka dihargai oleh orang lain,
merupakan faktor psikologis yang penting dalam
membantu mereka melupakan aspek-aspek
negatif dari kehidupan mereka, dan berpikir
lebih positif terhadap lingkungan.
Ryff (dalam Purwanto, 2011, hlm. 15)
berpendapat penerimaan diri adalah sikap positif
terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima

206 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


berbagai aspek diri termasuk kualitas baik atau
tidak baik dan merasa positif dengan kehidupan
yang telah dijalani. Sikap positif terhadap diri
sendiri dapat meningkatkan toleransi terhadap
pengendalian diri sehingga mampu mengatasi
kondisi yang tidak menyenangkan dan memiliki
keinginan untuk terus mengembangkan diri.
Kilicci (1999) menyebutkan ketika individu
menilai, memahami dan memandang dirinya
secara nyata sama dengan mereka idealkan maka
individu akan dengan mudah menerima dirinya.
Sebaliknya, jika individu timbul kesenjangan
yang besar antara diri ideal dengan
pengalaman nyata yaitu akan timbu
permasalahan psikologis. Ketidakmampuan
individu dalam mengelola kesenjangan diri
menunjukan rendahnya penerimaan diri.
Penerimaan diri adalah sikap sehat yang
membantu individu dalam mengevaluasi
keefisienan dan ketidakefisienan sisi diri serta
ketepatan cara pandang realita (dalam Wiryo,
2012, hlm. 109).

207 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Endah, (2013) berpendapat bahwa
penerimaan diri merupakan suatu keadaan
seorang individu yang memiliki penilaian positif
terhadap dirinya, serta mengakui kelebihan
maupun keterbatasan yang ada dalam dirinya
tanpa malu atau merasa bersalah terhadap
kodrat dirinya (Endah, 2013, hlm. 14).
Dengan demikian penerimaan diri
merupakan seseorang yang mampu menerima
dirinya tanpa syarat, baik kelemahan diri
maupun kelebihan diri, serta memiliki keyakinan
untuk mampu menjalankan kehidupan dengan
berbagai masalah sesuai dengan
karakteristiknya, sehingga penerimaan diri
mengarah kepada konsep diri positif dan mampu
mengembangkan diri secara optimal.
2. Faktor-faktor
Penerimaan Diri
Menurut Bernard (2013, hlm. 161) faktor-
faktor penerimaan diri yaitu sebagai berikut :
a. Diri yang positif, mencerminkan
kesadaran diri yang positif terutama
ketika dihadapkan dengan kejadian negatif.

208 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


b. Evaluasi diri yang negatif, terdiri dari item
yang mencerminkan nilai diri secara umum
serta pentingnya pendapat orang lain dan
sekolah sebagai dasar untuk menentukan
penilaian seseorang.
Penelitian Eliss & Bernard (Bernard, 2013,
hlm. 161) menunjukkan hasil penelitian
rendahnya tingkat penerimaan diri peserta
didik disebabkan oleh tingkat self depreciation
dan tingkat childhood disorder yang tinggi.
Rogers (Bernard, 2013, hlm. 5) percaya
penerimaan diri dapat dipengaruhi oleh adanya
hubungan dengan orang lain, terutama
hubungan terapi yang membangun, sehingga
akan membawa hasil positif terhadap
penerimaan diri. Sheerer (Kenneth, 1973, hlm.
6) menemukan hasil korelasi yang positif antara
penerimaan diri dan sikap penerimaan orang
lain, hasilnya adala terdapat hubungan antara
kedua variabel tersebut.
Fey (Burns, 1993, hlm. 294) individu yang
dapat menerima diri tetapi menolak orang lain
kemungkinan cenderung memiliki sikap tidak

209 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


peka terhadap status sosial kelompok,
cenderung merendahkan orang lain. Orang
yang dapat menyesuaikan diri adalah individu
yang sikap penerimaan diri dan orang lain tinggi.
Rogers (Yusuf & Nurihsan, 2008, hlm.
146) menyatakan faktor yang memengaruhi
peserta didik dibagi menjadi dua faktor
diantaranya berikut.
a. Faktor Eksternal yang berasal dari luar,
didalamnya terdapat lingkungan keluarga,
status sosial ekonomi, tingkat pendidikan,
iklim intelektual, dan interaksi sosial.
b. Faktor Internal yang berasal dari dalam
diri, self insight understanding, self
acceptance, atau self responsibility.
Menurut Hurlock (1974, hlm. 259) Setiap
individu mempunyai ideal self yang
diinginkan daripada diri yang sesungguhnya,
apabila ideal self tidak realistis dan sulit untuk
dicapai dalam kehidupan yang nyata, maka hal
tersebut membuat individu merasakan kecewa
dan frustasi akan keadaannya. Adapun beberapa
kondisi yang menentukan individu dapat

210 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


menyukai dan menerima dirinya sendiri,
tertuang ke dalam faktor-faktor sebagai berikut.
a. Pemahaman Diri
Pemahaman dan penerimaan diri saling
berhubungan, semakin individu memahami
dirinya semakin ia akan menerima diri
seutuhnya dan semakin individu tidak
memahami dirinya semakin ia tidak
menerima diri. Kurangnya pemahaman diri
dapat mengakibatkan kesenjangan antara
konsep diri yang ideal dan gambaran yang
diterima melalui kontak sosial.Pemahaman
tentang diri merupakan faktor yang penting
dalam menerima diri seutuhnya. Apabila
individu memiliki pandangan positif
tentang dirinya, ia dapat memanfaatkan
kelebihan secara optimal dan tidak terpuruk
oleh kelemahan yang dimiliki.
b. Harapan yang Realistik
Ketika harapan menjadi sebuah pencapaian
realistik, maka kinerjanya akan meningkat
sesuai dengan harapannya. Hal ini akan
berkontribusi pada kepuasan diri yang

211 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


penting dalam penerimaan diri, dengan
mengenali kelemahan dan kelebihan yang
dimiliki, harapan individu dapat menjadi
apabila dikerjakan secara optimal, tetapi
harapan atau ambisi tersebut harus
disesuaikan dengan kemampuan diri.
c. Tidak Adanya Hambatan Di Dalam
Lingkungan
Hambatan yang bersumber dari lingkungan
tempat tinggal individu sebagai contohnya
labeling, dikriminasi ras, jenis kelamin,
maupun agama dari orang-orang yang
sangat berpengaruh bagi individu tersebut
misalnya orangtua, guru, atau teman
sebaya. Hambatan tersebut akan
mengakibatkan individu yang mengetahui
potensinya akan sulit menerima diri. Tetapi
sebaliknya, ketika lingkungan mendorong
individu untuk mencapai keberhasilan maka
ia akan puas dengan pencapaian yang
membuktikan harapannya adalah suatu hal
yang realistis.

212 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


d. Sikap-Sikap Anggota Masyarakat yang
Menyenangkan
Jika individu menerima sikap-sikap yang
positif yang menyenangkan dari anggota
masyarakat, akan membantu membentuk
pandangan yang positif sehingga individu
dapat menerima dirinya. Adapun tiga hal
yang mengarah pada evaluasi sosial
menyenangkan adalalah tidak adanya
prasangka negatif terhadap orang lain dan
keluarganya, memiliki keahlian sosial serta
dapat menerima kelompok.

e. Tidak Adanya Gangguan Emosional yang


Berat
Adanya gangguan emosional yang berupa
stress secara emosional dapat mengarah
pada ketidakseimbangan fisik psikologi.
Jika individu dapat mereduksi stress
maka akan lebih mudah tenang dan
merasakan senang.
f. Pengaruh Keberhasilan

213 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Pengaruh keberhasilan dapat mengarah
pada penerimaan diri, sedangkan pengaruh
kegagalan dapat mengarah kepada
penolakan diri.
g. Identifikasi dengan Orang yang Memiliki
Penyesuaian Diri yang Baik
Individu yang mengidentifikasikan dirinya
dengan orang-orang yang menyesuaikan
diri dengan baik dapat mengembangkan
sikap positif terhadap hidupnya, sehingga
akan mempunyai penerimaan diri yang
baik.
h. Perspektif Diri
Perspektif yang luas tentang diri adalah
memahami diri menjadi lebih baik, tidak
hanya melihat individu lain yang lebih
baik tetapi juga memperhatikan individu
yang lebih lemah dari dirinya. Individu yang
perspektif dirinya cenderung sempit maka
akan menolak dirinya, sedangkan individu
yang mempunyai perspektif diri baik maka
akan menerima dirinya.
i. Pola Asuh di Masa Kecil yang Baik

214 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Pola asuh masa kecil berpengaruh pada
perilaku individu di masa depan termasuk
penerimaan diri.
j. Konsep Diri yang Stabil
Konsep diri yang stabil merupakan cara
individu melihat dirinya secara konstan dan
tidak berubah-ubah. Konsep diri yang baik
mengarah pada penerimaan diri, tetapi jika
konsep diri yang rendah maka mengarah
pada penolakan diri.
3. Aspek-aspek Penerimaan Diri
Menurut Bernard (2013, hlm. 139)
Penerimaan diri adalah proses yang
berkontribusi terhadap pengurangan emosional
dan pengalaman efektivitas positif. Konsep
penerimaan diri sebagai kekuatan karakter yaitu
sebagai berikut :
a. Kesadaran diri untuk menghargai karakter
positif merupakan kemampuan
memandang peristiwa secara positif,
yang ditandai:
1) Keyakinan akan kemampuan yang
dimiliki dalam menghadapi kehidupan.

215 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


2) Menerima pujian secara positif.
3) Mengetahui kelebihan diri dan
mengembangkannya secara positif.
b. Menyikapi peristiwa negatif dengan tetap
bangga menerima dirinya tanpa syarat
merupakan kemampuan dalam menerima
peristiwa sebagaimana dan
memperlakukannya secara baik disertai
rasa senang, bangga dan terus
mengusahakan kemajuannya yang ditandai :
1) Berani memikul tanggung jawab
terhadap perilakunya.
2) Menerima kritikan secara objektif;
menerima kekurangan tanpa
penghukuman.
3) Diterima oleh teman sebaya.
4) Tidak rendah diri
Sheerer (Cronbach, 1963, hlm. 562)
menyampaikan bahwa karakteristik individu
yang dapat menerima diri adalah:
a. Memiliki keyakinan terhadap kapasitas diri
untuk mengatasi lingkungan

216 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


b. Individu yang memiliki keyakinan akan
kemampuan diri dalam menyelesaikan
tantangan kehidupan dan menunjukkan
perilaku yang bersahabat dalam lingkungan.
c. Menganggap dirinya sejajar dengan orang
lain
d. Individu yang mempunyai pandangan
bahwa dirinya sejajar dengan orang lain dan
tidak membeda-bedakan.
e. Menganggap diri sendiri wajar serta
memiliki ekspektasi bahwa orang lain akan
menerimanya
f. Individu yang menganggap dirinya,
penampilan diri secara wajar, sehingga
orang lain dapat menerimanya.
g. Tidak malu atau sadar diri
h. Individu memiliki kepercayaan diri dalam
setiap tindakan yang diambil.
i. Bertanggung jawab atas setiap perilakunya
j. Individu berani memikul tanggung jawab
atas segala sikap dan perilaku yang telah
diperbuat.
k. Berpendirian

217 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


l. Individu tidak mudah terpengaruh terhadap
tekanann-tekanan sosial dari masyarakat
serta memiliki prinsip diri yang kuat.
m. Menerima kritik dan pujian objektif
n. Individu mampu menerima pujian secara
objektif sehingga tidak bersikap berlebihan
dan dalam menerima kritik tidak mudah
tersinggung sehingga dapat menerima kritik
sebagai masukan agar lebih baik.
o. Menerima kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki
p. Individu cenderung memiliki penilaian yang
realistik akan kelemahan dan kelebihan diri,
serta mampu mengembangkan diri.
q. Tidak menyalahkan diri sendiri atau
mengingkari perasaan- perasaan yang
muncul
r. Individu tidak menolak diri atau
mengingkari berbagai perasaan yang
dirasakan, dengan tidak mengingkarinya,
individu mampu mengelola, mengendalikan
berbagai perasaaan dan dapat
menyelesaikan masalah dengan baik.

218 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Jersild (Hurlock, 1956, hlm. 34)
menyampaikan penerimaan diri merupakan
derajat dimana individu mampu menerima
keadaan dengan berbagai karakteristik. Adapun
perbedaan taraf-taraf penerimaan diri yang
dimiliki oleh individu sebagai berikut.
a. Taraf Penerimaan Diri Tinggi
Individu yang memiliki taraf penerimaan
diri tinggi akan mempertimbangkan semua
karakteristik yang dimiliki aspe fisik,
mental, emosional, dan spriritual.
Penerimaan diri yang objektif dapat
membentuk kelebihan diri dan memperkecil
kelemahan diri yang dimiliki.
b. Taraf Penerimaan Diri Rendah
Individu yang memiliki penerimaan diri
rendah, cenderung sulit memahami
karakteristik diri, serta memiliki pandangan
negatif terhadap kemampuan diri.
4. Ciri-Ciri Penerimaan Diri
Menurut Allport (dalam Hjelle & Zeigler,
1922, hlm. 191) ciri-ciri individu yang mau
menerima diri sebagai berikut

219 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


“memiliki gambaran positif tentang dirinya,
dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa
memusuhi mereka apabila orang lain mengkritik
serta dapat mengatur keadaan emosi mereka”
Penerimaan diri individu, adalah bagaimana
persepsi individu tentang gambaran dirinya,
serta perilaku dalam memanfaatkan dan
menyikapi kelemahan dirinya.
Ciri-ciri penerimaan diri menurut Mattew
(1993, hlm. 2) mengungkapkan individu yang
belajar menerima diri. Adapun karakteristiknya
sebagai berikut.
a. Meyakini nilai-nilai dan prinsip-prinsip
yang berlaku serta mempertahankannya
walaupun mendapatkan tantangan yang
kuat dari sebuah kelompok.
b. Mampu mengambil tindakan atas penilaian
diri sendiri tanpa merasa cemas atau
menyesali tindakan yang diambil jika
orang lain tidak menerima tindakan
tersebut.
c. Memanfaat waktu dengan baik.

220 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


d. Memiliki keyakinan pada kemampuan yang
dimiliki dalam mengatasi masalah,
menangani kegagalan dan kemunduran.
e. Merasa sama dengan orang lain, tidak
superior atau inferior terlepas dari
perbedaan dan kemampuan tertentu,
latarbelakang keluarga, atau sikap orang
lain terhadap dirinya.
f. Merasa menjadi orang yang menarik dan
memiliki nilai bagi orang lain.
g. Dapat menerima pujian tanpa merasa
cemas.
h. Cenderung menolak dominasi orang lain.
i. Dapat menerima ide dan mengakui
kepada orang lain bahwa ia mampu
merasakan berbagai dorongan dan
keinginan.
j. Benar-benar menikmati dirinya sendiri
dalam berbagai kegiatan yang melibatkan
pekerjaan, bermain, ekpresi diri yang
kreatif, persahabat ataupun kemalasan.
Carson & Langer (2006) mengungkapkan
penerimaan diri memiliki peran penting dalam

221 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


kepribadian yang sehat. Hurlock (Yusuf &
Nurihsan, 2011, hlm. 12) menyatakan
kepribadian yang sehat memiliki karakteristik
berikut.
a. Menilai diri secara realistik. Kepribadian
yang sehat mampu menilai diri apa adanya,
kelebihan atau kelemahan menyangkut fisik
serta kemampuan yang dimiliki.
b. Menilai situasi secara realistik. Kepribadian
yang sehat mampu menghadapi kondisi
kehidupan yang dilalui secara realistik serta
menerima diri secara realistik serta
menerima diri secara wajar, tidak
mengharapkan kondisi kehidupan sebagai hal
yang sempurna.
c. Menilai prestasi yang diperoleh
secara realistik.
d. Kepribadian yang sehat mampu menilai
keberhasilan yang diperoleh secara realistik
dan rasional. Ketika kesuksesan tinggi tidak
menjadi pribadi yang sombong dan apabila
mengalami kegagalan tidak menjadi orang

222 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


yang frustasi, tetapi mampu menjadi pribadi
optimistik.
e. Tanggung jawab. Kepribadian yang sehat
memiliki karakteristik bertanggung jawab
serta memiliki keyakinan terhadap
kemampuan untuk mengatasi masalah
kehidupan.
f. Kemandirian. Kepribadian yang sehat
memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir,
bertindak, mengambil keputusan,
mengembangkan diri serta menyesuaikan
diri dengan norma yang berlaku
dilingkungan.
g. Mampu mengontrol emosi. Kepribadian yang
sehat mampu menghadapi situasi frustasi,
depresi, secara positif.
h. Berorientasi tujuan. Kepribadian yang
sehat dapat merumuskan tujuan
berdasarkan pertimbangan secara matang,
tidak atas dasar paksaan dari luar. Berupaya
mencapai tujuan dengan mengembangkan
wawasan dan keterampilan.

223 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


i. Berorientasi keluar. Kepribadian yang sehat
memiliki sifat resfek, empati terhadap orang
lain, situasi, atau masalah lingkungan dan
bersifat fleksibel dalam berpikir. Sifat
individu yang berorientasi keluar adalah 1.
menghargai dan menilai orang lain seperti
diri sendiri; 2. merasa nyaman dan terbuka
dengan orang lain; 3. tidak membiarkan diri
dimanfaatkan orang lain dan tidak
memanfaatkan orang lain karena diri merasa
kecewa.
j. Penerimaan sosial. Individu dinilai positif
orang lain, berpartisipasi aktif dalam kegiatan
sosial, serta memiliki sikap bersahabat dalam
berhubungan dengan orang lain.
k. Memiliki filsafat hidup. Kepribadian yang
sehat mampu mengarahkan hidup
berdasarkan filsafat hidup berdasarkan
keyakinan agama yang dianut.
l. Bahagia. Individu yang sehat, memiliki situasi
kehidupan yang bahagia. Kebahagiaan
didukung oleh faktor achievement
(pencapaian prestasi), acceptance

224 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


(penerimaan dari orang lain), serta affection
(perasaan dicintai dan disayangi orang lain).
5. Dampak Penerimaan Diri
Penerimaan diri memiliki peranan yang
penting bagi kehidupan individu dalam
interaksi sosial. Hurlock (1999, hlm. 276)
menyampaikan semakin baik individu dapat
menerima dirinya, maka akan semakin baik
pula penyesuaian diri dan sosialnya. Tanpa
adanya penerimaan diri individu cenderun
akan mengalami kesulitan dalam kehidupan.
Adapun dampak dari penerimaan diri terbagi
menjadi dua kategori sebagai berikut.
a. Dampak Terhadap Penyesuaian Diri
Individu yang mampu menerima diri akan
mengenali kelebihan dan kelemahannya.
Salah satu karakteristik individu yang
mempunyai penyesuaian diri baik yaitu
dapat mengenali akan memperbaiki
kelemahannya dengan kelebihan. Individu
mampu mengevaluasi diri secara realistis
sehingga ia dapat menggunakan kapasitas
diri secara efektif, serta bangga menjadi

225 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


diri sendiri. Penyesuaian diri menurut
Willis (2005) menuntut kemampuan
remaja untuk hidup dan bergaul secara
wajar terhadap lingkungannya, sehingga
remaja merasa puas terhadap diri sendiri
dan lingkungannya. Penyesuaian diri akan
menjadi salah satu bekal penting dalam
membantu remaja pada saat terjun dalam
masyarakat luas. Penyesuaian diri juga
merupakan salah satu persyaratan penting
bagi terciptanya kesehatan jiwa dan
mental individu. Banyak remaja yang
tidak dapat mencapai kebahagiaan dalam
hidupnya karena ketidak mampuannya
dalam menyesuaikan diri, baik dengan
lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan
dan masyarakat pada umumnya. Sehingga
nantinya cenderung menjadi remaja
yang rendah diri, tertutup, suka
menyendiri, kurang adanya percaya diri
serta merasa malu jika berada diantara
orang lain atau situasi yang terasa asing
baginya (Fani & Latifah, 2012 hlm. 21-22).

226 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


b. Dampak Terhadap Penyesuaian Sosial
Penerimaan diri setiap individu diikuti
oleh penerimaan orang lain. Individu yang
mampu menerima dirinya tertarik untuk
berhubungan dengan orang lain dan saling
menghargai. Semakin individu dapat
menerima dirinya, ia akan diterima oleh
orang lain dalam kehidupan sosial.
6. Pengukuran Penerimaan Diri
Menurut Puspita & Nuryoto (2002, hlm. 76)
untuk mengukur ciri-ciri individu yang
mempunyai penerimaan diri yaitu sebagai
berikut :
a. Memiliki penghargaan yang realistis
terhadap kelebihan- kelebihan dirinya
b. Memiliki keyakinan akan standar-standar
dan prinsip- prinsip dirinya tanpa harus
diperbudak oleh opini individu- individu
lain
c. Memiliki kemampuan untuk memandang
dirinya secara realistis tanpa harus menjadi
malu akan keadaannya

227 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


d. Mengenali kelebihan-kelebihan dirinya
dan bebas memanfaatkannya
e. Mengenali kelemahan-kelemahan dirinya
tanpa harus menyalahkan dirinya
f. Memiliki spontanitas dan rasa tanggung
jawab dalam diri
g. Menerima potensi dirinya tanpa
menyalahkan dirinya atas kondisi-kondisi
yang berada di luar kontrol mereka
h. Tidak melihat diri mereka sebagai
individu yang harus dikuasai oleh rasa
marah atau takut menjadi tidak berarti
karena keinginan-keinginannya
i. Merasa memiliki hak untuk memiliki
ide-ide dan keinginan-keinginan serta
harapan-harapan tertentu
j. Tidak merasa iri akan kepuasan-
kepuasan yang belum mereka raih
Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri individu
yang dapat menerima dirinya menurut Puspita
& Nuryoto (2002) yaitu terdapat sepuluh ciri
diantaranya : 1. memiliki penghargaan
realistis terhadap kelebihan, 2. memiliki

228 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


keyakinan dan prinsip hidup, 3. memiliki
kemampuan untuk memandang diri secara
realistis tanpa malu dengan keadaan, 4.
mengenali kelebihan, 5. mengenali kelemahan,
6. memiliki spontanitas dan tanggungjawab, 7.
menerima potensi diri, 8. tidak melihat diri
sebagai individu yang harus dikuasai oleh rasa
marah, 9. merasa memiliki hak untuk memiliki
ide dan harapan, 10. tidak merasa iri dengan
kepuasan yang belum diraih.
Sheerer (1984) memaparkan cara untuk
mengukur ciri-ciri orang yang menerima dirinya
yaitu sebagai berikut:
a. Individu mempunyai keyakinan akan
kemampuan untuk menghadapi persoalan.
b. Individu menganggap dirinya berharga
sebagai seorang manusia dan sederajat
dengan orang lain.
c. Individu tidak menganggap dirinya aneh
atau abnormal dan tidak ada harapan
ditolak orang lain.
d. Individu tidak malu atau hanya
memperhatikan dirinya sendiri.

229 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


e. Individu berani memikul tanggung
jawab terhadap perilakunya.
f. Individu dapat menerima pujian atau celaan
secara objektif.
g. Individu tidak menyalahkan diri atau
keterbatasan yang dimilikinya ataupun
mengingkari kelebihannya (dalam Denia &
Nurul, 2012, hlm. 82).
Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri individu
yang dapat menerima dirinya menurut Sheerer
(1984) yaitu terdapat tujuh ciri antaranya: 1.
individu mempunyai keyakinan akan
kemampuan dalam menghadapi persoalan; 2.
individu menganggap dirinya berharga dan
sederajat dengan orang lain; 3. individu tidak
menganggap dirinya aneh; 4. individu tidak
malu atau hanya memperhatikan dirinya
sendiri; 5. individu berani memikul
tanggung jawabnya; 6. individu dapat menerima
pujian atau celaan secara objektif; dan 7.
individu tidak menyalahkan diri atau
keterbatasan yang dimilikinya.
7. Cara Meningkatkan Penerimaan Diri

230 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Cara untuk meningkatkan penerimaan diri
Tracy (2005, hlm. 4) sebagai berikut.
a. Pick a role model atau menjadikan orang lain
yang memiliki pola hidup berhasil sebagai
contoh untuk diri sendiri. Mencontohkan
seperti apa yang dilakukan oleh orang yang
berhasil mampu meningkatkan penerimaan
diri.
b. Develop good work habits and to work
efficiently and effectively toward the
accomplishment of high value results.
Pekerjaan yang dikerjakan dengan
kemampuan yang baik, efektif, dan efisien
akan mendapatkan penghormatan dan
kepercayaan dari orang lain. Yakin dengan
kemampuan sendiri mampu meningkatkan
penerimaan diri untuk menjadikan diri
berharga.
c. Be very aware of your image and the way
you appear to people. Menyadari segala
perilaku yang dilakukan akan dinilai oleh
orang lain. Memberikan kesan baik kepada
orang lain dapat memperoleh kepercayaan

231 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


dan penghormatan, dengan sendirinya
penerimaan diri akan meningkat.
d. Take complete responsibility for the various
parts of your life.
Belajar bertanggung jawab dalam berbagai
hal serta memberikan penerimaan yang baik
untuk orang lain, dengan cara tidak tidak
menolak orang lain, tidak menyalahkan orang
lain, tidak mengeluh dengan mengkritik
orang lain. Perasaan menerima orang lain
juga dapat menumbuhkan penerimaan diri.
e. Interpreting events in a positive way. Mampu
memaknai setiap peristiwa secara positif
dapat menjadikan individu lebih berfikir
optimis.
f. Become a habitual goal setter. Menuliskan
tujuan dan rencana dengan membuat
langkah-langkah yang jelas serta mampu
dikembangkan dengan baik akan
meningkatkan harga diri dan penerimaan diri
pada waktu bersamaan.
g. Practice the Law of Indirect Effort, or
reverse effort and realize that everything

232 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


you do. Bersikap hangat dan ramah serta
memberikan penguatan positif dengan
melakukan sesuatu yang baik untuk orang
lain, dan akan meningkatkan harga diri dan
penerimaan diri. Mampu membantu orang
lain untuk meningkatkan penerimaan diri
dengan baik akan menyebabkan hal yang
sama untuk diri sendiri.

B. Penerimaan Diri Remaja Broken Home Melalui


Pendekatan Konseling Kelompok Rational
Emotive Behaviour Therapy
Pendekatan Rational Emotive Behaviour
Therapy (REBT) adalah pendekatan konseling yang
menekankan pada keterkaitan antara perasaan,
tingkah laku dan pikiran. Pendekatan ini
dikembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa
tahapan. Pandangan dasar pendekatan ini tentang
manusia adalah bahwa individu memiliki tendesi
untuk berpikir irasional yang salah satunya didapat
melalui belajar sosial. Di samping itu, individu juga
memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk
berpikir rasional. Pendekatan ini bertujuan untuk

233 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


mengajak individu mengubah pikiran-pikiran
irasionalnya kepikiran yang rasional melalui teori
ABC.
Bimbingan dan konseling memiliki beberapa
layanan dalam membantu siswa mengentaskan
masalah pada Remaja Broken Home salah satu
layanan yang digunakan guru BK adalah layanan
konseling kelompok dalam pendekatan Rational
Emotive Behaviour Therapy (REBT) yang bertujuan
untuk meningkatkan kepercayaan remaja broken
home.layanan konseling kelompok. konseling
kelompok merupakan salah satu layanan bimbingan.
Menurut Gadza ddk (dalam Adhiputra, 2015: 24)
menyatakan bahwa konseling kelompok adalah
suatu proses antara pribadi yang dinamis, terpusat
pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan
melibatkan fungsi-fungsi seperti berorientasi pada
kenyataan, saling memercayai, saling pengertian,
saling menerima, dan saling mendukung. Prayitno
(2013: 307) menjelaskan bahwa konseling kelompok
adalah usaha pemberian bantuan yang diberikan
oleh seorang konselor kepada orang-orang yang

234 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


membutuhkan untuk mengentaskan masalah yang
sedang dihadapinya dalam suasan kelompok.
1. Penerimaan Diri
Menurut Aderson menyatakan bahwa
penerimaan diri berarti kita telah berhasil
menerima kelebihan dan kekurangan diri apa
adanya. Menerima diri berarti kita telah
menemukan karakter diri dan dasar yang
membentuk kerendahan hati dan intergritas.
Sedangkan menurut Harluck mendefinisikan self
acceptance sebagai “the degree to which an
individual having considered his personal
characteristics, is able and willing to live with
them” yaitu derajat dimana seseorang telah
mempertimbangkan karakteristik personalnya,
merasa mampu serta bersedia hidup dengan
karakteristiknya tersebut.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
penerimaan diri adalah dimana seseorang telah
mengetahui karakteristik personalnya baik itu
kelebihan dan kekurangan dirinya serta dapat
menerima karakteristik tersebut dalam

235 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


kehidupannya sehingga membentuk integritas
pribadinya.
Didalam konsep dasar penerima diri ini konseli
harus bisa menerima keadaannya sekarang.
Didalam situasi broken home yang menimpa
keluarganya bukan menjadi alasan ia melakukan
kenalakan remaja seperti yang pernah konseli
lakukan. Jika konseli bisa berpikiran rasional dan
menerima keadaan yang ada tanpa menyalahkan
pihak manapun, konseli tidak akan terjerumus
kedalam pergaulan bebas yang menjadikan
konseli melakukan kenakalan remaja.
2. Faktor – faktor Broken Home
Broken home merupakan suatu kondisi keluarga
yang tidak harmonis dan orang tua tidak lagi
dapat menjadi tauladan yang baik untuk anak-
anaknya. Bisa jadi mereka bercerai, pisah
ranjang atau keributan yang terus menerus
terjadi dalam keluarga. Yang akhirnya
berdampak pada anaknya. Sehingga tidak ada
lagi perhatian dan kasih sayang dari orang tua
untuk anaknya.

236 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Kata broken home juga sering dilabelkan pada
anak yang menjadi korban perceraian anaknya.
Sebenarnya anak yang broken home bukan
hanya anak yang berasal dari orang tua yang
bercerai, tetapi juga anak yang berasal dari
keluarga yang tidak utuh atau tidak harmonis
Terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi
anak yang broken home, antara lain
percekcokan atau pertengkaran orang tua,
perceraian, kesibukan orang tua.
Menurut Sofyan (2011) Yang dimaksud broken
home (keluarga pecah) juga dapat dilihat dari
dua aspek :
a. Keluarga itu terpecah karena strukturnya,
tidak utuh sebab salah satu dari keluarga
meninggal dunia atau telah bercerai.
b. Orang tua tidak bercerai akan tetapi
struktur keluarga tidak utuh lagi karena
ayah atau ibu sering tidak dirumah, atau
tidak memperlihatkan hubungan kasih
sayang lagi.
Broken home merupakan alasan utama
permasalahan yang dialami konseli. Karena

237 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


broken home konseli mengalami frustasi dan
tertekan didalam keluarganya sehingga ia
melapiaskannya kedalam kenalakan remaja
yang mengakibatkan konseli terjerumus
kedalam pergaulan bebas.
3. Pendekatan Rational Emotive Behaviour Therapy
Rational Emotive Behaviour Therapy adalah
pendekatan behavior kognitif yang menekankan
pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku
dan pikiran. Terapi ini menekankan bahwa
tingkah laku yang bermasalah disebabkan oleh
pemikiran yang irasional sehingga fokus
penanganan pada pendekatan Rational Emotive
Behavior Therapy adalah pemikiran individu.
Menurut Singgih D. Gunarsa (2011) mengatakan
bahwa Rational Emotive Behaviour Therapy
(REBT) adalah memperbaiki melalui pola
pikirannya dan menghilangkan pola pikir
irrasional. Terapi ini sebagai usaha untuk
mendidik kembali (reeducation), jadi konselor
bertindak sebagai pendidik, dengan memberi
tugas yang harus dilakukan konseli serta
menganjurkan strategi tertentu untuk

238 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


memperkuat proses berpikirnya dan berubah
perilakunya.
Pendekatan Rational Emotive Behaviour Therapy
memandang manusia sebagai individu yang
mendominasi oleh sistem berpikir dan sistem
perasaan yang berkaitan dalam sistem psikis
individu. Keberfungsian individu secara
psikologis ditentukan oleh pikiran, perasaan dan
tingkah laku. Tiga aspek tersebut saling
berkaitan karena satu aspek mempengaruhi
aspek lainnya.
Jadi, dalam permasalahan ini pertama kali yang
perlu diubah adalah pemikiran konseli tentang
keadaan yang menimpa dirinya. Karena pikiran
nya sendiri sehingga ia terjerumus kedalam
kenalan remaja. Konseli harus bisa memikirkan
efek dari tindakan yang ia lakukan atau berfikir
sebelum bertindak. Yang semula pikirannya
irrasional diubah menjadi rasional. Yang semula
konseli ketika tertekan atau dalam keadaan
sedih selalu melampiaskan kedalam hal-hal
negative diubah menjadi melampiaskan
kedalam hal- hal positive.

239 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


4. Tujuan Rational Emotive Behaviour Therapy
Tujuan rational emotive behavior therapy
menurut Ellis, (dalam Rochman 2009)
membantu klien untuk memperoleh filsafat
hidup yang lebih realistik" yang berarti
menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-
verbalisasi diri mereka telah dan masih
merupakan sumber utama dari gangguan-
gangguan emosional yang dialami oleh mereka.
Pada dasarnya membentuk pribadi yang
rasional, dengan jalan mengganti cara berfikir
yang irasional menjadi cara berfikir yang
rasional. Cara berfikir manusia yang irasional
itulah yang menyebabkan individu mengalami
gangguan emosional dan karena itu cara
berfikirnya atau (iB) harus diubah menjadi yang
lebih tepat yaitu cara berfikir yang rasional (rB).
Sedangkan tujuan dari Rational Emotive
Behaviour Therapy dari Mohammad Surya
sebagai berikut:
a. Memperbaiki dan mengubah segala perilaku
dan pola fikir yang irasional dan tidak logis

240 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


menjadi rasional dan lebih logis agar klien
dapat mengembangkan dirinya.
b. Menghilangkan gangguan emosional yang
merusak.
c. Untuk membangun Self Interest, Self
Direction, Tolerance, Acceptance of
Uncertainty, Fleksibel, Commitment,
Scientific Thinking, Risk Taking, dan Self
Acceptance Klien.
Dengan demikian tujuan Rational Emotive
Behaviour Therapy adalah menghilangkan
gangguan emosional yang dapat merusak diri
(seperti benci, rasa bersalah, cemas dan marah)
serta mendidik klien agar mengahdapi
kenyataan hidup secara rasional
5. Konsep Dasar Rational Emotive Behaviour
Therapy
Konsep-konsep dasar terapi rasional emotif ini
mengikuti pola yang didasarkan pada teori A-B-
C, yaitu:
A = Activating Experence (pengalaman aktif)
Ialah suatu keadaan, fakta peristiwa, atau
tingkah laku yang dialami individu.

241 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


B = Belief System (Cara individu memandang
suatu hal). Pandangan dan penghayatan
individu terhadap A.
C = Emotional Consequence (akibat emosional).
Akibat emosional atau reaksi individu
positif atau negative.
Menurut pandangan Ellis, A (pengalaman aktif)
tidak langsung menyebabkan timbulnya C
(akibat emosional), namun bergantung pada B
(belief system). Hubungan dan teori A-B-C yang
didasari tentang teori rasional emotif dari Ellis
dapat digambarkan sebagai berikut:
A C Keterangan:
--- : Pengaruh tidak langsung B : Pengaruh
langsung
Teori A-B-C tersebut, sasaran utama yang harus
diubah adalah aspek B (Belief Sistem) yaitu
bagaimana caranya seseorang itu memandang
atau menghayati sesuatu yang irasional,
sedangkan konselor harus berperan sebagai
pendidik, pengarah, mempengaruhi, sehingga
dapat mengubah pola fikir klien yang irasional
atau keliru menjadi pola pikir yang rasional.

242 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Dari uraian diatas, disimpulkan bahwa
permasalahan yang menimpa seseorang
merupakan kesalahan dari orang itu sendiri
yang berupa prasangka yang irasional. terhadap
pandangan penghayatan individu terhadap
pengalaman aktif.
6. Teknik-teknik Rational Emotive Behavior
Therapy
Rational Emotive Behavior Therapy
menggunakan berbagi teknik yang bersifat
kognitif, afektif, behavioral yang disesuaikan
dengan kondisi klien. Teknik-teknik Rational
Emotive Behavior Therapy sebagai berikut :
a. Teknik-teknik Kognitif
Adalah teknik yang digunakan untuk
mengubah cara berfikir klien. Dewa Ketut
menerangkan tahapan-tahapan dalam
teknik- teknik kognitif :

1) Tahap Pengajaran
Dalam REBT, konselor mengambil
peranan lebih aktif dari pelajar. Tahap

243 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


ini memberikan keleluasaan kepada
konselor untuk berbicara serta
menunjukkan sesuatu kepada klien,
terutama menunjukkan bagaimana
ketidak logikaan berfikir itu secara
langsung menimbulkan gangguan emosi
kepada klien tersebut.
2) Tahap persuasive
Meyakinkan klien untuk mengubah
pandangannya karena pandangan yang
ia kemukakan itu tidak benar. Dan
konselor juga mencoba menyakinkan,
berbagai argumentasi untuk
menunjukkan apa yang dianggap oleh
klien itu adalah tidak benar.
3) Tahap konfrontasi
Konselor mengubah ketidak logikaan
berfikir klien dan membawa klien ke
arah berfikir yang lebih logika.

4) Tahap Pemberian Tugas


Konselor memberi tugas kepada klien
untuk mencoba melakukan tindakan

244 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


tertentu dalam situasi nyata. Misalnya,
menugaskan klien bergaul dengan
anggota masyarakat kalau mereka
merasa dipencilkan dari pergaulan atau
membaca buku untuk memperbaiki
kekeliruan caranya berfikir.
b. Teknik-teknik Emotif
Teknik-teknik emotif adalah teknik yang
digunakan untuk mengubah emosi klien.
Antara teknik yang sering digunakan ialah :
1) Teknik Sosiodrama
Memberi peluang untuk
mengekspresikan berbagai perasaan
yang menekan klien itu melalui suasana
yang didramatisasikan sehingga klien
dapat secara bebas mengungkapkan
dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau
melalui gerakan dramatis

2) Teknik Self Modelling


Digunakan dengan meminta klien
berjanji dengan konselor untuk

245 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


menghilangkan perasaan yang
menimpanya. Dia diminta taat setia
pada janjinya.
3) Teknik Assertive Training
Digunakan untuk melatih, mendorong
dan membiasakan klien dengan pola
perilaku tertentu yang diinginkannya.
c. Teknik-teknik Behaviouristik
Terapi Rasional Emotif banyak
menggunakan teknik behaviouristik
terutama dalam hal upaya modifikasi
perilaku negatif klien, dengan mengubah
akar-akar keyakinannya yang tidak rasional
dan tidak logis, beberapa teknik yang
tergolong behavioristik adalah:
1) Teknik Reinforcement
Teknik reinforcement (penguatan) yaitu:
untuk mendorong klien ke arah tingkah
laku yang lebih rasional dan logis denagn
jalan memberikan pujian verbal (reward)
ataupun hukuman (punishment). Teknik
ini dimaksudkan untuk membongkar
sistem nilai-nilai dan keyakinan yang

246 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


irasional pada klien dan menggantinya
dengan sistem nilai yang lebih positif.
2) Teknik Social Modeling (Pemodelan
Sosial)
Teknik social modeling (pemodelan
sosial), yaitu: teknik untuk membentuk
perilaku-perilaku baru pada klien. Teknik
ini dilakukan agar klien dapat hidup
dalam suatu model sosial Yang
diharapkan dengan cara mutasi (meniru),
mengobservasi dan menyesuaikandirinya
dan menginternalisasikan norma-norma
dalam sistem model sosial dengan
masalah tertentu yang telah disiapkan
konselor.
3) Teknik Live Models
Teknik live models (mode kehidupan
nyata), yaitu teknik yang digunakan
untuk menggambar perilaku-perilaku
tertentu. Khususnya situasi-situasi
interpersonal yang kompleks dalam
bentuk percakapan- percakapan sosial,

247 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


interaksi dengan memecahkan maslah-
masalah.
7. Langkah-langkah Rational Emotive Behavior
Therapy
Untuk mencapai tujuan Rational Emotive
Behavior Therapy konselor melakukan langkah-
langkah konseling antara lainnya :
a. Langkah pertama
Menunjukkan pada klien bahwa masalah
yang dihadapinya berkaitan dengan
keyakinan- keyakinan irasionalnya,
menunjukkan bagaimana klien
mengembangkan nilai-nilai sikapnya yang
menunjukkan secara kognitif bahwa klien
telah memasukkan banyak keharusan,
sebaiknya dan semestinya klien harus
belajar memisahkan keyakinan-
keyakinannya yang rasional dan keyakinan
irasional, agar klien mencapai kesadaran.

b. Langkah kedua

248 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Klien ketahapan kesadaran dengan
menunjukan bahwa dia sekarang
mempertahankan gangguan-gangguan
emosionalnya untuk tetap aktif dengan
terus menerus berfikir secara tidak logis
dan dengan mengulang-ulang dengan
kalimat-kalimat yang mengalahkan diri,
terapi tidak cukup hanya menunjukkan
pada klien bahwa klien memiliki proses-
proses yang tidak logis.
c. Langkah ketiga
Berusaha agar klien memperbaiki pikiran-
pikirannya dan meninggalkan gagasan-
gagasan irasional. Maksudnya adalah agar
klien dapat berubah fikiran yang jelek atau
negatif dan tidak masuk akal menjadi yang
masuk akal.
d. Langkah keempat
Adalah menantang klien untuk
mengembangkan filosofis kehidupanya yang
rasional, dan menolak kehidupan yang
irasional. Maksudnya adalah mencoba

249 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


menolak fikiran- fikiran yang tidak logis
untuk masuk dalam dirinya.
Dari penjelasan di atas bahwa Rational
Emotive Behaviour Therapy bisa digunakan
untuk membantu konseli dalam menyelesaikan
masalahnya. Dalam permasalahan ini pertama
kali yang perlu diubah adalah pola pikir konseli
yang irrasional. Karena konseli beranggapan
bahwa dengan melakukan pergaulan bebas dan
kenakalan remaja bisa membuat ia nyaman dan
tenang menghadapi kenyataan yang ada serta
bisa melupakan masalahnya tersebut. Dari
pemikiran yang irrasional inilah konseli selalu
mengulangi dan melakukan kenakalan yang
sama. Maka dengan Rational Emotive Behaviour
Therapy ini bisa membantu konseli dalam
mengubah pikirannya yang awalnya irrasional
di ubah menjadi rasional.

250 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


RINGKASAN
Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu
untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada
dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah
SWT tanpa kekurangan. Untuk menghadapi kekurangan
yang diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik
kelebihan maupun kekurangan dirinya. Individu sering
memikirkan sesuatu yang buruk atau tidak baik pada
diri sendiri, bersikap pesimistik dengan masa depan,
bertingkah laku buruk ataupun bersikap negatif
terhadap pendapat, pandangan ataupun kritikan orang
lain.
Penerimaan diri menurut Bernard (2013, hlm.
158) adalah kemampuan seseorang secara penuh dan
tanpa syarat dalam menerima dirinya sendiri.
Berdasarkan pendapat Bernard bahwa penerimaan diri
itu menerima diri secara penuh, sejalan dengan konsep
penerimaan diri tanpa syarat tentu harus menerima
karakteristik diri adapun karakteristik diri adalah
kemampuan yang penting untuk dimiliki siswa remaja
awal, hal ini terjadi karena remaja individu mulai
membentuk kepribadian serta konsep diri. Penerimaan
diri terhadap perubahan – perubahan yang terjadi dan

251 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


wujud sikap dalam menghadapinya merupakan jalan
bagi individu supaya dapat mengembangkan konsep diri
yang positif.
Menurut Bernard (2013, hlm. 161) faktor-faktor
penerimaan diri yaitu sebagai berikut : Diri yang
positif, mencerminkan kesadaran diri yang positif
terutama ketika dihadapkan dengan kejadian negatif.
Evaluasi diri yang negatif, terdiri dari item yang
mencerminkan nilai diri secara umum serta pentingnya
pendapat orang lain dan sekolah sebagai dasar untuk
menentukan penilaian seseorang.
Berdasarkan studi pustaka mengenai Rational
Emotive Behaviour Therapy dalam Meningkatkan
Penerimaan Diri Remaja Broken Home Melalui
Pendekatan Rational Emotive Behaviour Therapy yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : Hasil dari
proses Penelitian literature studi pustaka dengan
pendekatan Rational Emotive Behaviour Therapy dalam
Meningkatkan Penerimaan Diri Remaja Broken Home
Melalui Pendekatan Rational Emotive Behaviour
Therapy mampu mengatasi penerimaan diri negatif yang
diakibatkan oleh keluarganya yang mengalami broken
home sehingga membuat pola pikir konseli irrasional

252 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


menjadi pola pikir yang logis dan rasional sehingga
konseli dapat lebih tenang dalam menjalani dan
menerima kondisi keluarganya yang sekarang
(Mustika,2022)

253 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


DAFTAR PUSTAKA
A Juntika Nurihsan,(2006) Bimbingan dan Konseling
dalam Berbagai Latar Belakang Bandung: PT
Refika Aditama,.
Abdul Qodir, Nor Ba’yah. 2011. Social
Intervention Recommendations For Depressed
Women With Insecure Styles, Correlated With Risk
Factors. Volume 6, Number 2, 313-320, 2011 ISSN:
1823-884x © e-Bangi, FSSK, UKM.
http://pkukmweb.ukm.my/e-bangi/papers/2011/
norbayah011.pdf. Diakses pada tanggal 05
Desember 2015.
Adams, Lauren Girard, Paxton, Maisley. (2008).
Counseling Children And Youth In Times Of
Ali Masrohan,(2014) “Penerapan Konseling Kelompok
Realitas Teknik WDEP Untuk Meningkatkan
Disiplin Belajar Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1
Rogojampi Banyuwangi,” Unesa Jurnal Mahasiswa
Bimbingan dan Konseling 4, no. 3, (2014) 1–10,
4.And Assessement Model And Program: A
Conceptualization And Intervention For Juvenile
Anjar Raharyanti,(2014) “Penerapan Konseling
Kelompok Realita Untuk Meningkatkan Motivasi
Berprestasi Pada Pelajar Matematika Siswa Kelas
X-9 di SMA Kemala Bhayangkari 1 Surabaya,”
Unesa Jurnal Mahasiswa Biimbingan dan Konseling
4, no. 3, (2014), 478–486, 481.
Anwar Sutoyo,(2013) Bimbingan dan Konseling Islami
(Teori dan Praktik), Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Atin, S. W. F. (Universitas H. (2020). Pengaruh Konseling
Kelompok Realitas Untuk Meningkatkan
Kemampuan Mengontrol Emosi Pada Siswa Kelas
VII MTS NW Tanak Maik Tahun Pelajaran 2019 /

254 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


2020 Siti Wahida Fitri Atin Universitas
Hamzanwadi Abstrak Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh. Jurnal Konseling
Pendidikan.
Barry Winbolt,(2011) Solution Focused Brief Therapy for
the Helping Professions, (London: Jessica Kingsley
Publishers
Bimo Walgito, (2004) Bimbingan dan Konseling (Studi
dan Karier)Yogyakarta: CV Andi Offset,
BKKBN. go.id (diakses pada tanggal 10 April 2016).
Bradley T. Efort, (2015) 40 Teknik Yang Harus Diketahui
Setiap Konselor .Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Brendgen, Mara, Phd, Brigitte Wanner, Phd, Frank
Vitaro, Phd. (2006). Verbal Abuse By The
Calhoun, Georgia B, Brian A. Glaser, & Christi L.
Bartolomucci. (2001). The Juvenile Counseling
Children: A Review Of Recent Research. Journal Child
Abuse, Vol. 21: 24–40
Chaplin, J.P. (2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta:
Grafindo.
Corey, G. (2013). Thoery and practice of counselling and
psycotherapy (ninth edit). American board of
professional psyvhology.
Corey, Gerald. (2007). Teori Dan Praktek Konseling Dan
Psikoterapi. Bandung:Refika Aditama.
Corey, Gerald. (2012). Theory And Practice Of Group
Counseling, Eight Edition. Us: Brooks/Cole.
Corey,Gerald. (2009). Theory and Practice of Counseling
and Psychotherapy. Belmont, CA: Brooks/Cole
Corey.(2013). Teori dan Praktik Konseling & Psikoterapi.
Refika Aditama: Bandung.
Corrigen, J.W. Selassie, A.W. dan Orman, J.A. The
Epidemiology Traumatic Brain Injury. Journal of
Head Trauma Rehabilitation 25: 72-80. Crisis: Tips

255 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


To Achieve Success And Avoid Pitfalls. Ameran Bar
Association.
Creswell, John W. (2014). Reseach Design Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed Yogyakarta.
Pustaka Belajar
Daud Ali.(2018). Penanganan Masalah Konseli Melalui
Konseling Realitas. Jurnal UIN Sumatera Utara Delinquency,
Journal Of Counseling & Development, 79, 131-139.
Daud, A. (UIN S. U. (2013). Penanganan Masalah Konseli
Melalui Konseling Realitas Ali. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Demak58. (2015). Intervensi Krisis.
(http://demak58.blogspot.co.id/2015/06/teori-
intervensi krisis.html). Diakses pada tanggal 02
Desember 2015.
Dewa Ketut Sukardi. (1985).Pengantar Teori Konseling,
(Jakarta: Ghalia Indonesia,
Dewi, Putu Eka Krisna., dkk. (2013). Hubungan antara
motivasi belajar dengan hasil belajar ekonomi
pasa siswa kelas X di SMAN 1 Sawan tahun ajaran
2012-2013. 1–15.
Elsye Irianti. (2020). Upaya peningkatan motivasi belajar
melalui pendekatan realitas pada siswa kelas IX F
MTsN 5 Demak. Bimbingan Dan Konseling, 5(1).
Emsalfiance. (2013). Makalah Konsep
Kehilangan Loss and Grief. https://emsalfiancee.w
ordpress.com/2013/05/09/makalah konsep kehi
langan loss and grieve/. Diakses pada tanggal 25
Maret 2023
Enik Nur Kholidah. (2013). Bahan Ajar Layanan
Konseling Trau-matik.Yogyakarta
Erhamwilda, (2012) “Model Hipotetik ‘Peer Counseling’
Dengan Pendekatan Raelity Theraphy Untuk

256 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Siswa SLTA (Satu Inovasi Bagi Layanan Konseling
di Sekolah)” 15, no. 2, (2012): 110–22, 24.
Fadila, R. 2013. Dampak Buruk Perceraian Bagi Anak.
(online)http://www.bisnis-iabar.com/index.php/
berita/ ini-dampak-buruk-perceraian-bagi-anak.
(Diakses 23 Maret 2023)
Failasufah. (2015). Efektivitas konseling kelompok realit
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
(Studi Eksperimen pada Siswa MAN Yogyakarta
III). Efektivitas Konseling ISSN 2442-8809, 1(2).
Fauzan, Lutfi. (1994). Pendekatan-pendeka-tan
Konseling Individual. Malang: Elang Mas
Fauziah Mufied, dkk (2017). Urgensi Konseling Krisis
Dalam Bimbingan Dan Konseling. Prosiding
Seminar Nasional Peran Bimbingan dan
Konseling dalam Penguatan Pendidikan Karakter
Universitas Ahmad Dahlan 2017
Febrian Amir Nashrullah,(2015) “Konseling Kelompok
dengan Pendekatan Konseling Realitas Sebagai
Upaya Menurunkan Prokrastinasi Akademik Pada
Siswa Kelas VIII di SMP Negeri Piyungan Bantul
Yogyakarta,” Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan
dan Konseling 4, no. 10, (2015) 1–15, 6.
Feist, Jess dan Gregory J. Feist. (2008). Theories of
Personality. Yogyakarta: Pustaka belajar.
Fiah, R. El, & Anggralisa, I. )(2015). Efekitvitas Layanan
Konseling Kelompok Dengan Pendekatan Realita
Untuk Mengatasi Kesulitan Komunikasi
Interpersonal Peserta Didik Kelas X MAN Krui
Lampung Barat T.P 2015/2016. Jurnal Konseli BK
Tarbiyah UIN RIL, Vol 2(1), 43–56.
Ginting, R. L. R. (2017). Upaya Meningkatkan Sikap
Positif Siswa Melalui Konseling Individu Dengan

257 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Teknik Realitas di Kelas V SDN 075046 Lolofitu.
Jurnal Psikologi Konseling, 10(1), 1–10.
Gladding, T. Samuel. (2012). Konseling: Profesi yang
Menyeluruh. Indeks: Jakarta
Golemen, D. (2001). Emotional Intelegence: Kecerdasan
Emosional, Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ.
Jakarta: Gramedia.
Gunarsah,Singgih (1992). Konseling dan Psikoterapi,
Jakarta : BPK, Gunung Mulia
Halawati, F. (Universitas I. (2017). Syntax Literate :
Jurnal Ilmiah Indonesia Pengaruh kecenderungan
otak kanan, lingkungan keluarga, dan motivasi
belajar terhadap prestasi belajar matematika.
2541-0849, 2(10), 57–73.
http://jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/synt
ax-literate/article/view/245
Howarth. 2011. Journal of Mental Health Counseling
Volume 33/Number I pages 4-10. Diakses pada
tanggal 24 Maret 2023
Jackson & Bradley. (2010). Crisis Intervention
and Prevention.New Jersey: Perason
Komalasari, Gantina. (2011). Teori dan Teknik
Konseling. Universitas PGRI Yogyakarta.
Latipun. 2003. Psikologi Konseling. Malang : Universitas
Muhamma-diyah Malang.
Lesmana Lubis, N.L,(2011) Memahami Dasar-Dasar
Konselig Dalam Teori dan Praktik, Jakarta:
Kencana,
M. Brymer., A. Jacobs. et al. (2006). Psychological First
Aid: Field Operations Guide 2nd Edition. CTSN dan
National Center for PTSD
Mustika Humaira, dkk (2022) Penerimaan Diri Remaja
Broken Home Melalui Pendekatan Konseling
Kelompok Rational Emotive Behaviour Therapy,

258 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Algebra : Jurnal Pendidikan, Sosial Dan Sains,
Fakultas Ilmu Pendidikan,Universitas Negeri
Padang, Volume 2 Nomor 4, Desember 2022
Mutawally. (2020). Kajian pengantar tentang konsep aplikasi
dan tantangan. Persepsi Masyarakat Terhadap
Perawatan Ortodontik Yang Dilakukan Oleh Pihak Non
Profesional, 2(2), 1689–1699.
Namora Lumongga,(2011) Memahami Dasar-Dasar
Konselig Dalam Teori dan Praktik, Jakarta:
Kencana,
Natawidjaya, Rochman (2009). Konseling Kelompok
Konsep dan Dasar Pendekatan, (Bandung : Rizqi
Press
Prasetyo, Erwin Edhi. (2008). Awas Bullying di Sekolah
Yogya. www.kompas.com diakses 23 Maret 2023
Prayitno, (2004). Layanan Bimbingan Kelompok dan
Konseling Kelompok, (Padang: Universitas Negeri
Padang
Purwanita, N. W. H., Dantes, N., & Setuti, N. M. (2013).
Penerapan bimbingan kelompok untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa yang
mengalami kesulitan belajar di kelas VII C SMPN 3
Singaraja. Jurnal Pendidikan Dan Kejuruan, 8(1),
40–50.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJBK/
article/viewFile/908/778
Putri Mela Elfrida. (2017). Konseling Krisis Dengan
Pendekatan Konseling Realitas Untuk
Menurunkan Kecemasan Anak Korban Kekerasan
Seksual. Proceedings |International Conference
(2017), pp. 93-99
Putri, N. S. (2019). Konseling Kelompok dengan Terapi
Realita dalam Menurunkan Prokrastinasi
Akademik. KONSELI: Jurnal Bimbingan Dan

259 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Konseling (E-Journal), 6(1), 49–56.
https://doi.org/10.24042/kons.v6i1.4195
Rahayu Setianinhsih .(2017). Konseling Krisis: Sebuah
Pendekatan Dalam Mereduksi Masalah Traumatik
Pada Anak Dan Remaja. Jurnal Pendidikan Volume 2
Nomor 1 Tahun 2017 Program Studi Bimbingan dan
Konseling, FKIP, Universitas Mulawarman
Rahman Bilqis.(2020). Efektivitas Konseling Realitas Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Literatur Review.
JUANG: Jurnal Wahana Konseling (Vol. 3, No. 2,
September2020) UIN Sunan Ampel Surabaya1
Rahman, D. H. (2015). Keefektifan teknik metafora
dalam bingkai konseling realitas untuk
meningkatkan harga diri siswa. Jurnal Konseling
Indonesia, 1(1), 47–53.
http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JKI
Rifda El Fiah dan Ice Anggralisa,(2015) “Efektivitas
Layanan Konseling Kelompok Dengan
Pendekatan Realitas Untuk Mengatasi Kesulitan
Komunikasi Interpersonal Peserta Didik Kelas X
MAN Krui Lampung Barat,” 3, no. 2 (2015): 1–12,
h.48.
Rodiah. (2006). Penerapan Strategi Pembelajaran Otentik
Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika
Siswa Kelas Vi Sd Negeri 008 Bumi Ayu. 131–136.
Rosida, U. A. (2017). Konseling Realitas untuk
Meningkatkan Motivasi Berprestasi dan Prestasi
Belajar Peserta Didik SMP. 5(1).
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/counsilium
Sandoval, Jonathan. (2002). Handbook of crisis
counseling, intervention, and prevention in the
schools. New Jersey: Lawrence Erlbaum
Associates.
Sayekti Pujo Suwarno , (2008) Berbagai Pendekatan
Dalam Konseling. IKIP Yogyakarta
260 | Konseling Krisis, Pendekatan……..
SEJIWA. (2008). Bullying: Mengatasi Kekerasan di
Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak.
Sofyan Yusuf, Nurihsan,(2005) Landasan Bimbingan dan
Konseling (Bandung: Remaja Rosdakarya,
Solichah, Novia. (2019). Konseling Pendekatan Terapi
Realitas untuk Mengatasi Prokrastinasi
Akademik. Penelitian Psikologi, 10(2), 12.
https://doi.org/DOI:
http://doi.org/10.29080/jpp.v11i1.346
Sri Astutik, (2014) Pengantar Bimbingan dan Konseling
Surabaya: UIN Sunan Ampel Pressi,
Stalker, Kristen & Mcarthur, Katherine. (2012). Child
Abuse, Child Protection And Disabled
Stephen Palmer,(2016) Konseling dan Psikoterapi
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Stevani. (2016). Analisis disiplin kerja guru dan motivasi
beljara terhadap prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPS kelas VIII di SMPN 8 Padang. 2302 -
1590 E-ISSN: 2460 – 190X, 4(1), 102–108.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.22202/econ
omica.2015.v4.i1.625 Abstract
Strauser, D. dkk. (2006). Trauma Symptoms.Relationship
With Career Thoughts, Vocational Identity and
Developmental Work Personality, 4 (54): 346-357.
Suciana, D., & Rozali, Y. A. (2014). Hubungan Dukungan
Sosial dengan Motivasi Belajar pada Mahasiswa
Universitas Esa Unggul. Jurnal Psikologi, 12(2),
43–47.
https://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/psiko/
article/view/2398
Sugiyanto (2012). Peran Guru BK Dalam Penanganan
Krisis. Artikel Ilmiah. Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas
Negeri Yogyakarta

261 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Tayibu, Khaerun Nisa’a. Mahmud, Amrullah. (2019).
Pengaruh motivasi belajar terhadap ketuntasan
belajar sains melalui pelaksanaan program
pembelajaran retrieval remedial murid SD di Kota
Makassar. Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar P-ISSN:
2620-5246 Dan e-ISSN: 2620-6307, 1(2), 326–330.
Uyun Amalin Rosida dan Rian Rahmat Hidayat,
(2017)“Konseling Realitas untuk Meningkatkan
Motivasi Berprestasi dan Prestasi Belajar Peserta
Didik SMP,” Consilium: Jurnal Program Studi
Bimbingan dan Konseling 5, no. 1, (2017) 39–46,
42.
Wahyudi. (n.d.). Analisis kontribusi sikap ilmiah,
motivasi belajar dan kemandirian belajar
terhadap prestasi belajar mahasiswa prpodi
pendidikan fisika STKIP PGRI Pontianak. Edukasi
Matematika Dan Sains, 1(2).
Wibowo, Alex Harie Sunardi (2014). Hubungan Antara
Motivasi Dan Disiplin Dengan Prestasi Belajar Siswa
SMK Negeri 1 Pracimantoro Semester 1 Tahun
Pelajaran 2012/2013. 2354-6441, 2(3), 323–332.
http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Willis, Sofyan (2011). Konseling Keluarga ,(Bandung:
Alfabeta: BPK, Gunung Mulia
Winarni, M. A. (2017). Efektivitas Konseling Realitas
Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Siswa
Kelas Ix Smp Negeri 1 Tempel. Efektivitas
Konseling Realitas. Yogyakarta: Komalasari,
Gantina. 2011. Teori dan Teknik Konseling.
Universitas PGRI Yogyakarta.
Yusuf, S & Nurihsan, J. (2005). Landasan Bimbingan dan
Konseling. Bandung: Remaja Rosda Karya

262 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


Zamsir, D. (2015). Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa SMP. Jurnal Pendidikan
Matematika, 6(2).
https://doi.org/10.32938/slk.v1i1.440

263 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


BIODATA PENULIS

Sri Ayatina Hayati, S.Pd., M.Pd.


lahir di Banjarmasin, 25 Januari
1992, merupakan seorang dosen
program studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Islam
Kalimantan Muhammad Arsyad Al
Banjari (UNISKA-MAB),
Banjarmasin. Penulis dalam hal ini

menyelesaikan pendidikan Sarjana di Universitas Islam


Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari pada tahun
2014, kemudian melanjutkan pendidikan Magister di
Universitas Negeri Semarang yang selesai pada tahun 2017.
Keduanya penulis tempuh di bidang Bimbingan dan
Konseling. Saat ini penulis aktif sebagai Wakil Bendahara
Pengurus Daerah Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia (PD-ABKIN) Wilayah Kalimantan Selatan.

264 | Konseling Krisis, Pendekatan……..


265 | Konseling Krisis, Pendekatan……..

Anda mungkin juga menyukai