Anda di halaman 1dari 35

PAPER

HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL

MAJELIS UMUM PBB


(United Nations General Assembly)

Disusun oleh :
Tim General Assembly FHUI Paralel 2012
1.
2.
3.
4.
5.

Adri Thalib
Alief Hadi Z.
Asystasia Sabathrin C.
Bernard Ekki W.
Nur Rofiatul Muna

1206265426
1206265035
1206230662
1206265281
1206219193

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA


2014

MAJELIS UMUM PBB


A. Sejarah Majelis Umum PBB
Dimulai ketika terbentuknya Declaration by United Nations yang
disusun oleh Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt, Perdana
Menteri Inggris Churchill, dan Harry Hopkins pada pertemuan di White
House pada 29 Desember 1941. Presiden Roosevelt sendiri dipercaya
sebagai orang yang pertama kali menggunakan istilah United Nations
sebagai istilah untuk menggambarkan negara-negara sekutu. Istilah PBB itu
sendiri pertama kali digunakan ketika Piagam Atlantik ditandatangani oleh
26 negara.
Pertemuan Majelis Umum PBB untuk yang pertama kalinya
diadakan pada 10 Januari 1946 di Westminster Central Hall, London dan
diikuti oleh 51 negara. Fokusnya dalam pertemuan pertama ini adalah
membahas perdamaian dan keamanan, persoalan anggaran PBB, pemilihan,
penerimaan, dan pengusiran anggota dari PBB.
Majelis Umum PBB mengeluarkan resolusi pertamanya pada 24
Januari 1946 yang fokus pada penggunaan tenaga atom untuk perdamaian
dan penghapusan persenjataan pemusnah masal.
Pada 10 Desember 1948, Majelis Umum PBB mendeklarasikan
Universal Declaration of Human Rights yang diperjuangkan oleh Eleanor
Roosevelt. Jika melihat preamble dari dokumen tersebut, disebutkan bahwa
Universal Declaration of Human Rights dijadikan buku panduan utama
terkait dengan hal hak asasi manusia.
Pertemuan darurat Majelis Umum PBB untuk yang pertama
kalinya terjadi pada 7 November 1956, terkait dengan permasalahan Krisis
Terusan Suez. Dimana terjadinya serangan militer oleh Israel, Britania Raya,
dan Perancis terhadap Mesir. Hal ini terjadi karena Presiden Mesir Gamal
Abdel Nasser menasionalisasikan Terusan Suez. Faktor lain yang membuat
krisis ini membesar adalah kesekapakatan antara Uni Soviet dengan Mesir
dalam hal persenjataan pada 27 September 1955.1

1 Diane B. Kunz, The Economic Diplomacy of the Suez Crisis, University of North
Carolina Press, 1991, hlm. 1.
1

Majelis Umum PBB menyarankan ratifikasi Treaty on the NonProliferation of Nuclear Weapons pada 12 Juni 1969. Dengan tujuan
mencegah penyebaran senjata berteknologi nuklir dan mendukung
penggunaan tenaga nuklir untuk tujuan perdamaian.
Majelis Umum PBB mengakui Palestine Liberation Organization
(PLO) sebagai perwakilan sah dari rakyat Palestina pada 13 November
1974. PLO diakui sebagai satu-satunya perwakilan dari rakyat Palestina
yang sah oleh lebih dari 100 negara yang memiliki hubungan diplomatik
dengan PLO.2
Majelis Umum PBB melakukan Konvensi tentang Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan pada 18 Desember 1979.
Dalam aspek politik, ekonomi, dan sosial. Hal ini dikarenakan sepanjang
sejarah manusia, kaum laki-laki selalu menduduki status yang lebih tinggi
dimata hukum. Namun di abad ke-20, dengan adanya konvensi mengenai
hak asasi manusia ditingkat internasional dan regional, serta meningkatnya
pergerakan kaum perempuan, atmosfir politik dan hukum pun berubah,
membuat diskriminasi gender menjadi permasalahan hak asasi manusia.3
Majelis Umum PBB mendeklarasikan penghapusan segala bentuk
intoleransi dan diskriminasi berdasarkan agama dan kepercayaan pada 25
November 1981. Hal ini karena Kebebasan Beragama, khususnya
sensitivitas terhadap pemberian label bagi mereka yang beragama ataupun
tidak sangat penting dalam rangka meningkatkan toleransi dan mengurangi
diskriminasi yang didasarkan pada agama atau kepercayaan. Kemarahan
juga akan cepat meningkat ketika kepercayaan seseorang yang sangat
diyakininya dinomorduakan.4
Majelis Umum PBB mengeluarkan konvensi yang menentang
penyiksaan dan kekejaman lain serta penghukuman yang tidak manusiawi
pada 10 Desember 1984. Konvensi tersebut hanyalah pengakuan bahwa
praktek tersebut telah dilarang oleh hukum internasional. Tujuan utama dari
2 Deon Geldenhuys, Isolated States : a Comparative Analysis, Cambridge University
Press, 1990, hlm. 155.
3 Anne Hellum, Henriette Sinding Aasen, Womens Human Rights : CEDAW in
International, Regional, and National Law, Cambridge University Press, 2013, hlm. 1.
4 Bahiyyih G. Tahzib, Freedom of Religion Or Belief : Ensuring Effective International
Legal Protection, Martinus Nijhoff Publishers, 1996, hlm. 2.
2

konvensi ini adalah untuk memperkuat larangan praktek tersebut dengan


upaya tertentu.5
Majelis Umum PBB mengeluarkan perjanjian uji coba komprehensif
nuklir pada tanggal 10 September 1996. Momen ini dijadikan sebagai titik
balik sejarah mengenai pencabutan penggunaan nuklir pada tahun 1969.
Majelis Umum PBB membentuk Peacebuilding Comission atau
Komisi Pembangunan Perdamaian pada 20 Desember 2005. Yakni adalah
badan penasehat antar pemerintah yang mendukung upaya perdamaian di
negara-negara berkembang dari konflik, dan merupakan salah satu
pendukung dalam agenda perdamaian. Peacebuilding hampir mirip dengan
Peacemaking,

yakni

berkaitan

dengan

usaha

diplomatis

untuk

menyelesaikan konflik yang sedang berjalan ataupun konflik yang akan


datang. Di sisi yang lain, ada yang disebut dengan Peacekeeping, yang
berkaitan dengan diturunkannya kekuatan militer untuk menjaga keadaan
gencatan senjata atau mengawasi perjanjian yang akan melahirkan konflik.6
Majelis Umum PBB mendirikan Human Rights Council atau Dewan
HAM pada 15 Maret 2006 dengan tujuan mengatasi pelanggaran hak asasi
manusia dan memberikan rekomendasi kepada negara anggota dan organ
PBB lainnya. Human Rights Council diusulkan oleh Sekjen PBB Kofi
Annan yang memiliki ide untuk membentuk Dewan HAM yang baru dan
lebih kecil untuk menggantikan Komisi HAM.7
Majelis Umum PBB mendirikan UN Women pada 2 Juli 2010.
Sebagai salah satu bagian dari UN Development Group bersamaan dengan
UNIFEM yang menangani kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
serta menyebarkan kepemimpinan oleh perempuan dalam membentuk dan
menjaga perdamaian. Maksud dari UN Women sendiri adalah untuk
meningkatkan kesadaran akan permasalahan kejahatan seksual dan langkahlangkah untuk menghentikannya.8
5 J. Hermann Burgers, The United Nations Convention Against Torture : A Handbook on
the Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman, Or Degrading Treatment Or
Punishment, Martinus Nijhoff Publishers, 1996, hlm. 1.
6 Rob Jenkins, Peacebuilding : From Concept to Commission, Routledge, 2013, hlm. 20.
7 Luisa Blanchfield, United Nations Human Rights Council : Issues for Congress,
DIANE Publishing, 2010, hlm. 1.
8 Shamim Aleem, Women, Peace, and Security : (an International Perspective), Xlibris
Corporation, 2013, hlm. 43.
3

Majelis Umum PBB menyetujui permohonan Palestina untuk


menjadi non-Member Observer dalam Resolution A/RES/67/19 pada 29
November 2012. Kejadian ini dipercayai karena Palestina mendapatkan
dukungan lebih dari 2/3 dalam Majelis Umum. Jika Majelis Umum
menyetujui hal tersebut, maka itu akan menjadi bukti pengakuan
internasional terhadap Palestina, walau mungkin statusnya dalam PBB
masih kurang diakui.9

B. Pengertian Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa


Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations
General Assembly) adalah sebuah organ pleno dari Perserikatan BangsaBangsa (PBB), yang terdiri dari seluruh anggota PBB yang mana setiap
negara tersebut memiliki satu suara dalam hal voting (equal vote)10. Dasar
hukum pengaturan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ada
termaktub dalam pasal 9-22 Piagam PBB. Pada pasal 7 Piagam PBB,
dijelaskan bahwa Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah salah
satu dari 6 organ utama dalam tubuh PBB11 yang mana Majelis Umum
merupakan satu-satunya dari keenam organ utama tersebut yang memasukan
perwakilan dari setiap negara yang menjadi anggota PBB, menghotmati satu
sama lain dan mengakui kesamaan kedaulatan setiap negara yang menjadi
anggota PBB dengan cara memberikan jatah kepada tiap negara untuk
memegang satu suara bulat yang digunakan dalam sistem voting one state
one vote dengan tidak memperhatikan perbedaan kekuatan militer,
kekayaan, jumlah penduduk, ukuran negara atau faktor apapun juga. 12 Ini
mirip dengan Majelis Umum Liga Bangsa-Bangsa yaitu cikal bakal dari
terbentuknya Majelis Umum PBB. Majelis Umum Liga Bangsa-Bangsa,
seperti halnya Majelis Umum pada PBB, yang juga terdiri dari seluruh
negara anggota. Perbedaannya terletak pada kedudukan Majelis Umum LBB
9 Carlo Panara, Gary Wilson, The Arab Spring : A New Patterns for Democracy and
International Law, Martinus Nijhoff Publishers, 2013, hlm. 251
10Phillipe Sands dan Pierre Klein, Bowetts Law of International Institution
(Inggris:Sweet and Maxwell, 2001), hlm. 25
11 Pasal 7 Piagam PBB
12M.J. Peterson,The UN General Assembly (New York : Routlegde, 2004), hlm.14.
4

yang lebih rendah daripada badan-badan lainnya di LBB. Pada akhirnya


Majelis Umum LBB hanya menjadi jalan untuk menjustifikasi tindakan
negara-negara dominan yang memiliki kepentingan pribadi. Tidak demikian
dengan Majelis Umum PBB yang mana memiliki kedudukan yang setara
dengan organ PBB yang lainnya.
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa merupakan contoh yang
paling jelas dalam praktek di dunia nyata yang mana menjadi tempat
menyampaikan aspirasi dari perwakilan delegasi tiap bangsa-bangsa di
dunia yang mana menjadikan MU PBB sebagai organ yang sangat
dinamis13. Salah satu alasan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
merupakan organ yang sangat dinamis adalah sangat terasanya kekuatan
politik yang terjadi di dalam assembly. Tindakan para negara dalam Majelis
Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa termotivasi dari kepentingan politik
tiap bangsa dengan terkadang mengabaikan pertimbangan hukum. 14 Dalam
kebanyakan hal, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa hanya dapat
menghasilkan rekomendasi, akan tetapi, dalam beberapa hal, Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa dapat menghasilkan putusan yang mengikat.
Keputusan mengikat ini terwujud dalam hal masuknya anggota baru ke
dalam PBB, 4(2). Pemilihan anggota dewan keamanan yang tidak tetap dan
ECOSOS Trusteeship Council (art 32 61 86) penskorsan dan pengeluaran
anggota PBB (5 6) penunjukan sekjen (97) penentuan masalah iuran (17).
Dapat diambil kesimpukan bahwa kekuatan mengingat dari Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa berlaku untuk kasus-kasus internal15.
Majelis Umum berwenang atas berbagai persoalan baik terhadap
negara anggotanya maupun bukan. Majelis Umum juga mempunyai
kekuasaan untuk intervensi langsung dalam dua hal yakni; Pertama,
menurut pasal 11 ayat 3, Majelis dapat menarik perhatian Dewan Keamanan
terhadap semua keadaan yang dapat membahayakan perdamaian dan
keamanan internasional. Selanjutnya, menurut pasal 14; Majelis dapat
13Obed Y. Asamoah, The Legal Significance of the Declarations of the General
Assembly of the United Nations. (Hague: Martinus Nijhoff, 1966). hlm. 2
14Ibid, hlm. 3
15ibid, hlm. 5.
5

mengusulkan tindakan-tindakan untuk penyelesaian secara damai semua


keadaan, tanpa memandang asal-usul yang mengganggu kesejahteraan
umum atau membahayakan hubungan baik antar bangsa16.
Majelis

Umum

Perserikatan

Bangsa-Bangsa

ini

merupakan

perwujudan nyata PBB yang berperan sebagai organisasi dunia terbesar


yang bersifat universal dan menjadi sebuah forum dunia, sebuah forum di
mana para negara bisa mengeluarkan segala macam pendapat dan
pandangannya masing-masing17. Walaupun pada kenyataan, keanggotaan
PBB dari pertama kali dibentuk sampai sekarang mengalami perubahan
signifikan dengan bertambahnya anggota PBB yang mana masuk ke dalam
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dalam Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa sendiri, jumlah delegasi untuk tiap tiap negara
dibatasi jumlahnya, yaitu sebanyak maksimal 5 delegasi tiap negara 18. para
delegasi tersebut dalam MU PBB bertugas bagi negara yang mengirim
mereka di mana negara pengirim tersebut umumnya telah memiliki tujuan
yang hendak dicapai, posisi tertentu dalam perundingan internasional dan
segala macam intrik di dalamnya. Sedangkan panitia dari Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa berfungsi sebagai group coordinator bagi
berlangsungnya rapat Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Piagam
PBB hanya mengisyaratkan sebagaian kecil berkaitan dengan pengaturan
organisasi intern Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pasal 21
memberikan spesifikasi di mana dalam tiap sesi wajib dipilih seorang
president yang juga dibahas dalam pasal 22
Majelis dan panitia utama berkerja selama satu tahun yang mana
mereka dipilih dari antara grup regional dan lima dewan keamanan
tetapPBBselalu menjadi wakil presiden. Panitia penyelenggara dan presiden
di sini tidak dapat menjadi delegasi suatu negara, mereka hanya dapat
berperan sebagaipihak yang netral. Dengan kata lain, panitia inti dan
presiden tidak boleh membawakan argument yang hanya memihak ke
16 Universitas Sultan Agung Tirtayasa, Peranan Dewan Keamanan PBB dalam Proses
Penyelesaian Konflik Internasional, 2014.
17 Bowett, loc cit.
18 Pasal 9 Piagam PBB.
6

negaranya saja. Tidak seperti jumlah presiden yang selalu tetep, yaitu satu
presiden tiap diselenggarakan MA, jumlah wakil presiden dapat bervariasi19.
Dalam Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa termasuk para
perwakilan negara pengamat yang diberikan hak untuk menghadiri
pertemuan. Contohnya, posisi duduk mereka adalah di belakang perwakilan
para negara-negara anggota PBB dan mereka berhak untuk mendapatkan
akses kepada seluruh dokumen PBB. Pada prinsipnya, status nagara
pengamat hanya diberikan kepada negara Vatikan dan organisasi
internasional public regional. Yang mana sekarang berkembang dengan
diizinkannya Palestina untuk menjadi negara pengawas dalam Majelis
Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Peran negara pengawas sendiri
sangalah terbatas. Walaupun diberikan hak sebagaimana negara peserta
rapat Majelis Umum seperti mendapatkan akses data dan informasi, negara
pengamat tidak dapat memeberikan suaranya dalam Majelis Umum.
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa mempunya 3 jenis sesi
yang diadakan dalam menggelar pertemuan, sesi tahunan reguler yang
dimulai pada pertengahan September, berlangsung hingga 22 Desember dan
sejak 1978 berlangsung tiap tahun. Pasal 20 Piagam PBB telah memberikan
penjelasan yang lebih lanjut mengenai adanya sesi special yang dapat
diadakan berdasarkan permintaan dari dewan keamanan atau apabila
mayoritas negara-negara anggota mendukung pengajuan permintaan
dibukanya sesi khusus. Dalam prakteknya, adanya sesi tambahan dalam MU
biasanya diadakan sebelum sesi tahunan regular digelar. Sesi darurat dapat
diadakan apabila telah ada pemberitahunan minimal 24 jam dalam prosedur
tindakan cepat yang mana ditentukan dalam Uniting for Peace Resolution in
1950. Tindakan yang memeperlambat sidang pada umumnya dihindari
karena semakin lama sebuah sidang berlangsung, semakin lama pula adopsi
resolusi hasil sidang tersebut. Dibukanya sesi khusus dan sesi darurat
tersebut apabila ada permasalahan spesifik yang memerlukan pembahasan
lebih lanjut. Tahapan regular terbagi dua menjadi preliminary phase dan
substantive phase.
19 M.J. Peterson, op cit 52
7

Untuk pengambilan keputusannya sendiri dalam Majelis Umum


Perserikatan Bangsa-Bangsa, secara formal dijelaskan dalam pasal UN
Chapter yaitu:
1. Tiap negara anggota GA memiliki satu suara;
2. Keputusan bagi permasalahan yang dinilai penting memerlukan 2/3
suara mayoritas dari anggota yang datang dan memilih. Kualifikasi
permasalahan penting di sini adalah hal-hal yang menyangkut tentang
masalah perdamaian internasional dan keamanan dunia, pemilihan
dewan keamanan tidak tetap PBB, pemilihan anggota Komisi
Kehormatan dalam kaitannya dengan paragraph 1 pasal 86, masuknya
anggota baru ke dalam PBB, pembatasan hak suatu negara, pengusiran
suatu negara keluar dari anggota PBB hingga permasalahan terkait cara
kerja dewan kehormatan PBB dan masalah pendanaan anggaran;
3. Sedangkan pengambilan keutusan terkait hal-hal diluar yang telah
disebutkan diatas, termasuk penambahan ketentuan mengenai apa saja
yang akan digolongkan sebagai important matter membutuhkan suara
mayoritas biasa( 50% + 1).

C.

Kontribusi pembayaran iuran PBB terkait ketentuan pasal


19 Piagam PBB
Pasal 19 UN chapter mengatur bahawa negara anggota diwajibkan
untuk membayar iuran dan bilamana negara tersebut tidak membayar iuran
selama dua tahun berturut-turut dapat kehilangan hak suaranya dalam MU
PBB.

Tetapi

dalam

pasal

tersebut

ada

pengecualian

apabila

ketidakmampuan untuk membayaran iuran tahunan itu diluar dari kendali


negara yang bersangkutan, maka hak suaranya dapat ditentukan tidak
hilang dengan persyaratan negara tersebut harus membuktikan bahwa
ketidakmampuannya itu sungguh-sungguh diluar dari kuasa negara yang
bersangkutan. Kasus yang terkenal adalah pada tanggan 9 oktober 2014,
MU mengadopsi resolusi 69/4 yang menyatakan bahwa Guinea-Bissau,

Sao Tome dan Principe dan Somalia dapat memilik hak suara dalam MU
PBB ke 69.20

D.

Fungsi dan Wewenang Majelis Umum PBB


Majelis Umum merupakan badan PBB yang berfungsi sebagai
badan legislatif. Namun Majelis Umum bukanlah badan pembuat undangundang layaknya badan paripurna suatu negara. Organ ini tidak
menghasilkan undang-undang, melainkan menghasilkan suatu keputusan
bersama yang disebut resolusi. Majelis Umum juga bukanlah sebuah
parlemen, karena Majelis Umum tidak memiliki kekuasaan untuk
menggeser Dewan Keamanan dari kedudukannya.21
Prinsip prosedur PBB sendiri digunakan pertama kali oleh Liga
Bangsa-Bangsa yang diterapkan dalam resolusi majelis umum LBB pada
25 September 1931.22
Wewenang badan ini bersifat umum, dan bukan bersifat khusus.
Dilihat dari susunan internal organisasinya, 23 Majelis Umum merupakan
inti daripada organisasi dan melaksanakan fungsi-fungsi yang saling
berbeda dalam kaitannya dengan badan PBB lainnya dan tentu saja juga
dalam kaitannya dengan aturan, prosedur dan metode serta prosedur
operasinya sendiri. Dalam hal susunan eksternalnya, organ ini merupakan
fungsi-fungsi dalam bidang politik, social, ekonomi, kemanusiaan dan
kebudayaan.
Majelis umum merupakan organ yang memberi pertimbangan
melalui suatu rekomendasi. Sebagai organ utama PBB majelis umum
berfungsi sebagai badan deliberatif yaitu mempunyai kekuasaan untuk
membicarakan, menguji, mengawasi dan mengecam pekerjaan-pekerjaan
20http://www.un.org/en/ga/about/art19.shtml

21 James Barros, United Nation, Past,Present and Future, diterjemahkan oleh D.H.Gulo,
PBB, Dulu,kini dan Esok, Edisi Pertama, (Jakarta: Bumi Aksara,1984). hal 64.
22 M. E. Burton, The Assembly of the League of Nations, 1974.
23 J.G.Starke, Pengantar hukum Internasional. Edisi ke-10,Jilid II,( Jakarta : Sinar
Grafika,2000), hal. 836. Majelis Umum merupakan satu-satunya badan utama
Perserikatan Bangsa-Bangsa yang terdiri dari semua anggota, setiap anggota hanya
memiliki satu suara, meskipun diizinkan menempatkan lima orang wakilnya.

PBB sebagai keseluruhan dan organ-organ lainnya termasuk badan-badan


khusus. Kekuasaan majelis umum secara global menurut piagam, meliputi
kekuasaan musyawarah,mengawasi, keuangan, memilih dan konstitusional
Mengenai fungsi dan kekuasaan majelis umum diatur dalam pasal
Piagam PBB, yang diantaranya adalah sebagai berikut :
1.

Mempertimbangkan dan membuat rekomendasi pada prinsipprinsip umum kerjasama untuk menjaga perdamaian dan keamanan
internasional,

termasuk

perlucutan

senjata

dan

pengaturan

persenjataan, dan dapat membuat rekomendasi yang berkaitan


dengan prinsip-prinsip tersebut kepada Anggota atau kepada
2.

Dewan Keamanan atau untuk keduanya.


Majelis Umum dapat mendiskusikan pertanyaan yang berkaitan
dengan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional yang
diajukan kepadanya oleh setiap Anggota Perserikatan BangsaBangsa, atau oleh Dewan Keamanan, atau oleh negara yang bukan
Anggota

Perserikatan

Bangsa-Bangsa.

Dapat

membuat

rekomendasi yang berkaitan dengan pertanyaan tersebut kepada


negara atau negara yang bersangkutan atau kepada Dewan
3.

Keamanan atau keduanya.


Melakukan studi dan membuat rekomendasi untuk meningkatkan
kerjasama politik internasional, pengembangan dan kodifikasi
hukum internasional, realisasi hak asasi manusia dan kebebasan
fundamental, dan kerjasama internasional di bidang ekonomi,

4.

sosial, kemanusiaan, budaya, pendidikan dan kesehatan.


Majelis Umum akan menerima dan mempertimbangkan laporan
tahunan dan khusus dari Dewan Keamanan; laporan-laporan ini
harus mencakup penjelasan tentang langkah-langkah bahwa
laporan Dewan Keamanan telah diputuskan atau diambil untuk

5.

menjaga perdamaian dan keamanan internasional.


Mempertimbangkan dan menyetujui anggaran

6.

menetapkan penilaian keuangan Negara-negara Anggota;


Membuat rekomendasi untuk penyelesaian damai dari setiap situasi

PBB

dan

yang mungkin merusak hubungan persahabatan antar bangsa;

10

7.

Memilih anggota-anggota tidak tetap Dewan Keamanan, anggota


Dewan Ekonomi dan Sosial serta para anggota Dewan Perwalian;
bersama-sama dengan Dewan Keamanan memilih para Hakim
Mahkamah Internasional; dan, berdasarkan rekomendasi Dewan
Keamanan, mengangkat Sekretaris Jenderal.

Secara rinci, kekuasaan majelis umum memuat :


1.

Kekuasaan

berdiskusi

dan

merekomendasi

berkenaan

dengan

pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional (pasal 11, 12


Piagam PBB)
2.

Pengawasan kerjasama internasional dalam lapangan ekonomi dan


sosial (Pasal 13 Piagam PBB)

3.

Pengawasan terhadap sistem perwalian (Pasal 85 Piagam PBB)

4.

Membicarakan keterangan-keterangan tentang daerah yg belum


mempunyai pemerintahan sendiri (Pasal 73 Piagam PBB)

5.

Urusan anggaran belanja PBB (Pasal 19 Piagam PBB)

6.

Penetapan keanggotan dan penerimaan anggota baru (pasal 3-6 Piagam


PBB)

7.

Mengadakan amandemen terhadap piagam (pasal 108 dan 109 Piagam


PBB)
Konferensi Umum Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
amandemen Piagam PBB dapat diadakan jika diajukan oleh dua pertiga
suara anggota Majelis Umum dan dengan suara dari setiap sembilan
anggota Dewan Keamanan. Setiap Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
memiliki satu suara dalam konferensi tersebut.
Setiap perubahan Piagam ini direkomendasikan oleh dua pertiga suara dari
konferensi berlaku ketika disahkan sesuai dengan proses konstitusi
masing-masing oleh dua pertiga dari anggota PBB termasuk semua
anggota tetap Dewan Keamanan.
Dalam menjalankan tugasnya, Majelis Umum PBB memiliki
fungsi internal dan eksternal. Fungi-fungsi internal Majelis Umum adalah :
1. Fungsi Konstituante
11

Majelis Umum melakukan pemungutan suara terhadap sesuatu atas


rekomendasi Dewan Keamanan mengenai hal pengakuan anggota baru
PBB, skorsing anggota dimana Dewan Keamanan telah mengambil
tindakan penyelenggaraan berdasarkan Bab VII Piagam, atau melakukan
pemecatan anggota karena melakukan pelanggaran Piagam secara terusmenerus
2. Fungsi Elektif
Fungsi dimana Majelis Umum memilih sepuluh anggota tidak tetap
Dewan Keamanan PBB yang bertugas selama selama dua tahun dan tidak
dapat dipilih dua kali berturut-turut. Majelis Umum juga memilih dua
puluh tujuh anggota Economic and Social Council (Dewan Ekonomi dan
Sosial) untuk jangka waktu tiga tahun dan dapat dipilih lagi pada
pemilihan berikutnya. Atas dasar rekomendasi Dewan Keamanan PBB,
Majelis Umum PBB menunjuk Sekretaris Jenderal.
3. Fungsi Finansial dan Administasi
Majelis umum mempertimbangkan dan menyetujui anggaran
bealanja organisasi serta mengawasi seluruh keuangan dan administrasi
organisasi.

Pemeriksaan

rencana-rencana

finansial

badan-badan

spesialisasi dan berhak membuat rekomendasi kepada badan-badan


tersebut. Dalam kondisi-kondisi tertentu Majelis Umum juga menguasakan
Sekretaris Jenderal untuk memperkirakan biaya-biaya tak terduga dan
biaya-biaya ekstra. Dalam fungsi administrasinya, Majelis Umum juga
diberi wewenang untuk meninjau kembali pekerjaan organ-organ PBB
lainnya yang mengirim laporan tahunan atau laporan khusus mengenai
pekerjaan mereka. Bahkan Majelis Umum PBB diberi kuasa untuk
meninjau ulang laporan tahunan Dewan Keamanan PBB
Kemudian dalam menjalankan fungsi eksternalnya Majelis Umum berhak
mendiskusikan dan mengeluarkan resolusi bukan saja terhadap hal-hal
yang berhubungan dengan kekuasaan dan fungsi-fungsi PBB maupun halhal yang bersifat internal lainnya melainkan juga terhadap masalahmasalah yang berada dalam jangkauan ruang lingkupnya, yaitu setiap
masalah yang timbul dari lingkungan eksternal PBB, tak peduli apakah hal
12

tersebut berkaitan dengan ekonomi, sosial, politik, kebudayaan, atau


lainnya bahkan yang melibatkan hak asasi manusia dan kebebasan
fundamental selama masalah tersebut berada dalam lingkup Piagam
PBB.24
Majelis Umum dalam melaksanakan fungsi dan wewenangnya,
Majelis Umum membuat suatu Resolusi. Resolusi Majelis Umum PBB
haruslah diuji sifat, ruang lingkup serta efek hukumnya. Resolusi-resolusi
dalam hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan internal organisasi
atau dikategorikan bersifat non-rekomendatory memiliki kekuatan hukum
mengikat,

kecuali

resolusi

tersebut

dinyatakan

secara

eksplisit

dikategorikan sebagai rekomendasi. Yang termasuk ke dalam ruang


lingkup resolusi Majelis Umum PBB yakni resolusi yang berkaitan dengan
agenda Majelis Umum, pelaksanaan fungsi-fungsi konstituante, elektif,
dan fungsi finansial dan administasi serta hal yang berkaitan dengan
pengakuan anggota baru, penunjukan Sekretaris Jenderal, pemilihan
berbagai dewan PBB serta ketua Majelis dan wakilnya maupun hakimhakim Mahkamah Internasional.25
Resolusi-resolusi Majelis Umum yang berkaitan dengan masalahmasalah yang bersifat eksternal pada pokoknya adalah dalam bentuk
rekomendasi rekomendasi sebagaimana yang telah ditetapkan oleh
Piagam. Dalam hal ini rekomendasi Majelis Umum diartikan sebagai
nasihat yang ditujukan oleh organisasi kepada pelaku atau sejumlah pelaku
tertentu dalam dunia politik yang memintanya melaksanakan atau
menahan diri dari pelaksanaan tindakan atau serangkaian tindakan tertentu
tanpa tidak menyatakan secara tidak langsung bahwa negara atau pelaku
yang dituju dalam resolusi tersebut mempunyai suatu kewajiban hukum
untuk dilaksanakan. Bentuk dari komunikasi politik internasional ini
adalah berbentuk kerjasama sukarela dari para negara yang dapat diikat

24 "Tinjauan Umum Tentang Resolusi PBB", http://repository.usu.ac.id/, diakses tanggal


25 Oktober 2014.
25 "Tinjauan Umum Tentang Resolusi PBB", http://repository.usu.ac.id/, diakses tanggal
25 Oktober 2014.
13

atau bertindak maupun menahan diri dari tindakan tanpa persetujuan


sesuai dengan prinsip kedaulatan.26
Isi daripada rekomendasi ini dapat berbentuk prosedural ataupun
subtantif bahkan dapat berbentuk kedua-duanya. Berbentuk procedural
jika meminta peranan mediator dari Majelis Umum dan berbentuk
subtantif jika rekomendasi ini meminta pelayanan perdamaian dari Majelis
Umum. Rekomendasi ini merupakan suatu nasihat atau pendapat dari
konsesnsus diplomatik, baik berasal dari dua pertiga suara anggota yang
hadir maupun berasal dari suara bulat dari seluruh anggota PBB. Efek dari
rekomendasi ini lebih cenderung bersifat moril bagi pelakunya.27
Dengan demikian, walaupun keputusan Majelis Umum menurut
pasal 10 Piagam PBB hanya bersifat rekomendasi, tidak menutup
kemungkinan ada kalanya keputusan yang dikeluarkan mempunyai
kekuatan yang jauh melebihi arti formal keputusan itu sebagaimana diatur
dalam Piagam PBB.
Untuk membuat keputusan dalam Majelis Umum, menurut pasal
18 ayat 1 Piagam PBB, setiap negara anggota mempunyai satu suara.
Pemungutan suara di majelis umum dibedakan antara masalah-masalah
penting dan masalah yang tidak penting. Masalah penting akan diputus
dengan dua per tiga anggota yang hadir dan memberikan suaranya (pasal
18 ayat 2 Piagam PBB).28
Masalah yang penting terperinci:
1. Anjuran mengenai perdamaian dan keamanan internasional.
2. Pemilihan anggota-anggota dewan keamanan yang tidak tetap,
pemilihan anggota dewan perwalian, pemilihan anggota dewan
ekonomi sosial.
3. Penerimaan anggota-anggota baru
4. Penundaan hak-hak dan hak-hak istimewa anggota
26 1Affandi Sitamala, Penyelesaian Sengketa Internasional melalui Majelis Umum PBB,
http:/ /www.docstoc.com/mobile/doc/51765894/General Assembly. diakses tanggal 25
Oktober 2014.
27 "Tinjauan Umum Tentang Resolusi PBB", http://repository.usu.ac.id/, diakses tanggal
25 Oktober 2014.
28 Sri Setianingsih, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, cet.1, (Jakarta:Penerbit
Universitas Indonesia,2004), hlm. 281.
14

5. Pemecahan anggota
6. Masalah-masalah yang berhubungan dengan penyelenggaraan sistem
perwakilan
7. Urusan anggaran belanja
8. Penganggkatan sekretaris jenderal
Sedangkan untuk persoalan yang lain cukup diambil dengan suara
terbanyak (pasal 18 ayat 3 Piagam PBB). Di dalam pasal 18 tidak
ditetapkan kuorum yaitu jumlah anggota yang paling sedikit harus hadir,
namun hanya ditetapkan bahwa jumlah anggota hadir dan memberikan
suaranya.29

E. Badan Penunjang (Subsidiary Bodies) Majelis Umum PBB


Majelis umum memiliki kekuatan berdasarkan pasal 22 untuk
membentuk "organ tambahan yang dianggap perlu untuk pelaksanaan
fungsinya". Oleh karena itu, Majelis Umum telah membentuk sejumlah
besar organ/badan penunjang. Beberapa pekerjaan badan ini erat dengan
Majelis Umum dan mencakup berbagai badan antar pemerintah, termasuk
badan-badan yang didirikan untuk mempertimbangkan soal reformasi dan
penasehat badan isu tertentu serta badan-badan ahli. lainnya menjelaskan
dalam bab IV memiliki tingkat otonomi yang lebih besar.
Organ/badan ini berbeda dalam fungsi, keanggotaan, durasi dan
hal-hal lain. sebagian besar dibentuk oleh resolusi Majelis itu sendiri,
meskipun dalam kasus-kasus tertentu Sekretaris Jenderal telah diminta
untuk membangun organ. Keanggotaan organ penunjang Majelis kadangkadang dibahas dalam resolusi, kadang-kadang secara terpisah oleh
majelis sendiri atau dengan Majelis umum atas rekomendasi presiden
Majelis atau komite utama dan kadang-kadang dengan pemilihan di mana
anggota komite atau organ adalah negara, bukan. yang terakhir ini benar,
misalnya organ seperti pengadilan administratif un komisi hukum
internasional, meskipun dalam kasus 36 anggota UN komisi Hukum

29 Ibid. hlm. 281-282.


15

perdagangan internasional (UNCITRAL), proses elektif diaplikasikan ke


penyusunan organ negara.30
Pertanyaan tentang kompetensi Majelis umum untuk membentuk
organ tertentu memiliki mengangkat pada sejumlah kesempatan. secara
umum, Majelis

hanya dapat membangun organ dengan daya yang

termasuk dalam ruang lingkup dari Kekuatan majelis sendiri, namun ini
harus dipastikan tidak hanya dengan mengacu pada ketentuan-ketentuan
khusus piagam tetapi dengan implikasi yang diperlukan dari kekuasaan
dan tugas untuk Majelis umum pada umumnya. maka ICJ. tidak ragu
bahwa Majelis umum bisa menetapkan pengadilan administratif dengan
kekuatan untuk membuat keputusan mengikat UN, meskipun tidak ada
kekuatan khusus untuk efek yang diberikan dalam piagam. Selain itu,
dalam pendapat yang sama, pengadilan menyatakan pandangan bahwa
Majelis umum bisa membangun organ peradilan dengan kekuasaan untuk
mengambil keputusan yang mengikat pada unit itu sendiri, meskipun itu
tidak sendiri diberkahi dengan kekuatan peradilan. oleh karena itu, gambar
yang Majelis umum memberikan adalah suatu organ yang telah
diasumsikan kekuasaan politik yang luas pada rentang berkembang isu
sebagai dewan keamanan mencerminkan ketidakmampuan awal untuk
bertindak sehingga mencapai tujuan dan prinsip-prinsip piagam. Ini de
facto "amandemen" piagam telah menimbulkan pertanyaan tentang
keabsahan konstitusional berbagai langkah dalam developmeny ini, tetapi,
pada umumnya Majelis umum telah berupaya untuk mengatur aksinya
dengan mengacu pada tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dan telah
terpengaruh oleh pertanyaan sempit interpretasi hukum artikel spesifik dari
piagam.
I. Dewan
a. Board of auditors

30Philippe Sands and Pierre Klein. Bowett Law of International Institution. Cet. 5.
(London: Sweet Maxwell,2001)hlm.38
16

Board of Auditors didirikan pada tahun 1946 oleh Majelis Umum dan
terdiri dari kepala Lembaga Pemeriksa Keuangan dari tiga negara anggota,
telah selama lebih dari 60 tahun memberikan jasa audit eksternal yang
independen kepada Majelis Umum. Hal ini telah terlibat sertifikasi
rekening PBB dan dana dan program-programnya, dan memberikan
laporan yang mencakup beragam nilai manajerial dan untuk masalah uang.
Tujuan menyeluruh dari Dewan adalah dengan menggunakan perspektif
yang unik dari audit eksternal publik untuk kedua membantu Majelis
Umum PBB untuk mengadakan entitas untuk memperhitungkan
penggunaan

sumber

daya

publik,

dan

menambah

nilai

dengan

mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan pemberian layanan publik


internasional. 31
Tetapi pada saat yang sama kendala fiskal berarti banyak negara anggota
sedang mencari untuk secara radikal mengubah cara di mana pelayanan
publik tersebut untuk membantu mengurangi defisit dan merangsang
pertumbuhan. PBB dan dana dan program-programnya menghadapi
tantangan serupa selama tiga tahun ke depan, perlu untuk beroperasi
dengan kurang sumber daya, memeriksa kembali biaya, proses dan model
pelayanan, menyebarkan keterampilan baru banyak yang dalam pasokan
pendek, sementara secara bersamaan memberikan bisnis utama proyek
transformasi. Hal ini akan berdampak besar pada cara di mana entitas PBB
dikelola.32
Dewan juga harus bekerja dalam keterbatasan anggaran dan akan
meregang untuk merespon. Dewan telah semakin berfokus pada upaya
transformasi bisnis utama yang dilakukan di PBB, termasuk pengenalan
Standar Akuntansi Sektor Publik Internasional, dan sistem perencanaan
sumber daya perusahaan baru untuk nama hanya beberapa; tapi ini hanya
awal. Pekerjaan kami harus semakin relevan dengan pengembangan
pemikiran strategis dan peningkatan akuntabilitas dan transparansi dalam

31Hans Kelsen. The Law of United Nation, (London: Steven and Sons Limited,1959)
32Mochtar Kusumaatmadja. Pengantar hukum Internasional, (Bandung: Binacipta,
1982)
17

sistem PBB, sementara juga menawarkan wawasan ke dalam cara di mana


jasa disampaikan pada tanah.
b. Trade and Development Board
Konperensi

UNCTAD

IX

memutuskan

bahwa

struktur

kelembagaan UNCTAD terdiri dari Trade and Development Board/TDB,


yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan aktivitas UNCTAD sesuai
dengan prioritas yang telah disetujui dan mengkaji kegiatan kerjasama
teknik UNCTAD. TDB diadakan secara regular setiap tahun dimana
terdapat pula segmen tingkat tinggi (High-Level-Segment), disamping
pertemuan tahunan TDB yang diadakan tiga kali setahun untuk masingmasing selama satu hari.
Di bawah TDB dibentuk tiga Komisi yaitu :
a) Komisi mengenai Perdagangan di Bidang Barang, Jasa-Jasa dan
Komoditi;
b) Komisi tentang Investasi, Teknologi dan Isu-isu Keuangan terkait;
c) Komisi tentang Perusahaan, Fasilitasi Usaha dan Pembangunan.
Komisi-komisi akan melaksanakan pekerjaannya secara terpadu
terhadap bidang-bidang yang menjadi kompetensinya. Masing-masing
Komisi mengadakan pertemuan satu kali dalam setahun kecuali
diputuskan lain oleh TDB. Komisi-komisi membentuk Pertemuan Para
Ahli (PPA) sebagai forum pengkajian dan tukar menukar informasi serta
pengalaman antar Negara mengenai berbagai masalah spesifik.
c. Advisory Board on disarmament matters
Advisory Board on disarmament matters didirikan pada tahun 1978
berdasarkan ayat 124 dari Dokumen Final Kesepuluh Sidang Khusus
Majelis Umum, dan menerima mandat saat ini sesuai dengan keputusan
Majelis Umum 54/418 1 Desember 1999. Dewan Penasihat pada Hal-hal
perlucutan senjata memiliki fungsi sebagai Untuk memberikan nasihat
kepada Sekretaris Jenderal mengenai hal-hal di dalam wilayah
keterbatasan senjata dan perlucutan senjata, termasuk studi dan penelitian
di bawah naungan Perserikatan Bangsa atau lembaga Serikat dalam sistem
18

PBB, Untuk melayani sebagai Dewan Pengawas Institut PBB untuk


Perlucutan Senjata Penelitian (UNIDIR), Untuk memberikan nasihat
kepada Sekretaris Jenderal pada pelaksanaan PBB Perlucutan Program
Informasi, Sekretaris Jendral memilih anggota Dewan dari seluruh wilayah
di dunia untuk pengetahuan dan pengalaman mereka di bidang perlucutan
senjata dan keamanan internasional. Ada lima belas anggota di 2014.
Direktur UNIDIR adalah anggota ex officio, UNIDIR, Dalam perannya
sebagai Dewan Pembina UNIDIR, Dewan Penasehat ulasan laporan
pekerjaan Institute, termasuk selesai dan proyek, personil dan masalah
keuangan, dan rencana masa depan akan., Dewan Penasehat memegang
dua sesi dalam setahun, bergantian antara New York dan Jenewa. Dewan
mengadopsi agenda berdasarkan permintaan dari Sekretaris Jenderal
nasihat tentang isu-isu perlucutan senjata tertentu dan atas rekomendasi
sendiri barang yang akan dipertimbangkan.

33

Ketua Dewan berputar

wilayah secara tahunan, dan bertanggung jawab untuk penyampaian


laporan pribadi pada sesi ke Sekretaris Jenderal. Berdasarkan Resolusi
Majelis Umum 38/183 O dari 20 Desember 1983 (A / RES / 38/183),
Sekretaris Jenderal melaporkan setiap tahun kepada Majelis Umum pada
kegiatan Dewan Penasehat.
d. Executive Board
Dewan Eksekutif dibentuk untuk membagi kewenangan dengan
mengenakan kewenangan khusus pada hal hal yang khusus diciptakan oleh
Majelis Umum PBB. Dewan Eksekutif terdiri dari wakil-wakil dari negara
di seluruh dunia yang melayani secara berputar. Melalui Biro nya, yang
terdiri dari wakil-wakil dari lima kelompok regional, Dewan mengawasi
dan mendukung kegiatan khusus dari masing masing organisasi. Dewan
eksekutif punya kewenangan yang diberikan oleh tiap organisasi yang
memberikan kewenangan tersebut terhadap Dewan Eksekutif. Contoh:
Executive Board of the UN Children Fund, Executive Board of the UN

33 Philippe Sands, Bowetts Law of International Institution, Sweet Maxwell, 2001


19

Decelopment Programme and of the UN Population Fund, atau Executive


Board of the World Food Programme.
II. Comission
Badan musyawarah dan organ tambahan dari Majelis Umum
PBB yang dimandatkan untuk mempertimbangkan dan membuat
rekomendasi tentang berbagai isu yang terkait pada bidang tertentu
terkait dan untuk menindaklanjuti keputusan yang relevan dan
rekomendasi dari sesi khusus yang ditujukan untuk diadakan sejauh ini.
Dapat dibentuk Badan ahli independen yang dibentuk oleh Majelis
Umum PBB. Tugas utamanya adalah untuk mengatur dan Menjalankan
suatu tugas atau tindakan tertentu yang diberikan fungsi tugas dan
kekuasaan masing masing yang merupakan lanjutan dari UN subsidiary
Organ. Komisi terdiri dari

anggota yang bertugas dalam kapasitas

pribadi mereka. Mereka ditunjuk oleh Majelis Umum untuk masa


jabatan empat tahun, dengan memperhatikan keterwakilan geografis
yang luas.
Bentuk UN Commision, diantaranya:

Disarmament

Commission [established

by

GA

resolution 502

(VI) and S-10/2]

International Civil Service Commission [established by GA resolution


3357 (XXIX)]

International Law Commission [established by GA resolution 174 (II)]

United

Nations

Commission

on

International

Trade

Law

(UNCITRAL) [established by GA resolution 2205 (XXI)]

United Nations Conciliation Commission for Palestine [established


by GA resolution 194 (III)]

United

Nations

Peacebuilding

Commission [established

by GA

resolution 60/180 and UN Securiy Council resolutions1645(2005)]


Advisory Commission

20

Komisi Advisory adalah sebuah komisi yang merupakan organ


tambahan yang dibentuk Majelis Umum PBB yang menjalankan tugas
yang merupakan badan yang Advisory dimana Kekuasaannya adalah untuk
memberikan nasehat sebagai Advisory Commision. Dalam menjalankan
tugasnya dan kewajibannya Advisory Comission biasa dibentuk untuk
menyelesaikan hal tertentu dengan memberikan saran yang berupa
Rekomendasi yang setelah mendapat legitimasi dari Majelis umum Contoh
dari Advisory Comission adalah Advisory Commission on the United
Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East
[established by GA resolution 302 (IV)] yang menjalankan tugas untuk
menjadi komisi yang Advisory Commision saran untuk Gebiedsleer dari
kasus Palestine yang diatur dalam Resolusi pembuatan setiap Comission.
III. Comittes.
Main Committee, antara lain : First Committee (Disarmament
and International Security Committee),Second Committee (Economic
and Financial Committee), Third Committee (Social, Humanitarian
and Cultural Committee), Fourth Committee (Special Political and
Decolonization Committee), Fifth Committee (Administrative and
Budgetary Committee), dan Sixth Committee (Legal Committee).

21

IV. Councils and Panel


Majelis Umum PBB dapat membentuk Organ organ sebagimana
yang diberikan kewenangan tersebut dalam Piagam PBB, selain itu
diatur pada Rule 161 The General Assembly may establish such
subsidiary organs as it deems necessary for the performance of its
functions [Sentence reproducing textually a provision of the Charter
(Art. 22)]. The rules relating to the procedure of committees of the
General Assembly, as well as rules 45 and 60, shall apply to the
procedure of any subsidiary organ unless the Assembly or the
subsidiary organ decides otherwise. Jadi dasar pembentukan sama.
Perbedaannya yang dimaksud dengan council terletak pada tujuannya
yang pada Council yang membahas mengenai suata masalah tertentu
dan

berbeda

kedudukan

hukum

termasuk

terdapat

perbedaan

Gebiedsleer dan juga pembentukan oraganisasi. Majelis Umum PBB


memilih anggota mengadakan pertemuan setelah terbentuk. Semua
dilakukan berdasarkan dasar wewenangnya yang sudah diberikan oleh
Resolusi yang jadi dasar pembentukan.
Majelis Umum membentuk UNHRC dengan mengadopsi resolusi
(A / RES / 60/251) pada tanggal 15 Maret 2006, dalam rangka untuk
menggantikan CHR sebelumnya, yang telah banyak dikritik karena
negara-negara

dengan

catatan

hak

asasi

manusia

yang

buruk

memungkinkan untuk menjadi anggota. Majelis Umum PBB memilih


anggota yang menempati UNHRC itu 47 kursi. Majelis Umum
memperhitungkan kandidat kontribusi Serikat 'untuk promosi dan
perlindungan hak asasi manusia, serta janji secara sukarela dan komitmen
dalam hal ini. Jangka waktu setiap kursi adalah tiga tahun, dan tidak ada
anggota dapat menempati kursi untuk lebih dari dua periode berturut-turut.
Kursi didistribusikan di antara kelompok-kelompok regional PBB sebagai
berikut: 13 untuk Afrika, 13 untuk Asia, enam untuk Eropa Timur, delapan
untuk Amerika Latin dan Karibia (GRULAC), dan tujuh untuk Barat
Lainnya Eropa dan Group (WEOG). Majelis Umum, melalui mayoritas
dua pertiga, dapat menangguhkan hak dan hak istimewa dari setiap
22

anggota Dewan yang memutuskan telah terus menerus melakukan


pelanggaran berat dan sistematis hak asasi manusia selama masa tugasnya
keanggotaan. Resolusi mendirikan UNHRC menyatakan bahwa "anggota
terpilih untuk Dewan akan menegakkan standar tertinggi dalam
mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia".

F.

Prosedur Mengeluarkan Resolusi Majelis Umum PBB


Dalam Aturan Majelis Umum PBB no. 67 dan 108 menyatakan
bahwa delegasi yang merepresentasikan mayoritas dari negara-negara
anggota harus hadir untuk

voting dan pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan dilaksanakan dalam sebuah meeting yang


dipimpin oleh Presiden Majelis Umum. Bilamana ada 191 negara anggota
Majelis, maka kuorum untuk voting adalah 96 anggota. Pada prakteknya,
Majelis Umum PBB memberikan pilihan 4 pendirian negara anggota
dalam forum yang berbeda, yakni: favoring, opposing, abstaining, and not
participating.

G.

Pengamat Majelis Umum PBB


Observer atau Pengamat Majelis Umum PBB adalah lembaga
internasional, entitas, atau negara yang bukan anggota PBB yang memiliki
hak untuk berbicara di Majelis Umum PBB dan menandatangani resolusi,
namun tidak memiliki hak untuk memberikan suara pada pengambilan
suara untuk suatu resolusi.
Observer lebih tepat dikatakan sebagai Tamu Kehormatan
daripada dikatakan sebagai organ resmi keluarga PBB, serta memiliki
hubungan dengan PBB yang sangat dekat sehingga mereka sering juga
dikatakan sebagai non-voting member.34

Pengamat Majelis Umum PBB terbagi menjadi dua, yakni :


a. Negara non-Anggota / Non-Member State

34 Connie L. McNeely, Constructing the Nation-state: International


Organization and Prescriptive Action, Greenwood Publishing Group, 1995, hlm.
44.

23

Istilah ini digunakan pada masa Perang Dingin untuk membentuk


perwakilan dari negara-negara yang permohonan keanggotaannya
ditolak oleh Dewan Keamanan PBB. 35
Negara-negara berdaulat yang bukan anggota PBB bebas untuk
mengirimkan petisi untuk bergabung sebagai anggota dalam Pengamat
Majelis Umum PBB. Petisi tersebut nantinya akan dievaluasi Dewan
Keamanan dan Majelis Umum PBB. Bentuk Pengamat Majelis Umum
PBB ini digambarkan sebagai "Negara non-anggota PBB yang telah
menerima undangan untuk berpartisipasi sebagai pengamat dalam sesi
dan pekerjaan Majelis Umum dan mempertahankan misi pengamatan
di Markas PBB". Contohnya adalah Holy See / Vatikan, dan Palestina.
Partisipasi semacam ini membolehkan non-anggota untuk
berhubungan dengan kinerja PBB. Status ini juga sering dianggap
sebagai batu loncatan agar bisa bergabung menjadi anggota PBB.36
b. Organisasi Internasional
Pengamat / Observers dalam Majelis Umum PBB pengaturannya tidak
ditemukan dalam Piagam PBB dan Pengaturan Prosedur Majelis secara
khusus. Namun dalam prakteknya keputusan ad-hoc diperlukan ketika
organisasi internasional mengajukan permohonan untuk menjadi
Pengamat Majelis Umum PBB.
Pada tahun 1994, Majelis Umum PBB memutuskan bahwa yang
dibolehkan menjadi Observers adalah negara dan organisasi internasional
yang kegiatannya sejalan dengan kepentingan Majelis Umum PBB.37
Perjanjian

antar

organisasi

internasional

pada

umumnya

membolehkan Observers dari organisasi tersebut untuk menghadiri rapat.


Organisasi yang didatangi Observers akan menentukan topik yang menjadi
kepentingan organisasi yang mendatangi. Sebagai acuan, organisasi yang
diundang untuk hadir diwakilkan oleh anggota sekretariatnya. Dalam rapat

35 Carlo Panara, Gary Wilson, The Arab Spring : A New Patterns for Democracy and
International Law, Martinus Nijhoff Publishers, 2013, hlm. 251.
36 Henry G. Schemers, Niels M. Blokker, International Institutional Law : Unity Within
Diversity, Fifth Revised Ed., Martinus Nijhoff Publishers, 2011, hlm. 135.
37 Decision 49/426, 9 Desember 1994 & UN Docs. A/49/747
24

penting, maka akan diwakilkan oleh Direktur Jendralnya, tapi kadang juga
diwakilkan oleh perwakilan dari pemerintahan.38
Contoh dari organisasi internasional terkait antara lain :
Organization of American States, African Union, European Union,
Council of Europe, Organization of the Islamic Conference, dan
Caribbean Community.

H.

Hubungan dengan Organ PBB Lain


Sebagai salah satu organ PBB, Majelis Umum PBB pun memiliki
hubungan dengan organ utama dan penunjang PBB lainnya. Organ-organ
yang tercantum dalam pasal 7 dan (1) dan (2) Piagam PBB 39 itu terdiri dari
Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Sosial, Dewan Perwalian, ICJ,
Sekretariat Umum PBB dan organ penunjang (subsidiary organs,
selanjutnya disebut badan penunjang/subsidiary bodies) lainnya. Secara
spesifik akan diulas dalam pembahasan dibawah ini.
a) Hubungan Majelis Umum dengan Dewan Keamanan
Kishore Mahbubani dalam The United Nations and the United
States sebagaimana dikutip oleh David dan Yeuen menyatakan UN bahwa
Majelis Umum dan Dewan Keamanan sebagai "principal organs" dari PBB
dianggap pemerintah-pemerintah negara anggota bahwa Dewan Keamanan
sebagai "the aristocracy" dan Majelis Umum sebagai "the masses"40.
Menurut M J Peterson, Dewan Keamanan dan Majelis Umum memiliki
hubungan begitu erat karena Piagam PBB memberikan area concern dan
otoritasi bagi mereka hal yang sama. Bedanya adalah Dewan Keamanan
memiliki kemampuan sebagai sebuah otoritas untuk menginstruksikan
negara anggota agar mereka merespon ancaman terhadap 'a threat to the

38 Schemers, Op. Cit., hlm. 140.


39 Piagam PBB yang dimaksud adalah Piagam PBB yang ditandatangani pada 26 Juni
1945 di San Fransisco yang telah diamandemen Pasal 23, 27, 61, dan 109 melalui
Resolusi Majelis Umum PBB 1991 A (XVIII).
40David Malone dan Yuen Foong Khong, Unilateralism and US Foreign Policy: International
Perspectives, (US: Boulder, 2003), hlm. 141.

25

peace', 'a breach of the peace', atau 'an act of aggression' jika disetujui
oleh 9 anggota dan 5 anggota tetap dari Dewan Keamanan. Sementara
Majelis Umum tidak memiliki otoritas itu, namun Majelis dapat
menyediakan sebuah forum umum dimana setiap anggota dapat
mengajukan segala hal terkait keamanan dumia.
Selain itu, Majelis Umum dapat menyediakan rute alternatif untuk
menjalankan aksi kolektif atau sebagai sebuah forum terpisah dimana
negara anggota dapat mengomentari cara Dewan Keamanan menangani
krisis tersebut41. M J Peterson juga mengemukakan Majelis Umum dapat
digunakan sebagai rute alternatif dalam memecahkan persoalan krisis
perdamaian dunia. Seperti telah diketahui publik, beberapa negara
memprotes hak veto yang diberikan ke Dewan Keamanan oleh Piagam
PBB, karena hal teknis yang tidak imbang jika dikaitkan lagi dengan
kekuasaan yang dimiliki oleh permanent members dari Dewan Keamanan.
Dipimpin oleh Amerika saat itu, timbul ide untuk menggunakan Majelis
Umum dalam hal mengambil langkah bilamana Dewan Keamanan
menolak untuk bergerak. Mayoritas suara dari Majelis selanjutnya akan
membentuk sebuah kombinasi 'superpower preference' yang dapat
membuat sebuah rekomendasi dari sesi darurat (sesi yang biasanya
diadakan bila dunia menghadapi konflik atau krisis) jadi langkah
internasional yang efektif.
Pada prakteknya, 'rute alternatif' ini biasanya dilakukan oleh
negara-negara dunia ketiga untuk bertindak dan mengekspresikan
pandangan independennya dari langkah yang diambil oleh Dewan
Keamanan. Contohnya, sesi darurat dalam kasus Afganistan 1980,
Palestina 1980-1982, Namibia 1981, Israel 1983 dan 1997-200342.
Adapun lebih rincinya, hubungan diantara keduanya sebagai
berikut:

41 M.J. Peterson, The UN General Assembly, (New York: Routledge, 2006), hlm. 106.
42 ibid, hlm. 107.
26

1. Majelis Umum memilih anggota dan anggota tidak tetap dari Dewan
Keamanan (Pasal 23 ayat (1), (2), dan (3) juncto Aturan 142-143 dalam
Rules of Procedure of The General Assembly43).
2. Majelis Umum dapat meminta atensi dari Dewan Keamanan jika terjadi
suatu situasi yang membahayakan perdamaian dan keamanan dunia
(Pasal 11 ayat (3)).
3. Majelis Umum dapat memberi rekomendasi ke Dewan Keamanan
perihal kekuasaan dan fungsi dari organ-organ PBB lain (Pasal 10
juncto pasal 7 ayat (1) dan (2) Piagam PBB). Namun, ada pengecualian
terhadap pasal ini yakni pasal 12 ayat (1)44 yang mengatur Majelis
Umum PBB tidak boleh membuat rekomendasi apapun terkait sengketa
atau situasi perdamaian dan keamanan dunia yang sedang diproses
atau ditangani oleh Dewan Keamanan. Jika dalam proses penanganan
Dewan itu, Dewan Keamanan menginginkan rekomendasi dari Majelis
Umum maka Majelis bisa membuat rekomendasi. Rekomendasi bagi
Dewan Keamanan yang dimaksud disini adalah rekomendasi untuk
menerapkan langkah-langkah perdamaian dalam segala situasi dan
kondisi yang mungkin akan berdampak buruk bagi kesejahteraan dunia
dan hubungan baik antar bangsa, termasuk situasi yang merupakan
dampak dari pelanggaran Piagam PBB terkait tujuan serta prinsip PBB
(vide Pasal 14).
4. Atas rekomendasi Dewan Keamanan, Majelis Umum menunjuk
Sekretaris Jenderal yang selanjutnya akan memimpin seluruh staff
administrasi di organisasi PBB (Pasal 97 ayat (1) Piagam PBB). Dalam
43 Aturan (Rule) 142 dan 143 Bagian ke XV tentang Elections to Principal Organs: Security
Council dalam Rules of Procedure of The General Assembly berbunyi, "The General Assembly
shall each year, in the course of its regular session, elect non-permanent members of the Security
Council for a term of two years. Under paragraph 3 of resolution 1991 A (XVIII), the General
Assembly decided that the ten non-permanent members of the Security Council shall be
elected..." dikutip dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rules of Procedure of The General Assembly,
(New York: United Nations Publication, 2008), hlm. 38-39.

44 Departemen Informasi Publik PBB, Charter of the United Nations and Statue of the
International Court of Justice, (New York: United Nations Departement of Public
Indormation, 1945), Pasal 12 ayat (1) mengatur, "While the Security Council is
exercising in respect of any dispute or situation the functions assigned to it in the present
Charter, the General Assembly shall not make any recommendation with regard to that
dispute or situation unless the Security Council so requests."
27

Aturan 141 di Rules of Procedure of The General Assembly diatur bahwa


ketika Dewan Keamanan telah merekomendasikan calon Sekjen, Majelis
Umum selanjutnya akan mempertimbangkan rekomendasi itu dan
melakukan suara dalam sebuah rapat rahasia45.
5. Atas rekomendasi Dewan Keamanan, MAJELIS Umum dapat menerima
negara yang ingin jadi anggota PBB (Pasal 4 ayat (2). Majelis Umum
harus mempertimbangkan apakah negara yang mendaftar itu adalah
sebuah peace-loving state dan dapat mengemban tanggung jawab yang
terkandung dalam Piagam PBB46. Jika Dewan Keamanan tidak
merekomendasikan applicant State untuk menjadi anggota PBB, Majelis
Umum dengan konsiderasi penuh terhadap special report Dewan
Keamanan dapat mengirimkan kembali berkas aplikasi ke Dewan
Keamanan bersama rekap dari diskusi di Majelis untuk mendapatkan
konsiderasi dan rekomendasi atau laporan selanjutnya47.
6. Atas rekomendasi Dewan Keamanan, Majelis Umum

dapat

menangguhkan hak dan previleges keanggotaan terhadap negara anggota


yang melanggar obligasinya (Pasal 5).

45 Aturan (Rule) 141 Bagian ke XV tentang Elections to Principal Organs: Security


Council dalam Rules of Procedure of The General Assembly berbunyi, "When the
Security Council has submitted its recommendation on the appointment of the SecretaryGeneral, the General Assembly shall consider the recommendation and vote upon it by
secret ballot in private meeting" dikutip dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, loc. cit, hlm.
38.
46 Aturan (Rule) 136 Bagian ke XIV tentang Admission of New Members to The United
Nations: Consideration of Application and Decision Thereon dalam Rules of Procedure
of The General Assembly berbunyi, "If the Security Council recommends the applicant
State for membership, the General Assembly shall consider whether the applicant is a
peace-loving State and is able and willing to carry out the obligations contained in the
Charter and shall decide..." dikutip dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, ibid, hlm. 37.
47 Aturan (Rule) 1 Bagian ke XIV tentang Admission of New Members to The United
Nations: Consideration of Application and Decision Thereon dalam Rules of Procedure
of The General Assembly berbunyi, "If the Security Council does not recommend the
applicant State for membership or postpones the consideration of the application, the
General Assembly may, after full consideration of the special report of the Security
Council, send the application back to the Council, together with a full record of the
discussion in the Assembly, for further consideration and recommendation or report."
dikutip dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, ibid, hlm. 37.
28

7. Atas

rekomendasi

Dewan

Keamanan,

Majelis

Umum

dapat

mengeluarkan negara anggota PBB yang secara terus-menerus


melanggar prinsip-prinsip dari Piagam PBB (Pasal 6).
8. Atas rekomendasi Dewan Keamanan, Majelis Umum menentukan
apakah negara non-anggota PBB dapat menjadi pihak dalam Statuta ICJ
(Pasal 93).
9. Majelis Umum wajib menerima dan mempertimbangkan laporan dari
Dewan Keamanan (Pasal 15 ayat (1)). Dewan Keamanan harus
menyerahkan laporan kepada Majelis Umum PBB. Ada perbedaan
antara laporan yang diserahkan oleh Dewan Keamanan dengan yang
diserahkan oleh organ PBB lain. Laporan Dewan Keamanan ke Majelis
Umum PBB diatur tersendiri di pasal 15 ayat (1) yang mana berisi
penjelasan dari setiap langkah-langkah yang diputuskan oleh Dewan
Keamanan PBB. Laporan itu ada 2 yakni yang tahunan dan juga spesial.
b) Hubungan Majelis Umum dengan Dewan Ekonomi dan Sosial
1. Majelis Umum Memilih anggota dari Dewan Ekonomi dan Sosial
(Ekosos) yang terdiri dari 54 negara (Pasal 61 ayat (1).
2. Dewan Ekosos dapat membuat atau menyarankan penelitian dan laporan
di bidang ekonomi internasional, sosial, kebudayaan, pendidikan, dan
hal-hal terkait lainnya kepada Majelis Umum PBB dengan terlebih
dahulu menyiapkan berkas konvensi-komvensi untuk diajukan ke
Majelis Umum (Pasal 62 ayat (1) juncto ayat (3)).
3. Dewan Ekosos membutuhkan persetujuan Majelis Umum PBB bilamana
akan membuat perjanjian atau mengadakan kegiatan yang berkoordinasi
dengan specialized agency (Pasal 63 ayat (1) dan (2)). Siapa specialized
agency itu diatur dalam Pasal 57, agensi yang didirikan berdasar
intergovernmental

agreement

dan

memiliki

karakteristik

wide

international responsibilities, yang mana karena spesialisasinya di


bidang ekonomi, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, atau bidang
lainnya itu akhirnya PBB sebagai organisasi internasional membentuk
hubungan kerjasama dengannya.

29

4. Dewan Ekosos dapat memberikan jasa atas permintaan anggota UN dan


specialized agencies yang berkaitan dengan fungsi Dewan itu dengan
persetujuan dari Majelis Umum PBB (Pasal 66 ayat (2)).
5. Majelis Umum menerima mempertimbangkan laporan dan dari Dewan
Ekosos sebagai organ PBB (Pasal 15 ayat (2).
c) Hubungan

Majelis

Umum

dengan

Dewan

Perwalian

(Trusteeship Council)
1. Majelis Umum menunjuk anggota Dewan Perwalian (Pasal 86 ayat (1)
c).
2. Majelis Umum bekerjasama dengan Dewan Perwalian namun Dewan
Perwalian tetap dibawah otorisasi Majelis Umum PBB (Pasal 87).
Dewan Perwalian membantu Majelis Umum menjalankan sebuah
International Trusteeship System sementara Majelis Umum memberi
persetujuan terhadap trusteeship agreements (Pasal 85 ayat (1) dan (2)).
3. Dewan Perwalian harus membuat laporan tahunan ke Majelis Umum
(Pasal 15 ayat (2) juncto Pasal 88).
d) Hubungan Majelis Umum dengan ICJ
1. Majelis Umum dapat menentukan apakah sebuah negara yang bukan
anggota PBB dapat menjadi pihak dari Statuta ICJ (Pasal 93 ayat (2)).
2. Majelis Umum dapat meminta ICJ untuk memberikan advisory
opinionnya pada segala pertanyaan hukum Majelis (Pasal 96 ayat (1)).
3. Majelis Umum menerima dan mempertimbangkan laporan dari ICJ
sebagai organ PBB (Pasal 15 ayat (2).
e) Hubungan Majelis Umum dengan Sekretariat Umum PBB
1. Majelis Umum menunjuk Sekjen PBB dengan rekomendasi Dewan
Keamanan (Pasal 97 ayat (1).
2. Majelis Umum merupakan organ yang membentuk peraturan-peraturan
yang selanjutnya dijadikan pedoman Sekjen dalam menunjuk staf-staf di
Sekretariat PBB (secara implisit di Pasal 101 ayat (1)).
3. Hubungan terkait antar organ dengan Majelis Umum terkait notifikasi
masalah perdamaian dan keaman dunia. Sekjen PBB dengan persetujuan
Dewan Keamanan memberi notifikasi pada Majelis Umum

perihal

maintenance dari perdamaian dan keamanan dunia yang ditangani oleh


30

Dewan keamanan dalam setiap sesi pertemuan Majelis Umum (Pasal 12


ayat (2) Piagam PBB juncto Aturan 49 Rules of Procedure of The
General Assembly48).
4. Majelis Umum menerima dan mempertimbangkan laporan tahunan dari
Sekretariat Umum PBB terkait pekerjaan dari PBB secara keseluruhan
(Pasal 15 ayat (2) juncto Pasal 98).
f) Hubungan

Majelis

Umum

dengan

Badan

Penunjang

(subsidiary bodies) lainnya


Pasal 22 Piagam PBB memberi diskresi yang begitu luas untuk
membentuk atau mengatur ulang badan penunjangnya.
1. Majelis Umum mendirikan badan penunjangnya melalui sebuah Resolusi.
Ini diatur Pasal 22 Piagam PBB. Pada 1966, Resolusi Majelis Umum 2152
(XXI) mendasari berdirinya United Nations Industrial Development
Organization (UNIDO) sebagai sebuah organ dari Majelis Umum, yang
berfungsi sebagai organisasi otonom (mengelola dan menyusun anggaran
mereka sendiri) terlepas dari PBB. Selain itu, ada juga contoh lain seperti
Resolusi Majelis Umum 1995 (XIX) yang akhirnya mendirikan United
Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD)49.
2. Majelis Umum menerima dan mempertimbangkan laporan tahunan dari
semua badan penunjang PBB contohnya seperti The United Nations
Peacebuilding Commission, The International Atomic Agency, United
Nations Institute for Disarmament Research, dll. (Pasal 15 ayat (2) juncto
peraturan terkait subsidiary bodies tersebut).

48 Aturan (Rule) 49 Bagian ke VII tentang Sekretariat dalam Rules of


Procedure of The General Assembly berbunyi, "The SecretaryGeneral, with the consent of the Security Council, shall notify the
General Assembly at each session of any matters relative to the
maintenance of international peace and security which are being dealt
with by the Security Council and shall similarly notify the General
Assembly..." dikutip dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, ibid, hlm. 14.
49 Henry G. Schermers dan Niels M. Blokker, International Institutional Law: Unity Within
Diversity, ed. 5, (Leiden: Penerbit Martinus Nijhoff, 2011), hlm. 41.

31

Daftar Pustaka
Buku
Aleem, Shamim, Women, Peace, and Security : (an International Perspective),
Xlibris Corporation, 2013.
Asamoah, Obed Y., The Legal Significance of the Declarations of the General
Assembly of the United Nations. (Hague: MartinusNijhoff, 1966)
Blanchfield, Luisa, United Nations Human Rights Council : Issues for Congress,
DIANE Publishing, 2010.
Burgers, J. Hermann, The United Nations Convention Against Torture : A
Handbook on the Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman,
Or Degrading Treatment Or Punishment, Martinus Nijhoff Publishers,
1996.
Geldenhuys, Deon, Isolated States : a Comparative Analysis, Cambride
University Press, 1990.
Hellum, Anne dan Henriette Sinding Aasen, Womens Human Rights : CEDAW in
International, Regional, and National Law, Cambridge University Press,
2013.
Jenkins, Rob, Peacebuilding : From Concept to Commission, Routledge, 2013.
Kelsen, Hans. The Law of United Nation, London: Steven and Sons Limited,1959
Kusumaatmadja, Mochtar. Pengantar hukum Internasional,Bandung: Binacipta,
1982
Kunz, Diane B., The Economic Diplomacy of the Suez Crisis, University of North
Carolina Press, 1991.
Peterson M.J., The UN General Assembly New York :Routlegde, 2004.
Sands, Philippe and Pierre Klein. Bowett's Law of International Institution. Cet.
5. London: Sweet Maxwell,2001
Starke J.G., Introduction to International Law (London:Butterworth, 1984)
McNeely, Connie L., Constructing the Nation-state: International Organization
and Prescriptive Action, Greenwood Publishing Group, 1995.
Panara, Carlo dan Gary Wilson, The Arab Spring : A New Patterns for Democracy
and International Law, Martinus Nijhoff Publishers, 2013.
Schemers, Henry G. Dan Niels M. Blokker, International Institutional Law :
Unity Within Diversity, Fifth Revised Ed., Martinus Nijhoff Publishers,
2011.
Sri Setianingsih, Pengantar Hukum Organisasi Internasional, cet.1, Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia, 2004.
Tahzib, Bahiyyih G., Freedom of Religion Or Belief : Ensuring Effective
International Legal Protection, Martinus Nijhoff Publishers, 1996.
32

Jurnal
M. E. Burton, The Assembly of the League of Nations, 1974.
Universitas Sultan Agung Tirtayasa, Peranan Dewan Keamanan PBB dalam
Proses Penyelesaian Konflik Internasional, 2014.

Sumber Hukum Internasional


Departemen Informasi Publik PBB. Charter of the United Nations and Statue of the

International Court of Justice. (New York: United Nations Departement of


Public Indormation, 1945).
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Decision 49/426, 1994.
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rules of Procedure of The General Assembly, (New
York: United Nations Publication, 2008).
Perserikatan Bangsa-Bangsa. UN Charter. (San Fransisco: United Nations Press,
1945).

Internet
Council on Foreign Relation. http://www.cfr.org/international-organizations-andalliances/role-un-general-assembly/p13490. Diakses 23 Oktober 2014.
Perserikatan Bangsa-Bangsa. http://www.un.org/en/ga/about/background.shtml.
Diakses 23 Oktober 2014.
Sitamala, Affandi. Penyelesaian Sengketa Internasional melalui Majelis Umum PBB.
http:/ /www.docstoc.com/mobile/doc/51765894/General Assembly. Diakses
tanggal 25 Oktober 2014.
Universitas Sumatera Utara. "Tinjauan Umum Tentang Resolusi PBB".
http://repository.usu.ac.id/. Diakses tanggal 25 Oktober 2014.

33

34

Anda mungkin juga menyukai