Anda di halaman 1dari 5

 Latar belakang dan tujuan didirikannya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Latar belakang terbentuknya PBB didorong oleh Perang Dunia II yang membawa
banyak dampak buruk bagi masyarakat dunia. Dampak tersebut membuat banyak
negara menginginkan perdamaian dan keamanan bersama. Amerika Serikat, Inggris,
dan Uni Soviet kemudian berdiskusi untuk membuat organisasi perdamaian.Ketiga
negara inilah yang menjadi pendiri dari PBB. Wakil dari tiga negara tersebut adalah
Presiden Amerika Serikat Franklin Delano Roosevelt, Perdana Menteri Inggris
Winston Churchill, dan Perdana Menteri Uni Soviet Joseph Stalin. Mengadopsi tujuan
dari LBB, PBB memiliki tujuan utama yaitu menjaga keamanan dan perdamaian
dunia. Kemudian struktur serta fungsi dari organisasi perdamaian dibentuk untuk
menggantikan LBB.
PBB berdiri pada 24 Oktober 1945 di San Francisco, California, Amerika Serikat.
Meski Perang Dunia II sudah berakhir, sayangnya masih banyak negara-negara di
Asia dan Afrika yang terjajah. Sehingga, untuk menandatangani piagam PBB, terjadi
negosiasi yang cukup alot. Pembentukan ini ditandai dengan piagam PBB yang
ditandatangani oleh 50 negara di dunia. Jumlah tersebut terdiri dari 9 negara di Eropa,
21 negara di Amerika, 7 negara di Asia Tengah, 2 negara di Asia Timur, 3 negara di
Afrika, Ukraina, Belarusia, dan 5 negara persemakmuran Inggris. Dari jumlah awal
sebanyak 50 negara, Anggota dari PBB berkembang menjadi sebanyak 193 negara di
dunia.Tujuan utama PBB adalah menjaga perdamaian dan keamanan
dunia,Memajukan dan mendorong hubungan persaudaraan antar bangsa melalui
penghormatan hak asasi manusia,Membina kerjasama internasional dalam
pembangunan bidang ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.

 Proses pembuatan piagam PBB


Selama Perang Dunia II, Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt memulai
pembicaraan mengenai badan penerus Liga Bangsa-Bangsa dengan Perdana Menteri
Inggris Winston Churchill di atas kapal perang Augusta di Teluk Newfoundland.
Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa disusun dalam sebuah konferensi pada April-
Juni 1945. Piagam ini mulai berlaku pada 24 Oktober 1945, dan maka PBB mulai
beroperasi. Sidang Umum yang pertama dihadiri wakil dari 51 negara baru
berlangsung pada 10 Januari 1946 di Church House, London.
Pemikiran luhur yang tertuang dalam piagam PBB diantarannya :
(1) Tetap menjaga dan mendukung perdamaian di dunia
(2) Menghormati Hak asasi manusia sekaligus menjaga persaudaran antar bangsa
(3) Membangun kerja sama antar negara dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, dan
lingkungan,
(4) Menjadi pelopor dan Ikut serta dalam mengambil tindakan yang mengancam
perdamaian dunia
(5) Bekerjasama membantu dalam hal kemanusiaan apabila terjadi kelaparan, bencana
alam, dan konflik bersenjata.
Berdasarkan Piagam PBB, PBB tidak hanya berkutat dalam upaya menjaga keamanan
dan perdamaian dunia tetapi juga berupaya dalam melindungi Hak Asasi Manusia
(HAM), memberikan bantuan kemanusiaan, mendorong pembangunan berkelanjutan,
dan menegakkan hukum internasional. Salah satu peran dari pemikiran PBB yaitu ikut
berkontribusi terhadap kemerdekaan Indonesia, sehingga proklamasi kemerdekaan
Indonesia mendapatkan respon dari berbagai negara di dunia.

 30 butir Hak Asasi Manusia yang terdapat dalam ruang PBB Universal Declaration
Human.
Deklarasi Universal HAM atau Universal Declaration of Human Rights merupakan
sebuah anjuran,yang diadopsi serta disahkan oleh Majelis Umum PBB pada 1948.
Tujuan PBB mengeluarkan pernyataan terkait HAM dan telah menyusun serangkaian
aturan adalah untuk melindungi setiap individu di seluruh negara atas hak asasi
manusianya. Pernyataan yang terkandung dalam Deklarasi Universal HAM berisi 30
pasal.Dengan adanya deklarasi tersebut, kini tanggal 10 Desember telah ditetapkan
sebagai hari HAM sedunia, yang dirayakan setiap negara termasuk Indonesia.

Jenis HAM yang tercakup dalam isi pasal Deklarasi Universal HAM, yang telah
diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948
1) Kebebasan dan kesetaraan
2) HAM untuk semua
3) Hak atas hidup, keamanan dan kebebasan
4) Hak untuk bebas dari perbudakan
5) Hak untuk bebas dari tindak penyiksaan
6) Hak atas kesetaraan di mata hukum
7) Hak akses terhadap hukum
8) Hak mendapat pendampingan hukum
9) Hak dari penahanan yang tidak sesuai dengan hukum
10) Hak diadili secara adil dan terbuka
11) Tidak bersalah hingga terbukti bersalah
12) Hak atas privasi
13) Bebas berpindah tempat
14) Berhak mendapatkan perlindungan
15) Hak atas kewarganegaraan
16) HAM tidak bisa dihilangkan dan diganggu-gugat
17) Tanggung jawab terhadap masyarakat tempatnya berada
18) Tatanan sosial dan internasional
19) Hak menikmati kebudayaan dan menciptakan karya
20) Hak mendapatkan Pendidikan
21) Hak jaminan kesehatan
22) Hak istirahat
23) Berhak atas pekerjaan dan mendirikan serikat pekerja
24) Hak mendapat jaminan sosial
25) Berpartisipasi dalam demokrasi
26) Kebebasan berkumpul secara damai
27) Kebebasan berekspresi
28) Hak memeluk agama
29) Hak atas properti pribadi
30) Hak menikah dan membangun keluarga

 Latar belakang terbentuknya internasional konvena mengenai hak ekonomi


social,budaya,sipil dan politik.
Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya adalah sebuah
perjanjian multilateral yang ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-
Bangsa pada tanggal 16 December 1966 dan mulai berlaku pada tanggal 3 Januari
1976. Negara yang telah meratifikasi perjanjian ini berkomitmen untuk memenuhi
hak ekonomi, sosial dan budaya individu dan wilayah perwalian dan wilayah yang
tidak memerintah sendiri. Beberapa contoh hak yang dijamin adalah hak buruh, hak
kesehatan, hak pendidikan, dan hak atas standar kehidupan yang layak. Pada tahun
2015, terdapat 164 negara yang telah menjadi negara anggota perjanjian ini.Enam
negara lain (termasuk Amerika Serikat) telah menandatangani perjanjian ini, tetapi
belum meratifikasinya.Perjanjian ini merupakan bagian dari Piagam Hak Asasi
Manusia Internasional bersama dengan Deklarasi Hak Asasi Manusia Universal dan
Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik.
Dalam sidangnya tahun 1951, Majelis Umum PBB meminta kepada Komisi HAM
PBB untuk merancang Kovenan tentang hak sipil dan politik yang memuat sebanyak
mungkin ketentuan Pasal yang akan menetapkan bahwa semua rakyat mempunyai hak
untuk menentukan nasibnya sendiri. Komisi HAM PBB tersebut berhasil
menyelesaikan rancangan Kovenan sesuai dengan keputusan Majelis Umum PBB
pada tahun 1951, dan setelah dilakukan pembahasan Pasal demi Pasal, pada akhirnya
Majelis Umum PBB melalui Resolusi No.2200 A (XXI) mengesahkan Kovenan
Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik ( Kovenan Internasional tentang Hak-
Hak Sipil dan Politik ), dan Protokol Opsional pada Kovenan Internasional tentang
Hak Sipil dan Politik (Opsional Protokol Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan
Politik secara bersama-sama pada tanggal 16 Desember 1966 dan berlaku pada
tanggal 23 Maret 1976. Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik atau
biasa disingkat dengan ICCPR bertujuan untuk mengukuhkan pokok-pokok HAM di
bidang sipil dan politik yang tercantum dalam DUHAM sehingga menjadi ketentuan-
ketentuan yang mengikat secara hukum dan penjabarannya mencakup pokok-pokok
lain yang terkait. Konvenan tersebut terdiri dari Pembukaan dan Pasal-Pasal yang
mencakup 6 BAB dan 53 Pasal.

Anda mungkin juga menyukai