(PBB)
PBB Adalah sebuah organisasi internasional yang anggotanya hampir diseluruh negara
bagian dunia. Lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini dibentuk untuk dapat
menangani permasalahan hukum internasional, pengamanan
internasional,perlindungan sosial bangsa-bangsa di seluruh dunia , dan juga lembaga
ekonomi.
Pada 25 April 1945, perwakilan dari 50 negara hadir dalam Konferensi PBB tentang Organisasi
Internasional di San Francisco. Perwakilan negara berdikusi soal masalah dunia dan peran PBB.
Utamanya soal politik, ekonomi, dan kesejahteraan sosial. Begitu pula soal status koloni dan negara
jajahan. Begitu juga pertahanan dan dominasi negara-negara adikuasa, dan kesetaraan. Hal-hal ini
dituangkan dalam Piagam PBB yang ditandatangani pada 26 Juni 1945 dan diumumkan pada 24
Oktober 1945.
untuk menyelamatkan generasi mendatang dari bencana perang, yang telah dua kali kami
alami dan membawa derita yang tak bisa diungkapkan bagi kemanusiaan,
untuk menegaskan keyakinan pada hak asasi manusia, pada harga diri dan kehormatan
manusia, pada hak yang setara antara pria dan wanita, dan negara kecil dengan negara
besar,
untuk membangun kondisi di mana keadilan dan kehormatan atas kewajiban yang timbul
dari perjanjian dan hukum internasional dapat dipertahankan,
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan standar hidup yang lebih baik dalam
kebebasan yang lebih luas,
Sejak didirikan di San Francisco pada 24 Oktober 1945 sedikitnya 192 negara menjadi anggota PBB.
Semua negara yang tergabung dalam wadah PBB menyatakan independensinya masing-masing, selain
Vatikan dan Takhta Suci serta Republik Cina (Taiwan) yang tergabung dalam wilayah Cina pada 1971.
Hingga tahun 2007 sudah ada 192 negara anggota PBB. Sekretaris Jenderal PBB saat ini adalah Ban Ki-
moon asal Korea Selatan yang menjabat sejak 1 Januari 2007.
Ruang lingkup peran PBB mencakup penjaga perdamaian, pencegahan konflik dan bantuan kemanusiaan.
Selain itu, PBB juga menanganii berbagai permasalahan mendasar seperti pembangunan berkelanjutan,
lingkungan dan perlindungan pengungsi, bantuan bencana, terorisme, perlucutan senjata dan non-proliferasi,
mempromosikan demokrasi, hak asasi manusia, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan,
pemerintahan, ekonomi dan pembangunan sosial, kesehatan, upaya pembersihan ranjau darat, perluasan
produksi pangan, dan berbagai hal lainnya, dalam rangka mencapai tujuan dan mengkoordinasikan upaya-
upaya untuk dunia yang lebih aman untuk ini dan generasi mendatang.
Pemerintah RI mengutus Lambertus Nicodemus Palar sebagai Wakil Tetap RI yang pertama di PBB.
Duta Besar Palar bahkan telah memiliki peran besar dalam usaha mendapatkan pengakuan
internasional kemerdekaan Indonesia pada saat konflik antara Belanda dan Indonesia pada tahun
1947. Duta Besar Palar memperdebatkan posisi kedaulatan Indonesia di PBB dan di Dewan
Keamanan walaupun pada saat itu beliau hanya sebagai "peninjau" di PBB karena Indonesia belum
menjadi anggota pada saat itu. Pada saat berpidato di muka Sidang Majelis Umum PBB ketika
Indonesia diterima sebagai anggota PBB, Duta Besar Palar berterima kasih kepada para pendukung
Indonesia dan berjanji bahwa Indonesia akan melaksanakan kewajibannya sebagai anggota PBB.
Posisi Wakil Tetap RI dijabatnya hingga tahun 1953.
Sebagai negara anggota PBB, Indonesia dalam menyelesaikan sengketa Irian Jaya dengan Belanda
mengupayakan solusi dengan mengajukan penyelesaian permasalahan tersebut kepada PBB pada
tahun 1954. Posisi Indonesia ini didukung oleh Konferensi Asia Afrika pada bulan April 1955 yang
mengeluarkan sebuah resolusi untuk mendukung Indonesia dan kemudian meminta PBB untuk
menjembatani kedua pihak yang berkonflik dalam meraih solusi damai. Namun demikian, hingga
tahun 1961 tidak ada indikasi solusi damai meskipun dalam faktanya isu tersebut dibahas dalam rapat
pleno Majelis Umum PBB dan di Komite I.
Pada Sidang Majelis Umum PBB ke-17 tahun 1962, penyelesaian sengketa tersebut akhirnya
menemukan titik terang dengan dikeluarkannya Resolusi No. 1752 yang mengadopsi ”The New York
Agreement” pada 21 September 1962. Selanjutnya, United Nations Executive Authority (UNTEA)
sebagai badan yang diberi mandat oleh PBB untuk melakukan transfer kekuasaan Irian Jaya dari
Belanda kepada Indonesia menjalankan tugasnya secara efektif mulai 1 Oktober 1962 dan berakhir
pada 1 Mei 1963.
Menanggapi keputusan PBB untuk mengakui kedaulatan Malaysia dan menjadikan Malaysia anggota
tidak tetap Dewan Keamanan PBB, Presiden Soekarno mengumumkan pengunduran diri Indonesia
dari keanggotaan PBB pada tanggal 20 Januari 1965. Setelah pergantian kekuasaan dari Orde Lama
ke Orde Baru, Pemerintah Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa
Indonesia “bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam
kegiatan-kegiatan PBB”, dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat
16 tahun setelah Indonesia diterima untuk pertama kalinya.
Sebagai kelanjutan penyelesaian masalah Irian Barat, Pemerintah Indonesia melaksanakan "Pepera"
di Irian Jaya (Papua) di bawah pengawasan PBB tahun 1969. Pelaksanaan Pepera dilakukan secara
demokratis dan transparan dengan melibatkan masyarakat Irian Jaya serta melibatkan partisipasi,
bantuan, dan saran PBB melalui utusan khususnya yaitu Duta Besar Ortiz Sanz dari Bolivia.
Pada akhirnya Pepera telah diterima oleh masyarakat internasional melalui sebuah Resolusi No. 2504
dalam Sidang Umum PBB ke-24 pada 19 November 1969 yang mengukuhkan perpindahan
kekuasaan di wilayah Irian Jaya dari Belanda kepada Indonesia.
Sebagai anggota PBB, Indonesia terdaftar dalam beberapa lembaga di bawah naungan PBB.
Misalnya, ECOSOC (Dewan Ekonomi dan Sosial), ILO (Organisasi Buruh Internasional), maupun
FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian). Salah satu prestasi Indonesia di PBB adalah saat Menteri
Luar Negeri Adam Malik menjabat sebagai ketua sidang Majelis Umum PBB untuk masa sidang
tahun 1974.
Indonesia juga terlibat langsung dalam pasukan perdamaian PBB. Dalam hal ini Indonesia
mengirimkan Pasukan Garuda untuk mengemban misi perdamaian PBB di berbagai negara yang
mengalami konflik.
Pencapaian Indonesia di Dewan Keamanan (DK) PBB adalah ketika pertama kali terpilih sebagai
anggota tidak tetap DK PBB periode 1974-1975. Indonesia terpilih untuk kedua kalinya menjadi
anggota tidak tetap DK PBB untuk periode 1995–1996. Dalam keanggotaan Indonesia di DK PBB
pada periode tersebut, Wakil Tetap RI Nugroho Wisnumurti tercatat dua kali menjadi Presiden DK-
PBB. Terakhir, Indonesia terpilih untuk ketiga kalinya sebagai anggota tidak tetap DK PBB untuk
masa bakti 2007–2009. Proses pemilihan dilakukan Majelis Umum PBB melalui pemungutan suara
dengan perolehan 158 suara dukungan dari keseluruhan 192 negara anggota yang memiliki hak pilih.
Indonesia merupakan salah satu anggota pertama Dewan HAM dari 47 negara anggota PBB lainnya
yang dipilih pada tahun 2006. Indonesia kemudian terpilih kembali menjadi anggota Dewan HAM
untuk periode 2007-2010 melalui dukungan 165 suara negara anggota PBB.
PBB sebagai organisasi internasional dengan legitimasi yang bersumber dari keanggotaan yang
bersifat universal, hendaknya selalu menjadi forum penanganan berbagai tantangan dan krisis global
yang semakin kompleks di masa mendatang. Reformasi PBB khususnya Dewan Keamanan agar
lebih mencerminkan kondisi politik dunia saat ini penting dimajukan agar upaya ini dapat efektif dan
memiliki nilai legitimasi. Indonesia akan terus berada di garis depan dalam memajukan peranan PBB
mengatasi krisis global dan pada saat yang sama menyerukan perlunya reformasi PBB.
Organisasi Utama PBB
PBB Memiliki Enam Organ Utama
Keanggotaan
Dewan Perwalian terdiri dari 3 golongan anggota ,yaitu :
Sekretariat PBB
Sekretariat PBB adalah salah satu badan utama dari PBB dan
dikepalai oleh seorang Sekretaris Jendral PBB, dibantu oleh seorang
staff pembantu pemerintah sedunia. Badan ini menyediakan
penelitian, informasi, dan fasilitas yang dibutuhkan oleh PBB untuk
rapat-rapatnya. Badan ini juga membawa tugas seperti yang diatur
oleh Dewan Keamanan PBB, Sidang Umum PBB, Dewan Ekonomi dan
Sosial PBB dan badan PBB lainnya. Piagam PBB menyediakan para
staff dipilih berdasarkan aplikasi standar efisiensi, kompeten, dan
integritas tertinggi, dikarenakan kepentingan mengambil dari tempat
geografi yang luas.
Keanggotaan
Mahkamah terdiri dari lima belas hakim, yang dikenal sebagai
”anggota” mahkamah. Mereka dipilih oleh majelis umum dan dewan
keamanan yang mengadakan pemungutan suara secara terpisah.
Hakim-hakim dipilih atas dasar kecakapan mereka, bukan atas dasar
kebangsaan akan tetapi diusahakan untuk menjamin bahwa sistem-
sistem hukum yang terpenting didunia diwakili oleh mahkamah.
Tidak ada dua hakim yang menjadi warga negara dari negara yang
sama. Hakim-hakim memegang jabatan selama waktu sembilan tahun
dan dapat dipilih kembali mereka tidak dapat menduduki jabatan lain
selama masa jabatan mereka. Semua persoalan-persoalan diputuskan
menurut suatu kelebihan dari hakim-hakim yang hadir, dan jumlah
sembilan merupakan quorumnya. Apabila terjadi seri, maka ketua
mahkamah mempunyai suara yang menentukan.
Indonesia berhasil memperoleh dukungan suara dari 174 negara dan terpilih kembali menjadi
anggota Dewan HAM PBB untuk periode 2020-2022. Sebelumnya, Indonesia pernah menjadi
anggota Dewan HAM PBB sebanyak empat kali. Yakni pada periode 2006-2007 selaku founding
member. Kemudian Indonesia terpilih kembali untuk masa jabatan 2007-2010, 2011-2014,
kemudian 2015-2017 sebelum terpilih lagi pada tahun ini. Dikutip dari laman resmi Kementerian
Luar Negeri Indonesia, Indonesia memiliki sejumlah prioritas dan komitmen sebagai anggota Dewan
HAM PBB baik skala global, regional, maupun nasional. Prioritas Indonesia dalam skala global
adalah untuk mendorong Dewan HAM PBB yang lebih efisien dan efektif. Pada skala regional,
Indonesia diharapkan mampu berperan dalam memajukan kerja sama bilateral, regional, dan
internasional untuk meningkatkan kapasitas negara anggota dalam bidan HAM.