Anda di halaman 1dari 2

Nama : Tyo ara p

Kelas. : XII Ips 4


No. : 31

RESPON INTERNASIONAL TERHADAP KEMERDEKAAN


INDONESIA

Sebuah negara baru saja atau akan merdeka tentunya membutuhkan dukungan-dukungan dan
pengakuan dari negara-negara lain yang sudah merdeka atau memiliki kedaulatan tak
terganggu dari awal. Begitu pula Indonesia yang waktu itu melakukan proklamasi
kemerdekaan atas penjajahan Jepang setelah perang dunia kedua. Pasca proklamasi
kemerdekaan Indonesia, Indonesia menjadi negara yang berdaulat secara penuh dan
mendapatkan dukungan dari dunia internasional. Sebelum dan pasca pemroklamasian teks
kemerdekaan indonesia, ada beberapa negara negara yang secara langsung memberikan
dukungan. Negara-negara tersebut diantaranya adalah :
Palestina : Palestina adalah negara yang paling pertama memberikan dukungan dan
pengakuan atas kemerdekaan bangsa Indonesia. Pengakuan tersebut dipaparkan pada tahun
1944, yang artinya Palestina telah memberikan dukungan terhadap Indonesia semenjak
Indonesia belum mendapatkan kemerdekannya.
Australia : Australia memberikan dukungan terhadap kemerdekaan Indonesia pada tanggal
24 September 1945 karena letak geografis Indonesia dan Australia yang sangat dekat
sehingga mereka saling menganggap satu sama lain sebagai "tetangga". Bentuk dukungan ini
disebut dengan peristiwa “Black Armada” yang terjadi pada 24 September 1945.
Mesir : Kuatnya dukungan rakyat Mesir atas kemerdekaan RI membuat pemerintah Mesir
mengakui kedaulatan pemerintah RI atas Indonesia pada 22 Maret 1946. Latar belakang :
banyak mahasiswa Indonesia yang sekolah di Mesir,
India : Ada jeda yang cukup lama antara pengakuan dari Mesir dan pengakuan dari India.
India melakukan pemberian dukungan penuh pada tanggal  20 Januari 1949 melalui
diadakannya Konferensi Inter-Asia atau Konferensi New Delhi pada 20-25 Januari 1949 atas
prakarsa Pandit Jawaharlal Nehru. Latar belakang : Indonesia mengirim bantuan ke India
berupa beras sebanyak 500.000 ton. Bantuan ini diberikan lantaran India diperbaiki 
Vatikan : memberi respon yang sangat positif terhadap kemerdekaan Indonesia. Vatikan
merupakan salah satu negara Eropa pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, yang
ditandai dengan pembukaan misi diplomatik Vatikan pada tahun 1947 di Jakarta pada tingkat
Apostolic Delegate, yaitu misi diplomatik tanpa konsulat dan tanpa kewenangan
mengeluarkan visa namun kedudukannya setara dengan Kedutaan Besar.
Meskipun latar belakang agama mayoritas penduduk yang menghuni kedua negara sangat
kontras, Indonesia dan Vatikan berdiri di atas landasan dan falsafah bernegara yang sama,
yakni anti ateisme serta mendukung perdamaian dunia, kerukunan antarumat beragama, serta
kesejahteraaan dan keadilan sosial bagi seluruh umat manusia.
Vatikan juga mengakui kontribusi Indonesia dalam usahanya menciptakan perdamaian dunia
melalui berbagai forum internasional. Pengakuan atas kemerdekaan Indonesia pada awalnya
datang dari negara Mesir yang menganggap Indonesia sebagai negara aliansinya. Pengakuan
Mesir atas Indonesia diberikan atas dorongan Ikhwanul Muslimin (IM), organisasi Islam
pimpinan Hassan Al-Banna pada 22 Maret 1946, Organisasi IM sangat mendukung
Indonesia, bahkan mendorong mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Mesir untuk
menulis tentang kemerdekaan tanah airnya.

Peran PBB :
Peran terbesar PBB dalam sejarah Indonesia Pasca-kemerdekaan lebih banyak mengatur
penyelesaian antara Belanda dan Indonesia. Mula-mula kompilasi yang terjadi Agresi Militer
I, PBB dikeluarkan untuk membuat Komisi Tiga Negara (KTN). Tiap negara berseteru
memilih satu negara untuk menjadi wakil sementara satu negara menjadi pihak yang netral
untuk menyelesaikan pertikaian.

Indonesia memilih Australia dengan Richard Kirby, sementara Belanda memilih Belgia
dengan Paul van Zealand. Pihak ketiga atau netral dipilih Amerika Serikat dengan
mengundang Frank Graham. KTN berhasil mengantar kedua negara untuk berunding pada
Perjanjian Renville. Setelah itu, PBB berperan pada pembentukan badan perdamaian bernama
United Nations Commission for Indonesia (UNCI). Tugas UNCI menggantikan KTN, untuk
membantu memperlancar segala bentuk perundingan antara Indonesia dengan Belanda.

Di PBB, Indonesia mengutus LN Palar menjadi Wakil Tetap RI. Palar berperan besar
memperjuangkan agar Indonesia mendapat pengakuan internasional. Ia pun berhasil
mengantar Indonesia menjadi anggota PBB.

Penolakan Belanda :
Belanda berkali-kali lipat kemerdekaan RI. Mereka bahkan melakukan aksi polisionil untuk
merebut kembali wilayah Indonesia pada Agresi Militer I (1947) dan Agresi Militer II (1948).
Berkali-kali bentrokan , berkali-kali pula berlangsung perundingan, mulai Perjanjian
Linggarjati (1946), Perjanjian Renville (1948), Perjanjian Roem-Royen (1949), hingga
Konferensi Meja Bundar (1949).

Pihak Belanda berkali-kali melakukan tindakan dengan alasan ingin menertibkan persyaratan
keamanan Hindia Belanda dari para pemberontak. Maka tak heran Belanda kembali datang
untuk alih-alih "menertibkan". Belanda baru menyetujui kedaulatan RI berkat resolusi
Konferensi Menja Bundar pada 1949. Meski begitu, hasil kesepakatan KMB pun membagi
wilayah Indonesia ke bentuk federasi, Republik Indonesia Serikat. RIS lantas dinyatakan
berakhir pada tahun 1950.

Memang tak mudah bagi para pejuang Indonesia, terutama para diplomat di masa-masa awal,
kemerdekaan negara-negara lain, untuk mengakui Indonesia sebagai negara berdaulat

Anda mungkin juga menyukai