Anda di halaman 1dari 15

Respon Internasional terhadap

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

nama kelompok 4;
1.Farica Belva Fithriyah
2 . F a y z a h L u tf i D w i Y u l i a n ti
3.Aisyah Nurma Nabila
4.Nur Fazri Maulitdiya
5.Rizal Ardianto
6.Durrotun Nasiya
A. Negara-Negara yang Mendukung Kemerdekaan Indonesia

1. Mesir
Pengakuan Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari
keberadaan organisasi Ikhwanul Muslimin. Organisasi yang dipimpin oleh
Hasan al-Banna ini menjunjung pan Islamisme yang menentang belenggu
kolonialisme Barat di negara-negara Islam. Dalam perkembangannya,
upaya Ikhwanul Muslimin mendapat respon positif dari masyarakat Mesir
secara luas.
2. Palestina
Muhammad Ali Taher ialah saudagar kaya di Palestina. Ia merupakan
salah satu tokoh Palestina yang memberikan dukungan bagi kemerdekaan
Indonesia. Hubungan Indonesia dan Palestina mulai terjalin sejak lahir
Perang Dunia II. Dukungan Palestina terhadap Indonesia tidak terlepas dari
janji kemerdekaan yang disampaikan Perdana Menteri Koiso pada 7
Sepetember 1944. Tokoh Palestina yang pertama mendukung kemerdekaan
Indonesia adalah Muhammad Amin al-Husaini.

3. Lebanon
Hubungan antara Indonesia dan Lebanon bermula dari diumumkannya
pengakuan de jure atas kemerdekaan Indonesia pada 29 Juli 1947.
Hubungan deplomatik Indonesia-Lebanon secara resmi dibuka pada 1950,
melalui kedutaan besar Indonesia di Kairo.
4. Suriah
Negara yang pernah menjadi pusat Kekhalifahan Umayyah ini
merupakan salah satu negara awal yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Suriah memberikan pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia secara de
jure pada 2 Juli 1947. Sejak saat itu hubungan politik Indonesia dan Suriah
dimulai.

5. India
Pada awal abad XX India dan Indonesia merupakan dua negara Asia
yang sama-sama berjuang dari belenggu kolonialisme Barat. Dalam
perkembangannya, India dan Indonesia saling mendukung dalam
memperoleh kemerdekaan serta pengakuan kedaulatan.
6. Australia
Hubungan antara Australia dan Indonesia sudah terjalin sejak abad XVII
ketika para pelaut Bugis dan Timor melakukan kontak dengan penduduk asli
Australia. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945
menyebabkan banyak pekerja Indonesia mendapat diskriminasi dari
perusahaan Belanda yang tempat mereka bekerja. Perlakuan diskriminatif
tersebut mendapat kecaman dari Australian Seamen's Union in Sydney.
Mereka melakukan protes dan unjuk rasa menuntut penghapusan
diskriminasi. Aksi dukungan terhadap Indonesia di Australia menguat saat
Waterside Workers Federation (WWF) bergabung dengan Australian
Seamen's Union in Sydney.
7. Vatikan
Hubungan baik Indonesia-Vatikan sudah terjalin sebelum Indonesia
merdeka. Hubungan baik tersebut tidak terlepas dari peran Uskup Katolik
bumiputra bernama Mgr. Albertus Soegijapranata. Hubungan baik Indonesia
dan Vatikan terus berlanjut hingga masa awal kemerdekaan. Pengakuan
Vatikan terhadap kemerdekaan Indonesia dinyatakan pada 6 Juli 1947.
Pengakuan Vatikan atas kedaulatan Indonesia ditandai dengan pembukaan
kedutaan Vatikan bernama Apostolic Delegate di Jakarta.
B. Pengakuan PBB terhadap Kemerdekaan Indonesia

1. Upaya Diplomat Indonesia dalam Memperjuangkan


Kemerdekaan Indonesia Forum PBB
Diplomat-diplomat yang memperjuangkan pengakuan kemerdekaan
Indonesia sebagai berikut.

a. Agus Salim
Agus Salim merupakan salah salah satu tokoh bangsa yang memiliki
peran besar dalam perjalanan sejarah Indonesia. Peran Agus Salim dalam
bidang diplomasi berawal saat ia dipercaya menjadi perwakilan Indonesia
dalam perundingan Pendahuluan di Jakarta.
b. Sutan Sjahrir
Sepak terjang Sutan Sjahrir dalam bidang diplomasi bermula saat
Belanda melancarkan Agresi Militer I pada 21 Juli 1947. Dengan kecerdikan
dan keberaniannya, Sutan Sjahrir dapat meloloskan diri ke India untuk
menghadiri Inter-Asian Relations Conference. Dalam konferensi yang
diadakan pada 23 Maret hingga 2 April 1947 tersebut, Sutan Sjahrir
menggalang simpati negara-negara Asia untuk mendukung perjuangan
bangsa Indonesia.
c. Soemitro Djojohadikusumo
Bermula saat ia menempuh pendidikan di Belanda. Saat itu tersiar
berita tentang memanasnya hubungan Indonesia-Belanda. Mendengar
berita itu, Soemitro Djojohadikusumo membulatkan tekad kembali ke
Indonesia untuk membantu perjuangan pengakuan kedaulatan Indonesia.
d. Lambertus Nicodemus Palar
Lambertus Nicodemus Palar atau lebih dikenal dengan L.N. Palar.
Tokoh asal Minahasa tersebut memulai kiprahnya saat menuntut ilmu di
Amsterdam Universiteit, Belanda jurusan sosiologi-ekonomi. Pada 1930 L.N.
Palar bergabung dengan Partai Buruh Sosial Demokrat Belanda (SDAP) dan
terpilih menjadi anggota majelis parlemen (Tweede Kamer). Saat Belanda
melancarkan Agresi Militer Belanda I pada Juli 1947, L.N. Palar mulai
menyuarakan kegusarannya. Ia menganggap Belanda menggangu
kedaulatan bangsanya yang telah merdeka. Akan tetapi, sebagian besar
anggota lebih memihak kepada Belanda. Sebagai bentuk protes, L.N. Palar
mengundurkan diri dari SDAP dan memutuskan kembali ke Indonesia.
2. Peran PBB dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia
Terwujud melalui pembentukan dua komisi, yaitu KTN dan UNCI.

1. Peran PBB melalui Komisi Tiga Negara (KTN)


Pada 1 Agustus 1947 Dewan Keamanan PBB membentuk Komisi Jasa Baik (Commitee
of Good Office) yang dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN). Tugas utama KTN adalah
menyelesaikan konflik Indonesia-Belanda melalui cara-cara damai.

2. Peran PBB melalui UNCI


Dewan Keamanan PBB membentuk United Nations Commisions for Indonesia (UNCI)
untuk menggantikan KTN. UNCI memiliki beberapa tugas antara lain membantu
melancarkan perundingan damai antara Indonesia-Belanda.
C. Konferensi Meja Bundar sebagai Tonggak Pengakuan
Belanda terhadap Kemerdekaan Indonesia

1. Latar Belakang Pelaksanaan Konferensi Meja Bundar


a. Agresi Militer Belanda
Pada 20 Juli 1947 Belanda melancarkan agresi militer untuk
menghancurkan eksitensi Republik Indonesia, yang kemudian dikenal
dengan Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer Belanda I mengalami
kegagalan setelah para diplomat Indonesia membawa masalah ini dalam
sidang Dewan Keamanan PBB pada Agustus 1947.
Agresi Militer Belanda II dilancarkan Belanda pada 19 Desember
1948. Melalui agresi ini Belanda berupaya menghancurkan pemerintahan
Rebuplik Indonesia dan TNI.
b. Perundingan-perundingan sebelum Konferensi Meja Bundar
Sebelum penyelenggaraan konferensi meja bundar, Indonesia dan
Belanda mengadakan sejumlah perundingan untuk menyelesaikan konflik.
Meskipun demikian, perundingan-perundingan tersebut belum menghasilkan
kesepakatan pasti terkait penyelesaian sengketa Indonesia dan Belanda.
Beberapa perundingan antara Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan
sebelum Konferensi Meja Bundar sebagai berikut.
1) Perundingan Pendahuluan di Jakarta
2) Perundingan Hoge Valuwe
3) Perundingan Linggajati
4) Perundingan Renville
5) Perundingan Roem-Royen
6) Konferensi Inter-Indonesia.
2. Pelaksanaan Konferensi Meja Bundar
Konferensi meja bundar berlangsung pada 23 Agustus hingga 2
November 1949 di kota Den Haag, Belanda. Sesuai namanya, konferensi ini
digelar di gedung Ridderzaal dengan meja perundingan berbentuk
bundar/oval. Konferensi Meja Bundar dihadiri oleh tiga pihak, yaitu pihak
Republik Indonesia yang diwakili oleh Muhammad Hatta, kelompok negara
federal (BFO) yang diwakili oleh Sultan Hamid II, dan pihak Belanda yang
diwakili oleh Mr. Van Marseveen.
3. Pengakuan dan Penyerahan Kedaulatan Indonesia Pasca-KMB
Pada 27 Desember 1949 Belanda memenuhi janji untuk mengakui
kemerdekaan Indonesia melalui upacara penyerahan kedaulatan. Upacara
penyerahan kedaulatan di Belanda diselenggarakan di Istana Op de Ham,
Amsterdam. Sejumlah tokoh yang hadir dalam upacara tersebut antara lain
Perdana Menteri Belanda (Willem Drees), Menteri Kehakiman Indonesia
(Dr.Soepomo), dan mantan Menteri Luar Negeri Belanda (Herman van
Royen).
Upacara pengakuan kedaulatan di Jakarta dilakukan pada hari yang
sama dengan upacara pengakuan kedaulatan di Belanda, yaitu pada 27
Desember 1949.
SY U KRON

Anda mungkin juga menyukai