SEJARAH KE ME R DE KAAN
RE PUBL IK INDONE SIA
perjuangan
mempertahankan integrasi
Republik Indonesia
HISTORY CLASS
APA YANG AKAN KITA
BAHAS?
partai politik yang berdiri di awal
kemerdekaan.
proses kembalinya Belanda ke Indonesia.
peristiwa-peristiwa diplomasi yang
terjadi di Indonesia.
agresi militer Belanda pertama dan ke
dua.
sejarah singkat tentang pemindahan ibu
TOPICS
partai-partai politik yang berdiri di awal kemerdekaan
1. Partai Masyumi
Partai Majelis Syuro Muslim Indonesia merupakan partai politik Islam terbesar era zaman liberal. Dibentuk pada 7 November 1945,
pernah menduduki posisi nomer 2 dalam pemilihan umum tahun 1955, sehingga mendapat jatah 57 kursi di parlemen. Saat itu
Masyumi memperoleh 20,9 % suara dengan total sekitar 7.900.000 pemilih. Namun, pada tahun 1960 keberadaan partai ini dilarang
oleh Presiden Soekarno, diduga karena terlibat dalam Pemberontakan PRRI.
PSI adalah partai politik berhaluan kiri yang menganut ideologi sosialisme, berdiri pada tanggal 12 November 1945. Pendiri
sekaligus ketuanya bernama Amir Syarifuddin.
PNI berdiri pada tanggal 4 Juli 1927, merupakan partai tertua di Indonesia. Pada awalnya, nama yang digunakan adalah Perserikatan
Nasional Indonesia, diketuai oleh Dr. Tjipto Mangunkusumo. Partai Nasional Indonesia pernah memenangkan pemilu pada tahun
1955, seihngga mendominasi kursi parlemen.
Pada awalnya bernama Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia, sudah dirintis sejak tanggal 17 Desember 1927. Namun secara resmi
mendeklarasikan sebagai partai politik pada tanggal 17 Desember 1945, pelopornya antara lain : Iwan Kusumasumanteri, JB Assa, Sk
Werdoyo dan Ir Lono.
Belanda berupaya kembali ke Indonesia dengan membonceng kedatangan pasukan Sekutu. Pasukan Sekutu (dengan
nama AFNEI, Allied Forces in Netherlands East Indies) ini awalnya bertujuan untuk melucuti pasukan Jepang di Indonesia
dan mengembalikan pasukan Jepang ke negaranya.
Namun kemudian pasukan Sekutu membebaskan dan mempersenjatai para tahanan Belanda, dan membantu
Netherlands Indies Civil Administration (NICA) untuk membentuk kembali pemerintahan Hindia Belanda dan menjadikan
kembali Indonesia sebagai wilayah jajahan Belanda.
Kapal AFNEI yang pertama mendarat di Indonesia adalah HMS Cumberland milik Inggris. kapal ini merapat pada 15
September 1945 di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dan pada 29 September, kapal ini menurunkan pasukan AFNEI.
NICA dipimpin oleh Hubertus Johannes (HJ) van Mook, yangn menjadi pejabat paling tinggi diantara pemerinatahn Belanda
yang mencoab menguasai kembali Indonesia.
Dengan arahan Van Mook Belanda berupaya mberupaya menduduki kembali Indonesia
Puncak upaya Belanda ini adalah diluncurkannya dua serangan besar yaitu Agresi Militer I (Operatie Product) dan Agresi
Militer II (Operatie Kraai). Sebagai akibat agresi ini, banyak wilayah Indonesia yang dikuasai militer Belanda, termasuk ibu
kota Jakarta. Ini membuat Presiden Sukarno harus mengungsi ke Yogyakarta.
Van Mook juga berupaya memecah Indonesia dengan membentuk negara federal, seperti Negara Pasundan, Negara
Indonesia Timur dan Negara Sumatera Timur.
peristiwa-peristiwa diplomasi yang
terjadi di Indonesia
Di mana teror juga semakin meningkat terhadap para pemimpin bahwan melakukan percobaan pembunuhan pada
Perdana Menteri Syahrir pada tanggal 26 Desember 1945, demikian juga terhadap Amir Syarifudin. Kondisi tersebut
menjadi salah satu alasan pemindahan Ibukota ke Yogyakarta.
Sementara Yogyakarta dianggap sebagai daerah yang terbilang aman karena di sana juga telah berdiri suatu kerajaan
yang dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwono IX. Kendati wilayahnya kecil tapi kesultanan Yogyakarta memiliki andil yang
cukup besar dalam kancah perjuangan bangsa.
Rapat Terbatas
Situasi yang terjadi di Jakarta sudah semakin tak kondusif, menyaksikan hal tersebut Soekarno segera menggelar rapat
terbatas pada 1 Januari 1946 di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta.
Dari hasil rapat tersebut, pemerintah Indonesia sepakat untuk mengendalikan jalannya pemerintahan dari lingkup
daerah. Kemudian pada 2 Januari 1946, Sultan Hamengkubuwono IX saat itu menyarankan agar Ibukota RI dipindahkan
sementara ke Yogyakarta.
Lalu Soekarno menanyakan kembali kesanggupan dan kesiapan pemerintah Yogyakarta untuk menerima rencana
pemindahan Ibukota. Setelah menyanggupi, Soekarno menerima tawaran tersebut.
Proses Pemindahan Ibukota ke Yogyakarta
Dalam prosesnya pemindahan ibukota mula-mula dilakukan dengan terlebih dahulu mengungsikan presiden dan wakil
presiden pada tanggal 3 Januari 1946 ke Yogyakarta. Hal ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan termasuk
keamanan bagi presiden dan wakil presiden.
Rombongan Soekarno-Hatta dan para menteri kabinet melakukan perjalanan ke Yogyakarta secara diam-diam dengan
Kereta Api Luar Biasa sekitar pukul 18.00 WIB. Berangkat dari kediaman Soekarno, 15 pasukan khusus siap mengawal
para tokoh hingga sampai di Yogyakarta. Setelah melewati 15 jam perjalanan kereta, rombongan akhirnya sampai di
Yogyakarta pada 4 Januari 1946 pukul 09.00 WIB.
Kedatangan presiden dan wakil presiden di Yogyakarta langsung disambut oleh Sultan Hamengkubuwono IX dan
sementara itu perdana menteri Sutan Sjahrir berada di Jakarta untuk melakukan perundingan yang berkantor satu atap
dengan Departemen Dalam Negeri Jalan Jawa No. 61 Jakarta.
akhir kata ''tak ada gading yang tak retak, begitu juga dengan sesi
presentasi ini''