Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

INFORMASI MENGENAI DUKUNGAN TERHADAP KEMERDEKAAN


INDONESIA & BIOGRAFI TOKOH DIPLOMASI YANG
MEMPERKUATKAN PERDAULATAN INDONESIA MEMALUI
JALUR DIPLOMASI

DISUSUN OLEH :

NAMA : DIVA SANTOSO PUTRI

KELAS : XII IPS 2

MANDRASAH ALIYAH NEGERI LANDAK

TAHUN 2021

1
DUKUNGAN NEGARA – NEGARA TERHADAP KEMERDEKAAN INDONESIA

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh negara kita ini, dahulu, setelah
memproklamasikan kemerdekaan. Untuk dapat benar-benar terbebas dari penjajah dan
merdeka menjadi sebuah negara, Indonesia harus memenuhi dua unsur, yaitu unsur
konstitutif dan juga unsur deklaratif. Apa maksud dari kedua unsur itu? Yuk kita bahas.

Kalau kita lihat dari segi unsur konsitutif yang meliputi wilayah, rakyat, dan
pemerintah yang berdaulat, Indonesia sudah memenuhinya. Akan tetapi, Indonesia paska
proklamasi masih belum memenuhi unsur deklaratif, yaitu pengakuan dari negara-negara
lainnya. Nah hal itu lah yang membuat Indonesia butuh adanya dukungan dan pengakuan.

Sama halnya ketika kamu mau mengadakan acara pensi di sekolah. Kamu udah punya
kepanitiaan, udah punya tempat, udah punya proposal anggaran. Tapi, kalau acara kamu yang
udah siap 70% itu nggak dapat pengakuan atau persetujuan dari Pembina, Kepala Sekolah,
atau pihak-pihak yang berkepentingan memberikan izin, maka percuma saja persiapan kamu
itu. Hasilnya ya bisa saja acaramu itu diambil alih oleh event organizer, dan kamu bukan jadi
panitia intinya. Ujung-ujungnya yaa rugi Squad.

Begitulah juga dengan negara kita ini. Indonesia membutuhkan dukungan dan
pengakuan dari negara-negara lain. Untungnya, dalam kurun waktu setahun setelah
proklamasi, Indonesia mendapat dukungan dari berbagai negara. Negara-negara pertama
yang memberikan dukungan dan mengakui kemerdekaan Indonesia adalah Mesir, India,
Australia, vatikan dan Palestina.

a. MESIR

Dukungan Mesir terhadap Indonesia berlanjut ketika Muhammad Abdul Mu’im selaku
Konsul Jenderal Mesir, datang ke Yogyakarta pada 13-16 Maret 1947. Tujuan dari
kedatangannya adalah untuk menyampaikan pesan dari Liga Arab yang mendukung
kemerdekaan Indonesia. Peran Mesir sangat besar dalam pengakuan kemerdekaan Indonesia,
karena Mesir merupakan negara yang sering mengeluarkan anjuran agar negara-negara
anggota Liga Arab mengakui kemerdekaan Indonesia.

1
Kemudian, pada tanggal 10 Juni 1947, terjadi penandatanganan perjanjian persahabatan
antara Indonesia dengan Mesir. Pihak Indonesia diwakilkan oleh Haji Agus Salim, A.R.
Baswedan, Nazir Pamoentjak, dan Rasjidi. Sedangkan pihak Mesir diwakilkan oleh Mahmud
Fahmi Nokrashi. Nah, untuk pertama kalinya nih Squad, Republik Indonesia mendirikan
Kedutaan Besar RI di luar negeri

b. INDIA

Pada tahun 1946, Indonesia melakukan diplomasi beras dengan India. Indonesia mengirim
bantuan sebesar 500.000 ton beras kepada India yang saat itu sedang mengalami krisis
pangan akibat penjajahan Inggris. Nah kamu tahu nggak? Sebenarnya, diplomasi yang
dilakukan oleh Sutan Syahrir ini lebih bersifat politis. Kenapa? Karena dengan peran
Indonesia kepada India, India menjadi salah satu negara di Asia yang terus gencar
menyuarakan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Waah pinter banget ya.

Kemudian, India memprakarsai diadakannya Konferensi Inter-Asia atau Konferensi New


Delhi pada 20-25 Januari 1949, dan yang memprakarsai adalah Pandit Jawaharlal Nehru.
Bahkan nih ya Squad, India sampai mengirimkan pesawat untuk menjemput delegasi
Indonesia, yaitu H. Agus Salim. Konferensinya sendiri, dihadiri oleh beberapa negara seperti
Arab Saudi, Ethiopia, Burma, Iran, Irak, Australia, Afganistan, Selandia Baru, Yaman, Sri
Lanka, Nepal, Republik Rakyat Tiongkok, dan Muangthai.

Lalu, apa sih hasil dari Konferensi Inter-Asia ini? Nah hasilnya ini disampaikan kepada
Dewan Keamanan PBB (DK PBB) oleh Nehru. Kemudian DK PBB mengeluarkan resolusi
pada 28 Januari 1949 sebagai tindaklanjut dari hasil Konferensi New Delhi. Apa saja itu?
Lihat di bawah ini.

c. AUSTRALIA

Secara geografis, Indonesia sangat berdekatan dengan Australia, hal itulah yang membuat
Australia ikut terlibat dalam menyuarakan dukungan kemerdekaan Indonesia. Salah satu
bentuk dukungannya adalah peristiwa “Black Armada” yang terjadi pada 24 September 1945.
Pada saat itu terjadi boikot besar-besaran terhadap kapal-kapal milik Belanda di Pelabuhan
Brisbane, Sidney, Melbourne, dan Fremantle yang membawa persenjataan milik Belanda
menuju Indonesia.

2
Kejadian tersebut didukung oleh Partai Buruh Australia yang pada saat itu menguasai
pemerintahan Australia. Lalu apa akibat dari peristiwa Black Armada? Akibatnya sebanyak
400 armada kapal milik Belanda yang berlabuh di Australia tidak bisa melanjutkan perjalanan
ke Indonesia. Selain itu para pekerja di pelabuhan Sydney juga menggelar aksi unjuk rasa di
depan kantor diplomatik Belanda dan memasang spanduk bertuliskan “hands off Indonesia”.

Berbagai upaya yang dilakukan oleh Australia dalam mengakui kemerdekaan Indonesia
mendapat pujian dari Sutan Sjahrir dalam pidatonya pada tahun 1945. Sjahrir menyatakan
bahwa Austalia adalah “teman”. Kenapa? Karena melihat dari pengalaman kedua negara pada
saat perang Pasifik melawan Jepang. Sutan Sjahrir juga berjanji jika Indonesia merdeka,
maka Indonesia akan membantu kedaulatan Australia.

Selain ketiga negara itu, ada juga nih dukungan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
PBB adalah organisasi internasional yang besifat global dan dibentuk setelah berakhirnya
Perang Dunia II, yaitu pada tanggal 24 Oktober 1945. Pelopor dari berdirinya PBB adalah
Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Prancis, dan Republik Rakyat Tiongkok.

Sejak PBB didirikan, lembaga ini konsisten mendukung Indonesia sebagai negara yang
merdeka. Beberapa bukti dukungan PBB terhadap Indonesia adalah:

d. VATIKAN

Tahta Suci Vatikan turut memegang peranan penting dalam kemerdekaan Indonesia.
Hubungan antara pimpinan uamt Katolik sedunia itu dengan wilayah RI sudah terjalin sejak
era kerajaan nusantara hingga akhirnya Belanda berkuasa sebagai otoritas kolonial.

Hasil lobi Romo Mgr Soegijapranata, uskup pribumi pertama sepanjang sejarah Hindia
Belanda, Vatikan segera memahami bahwa secara faktual rakyat Indonesia tidak akan lagi
bisa menerima kekuasaan Belanda.

Sebulan setelah Mesir mengakui Indonesia sebagai bangsa merdeka, tepatnya pada 6 Juli
1947, Tahta Suci menunjuk delegasi apostolik Georges Marie Joseph, sebagai penghubung
Vatikan-RI. Vatikan menjadi entitas politik pertama di Eropa yang menerima kedaulatan
bangsa Indonesia.

3
Dukungan Vatikan bersifat simbolik, karena secara moral bangsa-bangsa Barat perlahan
mengubah posisi netral terhadap Belanda. Bahkan saat Belanda menggelar agresi militer,
negara seperti Australia dan Amerika Serikat mengecam keras manuver politik teresbut.
Secara de jure, Vatikan baru berhubungan resmi dengan RI setelah mendirikan Apostolic
Internunciatur di Jakarta pada 1950.

e. PALESTINA

Mengutip dari buku Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri karya M. Zein Hassan,
negara Palestina mengakui kedaulatan Indonesia pada 1944. Saat itu, mufti besar Palestina
Syekh Muhammad Amin Al-Husaini dan seorang saudagar kaya Palestina, Muhammad Ali
Taher menyiarkan dukungan rakyat Palestina untuk kemerdekaan Indonesia melalui siaran
radio dan media berbahasa Arab pada 6 September 1944.

"Berita tersebut dua hari berturut-turut kami sebar luaskan, bahkan harian 'Al Ahram' yang
terkenal telitinya juga menyiarkan," ujar Zein Hassan dalam bukunya.

Dukungan kedua tokoh ini tak berhenti sampai di situ. Mereka aktif melobi negara-negara di
kawasan Timur Tengah yang berdaulat di Liga Arab untuk mengakui kemerdekaan
Indonesia.

1. Dukungan Saudagar Palestina untuk Kemerdekaan Indonesia

Sejak negara Palestina mengakui kedaulatan Indonesia pada 1944, dukungan terus mengalir.
Bahkan salah seorang saudagar kaya raya Palestina, Ali Taher rela mengeluarkan
kekayaannya untuk kemerdekaan.

"Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia," katanya
kepada Zein Hassan saat awal terjadinya Agresi Militer II Belanda di Indonesia, sekitar
Desember 1948. Sosok Ali Taher dikenal sebagai raja media Palestina dan sangat mencintai
Indonesia, terbukti dengan kedekatannya dengan para pejuang Indonesia di Timur Tengah.
Sejumlah media cetak Palestina yang dimiliki Ali Taher antara lain, Ashoura, Al-Shabab, Al
Minhaj dan Al Alam Al-Masri.

4
"Suatu hari dia menarik saya ke Bank Arabia dan mengeluarkan semua uangnya yang
tersimpan di dalam bank itu dan kemudian memberikan kepada saya tanpa meminta tanda
bukti penerimaan," ungkap Zein.

Dalam sejarah, Mesir memang jadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia
pada 22 Maret 1946. Namun pengakuan ini tak lepas dari peran para tokoh Palestina dan
Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, yang diketuai oleh Mohamed Zein
Hassan.

Pada 9 Juni 1947, Mesir mengadakan pengakuan atas kemerdekaan dan kedaulatan Republik
Indonesia yang dihadiri Ketua Delegasi RI, H Agus Salim, Mufti Palestina Syaikh
Muhammad Amin Al Husaini, Menteri Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Faisal.

2. Palestina Deklarasikan Kemerdekaan

Usai negara Palestina mengakui kedaulatan Indonesia pada 1944, giliran negara itu
mendeklarasikan kemerdekaannya sendiri. Proklamasi kemerdekaan Palestina disampaikan
oleh Yasser Arafat dalam sidang Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) pada 15 November
1988.

Pada 19 Oktober 1989 dibangun Kantor Kedutaan Besar Palestina di Jakarta. Pembangunan
Kedubes dilakukan usai ditandatangani Komunike Bersama Pembukaan Hubungan
Diplomatik Indonesia-Palestina antara Menlu RI Ali Alatas dan Menlu Palestina Farouq
Kaddoumi di Jakarta. Farouq menyerahkan surat-surat kepercayaan kepada Presiden Soeharto
pada 23 April 1990.

Pada 29 November 2012, untuk pertama kalinya Palestina diakui sebagai sebuah negara,
meski belum mendapatkan status keanggotaan penuh di PBB.

Setelah negara Palestina mengakui kedaulatan Indonesia pada 1944, Indonesia terus
mendukung Palestina hingga kini. Bahkan dukungan terus mengalir saat pertempuran Israel-
Hamas pecah dan kini disepakati gencatan senjata.

5
TOKOH – TOKOH DIPLOMASI YANG MEMPERKUAT PERDAULTAN
INDONESIA MELALUI JALUR DIPLOMASI

1. AGUS SALIM

Agus Salim adalah pejuang kemerdekaan Indonesia yang terkenal dalam sebuah
organisasi bernama Sarekat Islam. Laki-laki yang lahir pada hari kedelapan bulan Oktober
tahun 1884 ini juga pernah menempuh pendidikan di sekolah khusus anak-anak Eropa di
Europeesche Lagere School (ELS) yang kemudian berlanjut di Hoogere Burgerschool (HBS)
di Batavia. Beliau juga berperan sebagai salah satu anggota panitia 9 BPUPKI yang
mempersiapkan UUD 1945. Karena kepiawaian beliau dalam hubungan internasional, beliau
dipercaya sebagai menteri muda luar negeri kabinet Sjahrir II dan III, serta menjabat sebagai
menteri luar negeri pada kabinet Amir Sjarifuddin dan Hatta.

Pada tahun 1952, Haji Agus Salim menjabat sebagai Ketua di Dewan Kehormatan PWI.
Hal tersebut menjadi penutup karirnya di dunia kancah politik. Beliau beralih menghabiskan
masa tuanya sebagai penulis buku. Buku yang telah terbit dari tangannya berjudul
"Bagaimana Takdir, Tawakal dan Tauchid Harus Dipahamkan". Buku tersebut kemudian
diperbaiki menjadi "Keterangan Filsafat Tentang Tauchid, Takdir dan Tawakal".

Buku yang telah beliau tulis juga merupakan buah karya dari pengalamannya sebagai
jurnalis pada masa mudanya. Agus Salim muda merintis karir sebagai Redaktur II di Harian
Neratja yang kemudian diangkat menjadi Ketua Redaktur. Tidak berhenti disana, beliau juga
menjadi pemimpin Harian Hindia Baroe di Jakarta, dan kemudian mendirikan Suratkabar
Fadjar Asia. Di tengah-tengah karir beliau di dunia jurnalistik, beliau menikah dengan
Zaenatun Nahar dan dikaruniai 8 orang anak.

Namun sayang, karir beliau harus terhenti pada tanggal 4 November 1954. Beliau
meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Jasad beliau dimakamkan di TMP Kalibata,

6
Jakarta. Segala perjuangan yang dilakukan beliau baik di dunia politik maupun media masa
telah mengharumkan nama bangsa Indonesia.

2. SUTAN SJHARIR

Sutan Sjahrir merupakan tokoh nasional Indonesia yang memiliki peran vital dalam
perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pasca proklamasi kemerdekaan, Sutan
Sjahrir dikenal sebagai ujung tombak perjuangan diplomasi Indonesia. Dirinya mendapat
julukan tersebut karena kontribusinya yang sangat besar terhadap keberhasilan perjuangan
diplomasi Indonesia di dunia Internasional.

1. Perundingan Indonesia – Belanda

Kiprah Sutan Sjahrir dalam bidang diplomasi bermula pada bulan Oktober 1945. Pada
saat itu, Sutan Sjahrir melakukan perundingan dengan Belanda terkait dengan pertempuran
pasca proklamasi di beberapa kota Indonesia. Pada perkembangannya, Sutan Sjahrir juga
memimpin perundingan lain antara Indonesia dan Belanda seperti perundingan Hoge Valluwe
dan Linggarjati. Dalam melaksanakan perundingan, Sutan Sjahrir tetap konsisten untuk
berpegang teguh pada nilai – nilai humanisme dan demokrasi.

2. Diplomasi Beras

Dalam buku Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004 (2005) karya M.C Ricklefs, keahlian
diplomasi Sutan Sjahrir di kancah Internasional sangat terlihat dari kebijakannya untuk
melakukan Diplomasi Beras ke India pada bulan Mei 1946. Melalui kebijakan Diplomasi
Beras, Sutan Sjahrir mampu menembus blokade ekonomi Belanda dan menarik simpati
masyarakat India terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Konferensi Hubungan Asia di
New Delhi Sebagai balasan atas jasa-jasa Indonesia, pemerintah India memberikan
pengakuan kemerdekaan terhadap Indonesia serta mengadakan

3. Konferensi Hubungan Asia di New Delhi.

Konferensi Hubungan Asia yang berlangsung pada 23 Maret hingga 2 April 1947
bertujuan untuk menghimpun dukungan negara-negara Asia terhadap kemerdekaan

7
Indonesia. Dalam konferensi ini, Sutan Sjahrir menjadi wakil Indonesia untuk menarik
simpati negara-negara Asia dalam pengakuan kemerdekaan Indonesia. Baca juga: Pengakuan
Negara-Negara Arab terhadap Kemerdekaan Indonesia Ia mengungkapkan permasalahan-
permasalahan yang dialami Indonesia ketika menghadapi ambisi Belanda untuk kembali
menjajah Indonesia

4. Sidang Dewan Keamanan PBB

Dalam buku Sutan Sjahrir: Negarawan Humanis, Demokrat Sejati yang Mendahului
Zamannya (2011) karya Rosihan Anwar, Sutan Sjahrir kembali ditunjuk sebagai salah satu
delegasi Indonesia pada Sidang Dewan Keamanan PBB di Lake Success, New York. Sidang
ini berlangsung pada bulan Agustus 1947 untuk membahas permasalahan Indonesia dan
Belanda terkait Agresi Militer Belanda I. Dalam Sidang Dewan Keamanan PBB, Sutan
Sjahrir memberikan pidato tentang sebuah bangsa muda bernama Indonesia yang memiliki
peradaban yang panjang. Pidato Sjahrir tersebut mampu membuat takjub hampir seluruh
peserta sidang di Lake Success. Pidato Sutan Sjahrir dalam Sidang Dewan Keamanan PBB
bahkan diberitakan oleh The New York Herald Tribune sebagai salah satu pernyataan paling
mengesankan di Lake Success.

3. SOEMITRO DJOJOHADIKUSUMO

Soemitro Djojohadikusumo adalah ahli ekonomi yang turut memperjuangkan pengakuan


Internasional terhadap kedaulatan Indonesia. Meskipun ia memiliki latar belakang pendidikan
ekonomi, namun kemampuannya dalam melakukan diplomasi sangat menngagumkan.

Awal karir Dalam buku Soemitro Djojohadikusumo: Jejak Perlawanan Begawan Pejuang
(2000) karya Hendra Esmara dan Heru Cahyono, kepiawaian diplomasi Soemitro
Djojohadikusumo berasal dari pengalamannya berkuliah di Belanda. Selama berkuliah di
Nederlandse Economische Hogeschool, Soemitro Djojohadikusumo mengasah pemikiran dan
anlisisnya hingga mampu mengkritisi perkembangan politik dunia internasional. Soemitro
Djojohadikusumo juga pernah melakukan pergerakan bawah tanah untuk menentang
dominasi NAZI Jerman di Eropa.

8
1. Kembali ke Indonesia

Pada tahun 1946, Soemitro Djojohadikusumo mendengar kabar adanya konflik bersenjata
antara Belanda dan Indonesia. Mendengar kabar tersebut, Soemitro Djojohadikusumo
bertekad kembali ke Indonesia untuk membantu perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Soemitro Djojohadikusumo tiba di Indonesia pada awal tahun 1947. Setibanya di Indonesia,
ia diangkat sebagai staf Perdana Menteri Sutan Sjahrir.

2. Sidang Dewan Keamanan PBB

Dalam buku Sejarah Diplomasi Indonesia (2008) karya Irawan, pada 14 Agustus 1947,
Soemitro Djojohadikusumo ditunjuk sebagai salah satu delegasi Indonesia dalam Sidang
Dewan Keamanan PBB di Lake Success, New York.

Dalam sidang tersebut, Soemitro Djojohadikusumo hadir bersama Sutan Sjahrir, Agus
Salim, Charles Tambu dan Soedjatmoko. Mereka bersama-sama menghimpun simpati dari
negara-negara Internasional untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Selain itu,
tim diplomat Indonesia juga mengungkapkan bahwa Indonesia bersedia menyelesaikan
konflik bersenjata antara Indonesia dan Belanda dengan cara-cara damai. Pada akhirnya,
Sidang Dewan Keamanan PBB menghasilkan sebuah resolusi untuk menyelesaikan
permasalahan Indonesia dan Belanda dengan damai melalui badan arbitrase.

Tuntutan Soemitro Djojohadikusumo Soemitro Djojohadikusumo menanggapi resolusi


Dewan Keamanan PBB dengan mengajukan beberapa usulan cemerlang.Ia mengusulkan
pembentukan sebuah komisi pengawasan perdamaian yang bertugas untuk menjamin
perdamaian antara Indonesia dan Belanda terkait penyelesaian masalah kedua negara. Selain
itu, Soemitro Djojohadikusumo juga menuntut Dewan Keamanan PBB untuk memerintahkan
penarikan kekuatan militer Belanda di Indonesia. Tuntutan tersebut mendapat dukungan dari
mayoritas peserta sidang seperti, Amerika Serikat, Australia, Brazil, Kolombia, Polandia,
Ukraina dan negara-negara Timur Tengah. Namun pada perkembangannya, Perancis
menggunakan hak veto-nya untuk membatalkan tuntutan dari Soemitro Djojohadikusumo.
Perancis menganggap bahwa tuntutan tersebut hanya akan menguntungkan pihak Indonesia.

9
4. LAMBERTUS NICODEMUS PALAR ATAU BIASA DISEBUT L.N PALAR

Lambertus Nicodemus Palar atau biasa disebut L.N Palar adalah tokoh nasional yang
berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomasi.

L.N Palar merupakan diplomat ulung Indonesia yang turut menghimpun dukungan
dan pengakuan Internasional terhadap kemerdekaan Indonesia. Dalam buku Ikhtisar
Khasanah Arsip-Arsip Nasional Indonesia (2006) karya Lembaga Arsip Nasional Republik
Indonesia, selama menempuh pendidikan tinggi di Yogyakarta dan Bandung, L.N Palar
banyak belajar tentang nasionalisme dan cara-cara berdiplomasi. Perkembangan karier
diplomasi L.N Palar semakin meningkat pada tahun 1928 ketika ia menempuh kuliah di
Amsterdam Universiteit, Belanda. Pada tahun 1930, L.N Palar bergabung dengan Partai
Buruh Sosial Demokrat Belanda (ISDP) untuk memperjuangkan hak-hak kemerdekaan
Indonesia.

L.N Palar berhasil menjabat sebagai anggota majelis parlemen Belanda (Tweede
Kamer) bersama Roestam Effendi dan Setiadjit. Pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia,
L.N Palar berkonflik dengan anggota partai ISDP tentang pandangan kemerdekaan Indonesia.
Mayoritas anggota ISDP mengecam sikap L.N Palar yang terus mununtut pemerintah
Belanda untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Pada perkembangannya, L.N Palar
akhirnya keluar dari ISDP dan parlemen pada akhir Juli 1947.

Dalam buku Diplomasi: Ujung Tombak Perjuangan RI (1986) karya Mohammad


Roem, pada Agustus 1947, L.N Palar kembali ke Indonesia untuk membantu pemerintah
menyelesaikan permasalahan Agresi Militer Belanda I. Diplomasi L.N Palar di Forum PBB
Setibanya di Indonesia, L.N Palar ditunjuk menjadi juru bicara tim diplomat Indonesia dalam
Sidang Dewan Keamanan PBB di Lake Success 14 Agustus 1947. Dalam sidang tersebut,
L.N Palar dan tim delegasi Indonesia berhasil menghimpun dukungan internasional terkait
kemerdekaan Indonesia. Setelah berhasil mendapat simpati anggota forum PBB, L.N Palar
dan tim diplomat Indonesia berusaha ‘mendekati’ Amerika Serikat untuk berperan aktif

10
membantu penyelesaian konflik Indonesia dan Belanda. Tim Diplomasi Indonesia banyak
melakukan kampanye kemerdekaan dan perjanjian persahabatan dengan pihak pengusaha,
buruh, akademisi dan agamawan di Amerika Serikat. Hal tersebut berhasil menggiring opini
masyarakat Amerika Serikat untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dalam
sidang Dewan Keamanan PBB 22 Desember 1948 di Paris, L.N Palar kembali melakukan
diplomasi untuk menuntut aksi Agresi Militer Belanda II. Sebagai ketua tim delegasi
Indonesia, L.N Palar mengusulkan tentang cara penyelesaian masalah Indonesia-Belanda
dengan cara damai.
Atas kepiawaian diplomasi L.N Palar, forum sidang PBB menyatakan
keberpihakannya kepada Indonesia. Mereka mendukung Indonesia dengan alasan bahwa
Belanda telah berulang kali melanggar piagam PBB dan resolusi damai Dewan Keamanan
PBB pada tahun-tahun sebelumnya.

11

Anda mungkin juga menyukai