Anda di halaman 1dari 9

Pengakuan Negara Lain Atas

Kemerdekaan Indonesia

Disusun oleh:
 Iin Daimatul F.
 Sefti indah I .
 Syakinah
Ghaitsa S.
 Wahyu Ayuning
T.
 Widya L.
 Zaine A.
Unsur konstitutif terbentuknya suatu negara terdiri dari
wilayah, rakyat, dan pemerintahan yang berdaulat. Adapun unsur
deklaratif meliputi pengakuan dari negara lain. Unsur deklaratif
sebenarnya bukanlah unsur yang mutlak harus dipenuhi. Namun
pengakuan dari negara lain sangatlah penting agar tidak
diasingkan dalam hubungan internasional.

Gaung kemerdekaan Indonesia membahana ke seluruh


penjuru dunia, setelah Proklamator kemerdekaan RI Soekarno-
Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI secara de facto pada 17
Agustus 1945. Namun perlu diingat bahwa untuk berdiri sebagai
negara yang berdaulat, Indonesia membutuhkan pengakuan dari
bangsa-bangsa lain secara hukum atau de jure. Karena pada masa
revolusi itu, wilayah Indonesia terjadi kekosongan pemerintahan
setelah Jepang menyerah pada Sekutu, dan pasukan Sekutu akan
mendarat dengan membawa pasukan Belanda yang ingin berkuasa
kembali di Indonesia.
Pada persyaratan ini, kita tertolong dengan adanya
pengakuan dari tokoh tokoh Timur Tengah, sehingga Negara
Indonesia dapat menjadi berdaulat dan mendapat pengakuan
internasional. Gong dukungan untuk kemerdekaan Indonesia ini
dimulai dari Palestina dan Mesir, seperti dikutip dari buku
“Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis oleh
Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, M.
Zein Hassan Lc. Buku ini diberi kata sambutan oleh Moh. Hatta
(Proklamator & Wakil Presiden pertama RI sertaPahlawan
Nasional RI), M. Natsir (mantan Perdana Menteri RI ), Adam
Malik (Menteri Luar Negeri RI ketika buku ini diterbitkan), dan
Jenderal (Besar) A.H. Nasution.
Palestina

Beberapa negara lain seperti Palestina dan Afghanistan juga


termasuk negara pertama yang memberikan pengakuan kedaulatan
sehingga Indonesia dapat mempertahankan kemerdekaannya. M.
Zein Hassan Lc. Lt. sebagai pelaku sejarah, menyatakan dalam
bukunya pada hal. 40, menjelaskan tentang peran-serta, opini dan
dukungan nyata Palestina terhadap kemerdekaan Indonesia , di
saat negara-negara lain belum berani untuk memutuskan sikap.

Dukungan Palestina ini diwakili oleh Syekh Muhammad


Amin Al-Husaini -mufti besar Palestina- secara terbuka mengenai
kemerdekaan Indonesia:”.., pada 6 September 1944, Radio Berlin
berbahasa Arab menyiarkan ‘ucapan selamat’ mufti Besar
Palestina Amin Al-Husaini (beliau melarikan diri ke Jerman pada
permulaan perang dunia ke dua) kepada Alam Islami, bertepatan
‘pengakuan Jepang’ atas kemerdekaan Indonesia. Berita yang
disiarkan radio tersebut dua hari berturut-turut, kami sebar-
luaskan, bahkan harian “Al-Ahram” yang terkenal telitinya juga
menyiarkan.”
Mesir

Mesir merupakan negara pertama yang memberikan


pengakuan kedaulatan terhadap Indonesia. Negara yang terkenal
dengan piramida dan Sphinx tersebut mengakui kedaulatan
Indonesia pada tanggal 22 Maret 1946. Hingga tahun 2018,
Indonesia telah menjalani hubungan diplomatik dengan Mesir
selama 71 tahun. Hubungan kerja sama antara kedua negara ini
terus ditingkatkan sampai saat ini.

Di Mesir, sejak diketahui sebuah negeri Muslim bernama


Indonesia memplokamirkan kemerdekaannya, Al-Ikhwan Al-
Muslimun (IM), organisasi Islam yang dipimpin Syaikh Hasan Al-
Banna, tanpa kenal lelah terus menerus memperlihatkan
dukungannya. Selain menggalang opini umum lewat pemberitaan
media yang memberikan kesempatan luas kepada para mahasiswa
Indonesia untuk menulis tentang kemerdekaan Indonesia di koran-
koran lokal miliknya, berbagai acara tabligh akbar dan
demonstrasi pun digelar.
Suriah.

Walaupun Indonesia sudah memproklamasikan


kemerdekaannya, agresi militer Belanda masih terus berlangsung.
Suriah, salah satu negara anggota Liga Arab, turut
memperjuangkan persoalan yang dihadapi Indonesia itu untuk
dibahas dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun
1947. Sampai akhirnya, agresi militer Belanda di Indonesia
dihentikan melalui perundingan secara damai.
Sejak saat itu, terjalinlah hubungan bilateral antar keduanya.
Akan tetapi, kegiatan peningkatan hubungan terhenti ketika krisis
Suriah menyeruak pada tahun 2011. Saat ini, hubungan bilateral
antara Indonesia dan Suriah hanya sebatas saling mendukung
dalam forum internasional. 
Lebanon

Setelah Mesir dan Suriah, Lebanon merupakan negara ketiga yang


mengakui kedaulatan Indonesia. Pada tanggal 29 Juli 1947, pengakuan
secara de-jure diberikan kepada NKRI oleh Lebanon. Dari situlah,
hubungan bilateral antara Indonesia dan salah satu negara yang terletak di
Timur Tengah itu pun dimulai. Pada awalnya, Duta Besar Republik
Indonesia (RI) untuk Mesir turut diakreditasikan dalam mengelola
hubungan diplomasi dengan Lebanon. Namun, Kedutaan Besar RI untuk
Lebanon akhirnya didirikan secara resmi di Beirut pada tahun 1996.

Yaman.

Salah satu negara anggota Liga Arab lainnya yang mengakui


kedaulatan Indonesia adalah Yaman. Pengakuan terhadap kemerdekaan
Indonesia diberikan pada tanggal 3 Mei 1948. Hingga saat ini,
persahabatan kedua negara telah berlangsung selama 70 tahun. Hubungan
diplomatik antara Indonesia dan Yaman terus ditingkatkan, baik dalam
bidang politik, ekonomi, hingga sosial dan budaya.
Arab Saudi.

Sejak memberikan pengakuan kedaulatan kepada Indonesia,


Arab Saudi terus mempertahankan hubungannya dengan
Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat dari kunjungan Raja Salman
ke Indonesia pada tahun 2017 lalu. Sejatinya, hubungan
diplomatik antara Arab Saudi dan Indonesia secara resmi dimulai
pada tanggal 1 Mei 1950. Beberapa hubungan kedua negara ini
yang paling tampak adalah adanya kesempatan kerja bagi Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi dan kerja sama di bidang
haji.
Vatikan

Salah satu negara pertama di Eropa yang memberikan


pengakuan kedaulatan terhadap kemerdekaan Indonesia adalah
Vatikan, tepatnya pada 6 Juli 1947. Hubungan diplomatik
keduanya terlihat dengan berdirinya Kedutaan Besar Republik
Indonesia (KBRI) di Vatikan pada tahun yang sama. Selain itu,
hubungan RI dan Vatikan semakin diperkuat ketika Kedutaan
Besar Vatikan (Apostolic Nunciature) hadir secara resmi di
Jakarta sejak tahun 1950.

Anda mungkin juga menyukai