Mulai dari Misi Garuda, Deklarasi Djuanda, Gerakan Non-Blok (GNB) dan beberapa gerakan
untuk menciptakan perdamaian dunia seperti ini lainnya patut untuk kamu ketahui dengan baik.
Untuk itu, di sini kami akan membagikan penjelasannya secara lengkap.
Berikut adalah beberapa peran Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia yang wajib
diketahui oleh seluruh masyarakat Indonesia:
Namun, pada tahun 1965 Indonesia sempat keluar dan kemudian kembali lagi pada tanggal 28
September 1966. Penyebab dari kejadian ini yaitu sebagai protes diterimanya Malaysia menjadi
anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada tahun tersebut.
PBB secara konsisten mendukung Indonesia untuk bisa menjadi negara yang merdeka,
mandiri, dan berdaulat. Sebagai bentuk kontribusi dalam PBB ini, Indonesia bergabung dengan
komite khusus yang ditujukan sebagai kepedulian bangsa mengenai situasi yang berkaitan
dengan implementasi deklarasi
Dalam hal ini, deklarasi tersebut akan berkaitan dengan upaya kemerdekaan bangsa yang
terjajah. Pada tahun 1971, Indonesia meminta kepada komite 24 untuk membuat suatu
rekomendasi yang benar-benar nyata. Dengan adanya rekomendasi ini, Dewan Keamanan
dapat lebih mudah untuk melakukan upaya-upaya pertimbangan yang tepat dan berkaitan
dengan wilayah penjajahan tersebut.
Selain itu, contoh peran negara Indonesia dalam perdamaian dunia juga bisa dilihat pada
saat Indonesia terlibat dalam gerakan dekolonialisasi yang terjadi pada tanggal 20 November
1972.
2. Konferensi Asia-Afrika (KAA)
Peran Indonesia dalam perdamaian dunia Konferensi Asia-Afrika (KAA) diawali dari ide Ir.
Soekarno dan disampaikan oleh Ali Sastroamidjojo. Ide ini pertama kali disampaikan pada saat
Konferensi Colombo diselenggarakan.
Ir. Soekarno mengusulkan ide ini setelah terjadi Perang Dunia II yang membuat banyak negara
bersikukuh. Ketegangan antara banyak negara ini disebabkan oleh terjadinya Blok Barat dan
Blok Timur. Kemudian, ide ini mulai menjadi pokok pembahasan bagi banyak negara.
Tidak berhenti sampai di situ saja, pembicaraan terkait ide ini juga masih berlanjut sampai
Konferensi Panca Negara diselenggarakan. Ada beberapa keputusan yang dibahas di
konferensi ini, dan beberapa di antaranya adalah:
Tanggal 18 sampai 24 April 1955 ditetapkan sebagai hari di mana Konferensi Asia-Afrika
diselenggarakan. Ada beberapa agenda yang akan dilakukan selama Konferensi Asia-Afrika
diselenggarakan, yaitu:
Membahas kerja sama ekonomi dan budaya masing-masing negara, Hak Asasi
Manusia (HAM) yang berlaku di setiap negara, hingga hak dalam penentuan
nasib setiap negara yang ada di seluruh dunia.
Membahas tentang masa depan negara-negara yang belum merdeka dan
beragam masalah yang terjadi di dalamnya.
Berupaya untuk membentuk gerakan perdamaian dunia serta aksi kerjasama
yang bersifat internasional dan dapat membuat seluruh negara di dunia ini
menjadi lebih damai..
3. Hubungan Internasional
Pembangunan hubungan internasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia ini ditujukan
untuk meningkatkan kerjasama bilateral dan persahabatan melalui berbagai macam media,
yang sesuai dengan kepentingan serta kemampuan nasional.
Pembentukan satu negara Republik Indonesia (RI) sebagai negara kesatuan dan
kebangsaan yang demokratis.
Menciptakan lingkungan masyarakat yang adil dan makmur secara material
maupun spiritual.
Menciptakan hubungan persahabatan yang baik antara negara Indonesia
dengan seluruh negara yang ada di dunia ini, khususnya dengan negara-negara
Afrika dan Asia yang bekerja sama dalam mewujudkan perdamaian dunia yang
lebih sempurna.
Menjaga keselamatan negara dan mempertahankan kemerdekaan bangsa yang
lebih baik.
Meningkatkan perdamaian internasional, sehingga Indonesia dapat membangun
dan memperoleh segala jenis persyaratan yang dibutuhkan untuk peningkatan
kemakmuran rakyat.
Memperoleh dan mengumpulkan semua jenis barang yang dibutuhkan untuk
proses peningkatan kemakmuran rakyat.
Sementara itu, untuk bentuk kerjasama antara Indonesia dengan organisasi internasional
sendiri sudah sangat beragam, yaitu:
4. Deklarasi Djuanda
Pada tahun 1956 Deklarasi Djuanda mulai dipertimbangkan, karena adanya tuntutan dari
pimpinan Departemen Pertahanan Keamanan Republik Indonesia (RI). Perdana Menteri
Djuanda Kartawidjaja adalah yang pertama kali mencetuskan deklarasi ini.
Untuk lebih tepatnya, Perdana Menteri Djuanda Kartawidjaja membuat deklarasi ini sebagai
aksi protes terkait hukum laut di Indonesia pada tanggal 13 Desember 1957. Di periode waktu
tersebut Ordonansi Laut dan Daerah Maritim dari Belanda dijadikan sebagai dasar pembuatan
hukum laut Indonesia.
Kebijakan ini tidak dapat melindungi sumber daya Indonesia dengan baik, karena tidak ada
larangan khusus yang menyebutkan bahwa kapal-kapal asing tidak boleh sembarangan masuk.
Setelah itu, UU No. 4/PRP Tahun 1960 mulai dikukuhkan dan hal ini membuat teori “Wawasan
Nusantara” dibentuk secara nyata. Tidak berhenti sampai di situ saja, deklarasi ini kembali
diperjuangkan dengan memanfaatkan keberadaan UNCLOS dari PBB.
5. Misi Garuda
Misi mengirim kontigen Garuda ini berawal dari adanya konflik yang terjadi antara Inggris,
Prancis, Israel, dan Mesir. Pada saat itu, Mesir diserang oleh beberapa negara yakni Inggris,
Israel, dan Prancis. Peristiwa penyerangan Mesir ini terjadi di Timur Tengah.
Sampai akhirnya Lester B. Perason, yang dalam periode tersebut menjabat sebagai Menteri
Luar Negeri di Kanada, menyebutkan bahwa wilayah Timur Tengah harus segera dilindungi
dengan membentuk gerakan perdamaian secara lebih cepat.
Selang beberapa waktu kemudian usul tersebut disetujui dan UNEF mulai dibentuk pada
tanggal 5 November 1956. Indonesia turut berpartisipasi dalam gerakan ini dengan
mengirimkan Misi Garuda I – Misi Garuda XXVI-C2.
Sesuai dengan data yang ada dalam Kementerian Luar Negeri, Indonesia disebutkan telah
menjadi kontributor terbesar ke-10 pasukan pemeliharaan perdamaian yang diselenggarakan
oleh PBB.
Sampai saat ini, pemerintah Indonesia telah memberi tugas kepada 2.843 personel TNI dan
POLRI untuk melakukan 10 Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB yang sudah ada. Selain itu,
misi ini juga ditujukan sebagai implementasi dari sarana peningkatan profesionalisme anggota
TNI dan POLRI.
6. Gerakan Non-Blok
Kemunculan 2 kubu dari 2 negara adidaya, yaitu Uni Soviet yang menjunjung tinggi
kepercayaan sosialis-komunis dan Amerika yang menjadi negara liberalis-kapitalis.
Dengan terbentuknya 2 kubu dari 2 negara adidaya ini, tidak membuat negara lain menyetujui
adanya kedua kubu tersebut. Beberapa negara yang tidak menyetujui kemunculan 2 kubu ini
akhirnya membuat gerakan sendiri yakni Gerakan Non-Blok atau biasa disingkat dengan nama
GNB.
Gerakan Non-Blok (GNB) dimulai oleh 5 negara yang terdiri dari Indonesia, India, Ghana, Mesir,
dan Yugoslavia. Kelima negara ini membentuk GNB dengan tujuan khusus, yaitu:
Peranan Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia adalah dapat dilihat dari gerakan-
gerakan yang dilakukannya, seperti:
Pada tahun 2012, KTT GNB diselenggarakan secara berulang kali, yaitu hingga 17 kali. Karena
gerakan ini terus diselenggarakan dengan tujuan yang kuat, 120 negara lainnya akhirnya
memutuskan untuk ikut bergabung.