DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5: 1. Lindi Anisah Putri
2. M. Zailani Nur Alfin
3. M. Tri Novandi
4. Rifal Hamdani
5. Stella Wijayanti
6. Wasita Kurnia Indarti
KELAS :XI IPA 1
GURU PEMBIMBING: Maidarwati, S. Pd
SMAN 1 KANDIS
TP.2022/2023
PERAN INDONESIA DALAM MENCIPTAKAN
PERDAMAIAN DUNIA MELALUI ORGANISASI
INTERNASIONAL
Namun, pada tahun 1965 Indonesia sempat keluar dan kemudian kembali lagi
pada tanggal 28 September 1966. Penyebab dari kejadian ini yaitu sebagai
protes diterimanya Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan
PBB pada tahun tersebut.
Kedekatan emosional dan sejarah antara PBB dengan Indonesia memang tidak
perlu diragukan lagi. PBB secara konsisten mendukung Indonesia untuk bisa
menjadi negara yang merdeka, mandiri, dan berdaulat.
Sebagai bentuk kontribusi dalam PBB ini, Indonesia bergabung dengan komite
khusus yang ditujukan sebagai kepedulian bangsa mengenai situasi yang
berkaitan dengan implementasi deklarasi. Dalam hal ini, deklarasi tersebut
akan berkaitan dengan upaya kemerdekaan bangsa yang terjajah.
Pada tahun 1971, Indonesia meminta kepada komite 24 untuk membuat suatu
rekomendasi yang benar-benar nyata. Dengan adanya rekomendasi ini, Dewan
Keamanan dapat lebih mudah untuk melakukan upaya-upaya pertimbangan
yang tepat dan berkaitan dengan wilayah penjajahan tersebut.
Selain itu, contoh peran negara Indonesia dalam perdamaian dunia juga bisa
dilihat pada saat Indonesia terlibat dalam gerakan dekolonialisasi yang terjadi
pada tanggal 20 November 1972. Sikap yang ditunjukkan Indonesia ini tercatat
dalam Piagam PBB No. 2909.
Ir. Soekarno mengusulkan ide ini setelah terjadi Perang Dunia II yang membuat
banyak negara bersikukuh. Ketegangan antara banyak negara ini disebabkan
oleh terjadinya Blok Barat dan Blok Timur. Kemudian, ide ini mulai menjadi
pokok pembahasan bagi banyak negara.
Tidak berhenti sampai di situ saja, pembicaraan terkait ide ini juga masih
berlanjut sampai Konferensi Panca Negara diselenggarakan. Ada
beberapa keputusan yang dibahas di konferensi ini, dan beberapa di
antaranya adalah:
4. Deklarasi Djuanda
Kebijakan ini tidak dapat melindungi sumber daya Indonesia dengan baik,
karena tidak ada larangan khusus yang menyebutkan bahwa kapal-kapal asing
tidak boleh sembarangan masuk.
Setelah itu, UU No. 4/PRP Tahun 1960 mulai dikukuhkan dan hal ini membuat
teori “Wawasan Nusantara” dibentuk secara nyata. Tidak berhenti sampai di
situ saja, deklarasi ini kembali diperjuangkan dengan memanfaatkan
keberadaan UNCLOS dari PBB.
5. Misi Garuda
Misi mengirim kontigen Garuda ini berawal dari adanya konflik yang terjadi
antara Inggris, Prancis, Israel, dan Mesir. Pada saat itu, Mesir diserang oleh
beberapa negara yakni Inggris, Israel, dan Prancis. Peristiwa penyerangan
Mesir ini terjadi di Timur Tengah.
Serangan ini tentu tidak diharapkan oleh semua negara, sehingga hal ini
menimbulkan perdebatan di antara negara-negara lainnya.
Selang beberapa waktu kemudian usul tersebut disetujui dan UNEF mulai
dibentuk pada tanggal 5 November 1956. Indonesia turut berpartisipasi dalam
gerakan ini dengan mengirimkan Misi Garuda I – Misi Garuda XXVI-C2.
Sesuai dengan data yang ada dalam Kementerian Luar Negeri, Indonesia
disebutkan telah menjadi kontributor terbesar ke-10 pasukan pemeliharaan
perdamaian yang diselenggarakan oleh PBB.
Sampai saat ini, pemerintah Indonesia telah memberi tugas kepada 2.843
personel TNI dan POLRI untuk melakukan 10 Misi Pemeliharaan Perdamaian
PBB yang sudah ada. Selain itu, misi ini juga ditujukan sebagai implementasi
dari sarana peningkatan profesionalisme anggota TNI dan POLRI.
6. Gerakan Non-Blok
Pada tahun 2012, KTT GNB diselenggarakan secara berulang kali, yaitu
hingga 17 kali. Karena gerakan ini terus diselenggarakan dengan tujuan
yang kuat, 120 negara lainnya akhirnya memutuskan untuk ikut
bergabung.