Itu adalah kutipan lagu Imagine dari John Lennon, kamu pernah dengar lagu ini?
Dalam lagu itu, diceritakan bahwa setiap orang mengharapkan kedamaian,
termasuk Indonesia. Sebagai sebuah negara, ternyata peran Bangsa Indonesia
dalam perdamaian dunia perlu diperhitungkan. Masa, sih? Nggak percaya? Coba
kita ikuti kisah Indonesia dalam misi-misi perdamaian di bawah ini.
Buat kamu yang tinggal atau sudah pernah ke Bandung, pasti kamu pernah
melewati jalan Asia-Afrika.
Pernahkah kamu tahu cerita di balik nama jalan tersebut? Ternyata, pada 1955, di
jalan tersebut terjadi peristiwa sejarah besar antarnegara di kawasan Asia dan
Afrika.
Pada tanggal 3 Januari 1955 di Bandung, dibentuklah sebuah panitia yang diketuai
oleh Sanusi Hardjadinata, Gubernur Jawa Barat. Dari 25 negara yang diundang,
Federasi Afrika Tengah menolak untuk hadir karena masih diserang oleh penjajah.
Konferensi Asia-Afrika di Bandung berlangsung pada tanggal 18–24 April 1955 dan
dihadiri oleh 29 negara termasuk 5 negara sponsor KAA di dalamnya. Agenda
dalam Konferensi ini antara lain membicarakan kerja sama ekonomi, budaya, hak
asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri, masalah bangsa-bangsa yang
belum merdeka, perdamaian dunia dan kerjasama internasional, dan deklarasi
tentang memajukan perdamaian dunia.
Misi Garuda
Saat itu, Inggris, Prancis, dan Israel melancarkan serangan gabungan terhadap
Mesir sehingga menimbulkan perdebatan di antara negara-negara lainnya. Dalam
Sidang Umum PBB, Menteri Luar Negeri Kanada, Lester B. Pearson, mengusulkan
agar dibentuk pemelihara perdamaian di Timur Tengah. Usul ini disetujui dan pada
tanggal 5 November 1956, Sekretaris Jenderal PBB membentuk United Nations
Emergency Forces (UNEF).
Deklarasi Djuanda
Coba inget deh kamu ingat pelajaran geografi tentang laut teritorial atau laut
wilayah. Ternyata, ketentuan luas laut teritorial itu berasal dari Indonesia,
tepatnya lewat Deklarasi Djuanda. Deklarasi Djuanda dicetuskan oleh Perdana
Menteri Djuanda Kartawidjaja pada tanggal 13 Desember 1957.
Setelah Perang Dunia II, muncul dua kubu dari dua negara adidaya, Amerika
dengan haluan liberalis-kapitalis dan Uni Soviet dengan aliran sosialis-komunis.
Banyak negara yang tidak ingin bergabung dalam dua ideologi ini, akhirnya
membuat Gerakan Non-Blok (GNB).
Masih ingat Dasasila Bandung yang sudah kita bahas sebelumnya? Nah, untuk
merealisasikan beberapa poin dalam Dasasila Bandung yang menyangkut
kesejahteraan suatu negara, pada tanggal 1-6 September 1961 diadakan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Beograd, Yugoslavia.
Dalam KTT di Beograd inilah, didirikan GNB, yang diprakarsai oleh lima negara,
yaitu: Indonesia, India, Yugoslavia, Ghana, dan Mesir. Beberapa tujuan dari
pembentukan Gerakan Non-Blok antara lain:
Tujuan dari GNB juga tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, yaitu untuk
menjamin kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari
negara-negara non-blok dalam perjuangan mereka menentang imperialisme,
kolonialisme, apartheid, zionisme, rasisme dan segala bentuk intervensi.
Selain sebagai negara pelopor berdirinya GNB, Indonesia memiliki peran yang
cukup besar dalam organisasi tersebut, di antaranya:
1. Sebagai salah satu negara penggagas KAA yang merupakan cikal bakal
digagasnya Gerakan Non-Blok.
2. Sebagai salah satu negara pengundang pada KTT GNB yang pertama. Hal ini
karena Indonesia merupakan salah satu pendiri GNB dan berperan besar dalam
mengundang atau mengajak negara lain untuk bergabung dalam KTT.
3. Menjadi ketua dan penyelenggara KTT GNB X yang berlangsung pada 1-7
September 1992 di Jakarta dan Bogor. Indonesia turut pula menjadi perintis
dibukanya kembali dialog utara-selatan, yaitu dialog untuk memperkuat
hubungan antara negara berkembang (selatan) dan negara maju (utara).
Hingga 2016, KTT GNB telah diadakan sebanyak 17 kali dan pada 2012, telah
memiliki 120 negara anggota.
Wah, ternyata banyak ya peran bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia? Kita,
sebagai generasi muda Indonesia, sebaiknya ikut berperan aktif dalam memelihara
perdamaian di dunia. Banyak lho hal yang bisa kamu lakukan untuk berkontribusi,
misalkan belajar dengan giat hingga menjadi seorang Diplomat, atau mungkin
sesederhana menggunakan media sosial dan internet untuk berkarya atau tukar
pikiran maupun informasi positif.