MI MISBAHUN NASYIIN
TEMA : BAB 4
LKS
Dibuat Oleh :
M. Rizqy.A
Kelas : VI B
Peranan Sifat Bebas Politik Luar Negeri Indonesia dalam Percaturan Internasional
Dalam percaturan internasional, perwujudan dari sifat bebas dari politik luar negeri
Indonesia cukup banyak. Sebagai contoh, keterlibatan negara Indonesia dalam
berbagai organisasi kerja sama ekonomi, sosial, budaya, juga politik dan keamanan.
Tentu juga keberadaan organisasi-organisasi tersebut ada yang bertaraf regional
dan internasional. Untuk lebih jelasnya, beberapa contoh peranan sifat bebas dari
politik luar negeri Indonesia dalam percaturan internasional antara lain sebagai
berikut :
Pembentukan PBB juga didorong oleh pecahnya Perang Dunia kedua. PBB
merupakan organisasi bangsa-bangsa sedunia dengan tujuan menciptakan
perdamaian dunia. Anggota perintisnya berjumlah 50 negara yang kemudian
dikenal dengan negara anggota pendiri.
Tujuan serta prinsip dari PBB adalah :
a. Pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.
b. Memperkembangkan hubungan persahabatan antar bangsa dengan
menghormati hak untuk menentukan nasib sendiri dan berdasarkan persamaan
hak serta kedudukan.
c. Meningkatkan kerja sama internasional di bidang sosial, ekonomi serta budaya.
d. Menjadikan pusat dari kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai kerja sama
yang harmonis untuk mencapai tujuan PBB.
Bagaimana peranan sifat bebas politik luar negeri Indonesia dalam kaitannya dengan
PBB? Pada awal kemerdekaan politik luar negeri Indonesia belum dilaksanakan
secara maksimal, sebab perhatian Indonesia untuk mengatasi berbagai gejolak. Kita
tahu Belanda saat itu ingin kembali mencengkeramkan kekuasaannya di Indonesia.
Selain itu ada juga beberapa pemberontakan yang terjadi di tanah air.
Pada tanggal 20 Januari 1965 Indonesia keluar dari keanggotaan PBB, dengan
alasan Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Ingat, saat itu
dalam hal politik luar negeri Indonesia sedang konfrontasi dengan Negeri Jiran
tersebut. Setelah keadaan berubah, Indonesia kembali lagi masuk PBB pada tanggal
28 September 1966.
Faktor pendorong berdirinya OPEC adalah penurunan harga minyak dunia oleh
sebab permainan raksasa-raksasa perusahaan minyak seperti Shell, Exxo,
Mobil, dan Gulf. Perusahaan-perusahaan minyak raksasa ini memonopoli
perdagangan minyak ke negara-negara industri besar seperti Amerika Serikat,
Jepang, dan Jerman.
6. Indonesia dan Palang Merah Internasional
Jalinan Indonesia dengan Palang Merah Internasional dirintis sejak awal
kemerdekaan. Mula-mula Presiden Sukarno memerintahkan Menteri Kesehatan
(saat itu Boentaran Martoatmodjo) untuk mendirikan Palang Merah Indonesia
(PMI). Akhirnya PMI terbentuk pada tanggal 17 September 1945 dengan ketua
Prof. Dr. Mochtar.
Peran PMI pada saat itu adalah menangani para korban perang
(mempertahankan) kemerdekaan. Untuk menarik simpati dunia internasional
terhadap perjuangan kemerdekaan pada saat itu, PMI mengadakan hubungan
dengan Palang Merah Internasional.
Untuk keperluan itu, Indonesia membuka pintu bagi para penanam modal asing
sejauh mereka mau tunduk kepada undang-undang dan aturan permainan negara
Indonesia. Penanaman-penanaman modal asing tersebut bergerak di bidang
pertambangan, minyak dan gas bumi, tekstil, pengawetan makanan, perakitan
kendaraan bermotor, juga industri kimia. Pelaksanaannya diatur melalui Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing yang berlaku sejak
tanggal 10 Januari 1967.
Indonesia dalam hal ini banyak mendapat bantuan modal dari badan-badan
internasional seperti :
a. Pasukan Garuda I
Tahun 1956. Ketika itu kecamuk perang terjadi di Timur Tengah. Pihak-pihak yang
terlibat adalah Mesir melawan pasukan gabungan Inggris, Prancis, dan Israel. Dalam
sidang umumnya PBB memutuskan untuk membentuk pasukan darurat pemelihara
perdamaian. Maka, tanggal 5 November 1956 dibentuklah komando pasukan PBB
yang diberi nama UNEF (United Nations Emergency Forces).
Kontingen Indonesia pada waktu itu terdiri dari 330 orang dan kemudian dikenal
sebagai Pasukan Garuda II. Pemimpin kontingen pasukan tersebut adalah Kolonel
Prijatna. Sedang Komandan batalion dipegang oleh Solichi GP (Gautama
Purwanegara). Kontingen Pasukan Garuda II berangkat dari Jakarta tanggal 10
September 1960.
Atas permintaan UNOC kontingen Indonesia diperbesar hingga menjadi satu birigade
(350 orang) yang selanjutnya diberi nama Pasukan Garuda III. Pasukan Garuda III
ini bertugas di Kongo dari bulan Desember 1962 sampai bulan Agustus 1964.
Kontingennya dipimpin oleh Brigjen Kemal Idris, sedangkan komandan brigade
dipegang oleh Kolonel Sabirin Moctar.
Pasukan Garuda IV, V, VI, VII, dan VIII dikirim untuk misi perdamaian di kawasan
Indocina, Vietnam dan Kamboja (baca kembali artikel mengenai ”Peranan Indonesia
di Lingkungan Negara-Negara Asia Tenggara”)