Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ismi Noor Fajriani

Kelas : XI IPS 2

Latar belakang peristiwa mempertahankan indonesia

Meskipun kemerdekaan Indonesia telah di proklamasikan, ternyata bangsa Indonesia


masih mengalami berbagai macam rongrongan atau gangguan yang datang baik dari dalam
maupun dari luar. Pemerintah Belanda masih tetap ingin menguasai wilayah Indonesia.
Namun, kedatangan pasukan Belanda ke wilayah Indonesia bersama-sama dengan pasukan
Sekutu-Inggris. Kedatangannya disambut dengan berbagai bentuk perlawanan oleh bangsa
Indonesia. Sejak 1945 hingga tahun 1950 telah terjadi berbagai macam pertempuran antara
pihak Indonesia dengan pihak Belanda yang dibantu oleh pasukan Sekutu-Inggris.

A. Perjuangan bersenjata dan diplomasi

1. Pertempuran Surabaya (10 november 1945)


2. Pertempuran Ambarawa tanggal 20 november 1945 dan berakhir pada tanggal 15
desember 1945.
3. Pertempuran Medan Area Pada tanggal 9 november 1945
4. Bandung Lautan Api Menjelang november 1945,
5. Peristiwa Merah Putih di Manado 14 februari 1946 di Manado.
6. Pertempuran puputan Margarana (20 november 1946)
7. Perjanjian Linggarjati
8. Agresi Militer I Belanda Pada tanggal 27 mei 1947,
9. Perjanjian Renville
10. Agresi Militer II Belanda

B. Perjuangan mewujudkan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesi (NKRI)


Meski kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan

Bangsa Indonesia berjuang untuk merebut kembali wilayah yang menjadi miliknya melalui
perjuangan diplomasi maupun angkat senjata.

1. Perjanjian Roem Royen


2. Konferensi Inter-Indonesia
3. Konferensi Meja Bundar dan Pengakuan Kedaulatan
4. Peran Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam penyelesaian konflik Indonesia-Belanda

KESIMPULAN
Indonesia sudah menyatakan dirinya sebagai negara merdeka. Namun, hal itu
bukan berarti keadaan dalam negeri menjadi tenang. Kemerdekaan itu harus
dipertahankan dari ancaman pihak asing. Untuk mempertahankan kemerdekaan,
Pemerintah Indonesia menempuh dua cara, yakni perjuangan diplomasi dan
perjuangan bersenjata. Perjuangan diplomasi melahirkan beberapa perjanjian,
sedangkan perjuangan bersenjata mengakibatkan terjadinya berbagai pertempuran.
contoh dari perjuangan diplomasi adalah perjanjian linggar jati, perjanjian renville dan
contoh dari perjuangan bersenjata adalah pertempuran Surabaya, pertempuran
ambarawa, dan medan area

DAFTAR PUSTAKA

● https://brainly.co.id/tugas/10431002#readmore
● https://www.academia.edu/7201648/USAHA_PERJUANGAN_MEMPERTAHANK
AN_KEMERDEKAAN_INDONESIA
● http://shintarizkiwulandari.blogspot.com/2017/11/perjuangan-mempertahankan-
kemerdekaan.html?m=1

Nama:Ayu Diningsih
Kelas:11 ips2
Latar Belakang

Sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia telah mencapai puncaknya dengan


pengucapan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno pada tanggal
17 Agustus 1945. Indonesia adalah Negara yang baru lahir sehingga masih rentan
dengan penjajahan bangsa asing maupun pemberontakan bangsa sendiri. Agar
kemerdekaan bangsa Indonesia bisa bertahan, maka diperlukan suatu pemerintahan
yang kokoh yang mencerminkan jiwa, kepribadian bangsa Indonesia.
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan.

A. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan indonesia

Perlawanan fisik dilakukan di berbagai daerah, antara lain sebagai berikut.

1. Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.


2. Palagan Ambarawa
3. Bandung Lautan Api
4. Medan Area, terjadi pada tanggal 10 Desember 1945
5. Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta

B. Perjuangan secara diplomasi juga dilakukan dari perundingan satu ke perundingan


yang lain.

1. Perundingan Linggarjati
2. Perjanjian Renville

KESIMPULAN
Setelah kemerdekaan, Belanda hadir kembali di Indonesia dan berupaya menanjapkan lagi
kekuasaannya. Oleh karena itu, timbulah konflik berkepanjangan antara Indonesia dengan
Belanda yang mempengaruhi keberadaan Bangsa Indonesia yang baru berdiri. Beberapa
factor yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dan Belanda diantaranya :
1. Sekutu dan NICA melakukan provokasi dan terror terhadap bangsa Indonesia.
2. Timbulnya semangat antikolonialisme di kalangan rakyat Indonesia
3. Belanda melancarkan agresi militer terhadap wilayah tutorial Republik Indonesia

Dalam kondisi seperti itu, beruntung dunia internasional ikut berperan menyelesaikan
pertikaian di antara keduanya.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.mikirbae.com/2018/02/perjuangan-mempertahankan-kemerdekaan.html?m=1
https://blog.ruangguru.com/mengenal-macam-macam-perjuangan-bersenjata-untuk-
mempertahankan-kemerdekaan-ri

Nama : Ismi Noor Fajriani


Kelas : XI IPS 2

Hambatan Nontarif Masih Jadi Kendala Ekspor ke Kawasan Eropa


Pembebasan tarif tak cukup untuk menyelesaikan kendala ekspor, karena
produk Indonesia masih dihadapi kebijakan nontarif barrier.

Indonesia telah menekan perjanjian perdagangan ekonomi komprehensif dengan


European Free Trade Association (EFTA).Meski sejumlah komoditas mendapatkan
pembebasan tarif, pengusaha menyebut Indonesia masih mengadapi kendala eksor ke
ke Swiss, Liechtenstein, Norwegia, serta Islandia, khususnya pada hambatan nontarif
(non-tariff barrier) .
Ketua Komite Tetap Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia
Handito Joewono mengatakan pembebasan tarif tak cukup untuk menyelesaikan
kendala ekspor. "Masalah non-tariff barrier, dengan CEPA (kerja sama ekonomi
kompeherensif) besar harapan ini akan banyak membantu," kata Handito di Jakarta,
Minggu (16/12). Salah satu sektor yang kerap mendapatkan hambatan dagang nontarif
yaitu produk minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) Indonesia. Dalam
EFTA, meskipun Islandia dan Norwegia memberikan akses penuh, namun tetap ada
pengecualian produk sawit tujuan pakan ternak selain untuk ikan. (Baca: Perjanjian
Dagang RI - Eropa Diteken, Ribuan Tarif Bea Masuk Dihapus) Swiss juga telah
memberikan akses pasar dan pembebasan bea masuk untuk CPO, meski disertai
sejumlah syarat, seperti bea masuk sawit hanya ditujukan untuk pakan ternak, tujuan
teknis, serta kepentingan re-ekspor. Selain itu, ekspor sawit juga dibatasi dengan
kuota 10.000 ton untuk stearin, kernel, dan produk sawit turunan lainnya.
Kenaikan kuota hanya disebrikan sebesar 5% setiap tahun hanya sampai tahun
kelima pelaksanaan EIF. Swiss juga akan memberikan perlakuan yang sama kepada
Indonesia apabila memberikan preferensi yang lebih baik kepada negara produsen
CPO lainnya di masa mendatang, termasuk Malaysia. Preferensi yang diberikan Swiss
disertai syarat aspek keberlanjutan dan transportasi dalam kontainer dengan ukuran
maksimal 22 ton. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki)
Joko Supriyono mengungkapkan konsumsi CPO di EFTA tak begitu besar dengan
nilai di bawah US$ 50 juta per tahun, Namun, dengan terbukanya pasar Eropa menjadi
pembuktian kelapa sawit Indonesia sudah diterima.
"CPO yang kita ekspor pasti sustainable sehingga tidak ada alasan untuk
negara Eropa lain tidak untuk menerima produk asal Indonesia," ujar Joko. Sementara
itu, Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bidang Hubungan
Internasional Shinta Widjaja Kamdani juga mengatakan Indonesia masih memiliki
hambatan dagang ekspor produk Indonesia antara lain berupa Technical Barries to
Trade (TBT) dan Sanitary and Phyto-Sanitary (SPS). Hambatan itu bisa teratasi
dengan peningkatan daya saing produk Indonesia. Karena itu, investasi bisa menjadi
salah satu solusi untuk membangun kapasitas industri dalam negeri agar lebih berdaya
saing agar bisa memenuhi permintaan pasar internasional.
Tarik Investasi Adapun kerja sama ini diharapkan bisa menarik investasi
langsung dari negara EFTA, di antaranya seperti di bidang keuangan dan perbankan
(Liechtenstein dan Swiss); telekomunikasi (Norwegia); farmasi, kimia dan plastik
(Islandia dan Swiss); ekstraksi pertambangan dan migas (Norwegia); energi panas
bumi (Islandia); serta manufaktur dan jasa logistik (Swiss dan Norwegia). Namun
Handito Juwono menyebut pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah, khususnya
dalam menciptakan peluang untuk menarik investasi di Indonesia dan bekerja sama
untuk meningkatkan produk ekspor. Padahal CEPA bisa menjadi pintu masuk untuk
menarik investasi asing. Dengan masuknya investasi, harapannya hal ini bisa
mendorong pertumbuhan industri hingga menghasilkan barang bernilai tambah tinggi
akhirnya meningkatkan ekspor industri manufaktur, melebihi ekspor berbasis
komoditas.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sepanjang
Januari-September 2018, EFTA secara agregat merupakan investor terbesar ke-14
Indonesia senilai US$ 212 juta dengan 215 proyek investasi. Angka itu jauh menurun
dibandingkan investasi EFTA tahun lalu yang sebesar US$ 621 juta. "Saya berharap
kesepakatan perjanjian EFTA akan melahirkan investasi di Indonesia. Dari sana baru
ada peningkatan ekspor," katanya. Sementara itu, Vice President Director PT Pan
Brothers Tbk Anne Patricia Sutanto berharap dari pasar EFTA, pengusha bisa
menangkap potensi ekspor untuk produk garmen, tekstil, dan alas kaki. Menurutnya,
meskipun pasar EFTA kecil, bakal ada peningkatan ekspor tekstil sampai sebesar 20%
dengan pembebasan tarif setelah ratifikasi.
"Memang belum signifikan, tetapi Indonesia secara global telah membuktikan untuk
menjadi mitra dagang yang bersifat sustainable," kata Anne. Karenanya, dia pun
berharap, negara yang tergabung dalam EFTA bisa menjadi hub untuk ekspor ke
negara lain di Uni-Eropa. Sementara itu, Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing
Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP) Rifky Effendi Hardijanto mengungkapkan dari kerja sama dnegan negara
EFTA, akan ada pertukaran hasil laut, berupa salmon dari EFTA dan udang asal
Indonesia. Udang pun digadang-gadang bakal menjadi komooditas andalan ke
Islandia, di samping jenis komoditas lain seperti minyak kelapa mentah, dan kopi.
EFTA juga bakal menghilangkan pemeriksaan teknis kecuali permintaan secara
khusus dari konsumen.
Dengan pembebasan tarif udang, maka komoditas laut ini akan menjadi
lebih kompetitif produk Indonesia dengan pasar lain di Eropa. Saat ini, Indonesia
merupakan eksportir udang ke Uni-Eropa nomor 16 dengan nilai hanya US$ 84 juta
dari total US$ 6 miliar. Rifky berharap EFTA jadi pintu masuk sehingga ada
peningkatan mencapai US$ 300 juta atau mencapai tiga kali lipat lebih. KKP juga
akan melakukan pembenahan di sektor hulu supaya ketersediaan bahan baku tejamin.
"Nantinya kami akan jadikan rencana strategis nasional," ujarnya. Butuh Waktu
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita penandatangan kerja sama ekonomi dengan
negara EFTA tak hanya berpeluang membuka pasar baru, tetapi juga menarik
investasi gterutama di sektor industri. Dengan meningkatnya investasi ini, maka
harapannya bisa mendorong industri manufaktur berbasis ekspor. Beberapa
komoditas yang menjadi produk jadi adalah sektor makanan dan minuman berbahan
baku cokelat dan kayu untuk furnitur. Sebab, investasi di sisi lain juga dilakukan
sebagai salah satu cara investor untuk menjaring pasar Indonesia. "Tetapi, tidak
semudah itu karna mereka juga memerlukan pentrasi pasar," kata Enggar.
Pada salah satu bab investasi pada CEPA dengan EFTA mencakup pemberian
akses pasar dan promosi sehingga tidak akan ada investor state dispute settlement
(ISDS). Sehingga dalam kerja sama tersebut bisa tercipta iklim usaha yang terbuka
dan stabil bagi para investor. Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal BKPM
Wisnu Wijaya Soedibjo juga mengungkapkan investasi akan membawa dampak
positif dari transfer teknologi dan pengetahuan sehinga dapat meningkatkan daya
saing produk dan jasa domestik di pasar internasional. Selain itu, peningkatan
investasi akan membuka kesempatan yang lebih luas bagi dunia usaha dan terciptanya
lapangan kerja yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Yang pasti adanya pembukaan akses pasar, sedangkan proteksi investasi tetap
menggunakan mekanisme bilateral investment treaty (BIT)," ujar Wisnu.

Anda mungkin juga menyukai