Anda di halaman 1dari 17

PERTEMPURAN MEDAN AREA

I. LATAR BELAKANG
Pada tanggal 7 Oktober 1945, Presiden Soekarno membubarkan Badan Keamanan
Rakyat. Dua hari setelah itu, Presiden Soekarno memerintahkan pembentukan sebuah
badan baru yang mampu membantu pengamanan daerah Sumatera, sehingga dibentuklah
Tentara Keamanan Rakyat yang merupakan hasil peningkatan fungsi BKR sebelumnya,
dan tentara-tentara inti dalam TKR ini juga adalah bekas prajurit-prajurit PETA. Hal ini
disebabkan karena Soekarno mulai merasa bahwa daerah Indonesia agak sedikit tidak
aman, terlebih dengan kedatangan lagi tentara Sekutu setelah Jepang menyerah.

Prediksi Soekarno tepat, dimana pada tanggal 10 Oktober 1945 tentara Sekutu
brigade-4 Divisi India ke-26 mendarat di Sumatera Utara dengan Jenderal T. E. D. Kelly
sebagai pemimpin mereka. Hal ini menjadi coretan pertama dalam sejarah pertempuran
Medan Area, dan seperti di tempat lain, kedatangan Kelly juga bersamaan dengan
pasukan Netherlands-Indies Civil Administration (Pemerintahan Sipil Hindia Belanda,
disingkat NICA). Begitu para tentara Sekutu ini tiba, mereka disambut oleh pemerintah
provinsi Sumatera Utara yang membolehkan mereka untuk berlama-lama di beberapa
hotel Medan yang sudah disiapkan yang antara lain adalah Hotel de Boer, Astoria, dan
Gedung NHM. Kelly menyatakan bahwa tujuannya datang ke Indonesia adalah untuk
mengambil kembali tawanan dari kamp-kamp yang ada dan memulangkan mereka.

Esoknya, tim Relief of Allied Prisoners of War and Interness (RAPWI) mulai bekerja
dan mendatangi beberapa kamp tawanan untuk membawa mereka ke Medan. Hal ini
tentu saja disetujui oleh Teuku Muhammad Hasan yang saat itu adalah Gubernur
Sumatera, karena tujuannya baik. Meski telah mendapat kepercayaan, tentara Inggris
nampaknya tidak bisa menjaga kepercayaan dengan baik, sehingga mereka malah
mempersenjatai tentara-tentara yang baru saja dibebaskan, dan membentuk Medan
Batalyon Koninklijk Nederlands-Indische Leger (Tentara Kerajaan Hindia Belanda,
disingkat KNIL) dimana pasukan KNIL ini terdiri dari bekas tawanan yang tadi
dipersenjatai.

Awalnya, rakyat masih bisa bersabar terhadap sifat sombong yang ditunjukkan oleh
anggota KNIL. Hal ini bisa mereka pahami, karena para anggota KNIL tadinya sempat
ditawan dan kini diberikan senjata, membuat diri mereka merasa menjadi lebih kuat.
Namun amarah para pejuang tak lagi bisa terbendung ketika pada 13 Oktober 1945, satu
tentara NICA merampas lencana Merah Putih dan menginjak-injaknya ditanah. Hal ini
menjadi bensin bagi api yang masih membara di jiwa para prajurit, menuntun kepada
dimulainyasejarah pertempuran Medan Area. Lima hari setelah insiden lencana yang

1
seakan memprovokasi, Kelly mengeluarkan sebuah ultimatum yang melarang bangsa
Indonesia membawa senjata, dan senjata-senjata yang sudah dimiliki harus diserahkan
kepada tentara sekutu, dan hal ini juga berlaku untuk komandan pasukan Jepang yang
saat itu masih berada di Indonesia agar mereka tak bisa meminjamkan atau memberikan
senjata mereka pada TKR.

 Inti Latar belakang pertempuran Medan Area, antara lain:


1. Bekas tawanan yang menjadi arogan dan sewenang-wenang.
2. Ulah seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana merah
putih. Insiden ini terjadi di hotel di Jalan bali, Medan pada tanggal 13 Oktober 1945.
Saat itu seorang penghuni hotel (Pasukan NICA) merampas dan menginjak-injak
lecana Merah Putih yang dipakai pemuda Indonesia. Hal ini mengundang kemarahan
para pemuda. Akibatnya, terjadi perusaka dan penyerangan terhadap hotel yang
banyak dihuni pasikan NICA.
3. Pemberian batas daerah Medan secara sepihak oleh Sekutu dengan memasang papan
pembatas yang bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area” di sudut-sudut pinggiran
Kota Medan.
4. Pada tanggal 18 Oktober 1945 Sekutu mengeluarkan ultimatum yang isinya :
 Melarang rakyat membawa senjata.
 Semua senjata harus diserahkan kepada pasukan Sekutu.
Karena ultimatumnya tidak dihiraukan oleh rakyat Medan, Pasukan Sekutu
mengerahkan kekuatannya untuk menggempur kota Medan dan sekitarnya. Serangan
Sekutu ini dihadapi dengan gagah berani oleh pejuang RI dibawah koordinasi kolonel
Ahmad Tahir.

II. TOKOH DARI INDONESIA


a) Achmad Tahir sebagai pemimpin

2
b) Matang Sitepu sebagai ketua umum

Adapun yg berasal dari pusera medan:


a) Tampak sebayang
b) Selamat ginting
c) Rakutta sembiring
Lalu ada juga dari pasukan teras:
a) Djamin Ginting sebagai ketua
b) Nelang Sembiring
c) Nuhud Bangun
d) Rimrim Ginting
e) Kapiten Purba
f) Selamat Ginting
g) Bom Ginting
h) Tampak Sebayang
Adapun beberapa adalah mantan anggota heiho:
a) Djamin Ginting
b) Nelang Sembiring
c) Bom Ginting
Ada juga yang mantan anggota talapeta :
a) Payung Bangun
b) Gandil Bangun
c) Meriam Ginting

3
III. TOKOH DARI INGGRIS
T. E. D kelly sebagai pemimpin

IV. JALAN PERTEMPURAN


Pertempuran Medan Area dimulai dari bentrokan tanggal 13 Oktober 1945, baru
empat hari setelah pasukan Inggris sampai di Medan, meledak suatu konflik bersenjata
antara para pemuda revolusioner dengan pasukan NICA-Belanda. Peristiwa itu terjadi
akibat adanya provokasi langsung seorang serdadu Belanda yang bertindak merampas
lencana merah putih (sudah disebutkan di bagian sebelumnya) yang tersemat di peci
seorang penggalas pisang yang melintas di depan Asrama Pension Wilhelmina, Jalan Bali
(sekarang Jalan Veteran). Ratusan pemuda yang berada ditempat itu menyerang serdadu
itu dengan senjata pedang, pisau, bambu runcing, dan beberapa senjata api. Dalam
peristiwa itu timbul korban sebagai berikut : 1 orang opsir yaitu Letnan Goeneberg dan 7
orang serdadu NICA meninggal. Beberapa warga negara Swiss luka dan meninggal, dan
96 orang serdadu NICA luka-luka termasuk seorang laki-laki sipil dan 3 orang wanita. Di
pihak Indonesia gugur 1 orang (menurut prasasti yang didirikan 7 orang) dan luka berat
satu orang. Lokasi pertempuran saat ini berada dekat dengan Pusat Pasar.

Peristiwa Jalan Bali itu segera tersiar ke seluruh pelosok kota Medan, bahkan ke
seluruh daerah Sumatera Utara dan menjadi sinyal bagi kebanyakan pemuda, bahwa
perjuangan menegakkan proklamasi telah dimulai. Darah orang Belanda dan kaum
kolonialis harus ditumpahkan demi Revolusi Nasional. Akibatnya dengan cepat bergelora
semangat anti Belanda di seluruh Sumatera Timur. Diantara pemuda itu adalah Bedjo,
salah seorang pemimpin laskar rakyat di Pulo Brayan. Bedjo bersama pasukan selikurnya
pada tanggal 16 Oktober 1945, tengah hari setelah sehari sebelumnya terjadi peristiwa
Siantar Hotel, menyerang gudang senjata Jepang di Pulo Brayan untuk memperkuat
persenjataan. Setelah melakukan serangan terhadap gudang perbekalan tentara Jepang,
Bedjo dan pasukannya kemudian menyerang Markas Tentara Belanda di Glugur Hong

4
dan Halvetia, Pulo Brayan. Dalam pertempuran yang berlangsung malam hari, pasukan
Bedjo yang menyerang Helvetia berhasil menewaskan 5 orang serdadu KNIL. Serangan
yang dilakukan oleh para pemuda di Jalan Bali dan Bedjo itu telah menyentakkan pihak
Sekutu (Inggris). Mereka mulai sadar bahwa para pemuda-pemuda Republik telah
memiliki persenjataan dan semangat kemerdekaan yang pantas diperhitungkan.

Sementara itu, di simpang Jalan Deli dan Jalan Serdang yang sekarang disebut Jalan
Perintis Kemerdekaan, pecah bentrokan lain. Bentrokan pecah di sebuah masjid di sana.
Para pejuang yang dipimpin Wiji Alfisa dan Zain Hamid bertempur dengan tentara
Inggris pada 17 Oktober 1945. Mereka berhasil bertahan dari gempuran Inggris hingga
pada 20 Oktober 1945, Inggris memutuskan untuk menghancurkan masjid tempat mereka
bertahan. Setelah perang, masjid lain dibangun diatasnya untuk mengenang perjuangan
mereka. Masjid itu dinamai Masjid Perjuangan 45.

Oleh karena itu sebagai tentara yang ditugaskan untuk menjaga keamanan dan
ketertiban, Komandan Inggris Brigadir Jenderal TED Kelly pada tanggal 18 Oktober
1945 mengeluarkan sebuah ultimatum yang berbunyi sebagai berikut, bahwa bangsa
Indonesia dilarang keras membawa senjata, termasuk senjata tajam, seperti pedang,
tombak, keris, rencong dan sebagainya. Senjata-senjata itu harus diserahkan kepada
tentara Sekutu. Kepada para komandan pasukan Jepang diperintahkan untuk tidak
menyerahkan senjatanya kepada TKR dan Laskar rakyat, dan harus menyerahkan semua
daftar senjata api yang dimilikinya kepada Sekutu. Pada tanggal 23 Oktober 1945,
pasukan Inggris kemudian melakukan penggerebekan di dalam kota Medan dan
sekitarnya. Dalam penggerebekan itu mereka berhasil mendapatkan 3 pistol, 1 senapan, 1
granat kosong, 2 ranjau rakitan sendiri, 6 granat tangan, 3 senapan tiga kaki, 36 pedang,
10 pisau, 4 denator listrik, dan 6 tombak.

Sejak tentara Inggris melakukan razia di sekitar Medan, kecurigaan masyarakat


terhadap Inggris bertambah besar. Patroli tentara Inggris sampai ke Sunggal, Pancur
Batu, Deli Tua, Tanjung Morawa, Saentis, bahkan ada serdadu-serdadu dan perwira
Inggris yang berjalan-jalan sendiri ke luar kota Medan dan Belawan. Di samping itu
Komandan Inggris untuk Sumatera, Mayor Jendral Chambers, menegaskan bahwa
Pasukan Jepang diberikan kekuasaan untuk mengamankan daerah-daerah di luar kota
Medan, Bukit Tinggi, dan Palembang. Kondisi itu akhirnya menimbulkan konflik ber-
senjata dengan para pemuda Republik baik yang bergabung dengan TKR maupun dengan
Laskar Rakyat.

Demikianlah pada tanggal 2 Desember 1945, dua orang serdadu Inggris yang sedang
mencuci trucknya di Sungai dekat Kampung Sungai Sengkol telah diserang oleh TKR.

5
Kedua serdadu Inggris itu tewas, dua buah senjata dan trucknya dirampas. Dua hari
kumudian, seorang perwira Inggris tewas terbunuh di sekitar Saentis. Akibatnya pasukan
Inggris terus melakukan patroli di sekitar Medan, dan mereka mulai bertindak kasar. Pada
tanggal 6 Desember 1945, tentara Inggris datang mengepung Gedung Bioskop Oranye di
Kota Medan. Mereka kemudian merampas semua filem di gedung tersebut. Tindakan
tentara Inggris itu menyebabkan para pemuda segera mengepung gedung bioskop itu,
sehingga timbullah pertempuran kecil, yang berakhir dengan tewasnya seorang tentara
Inggris.

Beberapa jam setelah peristiwa “Oranje Bioscop”, markas Pesindo di Jalan Istana dan
markas Pasukan Pengawal Pesindo di sekolah Derma dirazia oleh tentara Inggris. Di
sepanjang Jalan Mahkamah dan Jalan Raja, tentara Inggris melakukan show of force.
Tidak lama sesudah itu, markas TKR di bekas restoran Termeulen diobrak-abrik dan
penghuninya diusir oleh tentara Inggris. Pada malam harinya para pemuda dan anggota
TKR menyerang gedung itu dengan granat botol, sehingga gedung itu terbakar. Pada
tanggal 7, 8, dan 9 Desember 1945, siang dan malam hari di mana-mana asrama tentara
India-Inggris/NICA diserang oleh pemuda dan TKR. Akibat serangan itu tentara
Inggris/NICA pada tanggal 10 Desember 1945 menyerang markas TKR di Deli Tua
(Two Rivers). Tiga hari kemudian, Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly kembali mengeluarkan
Maklumat yang meminta agar Bangsa Indonesia harus menyerahkan senjatanya kepada
tentara Sekutu dan barang siapa memegang senjata di dalam kota Medan dan 8,5 Km dari
batas kota Medan dan Belawan akan ditembak mati.

Untuk menindaklanjuti intruksi itu pada bulan Maret 1946 pasukan Sekutu/Inggris
kembali melakukan razia ke basis-basis laskar rakyat di sekitar Tanjung Morawa. Barisan
Pelopor dan Laskar Napindo yang berada berada di daerah ini kemudian mencegat
pasukan Inggris sehingga terjadi baku tembak. Pertempuran kemudian berkobar selama
dua hari dan akhirnya pasukan Inggris menarik pasukannya dari Tanjung Morawa.
Namun demikian pasukan sekutu terus melakukan razia di dalam kota. Akibatnya pada
pertengahan April 1946, Markas Divisi IV berserta seluruh stafnya dan Kantor Gubernur
Sumatera dan semua jawatan-jawatannya pindah ke Pematang Siantar.

Sejak pindahnya Komando Militer dan Pemerintahan Republik ke Pematang Siantar


pasukan Inggris setiap hari melancarkan serangan ke kubu-kubu TRI dan Laskar Rakyat
di sekitar Medan Area. Pada akhir bulan Mei, selama satu minggu mereka menggempur
habis kampung-kampung di sekitar kota Medan. Akibat serangan itu tentu saja membuat
penduduk sipil mengungsi ke luar kota, seperti ke Tanjung Morawa, Pancur Batu, Binjai,
Tebing Tinggi, Pematang Siantar, dan sebagainya. Kampung-kampung seperti Sidodadi,
Tempel, Sukaramai, Jalan Antara, Jl. Japaris, Kota Maksum, Kampung Masdjid,

6
Kampung Aur, Sukaraja, Sungai Mati, Kampung Baru, Padang Bulan, Petisah Darat,
Petisah Pajak Bundar, Kampung Sekip, Glugur, dan sebagainya menjadi sepi. Meskipun
demikian Inggris tidak leluasa bergerak ke luar kota, karena laskar rakyat dan TRI siap
menghadangnya.

V. AKHIR PERTEMPURAN
Sampai akhir bulan Juli 1946 pasukan republik yang bertempur di Medan Area
bergerak tanpa komando. Karena itu pada bulan Agustus 1946 dibentuklah Komando
Resimen Laskar Rakyat Medan Area (K.R.L.R.M.A.). Kapten Nip Karim dan Marzuki
Lubis dipilih sebagai Komandan dan Kepala Staf Umum. KRLMA membawahi laskar
Napindo, Pesindo, Barisan Merah, Hisbullah, dan Pemuda Parkindo. Setiap pasukan
disusun dalam formasi batalion yang terdiri dari empat kompi. Medan Area dibagi dalam
empat sektor dan tiap sektor terdiri atas dua sub-sektor. Markas Komando ditempatkan di
Two Rivers (Treves).

Dalam pada itu Belanda mulai mengarahkan kekuatan militernya ke Sumatera dalam
rangka mengamankan sumber ekonomi yang vital di Sumatera Timur. Untuk itu, maka
pada awal bulan Oktober 1946 satu batalion pasukan bersenjata dari negeri Belanda
mendarat di Medan. Beberapa hari kemudian diikuti dengan satu batalion KNIL dari
Jawa Barat. Gerakan militer pasukan Belanda ini tidak bisa dilepaskan dengan adanya
rencana Inggris yang ingin secepatnya meninggalkan Indonesia. Semua instasi penting
yang ada di Medan Area segera diserahkan kepada Komandan Militer Belanda. Pasukan
Belanda kemudian mengambil alih semua tugas penyerangan terhadap pangkalan militer
Republik di sekitar Medan Area. Unit-unit militer Republik, baik TRI maupun laskar
rakyat segera bereaksi menanggapi pengambilalihan Belanda dan mulai meningkatkan
serangannya terhadap patroli-patroli Belanda maupun Inggris. Hingga akhir tahun 1946,
berbagai bentrokan fisik antara kekuatan militer Republik dengan Belanda terus terjadi di
segala front Medan Area.

Atas prakarsa pimpinan Divisi Gajah dan KRIRMA pada 10 Oktober 1941 disetujui
untuk mengadakan serangan bersama. Sasaran yang akan direbut di Medan Timur adalah
Kampung Sukarame, Sungai Kerah. Di Medan barat ialah Padang Bulan, Petisah, Jalan
Pringgan, sedangkan di Medan selatan adalah kota Matsum yang akan jadi sasarannya.
Rencana gerakan ditentukan, pasukan akan bergerak sepanjang jalan Medan-Belawan.
Hari "H" ditentukan tanggal 27 Oktober 1946 pada jam 20.00 WIB, sasaran pertama
Medan Timur dan Medan Selatan. Tepat pada hari "H", batalyon A resimen laskar rakyat
di bawah Bahar bergerak menduduki Pasar Tiga bagian Kampung Sukarame, sedangkan
batalyon B menuju ke Kota Matsum dan menduduki Jalan Mahkamah dan Jalan Utama.

7
Di Medan Barat batalyon 2 resimen laskar rakyat dan pasukan Ilyas Malik bergerak
menduduki Jalan Pringgan, kuburan China dan Jalan Binjei.

Patut diketahui, bahwa beberapa waktu yang lalu, pihak Inggris telah menyerahkan
sebagian kekuasaannya kepada Belanda. Pada saat sebagian pasukan Inggris bersiap-siap
untuk ditarik dan digantikan oleh pasukan Belanda, pasukan kita menyerang mereka.
Gerakan-gerakan batalyon-batalyon resimen Laskar Rakyat Medan Area rupanya tercium
oleh pihak Inggris/Belanda. Daerah Medan Selatan dihujani dengan tembakan mortir.
Pasukan kita membalas tembakan dan berhasil menghentikannya.

VI. AKIBAT PERTEMPURAN


Seperti telah diketahui, bahwa perang Medan area berawal dari serangkaian provokasi
yang dilakukan oleh pasukan sekutu yang ditunggangi oleh NICA. Salah satu persoalan
utama adalah pemasangan papan yang bertuliskan "Fixed Boundaries Medan Area" atau
batas resmi wilayah Medan. Maka sejak 10 Desember 1945 Perang Medan Area
berkobar. Dan baru pada 15 Februari 1947, perlawanan tersebut berakhir yang
dilanjutkan dengan sebuah perundingan antara pasukan sekutu dengan pejuang lokal di
wilayah Medan, yakni pada 10 Maret 1947. Dari perundingan tersebut menghasilkan
sebuah kesepakatan yang sebenarnya merugikan pihak Indonesia dimana kota Medan
jatuh ke tangan pasukan sekutu. Dan pada 14 Maret 1947 dipasanglah border atau
demarkasi yang membagi antara kekuasaan sekutu dan indonesia. Namun perundingan
tersebut tidak berjalan lancar terkait garis demarkasi tersebut. Sehingga akhirnya pihak
Belanda melaksanakan Agresi Militer I di wilayah Medan dan sekitarnya.

8
PERJANJIAN LINGGARJATI

Perjanjian Linggarjati merupakan suatu perjanjian bersejarah yang berisi kesepakatan


antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda yang disepakati dalam sebuah
perundingan. Perjanjian Linggarjati juga merupakan upaya diplomatik pemerintah Indonesia
untuk memperjuangkan wilayah kesatuan Republik Indonesia dari cengkraman penjajah
Belanda. Para tokoh dari Indonesia dan Belanda duduk bersama untuk membuat kesepakatan
yang dirangkum dalam beberapa poin persetujuan. Peristiwa ini kelak dikenal dengan nama
perjanjian Linggarjati. Perjanjian ini telah berhasil mengangkat permasalahan antara
Indonesia dan Belanda ke ranah internasional dengan melibatkan PBB (persatuan bangsa
bangsa). Perjanjian ini disebut dengan perjanjian Linggarjati karena lokasi terjadinya ialah di
Desa Linggarjati yang terletak di sebelah selatan kota Cirebon, Jawa Barat pada tanggal 10
November 1946. ditandatangani secara sah oleh kedua negara pada 25 Maret 1947.

I. LATAR BELAKANG

Masuknya AFNEI yang diboncengi NICA ke negara Indonesia karena disaat itu
Jepang menetapkan status quo di Indonesia yang menyebabkan terjadinya konflik antara
Indonesia dan Belanda, contohnya peristiwa 10 November, tidak hanya itu pemerintah
Inggris bertanggung jawab menyelesaikan konflik politik dan militer di Asia. Oleh karena
itu, SirArchibald Clark Kerr, sebagai diplomat Inggris mengundang Indonesia dan juga
Belanda dalam merundingkan di Hooge Veluwe, tetapi perundingan tersebut gagal karena
disaat itu Indonesia meminta Belanda untuk mengakui kedaulatannya atas Jawa,
Sumatera dan Pulau Madura, tetapi Belanda hanya ingin mengakui Indonesia atas Jawa
dan Madura saja.

9
Akhir agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn ke Indonesia
dalam menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada 7 Oktober
1946 yang bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka perundingan
Indonesia Belanda yang dipimpin oleh Lord Killearn yang dalam perundingan tersebut
menghasilkan persetujuan untuk gencatan senjata di tanggal 14 oktober dan mengambil
jalan untuk semua masalah tersebut melalui perundingan Linggarjati yang diadakan pada
tanggal 11 November hingga 13 November 1946, tetapi para delegasi telah berada di
Linggarjati sejak tanggal 10 November. Namun hasil dari Perjanjian Linggarjati baru bisa
ditandatangani pada bulan Maret tahun 1947.

Pada waktu senggang tersebut, para delegasi melakukan perbaikan terhadap isi-isi
dari perjanjian agar ke dua belah pihak bisa menemui titik temu untuk menyetujui
perjanjian Linggarjati. Awalnya gedung yang dijadikan sebagai lokasi perundingan di
Linggarjati merupakan sebuah tempat penginapan.

Kemudian berdasarkan informasi yang berasal dari Soebadio Sastrosatomo dan


Mr. Ali Boediardjo bahwa lokasi Linggarjati diusulkan sebagai lokasi perundingan
kepada Sutan Sjahrir oleh Ibu Mrs. Maria Ulfah Santoso, yang pada waktu itu menjabat
sebagai Menteri Sosial Republik Indonesia.

II. TUJUAN PERJANJIAN LINGGARJATI


 Untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul akibat kedatangan tentara sekutu.
 Agar pemerintah Belanda mau mengakui kemerdekaan Indonesia yang telah
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

III. KRONOLOGIS PERJANJIAN LINGGARJATI


Kemudian terpilihnya wilayah di Linggarjati adalah berasal dari saran yang diberikan
Ibu Mrs. Maria, karena ayahnya pernah menjabat sebagai Bupati Kuningan, sehingga ia
mengenal dengan baik kondisi tempat itu. Lokasi Linggarjati ini terletak di lereng gunung
Ciremai yang memiliki hawa sejuk dan pemandangan yang indah. Selain itu Residen
Cirebon Hamdani maupun Bupati Cirebon Makmun Sumadipradja, kedua pejabat
tersebut kebetulan berasal dari partai Sosialis. Sehingga keamanannya terjamin.
Selain itu, dipilihnya Linggarjati sebagai wilayah perundingan adalah terhadap kala itu
menjauhkan dampak berasal dari Belanda di Jakarta, dan wilayah Ibu Kota negara
dipindahkan ke Yogyakarta, agar dipilihnya Linggarjati adalah diamati berasal dari
wilayah Linggarjati terletak di tengah-tengah pada Jakarta dan Yogyakarta.

10
Selain itu faktor alam yang kala itu menjadi tempat Perjanjian Linggarjati masih sepi,
lebih kurang 10 rumah yang berada di lebih kurang di sekitar gedung tempat
perundingan, karena faktor lingkungan sedikit banyak juga berdampak pada hasil
perundingan Linggarjati.

Pemerintah Belanda dalam hal ini diwakili oleh Komisi Jenderal, dan Pemerintah
Republik Indonesia, pada saat itu diwakili oleh Delegasi Indonesia, atas dasar keinginan
yang ikhlas. Keduanya hendak menentukan perhubungan yang baik pada kedua bangsa
yaitu antara Belanda dan Indonesia.

Dengan melakukan metode dengan bentuk-bentuk yang baru, akan berdampak baik
bagi kemajuan hubungan antara kedua belah pihak. Karena hubungan kerjasama yang
dilakukan dengan ikhlas dan sukarela merupakan jaminan yang baik bagi kedua belah
pihak untuk kukuh dan teguh terhadap hasil perundingan

Di masa yang akan datang, hal tersebut bisa membukakan jalur kepada kedua bangsa
untuk mendasarkan hubungannya atas dasar-dasar yang baru yaitu dengan menentukan
sesuatu melalui mufakat.

IV. MISI PENDAHULUAN


Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirimkan Lord Killearn ke Indonesia
untuk menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 7
Oktober 1946 bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka perundingan
Indonesia-Belanda dengan dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan ini menghasilkan
persetujuan gencatan senjata (14 Oktober) dan meratakan jalan ke arah perundingan di
Linggarjati yang dimulai tanggal 11 November 1946.

V. JALANNYA PERUNDINGAN
Dalam perundingan ini Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir, Belanda diwakili oleh
tim yang disebut Komisi Jendral dan dipimpin oleh Wim Schermerhorn dengan anggota
H.J. van Mook,dan Lord Killearn dari Inggris bertindak sebagai mediator dalam
perundingan ini.

11
VI. TOKOH-TOKOH YANG BERPERAN DALAM PERJANJIAN LINGGARJATI

Adapun tokoh-tokoh dari kedua belah pihak baik dari Belanda dan Indonesia yang
ikut serta dalam perjanjian Linggarjati adalah sebagai berikut.

A. Tokoh-tokoh Indonesia
1. Sutan Sjahrir

Di dalam peristiwa Perjanjian Linggarjati Sutan Sjahriri berperan sebagai


ketua delegasi Republik Indonesia. Beliau dianggap cocok dan pantas mewakili
Indonesia dalam peristiwa ini mengingat baiknya pemikirannya mengenai cara
meraih kemerdekaan tanpa mengunakan kekerasan.

Sjahrir berniat memperlihatkan kepada dunia Internasional bahwa revolusi


Indonesia merupakan perjuangan sebuah bangsa yang beradab dan demokratis di
tengah kondisi kebangkitan bangsa-bangsa yang berusaha melepaskan diri dari
cengkeraman kaum penjajah setelah perang dunia II.

12
Hal beliau tunjukkan dengan mengadakan interaksi dengan negara-negara
lainnya agar Indonesia mendapat dukungan dari negara seperti India dan Australia.
Sementara di dalam negeri ditunjukkan dengan melaksanakan diplomasi kepada
Belanda yang dulu menjajah untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.

2. Mr. Soesanto Tirtoprodjo

Mr. Soesanto Tirtiprodjo merupakan orang yang pernah menjabat sebagai


Menteri Kehakiman dan Menteri Dalam Negeri pada enam kabinet yang berbeda-
beda. Beliau lahir di Solo, Jawa Tengah pada tahun 1900 dan wafat pada tahun 1969.
Beliau juga menjadi menteri ketika Kabinet Sutan Sjahrir. Dalam Perjanjian
Linggarjati Mr. Soesanto menjadi delegasi Indonesia dan ikut menandatangani hasil
Perundingan Linggarjati sebagai bukti tanggung jawab terhadap tugas negara.

3. Dr. A. K. Gani

Dr. A.K Gani lahir di Sumatra Barat. Beliau menjadi bagian dari kesatuan
kabinet Syahrir, pada saat itu dan menjabat sebagai anggota konstituante. Beliau juga
menjadi delegasi Indonesia dalam perundingan Linggarjati. Sebagai delegasi Dr.
Gani memberi tambahan sumbangan pemikiran untuk melengkapi isi perjanjian.

13
Bahkan beliau juga ikut menandatangani isi Perjanjian Linggarjati di Jakarta, A. K.
Gani.

4. Mr. Mohammad Roem

Mr. Mohammad Roem pada saat itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri
dalam Kabinet Sjahrir III. Sehingga beliau juga ikut turut serta menjadi delegasi
Indonesia pada peristiwa Perundingan Linggarjati.

B. Tokoh-tokoh Belanda
Tokoh-tokoh dari Belanda yang berperan dalam Perjanjian Linggarjati
diantaranya adalah Prof. Mr. Schermerhorn yang bertindak sebagai ketua delegasi
Belanda. Sedangkan anggotanya terdiri dari Dr. Van Mook, Mr. Van Pool, dan Dr. F.
De Boer.

VII. ISI PERJANJIAN LINGGARJATI

Tepat pada 11 November, perwakilan dari masing-masing negara berkumpul di


Linggarjati, sebelah Selatan kota Cirebon, Jawa Barat. Dalam perundingan ini,
Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir, Mr. Susanto Tirtoprojo, Dr. A. K. Gani, dan
Mohammad Roem, sementara Belanda diwakili oleh tim Komisi Jendral yang
beranggotakan HJ. Van Mook, Van Pool, De Boer, dan Wim Schermerhorn sebagai
ketuanya, adapun yang bertindak sebagai mediator adalah Lord Killearn dari Inggris.

Perundingan yang kemudian dinamai “Perjanjian Linggarjati” ini kemudian


menghasilkan 17 pasal kesepakatan, yang pokok-pokoknya meliputi 4 hal utama.
Keempat hal utama yang menjadi isi perjanjian linggarjati tersebut di antaranya:

1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa dan
Madura.
14
2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
3. Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara RIS.
4. Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam Commonwealth atau
Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala
uni.

VIII. DAMPAK PERJANJIAN LINGGARJATI


Perjanjian Linggarjati memberikan dampak positif dan negatif bagi bangsa Indonesia
antara lain sebagai berikut:
1. Dampak Positif Hasil Perjanjian Linggarjati
a. Adanya pengakuan Belanda secara de facto mengakui kekuasaan pemerintah RI
atas Jawa, Madura dan Sumatera
b. Dari perundingan linggarjati, berturut-turut negara asing kini mengakui
kekuasaan RI seperti:
 Inggris: 31 Maret 1947
 Amerika Serikat 17 April 1947
 Mesir 11 Juni 1947
 Lebanon: 29 Juni 1947
 Suriah: 2 Juli 1947
 Afganistan: 23 September 1947
 Burma: 23 November 1947
 Saudi Arabia: 24 November 1947
 Yaman: 3 Mei 1948
 Rusia: 26 Mei 1948
2. Dampak Negatif Hasil Perjanjian Linggarjati
a. Belanda dapat membangun kembali kekuatan di Indonesia
b. Banyak masyarakat dan kalangan indonesia yang menetang mulai dari Partai
Masyumi, PNI, Partai Rakyat Indonesia, dan Partai Rakyat Jelata. dimana partai
tersebut menyatakan bahwa bukti lemahnya pemerintah Indonesia untuk
mempertahankan kedaulatan negara Indonesia.
c. Pemimpin perundingan linggarjati Indonesia yaitu Sutan Syahrir dianggap
memberikan konsensi bagi Belanda membuat sebagian besar anggota Partai
Sosialis di Kabinet dan KNIP menarik dukungannya kepada Syahrir pada
tanggal 26 Juni 1947.

15
IX. PERISTIWA SETELAH PERJANJIAN LINGGAJARTI

Hasil perjanjian linggarjati atau perundingan linggarjati ternyata tidak berjalan


muluss, dikarena dianggap bahwa indonesia tidak mematuhi perjanjian akibat dari
indonesia melakukan hubungan diplomatik yang dianggap belanda, Indonesia tidak
memiliki hak atau tidak meminta isin kepada Belanda karena Indonesia merupakan uni
dari Belanda. Tanggal 20 Juli 1947, Gubernur Jenderal H.J. Van Mook akhirnya
menetapkkan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian tersebut dan ditanggal
21 Juli, terjadi suatu peristiwa dimana Belanda beraksi dengan melakukan Agresi Militer
Belanda 1. Dapat disimpulkan dari permasalahan ini bahwa terdapat perbedaan
penafsiran atau kesalah pahaman mengenai Perjanjian Linggarjati antara Indonesia dan
Belanda.

X. PELANGGARAN ISI PERJANJIAN LINGGARJATI


Meski telah disepakati bersama oleh Indonesia dan Belanda, pelaksanaan isi
perjanjian Linggarjati tidaklah berjalan mulus. Timbulnya beda penafsiran atas isi
perjanjian oleh kedua negara yang berunding menjadi pemicunya.
Pihak Indonesia beranggapan bahwa Republik Indonesia adalah sebuah negara yang
bebas menentukan arah masa depannya sendiri, sementara Pihak Belanda beranggapan
bahwa Republik Indonesia adalah bagian dari Negeri Belanda sehingga terkait dengan
urusan eksternal beberapa di antaranya harus atas persetujuan Belanda. Karena perbedaan
penafsiran ini, pada akhirnya Belanda kembali melakukan aksi militer lewat Agresi
Militer Belanda Pertama pada tanggal 21 Juli 1947. Agresi ini juga sekaligus menjadi
pencabutan kesepakatan Belanda terhadap perjanjian dan pembatal isi perjanjian
Linggarjati.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Perundingan_Linggarjati

https://urusandunia.com/perjanjian-linggarjati/#!

http://www.artikelsiana.com/2015/09/sejarah-isi-perjanjian-linggarjati-latar-belakang-
dampak.html

http://www.ipsmudah.com/2017/05/isi-perjanjian-linggarjati-latar-belakang.html

17

Anda mungkin juga menyukai