Anda di halaman 1dari 26

Bab 3

Membangun Jati Diri


Keindonesiaan
Nama anggota :
Peta Konsep
Membangun Jati Diri
Keindonesiaan

Menghayati Tumbuhnya
Ruh kebangsaan dan
Nasionalisme

Menganalisis Perjuangan
Organisasi Pergerakan
Kebangsaan

Menganalisis Proses
Penguatan Jati Diri Bangsa
Menghayati Tumbuhnya Ruh kebangsaan
dan Nasionalisme
Negara Indonesia ini memang
terbentuk melalui proses panjang
atas dasar kesepakatan dan
kesadaran nasionalisme para
pemuda dan terpelajar saat itu.
Mereka tidak hanya berasal dari
satu suku bangsa, tetapi mereka
berasal dari suku-suku bangsa yang
ada di Hindia-Belanda pada waktu
itu. Begitu pula dalam hal keyakinan
mereka sadar bahwa mereka
memang berbeda, akan tetapi
mereka yakin, bahwa mereka
mempunyai tujuan yang mulia, yaitu
mencapai Indonesia sebagai negara
merdeka dan berdaulat
1. Politik Etis

Memasuki abad ke-20, kebijakan pemerintah kolonial Belanda


mendorong untuk menguasai seluruh wilayah Nusantara.
Kebijakan itu diikuti dengan penaklukkan pada wilayah-
wilayah yang belum dikuasai, jika perlu dengan pendekatan
militer. Daerah-daerah kolonial yang masih terpisah disatukan
dalam penerapan adminstrasi baru yang berpusat di Batavia,
yang disebut Pax Neerlandica. Pemerintah kolonial pun
melaksanakan perjanjian- perjanjian. Selanjutnya sistem
administrasi tradisional berubah ke sistem administrasi
modern. Suatu sistem yang mana pemerintahan mengambil
alih sistem pemimpin pribumi ke sistem birokrasi kolonial.
Kebijakan ini ditetapkan untuk mengambil posisi penting dari
pemimpin daerah ke tangan Belanda. Sistem itu memisahkan
pemimpin pribumi dari akar hubungan tradisonal dengan
rakyatnya, mereka lalu dijadikan pegawai dalam birokrasi
kolonial.
Sementara itu pemerintah kolonial
menerapkan kebijakan ekonomi yang
berbasis pada sistem kapitalisme Barat
melalui komersialisasi, sistem moneter,
dan komoditas barang. Sistem itu
didukung dengan kebijakan pajak tanah,
sistem perkebunan, perbankan,
perindustrian, perdagangan, dan
pelayaran. Dampak dari itu kehidupan
rakyat Hindia Belanda mengalami
penurunan kesejahteraan. Kebijakan itu
memperoleh kritik dari politikus dan
intelektual di Hinda Belanda, yaitu C.Th.
Van Deventer dalam tulisannya yang
berjudul “Een Eereschlud’ (hutang
kehormatan), yang dimuat di majalah De
Gids (1899).
• Dalam tulisannya Van Deventer mengatakan bahwa
pemerintah Hindia Belanda sudah mengeksploitasi
wilayah jajahannya untuk membangun negeri
mereka dan mendapat keuntungan yang besar.
Kritikan itu mendapat perhatian dari bermacam-
macam kalangan, beberapa kelompok yang
sependapat dengan Van Deventer mengungkapkan
perlunya suatu kewajiban moral bagi Belanda untuk
memberikan balas budi.
2. Pers Membawa Kemajuan

Pada awal abad ke-20, para priyayi baru menuangkan


gagasannya melalui pers (media cetak) tentang isu-isu
perubahan. Isu-isu yang dipopulerkan, yaitu terkait dengan
peningkatan status sosial rakyat bumiputra dan peningkatan
kehidupan di bidang sosial, ekonomi, budaya, dan politik.
Kata kemajuan menjadi populer pada saat itu. Kemajuan
saat itu diartikan dengan pendidikan, pencerahan,
peradaban, modernisasi, dan kesuksesan hidup.
Pers adalah sarana berpartisipasi dalam gerakan
emansipasi, kemajuan dan pergerakan nasional. Pada
dasawarsa itu ditandai dengan jumlah penerbitan surat
kabar berbahasa Melayu yang mengalami peningkatan.
Orang-orang pertama yang aktif dalam dunia pers saat itu
adalah orang Indo seperti H.C.O. Clockener Brousson dari
Bintang Hindia, E.F Wigger dari Bintang Baru, dan G.
Francis dari Pemberitaan Betawi. Pada abad itu penerbit
Tionghoa mulai bermunculan.
Di Surakarta R.Dirdjoatmojo menyunting Djawi Kanda
yang diterbitkan oleh Albert Rusche & Co., Di Yogjakarta
Dr. Wahidin Sudirahusada sebagai redaktur jurnal
berbahasa Jawa, Retnodhoemillah diterbitkan oleh Firma
H. Buning.
• Bermunculannya media cetak itu segera diikuti oleh
sejumlah jurnalis bumiputra lainnya. Mereka adalah R.
Tirtodanudja dan R. Mohammad Jusuf. Keduanya adalah
redaktur Sinar Djawa, yang diterbitkan Honh Thaij & Co.
Djojosudiro, redaktur Tjahaja Timoer yang diterbitkan di
Malang oleh Kwee Khaij Khee. Di Bandung Abdull Muis
sebagai redaktur Pewarta Hindia yang diterbitkan oleh G.
Kolff & Co. Para jurnalis bumiputra itulah yang memberikan
wawasan dan ”embrio kebangsaan” melalui artikel,
komentar- komentar mereka dalam surat pembaca, dan
mengungkapkan solidaritas diantara mereka dan para
pembaca yang sebagian besar adalah kaum muda
terpelajar. Misalnya Pewarta Prijaji yang disunting oleh
R.M.T. Kusumo Utaya seorang Bupati Ngawi, yang
menyerukan persatuan di kalangan priyayi
• 3. Modernisme dan Reformasi Islam

• Semangat kebangkitan juga disorong oleh gerakan
modernis Islam. Semangat modernisme itu
berlandaskan pada pencarian nilai-nilai yang mengarah
pada kemajuan dan pengetahuan. Modernisme
diartikan sebagai cara berpikir dengan peradaban
Barat, dengan merujuk upaya mengejar ketertinggalan
melalui pencarian mendasar etik kepada Islam untuk
kebangkitan politik dan budaya. Reformasi biasanya
diartikan sebagai pembaruan melalui pemurnian
agama. Reformasi agama (Islam) diartikan sebagai
gerakan untuk memperbaharui cara berpikir dan cara
hidup umat menurut ajaran yang murni.
• Gerakan femormasi Islam sudah dirintis di Sumatera Barat pada abad ke-
19 yang berlanjut ke Jawa dan bermacam-macam daerah lainnya. Jika
pada abad ke-19, gerakan itu lebih menekankan pada gerakan salafi
melawan kaum adat, pada abad ke-20 lebih menekankan pada pencarian
etik modernitas dari dalam melawan tradisonalisme dan kemunduran
umat Islam, serta menghadapi Barat yang menjajah mereka. Pada awal
abad ke-20, empat ulama muda 152

• Minangkabau kembali dari menuntut ilmu di Mekah. Mereka adalah
Syekh Muhammad Taher Jamaluddin (1900), Syekh Muhammad Jamil
Jambek (1903), Haji Abdul Karim Amrullah (1906), dan Haji Abdullah
Akhmad (1899). Mereka adalah siswa Syekh Ahmad Khatib Al-
Minangkabawi, seorang imam besar Mazhab syafi’i di Masjid Mekah yang
berasal dari Minangkabau. Mereka itu kembali ke Minangkau dengan
membawa pemikiran baru. Berbekal ilmu pengetahuannya itu mereka
merancang perubahan di Minangkabau.
Perintis pembaruan itu adalah Syekh Taher
Jamalludin yang sebagaian besar
pengalamannya berasal dari Asia Barat.
Majalah Al Imam adalah sarana yang mereka
gunakan untuk menyebarkan gerakan
pembaruan keluar dari Minangkabau. Di
samping itu Al-Imam juga memuat ajaran
agama dan peristiwa-peristiwa penting dunia.
Tokoh yang lalu muncul adalah H. Abdullah
Akhmad yang memperoleh pendidikan di
Mekah, selanjutnya mendirikan sekolah dasar
di Padang (1909). Dia mendirikan majalah Al-
Munir yang menjebarkan agama Islam yang
sesungguhnya dan terbit di Padang tahun 1910-
1916.

hamka
Kesimpulan
• Sistem pemerintahan kolonial yang ingin mencapai misinya dengan Pax Neerlandica di
seluruh daerah yang menghasilkan pajak. Untuk melakukan hal itu dilakukan kebijakan
baru dengan bantuan pemerintah pribumi untuk memberlakukan sistem pajak baru
dan sistem kerja paksa. Kebijakan itu memperoleh perlawanan dari Raja/ Sultan di
tanah Hindia.

• Kritis keras muncul dari politikus dan intelektual Belanda C.H.Van Deventer, pada sistem
pemerintahan kolonial saat itu. Kritik itu mendapat perhatian dari pemerintah Belanda.
Kemudian dibuatlah kebijakan meningkatkan kesejahteraan rakyat yang dikenal dengan
politik etis. Politik etis ini meliputi bidang pendidikan, pertanian dan emigrasi.

• Bidang pendidikan membuka wawasan untuk kaum muda terpelajar. Mereka adalah
golongan baru yang membawa ide-ide pada kesadaran kebangsaan. Sarana komunikasi
dan transportasi adalah hal penting yang menghubungkan para kaum terpelajar untuk
membentuk suatu ideologi kebangsaan.

• Bidang pendidikan pula yang mendorong perubahan sosial masyarakat saat itu, melalui
pendidikan tidak saja menciptakan tenaga-tenaga profesional, akan tetapi juga
mendorong gerakan kebang
Latihan soal-soal
• 1. Mengapa pemerintah hindia belanda melakukan
perubahan sistem pemerintah tradisional ke sistem
pemerintahan birokrasi kolonial? Jelaskan !
• Pembahasan
• . Karena Hindia Belanda ingin menguasai wilayah
Indonesia. Maka dari itu dia melakukan intervensi
dengan cara melakukan perubahan sistem
pemerintah tradisional. Seperti adat yg seharusnya
dilakukan di suatu kerajaan, dihilangkan. Hindia
Belanda ingin dihormati, ia duduk di singgasana
dan dipayungi oleh orang keraton. Selain itu ia juga
melakukan intervensi tterhadap penaik turunan
tahta pemerintahan.

• 2. Bagaimana menurut pendapat kamu dengan sistem
pemerintahan
• saat ini? Buatlah penjelasan empiris dalam bentuk esai
kurang lebih
• sebanyak dua halaman folio !
• Pembahasan :
• Jika ditulis secara garis besar, pemerintahan saat ini
masih terlalu kurang, jika kita melihat negara tetangga
kita yang sudah jauh mendahului kita itu karena
mereka memiliki niat dan tanggung jawab yang besar
untuk mengembangkan negara mereka, tapi berbeda
dengan bangsa Indonesia . Tikus yang sebenarnya ada
di jalanan, sekarang sedang duduk menikmati
kakayaan. Indonesia hanya perlu pemimpin yang
bertanggung jawab dan jujur.

• 3. Mengapa pemerintah hindia belanda melaksanakan
kebijakan politik etis. bagaimana dampaknya terhadap
masyarakat Hindia Belanda? jelaskan jawaban kamu
dan
• berikan bukti-buktinya yang hingga saat ini masih
dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari!
• Pembahasan
• kebijakan politik etis dilakukan sebagai balas budi
pemerintah Belanda terhadap orang pribumi .
Dampaknya adalah munculnya golongan muda
terpelajar di indonesia Contohnya : Orang pribumi
diberikan pendidikan di belanda

• 4. Jelaskan hubungan pendidikan dan media cetak dalam
membangun kesadaran kebangsaan. bandingkan dengen peranan
media cetak yang saat ini
• berkembang di tanah air !
• Pembahasan :
• pendidikan dan media cetak berpengaruh sekali dalam membangun
kepercayaan masyarakat terhadap negaranya. contohnya dalam
pendidikan, jika pendidikannya kacau(boleh mencontek, mencuri,
berkelahi dan lain-lain) pasti besarnya jika diberi jabatan tidak akan
berjalan baik.
• jika dalam media cetak, media cetak yang selalu memberitakan
korupsi dan segala bentuk yang negatif dalam suatu bangsa maka
akan membuat masyarakat gak percaya dengan bangsanya sendiri.

• jika dibandingkan dengan media cetak saat ini. media cetak saat ini
ku kira sudah jujur dan tidak terkekang oleh pemerintah(bebas),
tetapi bagaimana penyampaian media cetak agar terkesan jangan
melakukan hal seperti itu tidak ada. mudah2 bisa sebagai referensi

• 5. Jelaskan peran wartawan dalam membangun
semangat kebangsaan !
• Pembahasan :
• Menyampaikan dan mengolah berita-berita tentang
negara Indonreia yang akan diubah menjadi berita
pembangkit semangat nasionalisme dalam jiwa
masyarakat Indonesia.
Menganalisis Proses Penguatan Jati Diri
Bangsa

Satu nusa
Satu bangsa
Satu bahasa kita
Tanah air
Pasti jaya
Untuk Selama-lamanya
Indonesia pusaka
Indonesia tercinta
Nusa bangsa
Dan Bahasa
Kita bela bersama

-Liberty Manik-
• a. Gerakan Pemuda

• Munculnya elit baru di kalangan kaum muda terpelajar,
memunculkan pahaman baru di kalangan mereka. Kalangan elit
baru itu lebih cenderung memilih pekerjaan sebagai guru,
penerjemah, dokter, pengacara, dan wartawan. Munculnya elit
baru itu memunculkan pemahaman kebangsaan. Tujuh tahun
setelah didirikannya Budi Utomo, pemuda Indonesia mulai
bangkit walaupun dalam loyalitas kepulauan. Perubahan pesat
dan radikal dari organisasi-organisasi pemuda saat itu semakin
meluas untuk mencapai cita-cita persatuan. Maka pada 30 April
– 2 Mei 1926, diadakannya rapat besar pemuda di Jakarta, yang
lalu dikenal dengan Kongres Pemuda Pertama. Kongres itu
diketuai oleh M. Tabrani. Tujuan kongres itu adalah untuk
mencapai perkumpulan pemuda yang tunggal, yaitu
membentuk suatu badan sentral dengan maksud memajukan
paham persatuan kebangsaan dan mempererat hubungan
antara semua perkumpulan-perkumpulan pemuda kebangsaan.
• Pada 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda II dilaksanakan di
gedung Indonesische Clubgebouw. Saat itu kongres dihadir
sekitar 1000 orang. Dalam kesempatan itu Muh. Yamin
menyampaikan pidatonya dengan judul “Dari Hal Persatoean dan
Kebangsaan Indonesia”. Pada hari kedua kongres dibicarakan
mengenai masalah-masalah pendidikan, pembicara saat itu
antara lain Ki Hadjar Dewantara, S. Mangoensarkoro,
Djokosarwono, Ramelan, Mr. Soenario, dan Poernomowoelan.
• ..........Kerapatan laloe mengambil kepoetoesan :
• Pertama: Kami Poetera dan Poeteri Indonesia mengakoe
• bertoempaah darah yang satoe, tanah Indonesia;
• Kedoea: Kami Poetera dan Poeteri Indonesia mengakoe
• berbangsa yang satoe bangsa Indonesia;
• Ketiga: Kami Poetera dan Poeteri Indonesia mendjoendjoeng
• bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
• Keputusan pemuda-pemudi itu lalu dikenal dengan Sumpah
Pemuda, pada saat itu pula dikumandangkannya lagu Indonesia
Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman dan bendera Merah Putih
digunakan sebagai bendera Pusaka Bangsa Indonesia.

• Peristiwa Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 itu adalah puncak
pergerakan nasional. Karena itulah kita memperingatinya sebagai
peristiwa bersejarah yang diperingati setiap tahun hingga saat ini
sebagai hari besar nasional. Putusan kongres itu menjiwa setiap
perkumpulan pemuda di Indonesia di lalu hari. Selanjutnya
organisasi-organisasi pemuda itu mengadakan persiapan-persiapan
untuk mengadakan fusi. Jong Java sebagai organisasi terbesar dan
tertua saat itu, menyetujui ide fusi itu dalam Kongres ke-11, tanggal
25-29 Desember 1928 di Yogyakarta. Sebagai kelanjutan kongres itu
Jong Java membubarkan diri dan bergabung dengan Indonesia
Muda.
2. Bangkitnya Nasionalisme Modern

Sebagai seorang terpelajar Sukarno, muncul sebagai seorang pemuda cerdas yang
memimpin pergerakan nasional baru. Dia mendirikan partai dengan nama Partai
Nasional Indonesia (4 Juli 1927). Partai itu bersifat revolusioner, sebelumnya partai
itu bernama klub studi umum. Sukarno memimpin partai itu hingga Desember
1929. Jumlah anggotanya hingga saat itu mencapai 1000 orang.
Sukarno juga turut serta memprakarsai berdirinya Permufakatan Perhimpunan-
Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada 1927. Pada 28 Oktober
1928 organisasi ini ikut menyatakan ikrar tentang tanah air yang satu, berbangsa
satu, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia. Pernyataan Sumpah Pemuda itu
membawa akibat luas pada masyarakat untuk menumbuhkan nasionalisme yang
kuat. Di daerah-daerah munculnya nasionalisme yang digerakkan oleh tradisi dan
agama. Mereka terinspirasi oleh oleh para pemimpin pergerakan nasional yang
ada di Jakarta.
• Perlawanan pada kekuasaan kolonial pada masa pergerakan berbasis pada
masalah perkumpulan agama. Sementara itu komunis merupakan target langsung
dari pemerintah Belanda, namun demikian Belanda tidak dapat mempertahankan
kekuasaan mereka di daerah-daerah yang berbasis komunis. Pada saat itu
semangat untuk memerangi imperialisme dan kolonialis begitu kuat dalam
pengikut-pengikut PKI. Pengikut Tan Malaka masih terus dapat mempertahankan
kerangka struktur yang biasanya dilakukan melalui kontak pribadi di desa-desa
atau bekerjasama dengan organisasi-organisasi agama lainnya.

• Sementara itu Partai Nasional Indonesia (PNI) terus memperoleh tekanan dari
Belanda. Sukarno sebagai pimpinan PNI sebab aksi-aksi yang dengan radikal
terhadap pemerintah Belanda, akhirnya ditangkap dan diadili. Menjelang vonis
pengadilan dijatuhkan, Sukarno sempat mengucapkan pidato pembelaan untuk
membakar semangat para pejuang. Pidato pembelaan itulah yang lalu dibukukan
dengan judul: “Indonesia Menggugat”. Putusan pengadilan akhirnya menjatuhkan
hukuman kurungan kepada Sukarno. Dia ditahan di Penjara Sukamiskin selama
empat tahun terhitung Desember 1930. Selama Sukarno menjalani masa
penahanannya PNI pecah menjadi dua, Partai Indonesia (Pertindo) dan
Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Baru. Sukarno masuk dalam Partai
Indonesia dan PNI Baru dipimpin oleh Mohammad Hatta dan Sjahrir.
• 3. Perjuangan di Volksraad

• Pada akhir tahun 1929, pimpinan PNI ditangkap. Untuk melanjutkan perjuangan
maka dibentuklah fraksi baru dalam volksraad yang bernama Fraksi Nasional, pada
Januari 1930 di Jakarta. Fraksi itu diketua oleh Muhammad Husni Tramrin yang
beranggotakan sepuluh orang yang berasal dari Jawa, Sumatera dan Kalimantan.
Tujuan organisasi itu adalah menjamin kemerdekaan Indonesia dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.

• Penangkapan pimpinan PNI menjadi pembicaraan di kalangan Fraksi Nasional.
Mereka mengecam tindakan pemerintah pada ketidakadilan yang diterapkan pada
gerakan yang dilakukan pemerintah kolonial. Ketidakadilan itu berasal dari artikel
169 sub, 153 bis, dan 161 bis. Atas usulan Fraksi Nasional itu vollksraad meninjau
ulang kebijakan pemerintah kolonial. Pemerintah lalu mengusulkan perkara yang
dituduhkan kepada para pemimpin ke pengadilan tinggi, bukan pengadilan negeri.
Akan tetapi permintaan itu ditolak, sebab masalah itu menyangkut masalah
perbuatan pidana, bukan masalah pelanggaran politik. Jelaslah bahwa gerakan yang
dilakukan kaum pergerakan dianggap sebagai kejahatan yang mengganggu
keamanan bukan sebagai gerakan politik.

Anda mungkin juga menyukai