Republik Indonesia serikat (RIS) adalah sebuah bentuk simbol dari kekuasaan
Pemerintahan Belanda di Indonesia. RIS diusahakan oleh pemerintah belanda bukan tanpa alas
an, tetapi mereka bertujuan untuk dapat menjadikan Indonesia sebagai mercusuar bagi belanda di
kawasan Asia Tenggara.
Dalam pidato mahkota pada tahun 1901, Ratu Wilhelmina menyinggung tentang
panggilan moral kebijaksanaan politik kolonial, yang selanjutnya akan menghentikan pemerasan
di Hindia Belanda sebagai daerah rampasan. Kabijaksanaan ini akan lebih memperhatikan
perluasan pendidikan dan perbaikan Rakyat Indonesia (Ide Anak Agung Gde Agung, 1983:10).
Sebenarnya dalam awal abad 20, pemerintah Belanda melalui pidato mahkota Ratu
Wilhelmina telah menegaskan tentang pemberian hak politik dalam kehidupan rakyat Indonesia
melalui Politik Etis (Politik Balas Budi) Belanda. Bangsa Indonesia mempunyai peluang dan
kesempatan untuk menyususn dan menggerakan rakyat dalam proklamasi kemerdekaan. Tetapi
dalam pelaksanaannya, upaya untuk meringankan beban bangsa Indonesia dari penjajahan
Belanda tidak kunjung dapat dilaksanakan. Hal ini dikarenakan pemerintah Hindia Belanda
menyalahgunakan wewenang kekuasaannya di Hindia Belanda. Hal ini pulalah yang membuat
sistim pemerintahan di Hindia Belanda tidak teratur dan belum menemukan bentuk dari
pemerintahan yang diinginkan oleh Belanda.
Pokok pikiran, bahwa bangsa Indonesia belum matang untuk memerintah diri sendiri dan
untuk suatu pemerintahan parlementer penuh menjadi alasan keputusan pemerintah Belanda
untuk tidak melaksanakan “Janji November” (Ide Anak Agung Gde Agung, 1983:11).
Dalam masa colonial belanda di Indonesia, tidaklah jelas bagaimana sistim pemerintahan
Indonesia harus dilakukan. Parlemen belanda dalam menyikapi permasalahan Hindia Belanda
telah terbagi dalam dua sikap Golongan pertama adalah golongan konservatif, golongan yang
menginginkan Hindia belanda tetap menjadi Negara jajahan dari Belanda dan menjadikannya
sebagai Negara persemakmuran dari Belanda. Golongan kedua adalah golongan pro
kemerdekaan bangsa Indonesia, golongan yang menginginkan Indonesia menjadi Negara yang
merdeka. Golongan kedua berpendapat bahwa sudah sejak lama Belanda menjajah Indonesia,
dan sudah saatnya belanda memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Ketika kemerdekaan diproklamasikan hanya da juumlah kecil kaum terpelajar. Ini
merupakan akibat sistempendidikan zaman penjajahan yang bertujuan menyekolahkan hanya
anak – anak pegawai negeri dan para kepala Bumiputra pemerintah colonial. Ketika serbuan
Jepang, hanya terdapat 344 orang sarjana dan 221 orang Dokter untuk penduduk yang 60 juta
jiwa rakyat Indonesia (Mochtar Lubis, 1979:145).
Pergantian penjajahan di Indonesia tahun 1942 dari Belanda kepada jepang, telah
memberi suasana politik di Indonesia yang berbeda dari sebelumnya (ketika dijajah Belanda).
Tujuan dan tekad bangsa Indonesia untuk mengupayakan kemerdekaan dapat terwujud ditahun
1945 setelah jepang menyatakan kalah dari Sekutu dalam Perang Dunia II, dan Indonesia dapat
memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Kemerdekaan Indonesia melalui proklamasi kemerdekaan belum bias membawa
Indonesia melepaskan diri dari penjajahan, sedikitnya orang – orang Indonesia yang terpelajar
dan dokter menjadi suatu kendala. Ini menjadi suatu strategi dari pemerintah Hindia Belanda
yang menyalahgunakan Politik etis pada akhir abad 19 yang isi salah satunya adalah memberikan
balas budi kepada bangsa Indonesia melalui pendidikan. Hal ini dilakukan agar bangsa Indonesia
tidak dapat menata pemerintahan sendiri dan akan terus bergantung kepada Belanda. Sehingga
Belanda dapat dengan mudah kembali mengambil kuasa atas Indonesia.
Tujuan Belanda mempertahankan Indonesia sebagai Negara jajahannya dan menjadikan
Indonesia sebagai Negara persemakmuran Belanda adalah bentuk dari pada menjadikan
Indonesia sebagai Negara boneka seperti yang dilakukan oleh Inggris kepada Malaysia. Dengan
tujuan tersebut, maka Belanda mengirim DR. HJ. Van Mook sebagai Letnan Gubernur Jendral
untuk dapat merubah ketatanegaraan Indonesia menjadi sebuah Negara boneka yang berbentuk
federal.
Van Mook mengusulkan supaya pemerintah Belanda beralih kepada susunan kenegaraan
Federal di Indonesia. Pemikiran ini dikongkretkan pada tanggal 25 November 1945 dan
kemudian dipakai sebagai dasar di dalam pembicaraan selama Konferensi Malino pada bulan Juli
1946. Dalam konferensi ini wakil – wakil Kalimantan dan Indonesia Timur berkesimpulan
bahwa dalam tertib ketatanegaraan Indonesia, federalism harus menjadi dasar suatu kesatuan tata
Negara yang meliputi seluruh Indonesia: jadi bentuknya Negara Indonesia Serikat (NIS) (Ide
Anak Agung Gde Agung, 1983:18).
Ide untuk mendirikan sebuah Negara serikat di Indonesia yang diprakarsai oleh Van
Mook, berlatar belakang dari keberhasilan Amerika dalam mendirikan Negara serikat. Cita –
cota inilah yang dilakukan Van Mook di Indonesia dengan mendirikan Negara boneka di
beberapa daerah di Indonesia untuk dijadikan Negara bagian, serta berusaha mempengaruhi
pimpinan daerah – daerah tersebut dengan ide – ide tentang pembentukan Negara federal di
Indonesia dengan nama Negara Indonesia Serikat.
Pada tanggal 15 Juli 1946, Dr. H.J. van Mook memprakarsai penyelenggaraan konferensi
di Malino, Sulawesi Selatan. Konferensi ini dihadiri oleh beberapa utusan daerah yang telah
dikuasai Belanda. Konferensi Malino membahas pembentukan Negara-negara bagian dari suatu
Negara federal. Berawal dari konferensi tersebut, Van Mook atas nama Negara Belanda mulai
membentuk negara-negara boneka yang tujuannya adalah untuk mengepung dan memperlemah
keberadaan Republik Indonesia. Dengan terbentuknya Negara-negara boneka, RI dan Negara-
negara bagian akan dengan mudah diadu domba oleh Belanda. Hal ini merupakan perwujudan
dari politik kolonial Belanda, yaitu Devide et Impera (Historia66's Blog, 1 Maret 2010).
Di dalam masa peralihan sebelum lahirnya NIS, pemerintah Belanda hanya mau
mengakui Republik Indonesia sebagai sebuah Negara bagian, atas dasar persamaan derajar
dengan Negara – Negara bagian lainnya, yang kemudian akan menjadi bagian NIS yang
merdeka. Belanda juga menuntut, Republik harus mengembalikan semua wewenang yang
diambil secara sewenang – wenang, Republik harus memutuskan hubungan – hubungan dengan
luar negeri dan menghapuskan dinas diplomatiknya. Tentara Nasional Indonesia pun harus
dibubarkan, karena sebuah Negara bagian tidak berhak punya tentara sendiri. Secara singkat
pemerintah belanda menuntut Republik Indonesia menanggalkan hak kedaulatannya yang
dicapainya sejak Proklamasi Republik pada tanggal 17 Agustus 1945, sedangkan Wakil Tinggi
Mahkota mendapat kekuasaan besar selama masa peralihan.
Seperti yang telah dibahas diatas, bahwasannya Belanda demi kembali untuk menguasai
Indonesia dan mendirikan negara jajahan, telah melakukan berbagai tindakan baik bersifat
militer maupun bersifat politik. Hal ini yang membuat keadaan Republik Indonesia yang baru
saja berdiri terdesak dan hampir mengalami perpecahan dan kehancuran.
Perjuangan yang sangat panjang bagi para pejuang kemerdekaan seperti Bung Karno dan
Bung Hatta yang saat itu menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Para
founding father kita harus mempertahankan dan mencagah belanda mendirikan negara jajahan
dan menjadikan Indonesia sebagai bagian dari Hindia Belanda.
Upaya Belanda dalam menciptakan propsaganda dan provokasi terhadap dunia
internasional mengenai Indonesia tidak berjalan mulus, karena sebagian besar negara – negara di
kawasan Asia dan Afrika mendukung dan memberikan bantuan untuk dapat mempertahankan
Republik Indonesia.
Pada awal Bulan Maret 1949 Menteri Luar Negeri Iran menyampaikan sebuah nota
kepada wakil Belanda di Teheran. Dalam nota ini dikatakan bahwa Pemerintah Iran akan tampil
ke muka membela kepentingan kaum muslimin Indonesia, dan akan sangat menghargai
penyelesaian yang sesuai dengan piagam Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB), dan
mengaharapkan supaya Nederland selekasnya mengambil langkah – langkah ke arah terjaminnya
kemerdekaan dan kebebasan Indonesia (A.H. Nasution, 1976:5).
Pemerintah Iran dengan tegas dan lantang akan mendukung dan membantu terhadap
tercapainya sebuah kesepakatan melalui dewan keamanan PBB untuk dapat memberikan
kemerdekaan dan kebebasan terhadap Indonesia. Walaupun pembelaan Iran terhadap Indonesia
lebih dikarenakan factor kepercayaan (agama), tetapi ini membuktikan bahwa hubungan
internasional Indonesia dengan negara – negara di kawasan Asia sangat kuat dan tidak mudah
untuk dicegah oleh propaganda dan provokator yang dilancarkan oleh pemerintah belanda
kepada dunia internasional.
Selain menciptakan propaganda dan provokasi di dunia internasional sebagai usaha untuk
menguasai kembali Indonesia, Belanda telah mengadakan penguasaan langsung terhadap
Indonesia dengan mendatangkan pasukan ke Indonesia. Hal ini dilakukan pemerintah Belanda
untuk mencegah ancaman – ancaman pemberontakan dan peperangan dengan pasukan tentara
Indonesia.
Pengiriman pasukan Belanda ke Indonesia memang diperuntukan untuk menguasai
Indonesia melalui jalan militer. Provokasi Belanda terhadap Indonesia di dunia internasional
salah satunya menyebutkan bahwa Indonesia adalah salah satu sasaran dari komunis untuk
mendirikan negara komunis, dan dengan dalih tersebut belanda melancarkan Agresinya terhadap
Indonesia.
Walaupun mendapat tentangan dan kecaman dari dunia intenasional, tetapi belanda tetap
melakukan Agresinya karena mendapat dukungan dari Amerika, Inggris, dan Prancis. Ketjiga
negara adidaya tersebut berpendapat bahwa Indonesia adalah sasaran kaum komunis dalam
mendirikan negara komunis. Tetapi tujuan sesungguhnya dari Agresi militer yang dilakukan
Belanda terhadap Indonesia adalah untuk menyudutkan dan membatasi ruang gerak
pemerintahan Indonesia dengan menguasai satu persatu wilayah nusantara.
Pula diumumkan resolusi dari National Planning Association, sebuah badan swasta non-
profit yang besar pengaruhnya, yang menyusun rancangan – rancangan untuk pertanian dan
perdagangan. Pemerintah Belanda dituduh tidak menepati janjinya terhadap Indonesia dan tidak
menghentikan tembak menembak. Tuntutan – tuntutan seperti tersebut di bawah ini, diajukan
kepada pemerintah belanda :
1. Pembebasan Pimpinan – pimpinan Republik dengan segera.
2. Penarikan pasukan – pasukan Belanda dari daerah yang dalam bulan Desember 1948 masih
berada dalam kekuasaan Republik.
3. Pelaksanaan Persetujuan Renville
4. Segera dibukanya kembali perundingan – perundingan di bawah pengawasan PBB. (A.H.
Nasution, 1976:23).
Selama peristiwa Agresi Belanda di Indonesia, selain menguasai wilayah – wilayah di
Nusantara, membatasi ruang gerak pemerintahan yang sah Republik Indonesia, ternyata pasukan
Belanda telah mengurung dan menangkap para pemimpin Republik agar tidak ada lagi pilihan
selain menjadi bagian dari Belanda.
Usaha Belanda dalam menangkap pimpinan – pimpinan Republik Indonesia mendapat
kecaman dunia Internasional, karena Belanda berusaha menghidupkan kembali kolonialisme di
kawasan Benua Asia. Dukungan dan tuntutan pembebasan terhadap pimpinan Indonesia
disuarakan oleh Senator Amerika bernama Brewster, dengan posisinya sebagai Senator di
Parlemen di Amerika Serikat mencoba berusaha merubah arah kebijakan pemerintaha Amerika
yang cenderung mendukung Agresi Belanda atas Indonesia.
Masalah Indonesia dengan Belanda memang sudah menjadi perhatian dunia internasional,
keprihatinan dunia internasional terhadap keadaan Indonesia yang disudutkan menyebabkan
negara – negara di kawasan Asia khususnya dan di seluruh dunia pada umumnya merasa harus
ikut campur dalam penyelesaian konflik antara Indonesia dan Belanda.
Perdana Menteri India yaitu Pandit Jawaharlal Nehru membahas masalah Indonesia
melalui Konferensi Asia di New Delhi pada tanggal 20 Januari 1949. Konferensi Asia di hadiri
oleh 19 Negara di Asia dan Afrika termasuk Australia yang mengirim utusannya. Pada
Konferensi Asia di New Delhi, Indonesia diwakili oleh beberapa pejabat penting diantaranya :
1. Mr. A.A. Maramis (Menteri Luar Negeri PDRI)
2. Mr. Utoyo (Wakil Indonesia di Singapura)
3. Dr. Sudarsono (Wakil Indonesia di India)
4. H.A. Rasyidi (Wakil Indonesia di Mesir)
5. Dr. Sumitro (Wakil dagang RI di Amerika Serikat)
Dalam pertemuan Konferensi Asia di New Delhi India, menghasilkan Resolusi yang
menuntut Dewan Keamanan PBB segera mengambil langkah – langkah untuk dapat
menyelesaikan permasalahan indonesia dengan Belanda. Hal ini dilakukan sebagai bentuk
kepedulian terhadap perdamaian dunia.
Kesembilan belas negara semuanya menjanjikan akan menyokong sepenuhnya setiap
tindakan yang akan diambil oleh Dewan Keamanan. Resolusi itu mengandung pula pasal – pasal
berikut :
1. Pembebasan semua tawanan politik
2. Memberikan keleluasaan bergerak bagi semua pembesar Republik
3. Pengembalian kepada Republik semua daerah di Jawa, Sumatera, dan Madura, yang sejak
tanggal 18 Desember 1948 diduduki oleh Belanda
4. Dihapuskannya Blokade Ekonomi oleh Belanda
5. Pembentukan pemerintahan interim Indonesia pada tanggal 1 Maret 1949
6. Pemilihan umum bagi terbentuknya suatu badan pembentuk undang – undang dasar pada tanggal
1 Oktober 1949. (A.H. Nasution, 1976:59).
Konferensi Asia yang diselenggarakan di India tersebut telah membawa dampak dan
pengaruh yang cukup besar, Dewan Keamanan PBB tidak dapat begitu saja mengabaikan hasil
konferensi Asia yang dihadiri Sembilan belas negara di Asia dan Afrika termasuk Australia.
Belanda dalam hal ini berada dalam posisi kurang baik, karena usaha propaganda dan
provokasinya terhadap Indonesia tidak berhasil dan sedikit demi sedikit mulai kehilangan
pengaruhnya.
Setelah melakukan perundingan cukup lama, maka diperoleh hasil dari konferensi tersebut.
Berikut merupakan hasil KMB:
a. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
b. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30 Desember 1949.
c. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah
pengakuan kedaulatan RIS.
d. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia
Belanda yang dikepalai Raja Belanda
Demikian Konferensi Meja Bundar yang dilakukan di Den Haag Belanda menghasilkan
beberapa kesepakatan antara belanda dan Indonesia. Dengan adanya Republik Indonesia Serikat,
Belanda berupaya menekan dan melebur RI menjadi negara bagian Pemerintahan Belanda.
Tetapi untuk mencegah hal tersebut terjadi, Soekarno ditetapkan sebagai Presiden RIS.
Republik Indonesia serikat adalah sebuah Negara yang berdaulat atas dasar kesepakatan
dua Negara yaitu Kerajaan Belanda dan Republik Indonesia. Dengan menyepakati hasil – hasil
Konferensi Meja Bundar yang dilaksanakan tanggal 23 Agustus 1949 di Den Haag Belanda, RIS
berusaha menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan amanah yang telah ditetapkan oleh
KMB.
Dalam perjalannya sejarah Republik Indonesia, yang mengalami peleburan dalam RIS
merupakan sebuah fakta sejarah yang membawa Negara kita menjadi sebuah Negara yang
menganut fahan Federal yaitu faham yang dipaksakan oleh Belanda kepada RI.
Walaupun RIS tidak bertahan lama, tetapi itu adalah merupakan sebuah pengalaman
sejarah bagi Indonesia yang tidak bisa menerima pemerintahan dengan sistim federal.
Pada tanggal 23 Agustus 1949 Konferensi Meja Bundar yang bersejarah ini dibuka
dengan resmi dengan suatu siding lengkap di Bangsal Ksatria (Ridderzaal) Staten
General(Kedua Majelis Parlemen) di Lapangan Binnen Hof, Den Haag, dengan suatu Pidato
Perdana Menteri, Dress.
Dalam Konferensi Meja Bundar telah memutuskan untuk membentuk lima Komisi yakni
:
a. Komisi untuk urusan Politik dan Konstitusional
b. Komisi untuk urusan Keuangan dan Ekonomi
c. Komisi untuk urusan Militer
d. Komisi untuk Urusan Kebudayaan
e. Komisi untuk Urusan Sosial
Dalam Konferensi Meja Bundar yang dilaksanakan tanggal 23 Agustus 1949, yang secara
resmi belanda menyerahkan pemerintahan sendiri terhadap Republik Indonesia Serikat. Tetapi
sebuah ironi, manakala kesepakatan KMB tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh Republik.
Belanda dalam KMB menyatakan menyerahkan kedaulatan penuh kepada RIS, tetapi tidak
menyerahkan beserta Irian Barat/Irian Jaya.
Letnan Gubernur jenderal Van Mook mengatakan atas nama Pemerintah Belanda, bahwa
Irian Jaya untuk selanjutnya akan merupakan bagian integral daerah RIS yang akan datang.
Hanya karena jaminan resmi ini, Konferensi dapat menyetujui untuk memisahkan Irian Jaya dari
daerah Indonesia Timur (Arsip Kementrian Dalam Negeri, berkas telegram, no 7. Dalam Ide
anak Agung Gde Agung, 1983:297)
Dalam hal ini, bisa ditarik kesimpulan bahwa belanda menggunakan Irian Jaya sebagai
kunci agar Republik Indonesia tidak dapat bergerak dengan leluasa. RIS akan berada dalam
pengawasan Belanda karena Irian Jaya belum bisa masuk ke dalam kedaulatan RIS. Belanda
tidak benar – benar memberikan kedaulatan penuh kepada RIS.
Pada tanggal 27 Desember 1949 di Amsterdam diadakan Uapacara Penyerahan
Kedaulatan dari kerajaan belanda kepada Republik Indonesia Serikat.
Komisi Urusan Politik dan Konstitusional yang dihasilkan dalam KMB telah
merumuskan dan menghasilkan beberapa rekomendasi yang memang hasil ini mengacu kepada
hasil dari Konferensi Inter Indonesia yang dilaksanakan di Yogyakarta, yaitu:
1. Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama RIS berdasarkan demokrasi dan federalisme.
2. RIS akan dikepalai seorang Presiden konstitusional dibantu oleh menteri-menteri yang
bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
3. Akan dibentuk dua badan perwakilan, yaitu sebuah dewan perwakilan rakyat dan sebuah dewan
perwakilan Negara bagian (senat). Pertama kali akan dibentuk dewan perwakilan rakyat
sementara.
4. Pemerintah federal sementara akan menerima kedaulatan bukan saja dari pihak Negara Belanda,
melainkan pada saat yang sama juga dari Republik Indonesia.
Dalam sidang KMB telah disepakati bahwa penyerahan kedaulatan dilaksanakan tanggal
27 Desember 1949 di dua tempat yaitu di Amsterdam belanda dan di Jakarta Indonesia. Maka
sebelum itu, pada tanggal 16 Desember 1949 Soekarno dan Hatta dipilih sebagai Presiden dan
wakil Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh para wakil Republik dan para wakil
Negara – Negara bagian RIS bentukan belanda.
Segera setelah terpilihnya Soekarno dan Hatta sebagai Presiden dan wakil Presiden RIS,
kabinet RIS pun dibentuk. Dan tanggal 20 Desember 1949 Presiden RIS Soekarno melantik
kabinet pertama Republik Indonesia Serikat :
1 Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Drs. Mohammad Hatta
Negeri
2 Menteri Dalam negeri Ide Anak Agung Gde Agung
3 Menteri Pertahanan Hamengkoe Boewono IX
4 Menteri Perekonomian Ir. Djuanda
5 Menteri Keuangan Syarifudin Prawiranegara
6 Menteri Perhubungan, Tenaga dan Ir. Herling Loah
Pekerjaan Umum
7 Menteri Kesehatan Dr. Johannes Leimena
8 Menteri Sosial Mr. Kosasih Poerwanegara
9 Menteri Perburuhan Mr. wilopo
10 Menteri Pendidikan, Kesenian dan Dr. Abu Hanifah
Ilmu Pengetahuan
11 Menteri Agama Kiayi Haji Wahid Hasjim
12 Menteri Kehakiman Prof. Mr. Dr. Soepomo
13 Menteri Penerangan Arnold Mononutu
14 Menteri Penerangan Dr. Soeparmo
15 Menteri Penerangan Mr. Mohammad Roem
16 Menteri Penerangan Sultan Hamid II
Ekonomi Negara menjadi salah satu permasalahan yang sangat penting, karena untuk
Negara yang baru berdiri perlu ditopang oleh ekonomi yang cukup kuat. Hal ini pun tidak
terlepas dari program utama Kabinet RIS yaitu : “Berusaha memperbaiki ekonomi rakyat,
keadaan keuangan, perhubungan, perumahan dan kesehatan untuk jaminan social dan
penempatan Tenaga kambali ke dalam masyarakat; mengadakan peraturan tentang upah
minimum, pengawasan pemerintah atas kegiatan ekonomi agar kegiatan itu terwujud kepada
kemakmuran rakyat seluruhnya”.
Ini menjadi pokok yang sangat substansial, karena masalah ekonomi dan dan keuangan
ini pun telah mendapat perhatian dan rekomendasi dari KMB melaui Komisi urusan Keuangan
dan Ekonomi. Selama penyelenggaraan KMB, dan sampai selesainya KMB RIS mempunyai
utang – utang kepada Kerajaan Belanda khususnya dalam hal pengeluaran – pengeluaran militer
serta utang kepada beberapa Negara pendukung KMB.
Pemerintah RIS mengakui bertanggung jawab membayar bunga dan tebusan utang
kepada Belanda, sejumlah 817 juta gulden (Rupiah Belanda) dan utang kepada Negara – Negara
lain yang mencaoai alih hak – hak dan kewajiban – kewajiban yang timbul dari persetujuan –
persetujuan yang ada yang mencapai maksimum 268,5 juta gulden utang pemerintah berjangka
pendek (Historia66's Blog, 1 Maret 2010).
Berdirinya RIS sebagai Negara berdaulat, tidak serta didukung secara ekonomi. Dengan
utang – utang RIS kepada kerajaan Belanda dan Negara – Negara pendukung KMB, RIS harus
segera membenahi dan menyelesaikan permasalahan ekonomi tersebut agar segera dapat
memikirkan kebijakan ekonomi RIS selanjutnya. Ini menjadi menjadi tugas yang cukup berat
bagi menteri Ekonomi RIS Ir. Djuanda dan Menteri Keuangan Syarif Prawiranegara untuk
segera menstabilkan keadaan ekonomi Republik Indonesia Serikat.
Setalah terbentuk pemerintahan yang sah dari Republik Indonesia Serikat melalui hasil –
hasil KMB dalam Komisi urusan Politik dan Konstitusional, maka dengan ini RIS mulai
menjalankan roda pemerintahan dengan membangun ekonomi dan keuangan RIS yang
sebagaimana telah disepakat dari Komisi urusan keuangan dan Ekonomi dari KMB. Pemerintah
RIS mulai berbenah diri dalam hal militer. Karena militer merupakan pertahanan utama dalam
mempertahankan kedaulatan Negara RIS.
Sebelum Republik Indonesia menjadi Negara bagian dari Republik Indonesia Serikat,
telah memiliki angkatan perang sendiri yaitu tentara Nasional Indonesia (TNI). Salah satu
tuntutan belanda sebelum adanya KMB adalah membubarkan angkatan perang RI, dengan tujuan
melemahkan pertahanan RI dan membuat seolah – olah Republik Indonesia tunduk terhadap
keinginan Kerajaan Belanda dalam pembentukan Negara federal RIS.
Menjadi sebuah dilema, bagi pemerintahan RIS yang memang pucuk pimpinan RIS
adalah pimpinan Republik Indonesia. Untuk memutuskan bagaimana caranya mempertahankan
TNI sebagai alat pertahanan Negara RI tetap ada dengan tidak bertentang pada tujuan RIS dalam
KMB.
Tinggal TNI yang menjadi kesulitan. Ketika itu mendengung – dengung dalam telinga
kita ucapan Mohammad Roem, Ketua Delegasi RI, di Jakarta, yang tidak menyebut kita TNI
lagi, melainkan “kesatuan bersenjata” dan istilah – istilah lain seperti Republik “pengikut –
pengikut Republik yang bersenjata”, yang semuanya menunjukan seolah – olah tidak ada lagi
TNI (A.H. Nasution, 1973:317).
Sebenarnya, sebelum akan dilaksanakannya Konferensi Meja Bundar (KMB) tanggal 23
Agustus 1949 telah bergejolak dalam hati dan pikiran para TNI tentang status mereka sebagai
garda terdepan dalam proses mempertahankan Republik Indonesia yang saat terjadinya Agresi
Militer Belanda KNIL berhasil menduduki Ibu Kota RI yaitu Yogyakarta. TNI berpikira, setelah
KMB dilaksanakan dan terbentuk RIS apa yang akan terjadi dengan TNI ?
Dalam Konferensi Inter Indonesia di Yogyakarta telah diambil kesepakatan mengenai
angkatan bersenjata RIS setelah terbentuk dengan resminya RIS :
1. Angkatan Perang RIS adalah angkatan perang nasional. Presiden RIS adalah Panglima Tertinggi
Angkatan Perang RIS.
2. Pertahanan Negara adalah semata – mata hak pemerintah RIS; Negara – Negara bagian tidak
akan memiliki angkatan perang sendiri.
3. Pembentukan Angkatan Perang RIS adalah semata – mata soal bangsa Indonesia. Angkatan
Perang RIS akan dibentuk oleh pemerintah RIS dengan inti angkatan Perang RI (TNI), bersama
– sama orang Indonesia yang ada dalam KNIL, ML, KM, VB dan Territorial Bataljons.
4. Pada masa permulaan RIS, Menteri Pertahanan dapat merangkap sebagai Panglima Besar
APRIS (Roeslan Abdulgani, 1980:60).
Setelah KMB bergulir dan berdiri RIS, maka semua Negara bagian dari pada RIS
dilarang untuk memiliki angkatan perang sendiri termasuk RI. Inilah yang menjadi beban dari
pada para petinggi dan Jendral serta para Panglima besar dalam kesatuan Tentara Republik
Indonesia. Negara yang telah susah payah direbut dengan darah perjuangan TNI, dan berkat TNI
RI sampai saat terbentuknya RIS masih berdiri kokoh sebagai Negara yang berdaulat.
Tidak cukup itu saja “korban perasaan” para prajurit TNI. Mereka juga diharuskan
menerima bekas anggota KNIL dalam lingkungannya. Padahal selama perang kemerdekaan
anggota KNIL itu mereka anggap pengkhianat. Mereka mengerti, bahwa demi persatuan
Indonesia untuk menyingkirkan Belanda dari tanah air, kita harus dapat mengorbankan perasaan.
Namun yang dituntut dari mereka tidak mudah, dan memerlukan waktu untuk penyesuaian
(A.S.S. Tambunan, 1991:62).
Merupakan sebuah proses yang membutuhkan pengorbanan yang cukup besar demi
tercapainya perdamaian dan kesatuan dalam RI. Inilah yang menjadi beban dari kebijakan RIS
dalam bidang Militer, yang memang mengacu kepada Konferensi Inter Indonesia di Yogyakarta
dan hasil rekomendasi KMB dalam Komisi urusan Militer.
Hasil – hasil yang telah disepakati dalam Rekomendasi Komisi urusan militer dalam
KMB adalah :
1. Setelah penyerahan kedaulatan, Republik Indonesia Serikat bertanggung jawab, atas keamanan
ke dalam, dan atas pertahanan Indonesia terhadap luar.
2. Setelah penyerahan kedaulatan, angkatan perang Belanda akan ditarik kembali dari Indonesia.
3. Sambil menunggu mereka diangkut dengan kapal ke negeri Belanda, pasukan – pasukan ini
dilarang dipergunakan untuk operasi – operasi militer, kecuali hal ini diminta oleh pemerintah
Republik Indonesia Serikat.
4. Anggota – anggota angkatan perang, yang diorganisasikan dan dipersenjatai oleh pemerintah
Hindia-Belanda, seperti KNIL dan apa yang disebut sebagai batalyon – batalyon Federal, pada
asasnya dapat ditampung oleh angkatan perang Republik Indonesia Serikat; peralatan – peralatan
dan persenjataan mereka harus diserahterimakan dengan cara yang efisien, hal yang satu dengan
yang lainnya ditentukan setelah kedua belah pihak bermusyawarah.
5. Tanggung jawab Militer Teritorial harus diserahterimakan dengan suatu cara yang tertib antara
pembesar – pembesar Belanda dan Indonesia.
6. Suatu misi militer Belanda akan dikirim ke Indonesia untuk membantu RIS di dalam
membangun Angkatan Perangnya (Ide Anak Agung Gde Agung, 1983:311-312).
Hasil sidang KMB dalam urusan Militer adalah kabijakan lanjutan dari kesepakatan dari
Konferensi Inter Indonesia yang dilakukan di Yogyakarta dan Jakarta. Kebijakan militer RIS ini
harus sesegera mungkin dilaksanakan, agar RIS mempunyai pertahanan yang mampu menopang
keamanan bangsa dan Negara Republik Indonesia Serikat.
Dalam Sidang – sidang konferensi Inter-Indonesia antara Republik Indonesia
dengan Bijeenkomst voor Federal Overleg (BFO) di Yogyakarta dan Jakarta pada bulan Juli dan
Agustus 1949, dicapai kata sepakat mengenai konsepsi bersama yang akan dibawa ke Konferensi
Meja Bundar, kepentingan terpenting Konferensi Inter-Indonesia dalam bidang Militer adalah,
bahwa angkatan Perang Negara Republik Indonesia Serikat akan berintikan TNI dengan
menerima anggota – anggota dari KNIL dan pasukan – pasukan Indonesia lain yang dibentuk
oleh belanda (Nugroho Notosusanto,1976:71).
Kebudayaan RIS
hasil – hasil rekomendasi dari Komisi urusan Kebudayaan RIS dalam KMB tidak
memberikan pengaruh yang signifikan, dengan kata lain kebudayaan yang dimiliki dan dianut
oleh RIS tidak akan jauh berbeda dengan kebudayaan yang telah dianut dan dilakukan oleh
Negara – Negara lainnya.
Untuk memajukan hubungan – hubungan di bidang pengajaran, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan, maka dibentuklah suatu komisi bersama, yang untuk itu setiap peserta dapat
mengengkat tujuh orang anggota. Kedua peserta akan memajukan pengetahuan tentang
kebudayaan masing – masing, demikian pula tentang penukaran penerangan tentang urusan –
urusan kebudayaan. Atas permintaan, bantuan di bidang kebudayaan, pendidikan dan karya
Ilmiah akan saling diberikan, termasuk soal penukaran guru – guru besar, para ahli dan guru –
guru, sedangkan beasiswa – beasiswa disediakan oleh para peserta kepada para ilmuwan kedua
pihak secara timbale balik akan diberi kemungkinan untuk melakukan penyelidikan di daerah
pihak yang lain (Ide Anak Agung Gde Agung, 1983:312).
Telah terjadi kesepakatan antara pihak Kerajaan Belanda dengan RIS tentang pemecahan
masalah Kebudayaan. Antara Belanda dan RIS telah bersepakat bahwa dalam hal pengetahuan,
pendidikan, serta kebudayaan diadakan kerja sama dalam pembinaan dan pembangunan
kebudayaan. Pemerintah kerajaan Belanda bersedia untuk bertukar orang – orang yang ahli
dalam ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Dalam kesepakatan itu pula, tentang pemeliharaan
benda – benda budaya yang dimiliki oleh pemerintah kerajaan Belanda dan RIS secara bersama –
sama.
Permasalahan yang dikemukakan dalam sidang KMB lebih kepada status dari para
pegawai pemerintahan yang berkebangsaan Belanda yang bekerja di Indonesia. Pasal yang
terpenting yang dibicarakan di dalam Komisi urusan Sosial ialah kedudukan pegawai – pegawai
sipil pemerintah pada saat penyerahan kedaulatan.
Di dalam soal ini telah dicapai persetujuan, yang pasal – pasal utamanya adalah sebagai
berikut :
Pada asasnya Pemerintah Republik Indonesia Serikat menerima semua pegawai sipil
pemerintah Belanda, yang bekerja di Indonesia pada saat penyerahan kedaulatan, pemerintah
Republik Indonesia Serikat tak akan mengadakan peraturan – peraturan yang merugikan pegawai
pemerintah tersebut yang berkebangsaan Belanda. Pemerintah Republik Indonesia Serikat
mempertahankan hak menyaring kembali dan mengelompokkan kembali pegawai – pegawai ini,
dengan pengertian bahwa, jika pegawai – pegawai demikian tersebut diberhentikan tidak atas
permintaan sendiri, maka tanggung jawabnya dipikul oleh pemerintah RIS bagi dibayarkannya
ganti rugi (Ide Anak Agung Gde Agung, 1983:314).
Pemerintah RIS akan menjamin tiap – tiap pegawai pemerintah yang berkebangsaan
Belanda yang bekerja di Indonesia akan keselamatan dan hajat hidupnya ditanggung oleh
pemerintah RIS. Selama para pegwai berkebangsaan Belanda tersebut masih menginginkan
untuknbekerja di Indonesia tanpa ada paksaan dan jika berhenti itu atas kehendaknya sendiri.
Perkembangan Republik Indonesia Serikat tidak bisa dilakukan dengan pesat dan cepat,
melihat dari pada komposisi aparatur pemerintahan, serta rekomendasi dan kebijakan hasil
Konferensi Meja bundar yang menyegerakan berjalannya roda pemerintahan RIS. Tetapi tidak
semua kebijakan dan hasil rekomendasi KMB dapat terlaksana dan dilakukan oleh Pemerintah
RIS, dalam hasil masalah keuangan dan ekonomi RIS tidak begitu menguntungkan pemerintah
yang baru berdiri itu. Permasalahan Militer sebagai alat pertahanan RIS yang diambil dari
peleburan TNI dan anggota – anggota bekas KNIL belum bisa menyesuaikan diri satu sama
lainnya. Ini menyebabkan kerentanan dalam hal pertahanan RIS, dan dapat menyebabkan
perpecahan dan disintegrasi terhadap kedaulatan RIS ke depan.
Republik Indonesia Serikat (RIS) yang merdeka dan berdaulat adalah Negara hukum
demokratis yang berbentuk federal. RIS dilakukan oleh pemerintah federal bersama parlemen
dan senat. Wilayahnya meliputi seluruh daerah Indonesia yang terdiri atas:
a. Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur,
Negara Madura, Negara Sumatera Timur dan Negara Sumatera Selatan.
b. Kesatuan poltik yang berkebangsaan yaitu Jawa Tengah Bangka, Belitung, Riau, Kalimantan
Barat, Dayak Besar, Banjar, Kalimantan Tenggara dan Kalimantan Timur.
c. Daerah-daerah lain yang bukan daerah bagian. Alat perlegkapan RIS terdiri atas presiden,
Dewan Menteri, Senat, Dewan perwakilam Rakyat, mahkamah agung, dan dewan pemerksa
keuangan. Parlemen terdiri atas 150 orang, Senat sebagai perwakilan Negara-negara bagian
adalah Badan Penasehat. Tiap Negara bagian mengangkat 2 orang wakil di Senat.
Sementara itu rakyat tidak setuju apabila Konstitusi RIS diberlakukan secara dominan.
Dalam keadaan seperti itu, dapat menyulut perpecahan dan terjadi disintegrasi dalam
pemerintahan dan kedaulatan RIS yang baru berdiri itu. Dalam keadaan rakyat yang kecewa, ada
beberapa pihak yang mengambil kesempatan tersebut dengan mengadakan suatu aksi
pemberontakan di beberapa daerah.
RIS dihadapkan pada persoalan keuangan Negara. Sesuai dengan hasil keputusan KMB
bahwa Repulik harus menanggung semua hutang, baik hutang dalam negeri maupun hutang luar
negeri yang merupakan warisan dari pemerintah Hindia-Belanda. Untuk mengatasi kesulitan di
bidang keuangan, RIS mengambil jalan:
a. Mengadakan rasionalisasi dalam susunan Negara dan dalam badan-badan serta alat-alat
pemerintahan;
b. Menyelidiki secara lebih baik dan teliti mengenai anggaran Negara-negara bagian;
c. Mengintensiveer pemungutan berbagai iuran dan cukai
d. Mengadakan pajak baru;
e. Mengadakan pinjaman nasional.
Masalah berikutnya yang dihadapi oleh Pemerintah RIS adalah mengenai persoalan
“Negara Hukum”. Langkah pertama dalam lapangan kehakiman ialah mempelajari keadaan tata
hokum Indonesia pada waktu penyerahan kedaulatan, terutama menyelidiki bagian hokum mana
yang masih berlakumenurut Konstitusi RIS, dan bagian hokum mana yang telah hilang
kekuatannya terkait dengan penyerahan kedaulatan. Ini akan diselidiki pula, hokum mana yang
harus segera dicabut, diubah atau diganti terkait dengan RIS.
Masalah terakhir adalah angkatan perang. TNI merupakan inti dari Angkatan Perang RIS.
Maka dalam persetujuan KMB mengenai persoalan tentara yang disebut hanya persoalan
reorganisasi KNIL. Masalah ini pula yang turut menyebabkan pemberontakan yang dipimpin
oleh Andi Azis.
Negara RIS buatan Belanda tidak dapat bertahan lama karena muncul tuntutan-tuntutan
untuk kembali ke dalam bentuk NKRI sebagai perwujudan dari cita-cita Proklamasi 17 Agustus
1945. Gerakan menuju pembentukan NKRI mendapat dukungan yang kuat dari seluruh rakyat.
Banyak Negara-negara bagian satu per satu menggabungkan diri dengan Negara bagian Republik
Indonesia.
Pada tanggal 10 Februari 1950 DPR Negara Sumatera Selatan memutuskan untuk
menyerahkan kekuasaannya pada RI. Tindakan semacam ini dengan cepat dilakukan oleh
Negara-negaa bagian lainnya ynag cenderung untu menghapuskan Negara-negara bagian dan
menggabungkan diri ke dalam RI. Pada akhir Maret 1950, hanya tersisa empat Negara bagian
dalam RIS, yaitu Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Negara Indonesia Timur, dan Republik
Indonesia. Pada akhir April 1950, maka hanya Republik Indonesia yang tersisa dalam RIS
(Historia66's Blog, 1 Maret 2010)
Penggabungan Negara-negara bagian ke dalam RI menimbulkan persoalan baru
khususnya dalam hubungan luar negeri. Hal ini karena RI hanya Negara bagian RIS, hubungan
luar negeri yang berlangsung selama ini dilakukan oleh RIS. Sehingga peleburan Negara RIS ke
dalam RI harus dihindari untuk menjamin kedaulatan negara. Solusinya adalah RIS harus
menjelma menjadi RI.
Setelah diadakan konferensi antara Pemerintah RIS dan RI untuk membahas penyatuan negara,
pada tanggal 19 Mei 1950, pemerintah RIS dan RI menandatangani Piagam Persetujuan
pembentukan Negara kesatuan. Pokok dari isi piagam tersebut adalah kedua belah pihak dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya melaksanakan pembentukan Negara kesatuan berdasar
Proklamasi 17 Agustus 1945.
Rapat-rapat antara pemerintah RIS dan RI mengenai Negara kesatuan semakin sering
dilakukan. Setelah rapat mengenai Pembagian daerah yang akan merupakan wilayah NKRI,
maka pada tanggal 15 Agustus 1950 diadakan rapat gabungan yang terakhir dari DPR dan Senat
RIS di mana dalam rapat ini akan dibicarakan “piagam pernyataan” terbentuknya NKRI oleh
Presiden Soekarno. Setelah pembacaan piagam pernyataan terbentuknya NKRI, maka dengan
demikian maka pada tanggal 17 Agustus 1950 Negara Kesatuan diproklamirkan oleh Soekarno
dan berlakulah Undang – Undang dasar baru Negara Kesatuan Republik Indonesia (Ide Anak
agung Gde Agung,1983:334)