Anda di halaman 1dari 22

WELCOME

Kerajaan Buleleng Bali

Nama Kelompok 4 :

1. Afani Nur Fauzziyah (02)


2. Alfin Januar Kristanti (03)
3. Aryo Hapsoro Sahari (08)
4. Luthfi Nur Fadhilah (19)
5. Rinda Oktia Wati (27)
6. Wida Samsi Yudani (31)
Letak Geografis Kerajaan Buleleng
Kerajaan buleleng merupakan kerajaan Hindu Budha tertua di Bali.
Kerajaan ini berkembang pada abad IX-XI Masehi. Kerajaan ini diperintah
oleh Dinasti Warmadewa. Kerajaan ini dapat dipelajari melalui Prasati
Belanjong, Penampahan, dan Melatgede. Kerajaan ini berpusat di Buleleng,
Bali bagian utara.
Kerajaan Buleleng terletak di pesisir pantai, yang menyebabkan
buleleng sering disinggahi kapal-kapal. Kerajaan ini didirikan sekitar
pertengahan abad ke-17 dan jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1849.
Kerajaan ini dibangun oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti dari Wangsa
Kepakisan dengan cara menyatukan seluruh wilayah-wilayah Bali Utara yang
sebelumnya dikenal dengan nama “Den Bukit”.
Letak geografis :
Kota Singaraja merupakan bagian dari wilayah administrasi
Kabupaten Buleleng. Batas-batas Kota Singaraja adalah :

– Sebelah Utara : Laut Bali


– Sebelah Selatan : Desa Gitit
– Sebelah Timur : Desa Kerobokan
– Sebelah Barat : Desa Pemaron
Secara geografis Kota Singaraja terletak di 8°3’40”-8°23’00”LS dan
114°25’55”-115°27’28” BT.
 Sumber Sejarah Kerajaan Buleleng
1. Prasasti
Sebuah prasasti ditemukan di desa Sembiran yang berangka tahun
1065, berisi : “mengkana ya hana banyaga sakeng sabrangjong, bahitra,
rumunduk i manasa. ….. Artinya, andai kata ada saudagar dari seberang
yang datang dengan jukung bahitra datang berlabuh di manasa …..”
2. Parasasti Karang Rejo
3. Manuscript Parasasti Buleleng
sedang dalam proses pasang
aksara Bali, yang kemudian
dikenal dengan Babad Buleleng
4. Babad Buleleng
(Babad = kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai
peristiwa sejarah)

5. Berita Cina :
Disebelah timur Kerajaan Kaling ada daerah Po-li atau Dwa-Pa-Tan yang
dapat disamakan dengan Bali,dengan adat istiadat yang sama dengan orang-
orang Kaling. Seperti:
 Jenazah orang yang meninggal dihiasi emas dan dimasukkan sebatang
emas kedalam mulutnya serta diberi bau-bauan yang harum lalu
dibakar (Ngaben)
 Penduduk biasa menulisi daun lontar
6. Prasati Blanjong
Semacam tugu di Desa Blanjong dekat Sanur
yang berangka tahun 836 S atau 914 M.
Parasasti ini menyebut raja yang memerintah
Raja Kesari Warmadewa. Permukaan prasasti ditulis
sebagian dengan huruf Nagari (huruf India) dan
sebagian dengan huruf Bali, dari bangsa asing kitab
sejarah dinasti Tang.
 Kehidupan Politik Kerajaan Buleleng
Raja pertama yang berkuasa di Bali adalah Raja yang bernama
Khesari Warmadewa, istananya terletak di Sanghadwala.

Raja selanjutnya yang berkuasa adalah Ugrasena pada tahun 915M.


Ugrasena digantikan oleh Tabanendra Warmadewa (955-967 M). Tabanendra
kemudian digantikan oleh Jayasingha Warmadewa, ia membangun dua
buah pemandian di Desa Manukraya. Jayasingha kemudian digantikan
oleh Jayasadhu Warmadewa yang memerintah dari tahun 975-983 M.
Jayasadhu digantikan oleh adiknya Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi,
seorang Raja perempuan. Ia kemudian digantikan oleh Dharmodayana yang
terkenal dengan nama Udayana yang naik takhta pada tahun 989 M.
Dharmodayana memerintah bersama Permaisurinya bernama
Gunapriyadharmapadmi, anak dari Raja Makutawangsawardhana dari Jawa
Timur.
Gunapriyadharmapadmi meninggal pada tahun 1001 M dan
dicandikan di Burwan. Udayana memerintah sampai tahun 1011 M.
Pada tahun itu, ia meninggal dan dicandikan di Banu Weka.
Pernikahannya dengan Gunapriya menghasilkan tiga orang putra yaitu,
Airlangga yang menikah dengan Putri Dharmawangsa (Raja Jawa
Timur), Marakata, dan Anak Wungsu.
Airlangga tidak memerintah di Bali, ia menjadi Raja di Jawa Timur.
Anak Udayana yang memerintah di Bali, yaitu Marakata yang memerintah
dari tahun 1011-1022, ia bergelar Dharmawangsawardhana Marakata
Pangkajasthana Uttuganggadewa.

Masa pemerintahan Marakata bersamaan dengan masa pemerintahan


Airlangga di Jawa Timur. Marakata adalah Raja yang sangat memperhatikan
kehidupan rakyatnya, sehingga ia dicintai dan dihormati oleh rakyatnya.

Marakata digantikan oleh adiknya Anak Wungsu, yang memerintah dari


tahun 1049-1077. Pada masa pemerintahannya, keadaan negeri sangat aman
dan tenteram.
Anak Wungsu tidak memiliki anak dari Permaisurinya. Ia meninggal
pada tahun 1077 M dan didharmakan di Gunung Kawi dekat Tampak
Siring. Beberapa Raja yang memerintah Kerajaan Bali setelah Anak Wungsu,
diantaranya Sri Maharaja Sri Walaprahu, Sri Maharaja Sri Sakalendukirana, Sri
Suradhipa, Sri Jayasakti, Ragajaya, dan yang lain sampai pada Paduka Bhatara
Sri Asta Asura Ratna sebagai Raja terakhir bali. Sebab pada tahun 1430 M,
bali ditaklukkan oleh Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit.

Sejak bali ditaklukkan oleh Majapahit, Kerajaan di Bali diperintah


oleh Raja-raja yang berasal dari Keturunan Jawa (Jawa Timur).
Raja-raja Kerajaan Buleleng (Dinasti Warmadewa) :

1. Raja Sri Ugra Sena 6. Raja Anak Wungsu


2. Raja Sri Kesari Warmadewa 7. Seri Maharaja Seri Walaprabu
3. Raja Candrabhayasinga Warmadewa
8. Seri Maharaja Seri Sukalendukirana
4. Raja Dharma Udayana Warmadewa
9. Seri Suradhipa
5. Raja Marakata

Raja-raja Kerajaan Buleleng (Wangsa Panji Sakti) :


1. Gusti Anglurah Panji Sakti (1660-1697/1699) 4. Gusti Ngurah Panji (1757/1765)
2. Gusti Panji Gede Danudarastra (1697-1732) 5. Gusti Ngurah Jelantik ( 1757/1765-1780)
3. Gusti Alit Panji (1732-1757/1765) 6. Gusti Made Singaraja (1793)
Raja-raja Kerajaan Buleleng (Wangsa Karangasem) :

1. Anak Agung Rai

Raja-raja Kerajaan Buleleng (Wangsa Panji Sakti) :

1. Gusti Made Rahi (1849-1853) 6. Gusti Ketut Jelantik ( 1854-1872)


2. Gusti Gede Karang (1806-1818) 7. Anak Agung Putu Jelantik (1929-1944)
3. Gusti Gede Ngurah Pahang (1818-1822) 8. Anak Agung Nyoman Panji Tisna (1944-1947)
4. Gusti Made Oka Sori (1822-1825) 9. Anak Agung Ngurah Ketut Jelantik (1947-1950)
5. Gusti Ngurah Made Karangasem (1825-1849)
 Kehidupan Ekonomi Kerajaan Buleleng
Kehidupan ekonomi bersektor pada pertanian, ada dalam Prasasti
Bulian. Komoditas yang terkenal di Buleleng adalah kuda.

1. Bertumpu pada sektor pertanian

2. Perdagangan antar pulau sudah cukup maju

3. Komoditas yang terkenal adalah kuda

4. Kerajaan Buleleng berada di tepi pantai sehingga menjadi pusat


perdagangan laut
Pada masa perkembangan Kerajaan Dinasti Warmadewa, Buleleng
diperkirakan menjadi salah satu daerah kekuasaan Dinasti Warmadewa.
Sesuai dengan letaknya yang ada di tepi pantai, Buleleng berkembang
menjadi pusat perdagangan laut. Hasil pertanian dari pedalaman diangkut
lewat darat menuju Buleleng.

Dari Buleleng barang dagangan yang berupa hasil pertanian seperti


kapas, beras, asam, kemiri, dan bawang diangkut atau diperdagangkan ke
pulau lain (daerah seberang). Perdagangan dengan daerah seberang
mengalami perkembangan pesat pada masa Dinasti Warmadewa yang
diperintah oleh Anak Wungsu.
 Kehidupan Budaya Kerajaan Buleleng
HASIL BUDAYA
1. Prasasti
2. Cap Materai kecil dari tanah liat yang disimpan dalam stupa kecil
3. Arca misalnya arca durga
4. Dua kitab undang-undang yang dipakai pada masa pemerintahan Jayasakti yaitu Uttara
Widdhi Balawan dan Rajawacana/Rajaniti
5. Pada zaman Jayasakti agama Budha dan Syiwa berlambang dengan baik bahkan raja
sendiri disebut sebagai penjelmaan dewa Wisnu (airan Waisnawa)
6. Prasasti di Bali paling banyak menggunakan bahasa Jawa kuno sehingga hubungan
dengan Jawa diperkirakan terjalin dengan baik.
Pada prasasti-prasasti sebelum pemerintahan Raja Anak Wungsu, telah
disebut beberapa jenis seni yang ada pada waktu itu. Namun baru pada
zaman Raja Anak Wungsu dapat membedakan jenis seni ke dalam dua
kelompok besar, yaitu seni keraton dan seni rakyat yang biasanya berkeliling
menghibur rakyat. Berikut jenis-jenis seni yang berkembang pada masa itu :
a) Patapukan (atapuk / topeng)
b) Pamukul (amukul / penabuh gamelan)
c) Abanwal (permainan badut)
d) Abonjing (bujing musik Angklung)
e) Bhangin (peniup suling)
f) Perbwayang (permainan wayang)
 Kehidupan Keagamaan Kerajaan Buleleng
Agama Hindu Syiwa mendominasi kehidupan masyarakat Buleleng.
Tetapi tradisi megalitik masih mengakar kuat dalam masyarakat Buleleng.
Kondisi ini dibuktukan dengan ditemukannya beberapa bangunan
pemujaan seperti punden berundak di sekitar pura-pura di Hindu. Pada
masa pemerintahan Janasadhu Warmadewa agama Budha mulai
berkembang. Perkembangan ini ditandai dengan penemuan unsure-unsur
Budha seperti arca Budha di Gua Gajah dan stupa di pura Pegulingan.
Agama Hindu dan Budha mulai mendapat peranan penting pada masa
Raja Udayana. Pada masa ini pendeta Syiwa dan brahmana Budha diangkat
sebagai salah satu penasehat raja. Masyarakat Buleleng menganut agama
Hindu Waesnawa.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai