Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
yang tepat pada waktunya yang berjudul “PAKAIAN MELAYU RIAU”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER/SAMPUL DEPAN I
KATA PENGANTAR II
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 1
C. TUJUAN PENELITIAN 1
D. MANFAAT PENELITIAN 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. JENIS-JENIS PAKAIAN MELAYU RIAU
2
B. FUNGSI-FUNGSI PAKAIAN MELAYU RIAU 3
C. NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM PAKAIAN MELAYU RIAU 4
D. TATA CARA MENGENAKAN PAKAIAN MELAYU RIAU 5
E. ADAB MEMAKAI PAKAIAN MELAYU RIAU 10
DAFTAR PUSTAKA 13
BAB I
PENDAHULUAN
I.Pakaian Harian
Pakaian harian adalah pakaian yang dikenakan ketika melakukan kegiatan sehari-hari.
Berdasarkan kelompok pemakai, pakaian harian dapat dibedakan menjadi pakaian anak-anak,
pakaian dewasa, dan pakaian orang tua atau setengah baya.
a. Pakaian Anak-anak
Pakaian anak laki-laki yang masih kecil disebut baju monyet. Setelah beranjak besar, anak laki-
laki memakai Baju Teluk Belanga atau Baju Cekak Musang. Terkadang juga memakai celana
setengah atau bawah lutut, kopiah, dan tutup kepala dari kain segi empat. Anak laki-laki juga
memakai sarung ketika pada saat mengaji dan beribadah. Sedangkan untuk anak perempuan
yang belum dewasa memakai baju kurung yang selaras dengan kain bermotif bunga atau satu
warna dengan kain tersebut.
b. Pakaian Dewasa
Pakaian anak laki-laki yang telah dewasa disebut Baju Kurung Cekak Musang yang dilengkapi
dengan kain samping berupa sarung perekat dan kopiah atau ikat kepala. Sedangkan untuk
perempuan memakai Baju Kurung Laboh, Baju Kebaya Pendek, dan Baju Kurung Tulang Belut.
Baju ini dipadukan dengan kain sarung batik dan penutup kepala berupa selendang atau tudung
lingkup. Perempuan yang melakukan kegiatan di ladang atau sawah biasanya memakai tutup
kepala berupa selendang atau kain belacu yang dinamakan tengkuluk.
c. Pakaian Orangtua
Pakaian untuk perempuan tua setengah baya ada berbagai macam, seperti Baju Kurung Teluk
Belanga (Baju Kurung Tulang Belut), Kebaya Laboh, dan Baju Kebaya Pendek yang biasa
dipakai untuk pergi ke ladang. Kerudung untuk menutupi kepala berupa selendang segi empat
yang dibentuk segitiga sehingga menyerupai jilbab. Sedangkan untuk laki-laki orang tua dan
setengah baya memakai Baju Kurung Teluk Belanga atau Baju Kurung Cekak Musang. Bahan
pakaian ini adalah kain katun atau kain lejo. Baju ini agak longgar sehingga nyaman dipakai.
Pakaian merupakan salah satu produk kebudayaan modern yang semakin hari semakin
berkembang. Pakaian adat yang saat ini banyak dipakai masyarakat Melayu Riau merupakan
warisan budaya yang harus dilestarikan. Melestarikan busana tradisional tersebut sama artinya
dengan melestarikan kekayaan budaya Melayu.
I. PAKAIAN HARIAN
Pakaian untuk anak perempuan yang sudah baligh ini adalah baju kurung, baju Kebaya Laboh,
baju Kebaya Pendek. Adapun kelengkapan baju kurung ini adalah kain Sarung Pelekat atau batik
Bunga, pakai tutup kepala berupa selendang dan ditambah dengan Kain Tudung Lingkup yang
dipakai bila keluar rumah. Kain Tudung Lingkup untuk pakaian harian digunakan kain pelekat.
Pakaian orang tua laki-laki dan setengah baya berupa baju kurung Teluk Belanga Bertulang
Belut dan baju kurung Cekak Musang. Untuk pakaian harian baju ini terbuat dari bahan katun
dan kain samping pelekat, bentuk baju agak longgar.
Baju Melayu bagi orang tua sering memakai baju Melayu Dagang Luar digunakan untuk sholat
dan bertamu ke tetangga.
Untuk kaum laki-laki baju kurung Teluk Belanga, baju kurung Cekak Musang, celana setengah
lutut untuk anak laki-laki.
Bentuk pakaian setengah resmi bagi kaum laki-laki adalah baju kurung Cekak Musang harus
dilengkapi dengan: kopiah, kain samping, sepatu atau capal.
Kan samping yang dipakai tergantung pada kemampuan seseorang; boleh kain pelekat, kain
tenunan Siak, tenunan Trenggano, tenunan Indragiri, tenunan Daek, dll.
Pakaian setengah resmi ini dipakai dalam upacara keluarga, seperti; menghadiri perkawinan,
acara keagamaan, sunnat rasul, dll. Sedangkan pakaian resmi adalah pakaian yang dipakai waktu
menghadiri undangan dari Kerajaan, dari Pemerintah atau menghadiri jemputan resmi dari suatu
kegiatan. Tidaklah sopan seandainya kita menghadiri upacara kekeluargaan atau jemputan yang
terhormat dari suatu kegiatan pemerintah yang masa dahulunya di zaman kerajaan-kerajaan di
Riau, kita memakai pakaian Melayu namun tidak memakai kopiah dan juga kain samping, maka
jelaslah kita dicap orang yang tidak tahu adat sopan orang Melayu.
Untuk menghadiri upacara resmi seperti menghadiri jemputan dari Pemerintah, atau menghadiri
Rapat Dewan yang resmi kalau kita berpakaian Melayu harus lengkap berbaju Melayu dengan
tidak memakai kasut atau capal dan harisnya memakai sepatu kulit.
Adapun bahan baju Melayu itu sebaiknya dari bahan kain sutra atau bahan-bahan yang bagus
seperti satin, atau bahan lainnya yang berkualitas.
Warna baju dengan warna celana harus sewarna. Dulunya pada zaman kerajaan Melayu pada
masa jayanya, tidak dibenarkan memakai warna kuning, karena warna kuning adalah warna
kerajaan dan yang berhak memakai warna kuning adalah Sultan. Untuk para Datuk dan Orang
Besar Kerajaan dalam upacara resmi sering memakai warna hitam, sedangkan warna kain boleh
bebas kecuali warna kuning dan tidak dibolehkan memakai baju hitam berkain hitam, pakaian
demikian adalah hak pemimpin yaitu Raja (Sultan). Sedangkan pakaian untuk orang lain boleh
memakai warna apa saja sesuai dengan kemampuan dan kemauannya juga selera, asalkan tertib
cara memakainya.
Cara berpakaian baju Melayu orang laki-laki adalah baju Melayu Cekak Musang yaitu leher
berkerah setinggi 2 cm yang dalamnya dilapisi kain keras supaya kerah Cekak Musangnya
kelihatan lebih rapi. Pada leher dipasang dua buah butang baju, dan 3 buah butang baju dibagian
depan keras lebih kurang 22 cm dari leher ke dada.
Perlengkapan lain memakai baju Melayu Cekak Musang adalah kopiah hitam dan tidak memakai
apa-apa di kopiah. Pada kopiah adakalanya dipakai kain putih yang dibelitkan di kopiah pada
upacara meninggalnya atau (mangkat) seorang Sultan atau Pemimpin Negeri. Kain yang dipakai
untuk mengikuti upacara resmi ini adalah kain samping yang terpilih, seperti: tenunan Siak,
tenunan Trenggano, tenunan Indragiri, tenunan Daek, dll.
Sistem memakai kain samping ini diikat di samping pinggang yang disebut ikat kain dagang
dalam, karena baju terletak diluar kain disebut ikat kain dagang luar. Mengikat kain tidak boleh
sembarangan karena sudah ada ketentuannya antara lain: tinggi kain bagi orang dewasa hanya
setinggi lutut, sedangkan orang sudah berumur, tinggi kainnya 3 jari dibawah lutut. Kalau orang
sudah lanjut usia umumnya memakai kain sering jauh dibawah lutut.
Bentuk pakaian resmi dan setengah resmi kaum perempuan adalah baju kurung Teluk Belanga
dan baju Kebaya Laboh. Bahan baju ini dibuat dari bahan sutra, satin atau bahan brokat serta
bahan yang bagus lainnya tergantung dengan kemampuan si pemakai. Persyaratan baju Melayu
kaum perempuan ini karena dia disebut Baju Kurung maka jelas baju ini mengurung bagian aurat
di badan agar tidak kelihatan, tidak terlalu sempit, tidak terlalu tipis yang memperlihatkan kulit
badan.
Untuk kain yang dipakai adalah kain tenunan atau kain pilihan, seperti: kain Siak, tenunan
Indragiri, tenunan Daek atau kain tenunan lain yang bercorak Melayu.
Ukuran baju resmi dan setengah resmi bagi remaja panjang baju adalah 3 jari diatas lutut
sedangkan orang tua 3 jari dibawah lutut. Untuk pemakaian kain adalah dengan cara kepala kain
diletakkan di muka.
Untuk hiasan dikepala harus memakai sanggul yang disebut sanggul Jonget, sanggul Lintang
atau sanggul Lipat Pandan. Setelah rambut disanggul kepala ditutup dengan kain tudung yang
seharusnya tidak kelihatan rambut. Kain tudung untuk pakaian resmi dan setengah resmi ini
adalah kain selendang anjang dan sekarang ini kaum wanita yang Islam umumnya menggunakan
jilbab.
Memakai perhiasan didada sesuai dengan kemampuan sipemakai. Untuk alas kaki dipakai kasut
yang dipilih sesuai selera, tidak memakai sendal jepit sebaiknya pakailah kasut yang memakai
hak rendah atau hak tinggi. Warna yang dipakai dapat dipilih sesuai dengan selera dan juga
disesuaikan dengan suasana waktu siang atau malam, agi atau sore.
Yang dimaksud upacara adat adalah suatu kegiatan yang dibuat oleh Pemerintah (Kerajaan)
antara lain:
- Upacara penobatan Raja & Permaisuri,
- Upacara pemberian gelar,
- Upacara pelantikan Datuk-Datuk, Ketua Adat atau Menteri Kerajaan,
- Upacara menjunjung duli,
- Upacara menyambut tamu-tamu agung atau tamu-tamu yang dihormati,
- Upacara adat menerima anugerah dan persembahan dari rakyat atau dari negara lain yang
bersahabat.
Upacara seperti ini diatur oleh Kerajaan dizaman dahulunya, kalau sekarang diatur oleh
Pemerintah atau Lembaga Adat Melayu Riau. Warna baju yang dipakai untuk upacara adat
adalah warna hitam, berkain samping sesuai dengan tingkat derajatnya, stelan kuning dan stelan
hitam adalah kain yang dipakai untuk Sultan atau Pemimpin Negeri. Kalau Sultan dalam upacara
adat memakai tanjak hitam, demikian juga kalau memakai warna kuning harus seluruhnya
berwarna kuning pula.
Kalau Datuk-Datuk orang besar dalam upacara adat memakai baju berwarna hitam berkain
samping apa saja warnanya sesuai dengan seleranya, itulah sebagai pertanda perbedaan pimpinan
dan bukan pimpinan.
I. Pakaian adat untuk kaum perempuan
Jenis pakaian dan bentuk baju yang dipakai dalam upacara adat bagi kaum perempuan baik muda
maupun tua sama saja. Baju yang dipakai adalah baju kurung Teluk Belanga, baju Kebaya
Laboh, bagi anak gadis baju Kebaya Laboh Cekaka Musang.
Kepala memakai tudung Mente dan memakai tudung Kain Lingkup. Tudung Kain Lingkup
apabila masuk ke ruangan kain Tudung Lingkup dilipatkan dipinggang kemudian dijepit
dipinggang.
Rambut disanggul dengan bentuk sanggul Melayu, seperti sanggul Jonget, sanggul Lintang, dan
sanggul Lipat Pandan. Perhiasan dipakai didada yang disebut dokoh dan gelang serta anting-
anting.
Warna baju yang dipakai isteri Datuk-Datuk dan Orang Besar adalah warna hitam stelan dan
berkain samping atau Tudung Lingkup yang berwarna lain. Warna kuning hanya dipakai oleh
Sultan dan Permaisuri atau Pimpinan Tertinggi di daerahnya.
II. Pakaian adat untuk kaum laki-laki
Jenis pakaian dan bentuk baju yang dipakai dalam upacara adat bagi kaum lelaki adalah baju
kurung Cekak Musang, tidak dipakai baju kurung Teluk Belanga. Warna pakaian adat kaum
lelaki berwarna hitam dari bahan saten atau bahan sutera dilengkapi dengan perlengkaan sebagai
berikut:
Untuk Sultan atau Pimpinan Tertinggi memakai baju Cekak Musang berwarna kuning atau hitam
satu stel baju, celana dan kain samping. Stelan baju penuh dengan taburan bunga cengkeh,
bintang dari ornamen yang ditenun khusus. Sultan memakai tanjak yang bernama Belah
Mumbang atau Elang Menyongsong Angin serta bertingkat 3 atau 5.
Biasanya Sultan memakai dua keris, satu yang pendek satu yang panjang, biasanya keris yang
anjang dibawa oleh pengawalnya yang sangat dipercaya. Pakaian adat dipakai pada upacara adat
seperti penobatan Raja-Raja, emberian gelar, penyambutan tamu agung, musyawarah besar adat
dan upacara adat yang digelar oleh Kerajaan atau Pemerintah.
Memakai Bengkung tergantung tingkat seseorang dalam jabatannya dimasyarakat adat atau
jabatan dalam struktur Kerajaan, seperti: Orang Besar Kerajaan, Putera Mahkota, angeran, kaum
bangsawan, Datuk-Datuk, Datuk Bendahara, Datuk Laksemana, Datuk Panglima, Penghulu,
Batin, Tongkat (wakil Batin) dan para pengawal.
Yang memakai selempang dari kanan ke kiri adalah Sultan berwarna kuning, sedangkan para
pengawal memakai warna merah diujung lengan dan bengkung serta ikat kepala berwarna
merah. Kecuali para pengawal yang mendampingi Sultan kemana saja adalah Hulubalang yang
tangguh memakai pakaian hitam berkain samping kain Lejo dan memakai bengkung warna
kuning dan memakai les merah.
Bentuk pakaian pengantin laki-laki orang Melayu Kepulauan atau Pesisir serta orang Melayu
Daratan tidaklah berbeda jauh bentuk bajunya berupa baju kurung Cekak Musang atau baju
kurung Teluk Belanga, kecuali di daerah Lima Koto Kampar baju pengantinnya berbentuk jubah
yaitu baju terusan panjang hingga kebawah menutup mata kaki.
Perlengkapan pakaian laki-laki sebagai seorang pengantin Melayu adalah:
- Baju kurung Cekak Musang dari bahan tenunan satu stelan baju dan celana sama warnanya,
- Dikepala memakai Destar berbentuk mahkota dan adakalanya pengantin memakai tanjak,
- Memakai Sebai disebelah bahu kiri,
- Memakai kain samping dengan bunga kain kedepan,
- Pakai Bengkung,
- Pakai Keris,
- Pakai kalung panjang dilehernya pertanda ikatan keluarga,
- Membawa Sirih Lelat,
- Pakai kasut capal atau sepatu kulit.
Pakaian ini dipakai ada upacara langsung dimana pengantin laki-laki turun dari rumah ayah dan
bundanya menuju kerumah pengantin perempuan. Untuk mengikuti acara akad nikah dan acara
lainnya pengantin laki-laki memakai baju kurung Cekak Musang yang lengkap dengan memakai
kopiah, kadang-kadang kopiah dihias dengan permata, kalau Orang Besar Kerajaan dan orang
Bangsawan memakai lambang Kerajaan.
Pakaian upacara adat perkawinan bagi pengantin perempuan dalam masyarakat Melayu Riau
terdapat beberapa bentuk tergantung pada kegiatan yang akan dilaksanakan, seperti : acara
malam berinai, uacara akad nikah, acara bersanding, acara mandi damai serta acara berandam.
Pakaian pengantin perempuan dalam upacara malam berinai memakai pakaian Kebaya Laboh
atau baju kurung Teluk Belanga, memakai hiasan dan pperhiasan serta memakai sanggul
Melayu.
Pakaian pengantin pada upacara berandam hampir sama dengan memakai akaian Melayu harian;
Kebaya Laboh atau Kebaya Pendek atau baju kurung Teluk Belanga. Rambut disanggul dengan
sanggul Lipat Pandan atau sanggul Siput Jonget dihiasi dengan bunga-bunga hidup seperti
cempaka, bunga melur dan bunga tanjung. Muka pengantin dibersihkan dan dicukur bulu
romanya, dan dihias bulu keningnya. Setelah berandam dimandikan dengan air tujuh bunga serta
memakai kain kemban didada.
Pakaian pengantin pada acara akad nikah berpakaian baju kurung Teluk Belanga atau baju
kurung Kebaya Laboh, kepala ditutup dengan hiasan serta memakai tudung Mente. Sedangkan
dada diberi perhiasan Dokoh bertingkat, pakai Pending, pakai Sebai dikanan dan duduk dikamar
pengantin.
Pakaian pengantin pada upacara langsung atau bersanding : pengantin perempuan memakai
akaian Melayu Kebaya Laboh atau baju kurung Teluk Belanga lengkap dengan atributnya kepala
memakai pekakas andam dan dikening diletakkan Ramen perhiasan emas atau dibuat dari tekatan
bedang emas, dada dihiasi dengan Dokoh bertingkat, lengan diberi gelang berkepala naga,
dilengan bawah memakai gelang patah semat, sedangkan dikaki bergelang kaki berlipat rotan
emas.
Dibahu kanan memakai sebai bertekat emas berjurai kelengan, pada pinggang memakai pending
emas, dijari pakai canggai. Canggai hanya terlekat di ibu jari dan dijari kelingking (kedua belah
jarinya). Kaki dipakai sepatu tertutup jari berwarna sesuai dengan kehendak pengantin berhak
sedang yang disebut selepa. Pakaian waktu mandi damai berpakaian baju kurung Teluk Belanga,
baju Kebaya Laboh atau baju Kebaya Pendek yang dibuat khusus untuk upacara mandi damai.
Upacara mandi damai adalah suatu upacara untuk menyatakan syukur bahwa pengantin telah
bersatu.
Pakaian acara keagamaan ini disesuaikan pemakaiannya pada acara kegiatan keagamaan yang
akan kita laksanakan atau yang akan kita hadiri.
Bagi Pembesar Agama seperti Qodhi, Imam Mesjid memakai jubah berwarna hitam, panjang
jubah sampai dimata kaki, kepala memakai terbus dan dibelit dengan kain tipis berwarna putih,
biasanya dibuat berwarna merah. Bilal :biasanya memakai jubah berwarna hijau lumut disebelah
luarnya sedangkan didalam tetap memakai baju kurung Cekak Musang dan juga memakai terbus
dibalut kain putih tipis. Gharin Mesjid memakai baju Melayu Dagang Luar dengan memakai
kopiah hitam atau kopiah haji dan memakai kain samping pelekat.
ADAB BERPAKAIAN
Secara khusus, berpakaian pada upacara adat akan diuraikan tersendiri. Tata cara berpakaian
sehari-hari adalah sebagai berikut:
1. Memakai baju harus tangan kanan dahulu, baru kemudian tangan kiri dengan membaca
basmalah.
2. Memakai celana harus kaki kanan dahulu, baru kemudian kaki kiri dengan membaca basmalah.
3. Memakai sepatu/sendalharus kaki kanan dahulu baru kemudian kaki kiri kemudian membaca
basmalaha.
4. Membuka dan mengenalkan pakaian adalah sebaliknya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tersebut, Pakaian harian dipakai setiap hari, baik oleh anak-anak,
dewasa, maupun orang tua. Pakaian sehari-hari dikenakan untuk berbagai kegiatan harian,
misalnya saat bekerja di ladang, bermain, ke laut, di rumah, maupun kegiatan yang lain. Jenis
pakaian untuk perempuan dikelompokkan menjadi pakaian perempuan anak-anak dan pakaian
perempuan dewasa Sedangkan pakaian resmi atau pakaian adat dikenakan pada acara-acara
tertentu yang berkenaan dengan kegiatan resmi atau pada saat acara adat. Warna, bentuk, dan
model pakaian adat ditentukan berdasarkan filosofi masyarakat Melayu Riau yang mengandung
nilai-nilai tertentu.
Selain itu, pakaian dan perhiasan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan atau kegunaan
estetika, namun juga mengandung semangat tertentu. Semangat tersebut melingkupi nilai budi
dan kejujuran hidup.
B. SARAN
Pakaian tradisional masyarakat Melayu Riau merupakan salah satu kekayaan nasional yang
wajib dilestarikan. Masyarakat Riau sendiri sadar bahwa busana tradisional ini suatu ketika akan
punah bila tidak dilestarikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://juliianto.blogspot.com/2013/06/adab-berpakaian-dan-makan-tradisi-melayu.html
M.A. Effendi, et al. 2004. Busana Melayu, Pakaian Adat Tradisional Daerah Riau. Pekanbaru:
Yayasan Pustaka Riau.
O.K. Nizami Jamil et al. 2005. Pakaian Tradisional Melayu Riau. Pekanbaru: LPNU Press dan
Lembaga Adat Melayu Riau.
Siti Zainon Ismail, 2004. “Busana Melayu Melaka” dalam Abdul Latiff Abu Bakar dan Mohd.
Nefi Imran, 2004. Busana Melaka. Bukit Peringgit: Institut Seni Malaysia Melaka.
MAKALAH BUDAYA MELAYU
(ADAB MEMAKAI PAKAIAN MELAYU)
KELOMPOK VIII :
NATHALIA PUTRI SIMAMORA (1961201237)
RAIHAN (1961201236)
PEKANBARU