Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PAKAIAN MELAYU RIAU”
Makalah ini berisikan informasi tentang PAKAIAN MELAYU RIAU. Diharapkan Makalah
ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang pakaian melayu Riau.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
D. MANFAAT PENELITIAN
BAB II PEMBAHASAN
A. JENIS-JENIS PAKAIAN MELAYU RIAU
B. FUNGSI-FUNGSI PAKAIAN MELAYU RIAU
C. NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAL PAKAIAN MELAYU RIAU
D. TATA CARA MENGENAKAN PAKAIAN MELAYU RIAU
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pakaian merupakan simbol budaya yang menandai perkembangan, akulturasi, dan kekhasan budaya
tertentu. Pakaian dapat pula menjadi penanda bagi pemikiran masyarakat, termasuk pakaian tradisional
masyarakat Melayu Riau. Pakaian tradisional Riau terdiri atas pakaian harian dan pakaian resmi/pakaian
adat.
Masyarakat Melayu Riau masih memegang adat dengan teguh. Pengaruh adat terasa dalam sikap dan
perilaku sebagian besar masyarakat, terutama di daerah pedesaan/perdalaman. Adat Melayu Riau
adalah adat yang bersendikan syariat Islam. Islam dan adat Melayu saling mempengaruhi yang
kemudian membentuk satu budaya baru, yang salah satunya tercermin dalam pakaian yang dikenakan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dapat dirumuskan seperti berikut ini.
1. Apa saja jenis-jenis pakaian melayu Riau?
2. Apa saja fungsi pakaian melayu Riau?
3. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam pakaian melayu Riau?
4. Bagaimana tata cara mengenakan pakaian melayu Riau?
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai denagan rumusan masalah di atas, tujauan yang dicapai dalam penelitian sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan jenis-jenis pakaian melayu Riau.
2. Mendeskripsikan fungsi pakaian melayu RIAU.
3. Mendeskripsikan nilai-nilai pakaian melayu RIAU.
4. Mendeskripsikantata cara mengenakan pakaian melayu RIAU.
D. MENFAAT PENELITIAN
Penelititian ini berfungsi sebagai sarana sosialisasi penggunaan pakaian melayu Riau sehigga kita dapat
menggunakan pakaian melayu sesuai dengan aturan pemakaiannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis pakaian melayu Riau
I. Pakaian Harian
Pakaian harian adalah pakaian yang dikenakan ketika melakukan kegiatan sehari-hari. Berdasarkan
kelompok pemakai, pakaian harian dapat dibedakan menjadi pakaian anak-anak, pakaian dewasa, dan
pakaian orang tua atau setengah baya.
a. Pakaian Anak-anak
Pakaian anak laki-laki yang masih kecil disebut baju monyet. Setelah beranjak besar, anak laki-laki
memakai Baju Teluk Belanga atau Baju Cekak Musang. Terkadang juga memakai celana setengah atau
bawah lutut, kopiah, dan tutup kepala dari kain segi empat. Anak laki-laki juga memakai sarung ketika
pada saat mengaji dan beribadah. Sedangkan untuk anak perempuan yang belum dewasa memakai baju
kurung yang selaras dengan kain bermotif bunga atau satu warna dengan kain tersebut.
b. Pakaian Dewasa
Pakaian anak laki-laki yang telah dewasa disebut Baju Kurung Cekak Musang yang dilengkapi dengan
kain samping berupa sarung perekat dan kopiah atau ikat kepala. Sedangkan untuk perempuan memakai
Baju Kurung Laboh, Baju Kebaya Pendek, dan Baju Kurung Tulang Belut. Baju ini dipadukan dengan
kain sarung batik dan penutup kepala berupa selendang atau tudung lingkup. Perempuan yang
melakukan kegiatan di ladang atau sawah biasanya memakai tutup kepala berupa selendang atau kain
belacu yang dinamakan tengkuluk.
c. Pakaian Orangtua
Pakaian untuk perempuan tua setengah baya ada berbagai macam, seperti Baju Kurung Teluk Belanga
(Baju Kurung Tulang Belut), Kebaya Laboh, dan Baju Kebaya Pendek yang biasa dipakai untuk pergi ke
ladang. Kerudung untuk menutupi kepala berupa selendang segi empat yang dibentuk segitiga sehingga
menyerupai jilbab. Sedangkan untuk laki-laki orang tua dan setengah baya memakai Baju Kurung Teluk
Belanga atau Baju Kurung Cekak Musang. Bahan pakaian ini adalah kain katun atau kain lejo. Baju ini
agak longgar sehingga nyaman dipakai.
Pakaian merupakan salah satu produk kebudayaan modern yang semakin hari semakin berkembang.
Pakaian adat yang saat ini banyak dipakai masyarakat Melayu Riau merupakan warisan budaya yang
harus dilestarikan. Melestarikan busana tradisional tersebut sama artinya dengan melestarikan kekayaan
budaya Melayu.
Pakaian untuk anak perempuan yang sudah baligh ini adalah baju kurung, baju Kebaya Laboh, baju
Kebaya Pendek. Adapun kelengkapan baju kurung ini adalah kain Sarung Pelekat atau batik Bunga,
pakai tutup kepala berupa selendang dan ditambah dengan Kain Tudung Lingkup yang dipakai bila
keluar rumah. Kain Tudung Lingkup untuk pakaian harian digunakan kain pelekat.
Untuk kaum laki-laki baju kurung Teluk Belanga, baju kurung Cekak Musang, celana setengah lutut untuk
anak laki-laki.
Pakaian setengah resmi ini dipakai dalam upacara keluarga, seperti; menghadiri perkawinan, acara
keagamaan, sunnat rasul, dll. Sedangkan pakaian resmi adalah pakaian yang dipakai waktu menghadiri
undangan dari Kerajaan, dari Pemerintah atau menghadiri jemputan resmi dari suatu kegiatan. Tidaklah
sopan seandainya kita menghadiri upacara kekeluargaan atau jemputan yang terhormat dari suatu
kegiatan pemerintah yang masa dahulunya di zaman kerajaan-kerajaan di Riau, kita memakai pakaian
Melayu namun tidak memakai kopiah dan juga kain samping, maka jelaslah kita dicap orang yang tidak
tahu adat sopan orang Melayu.
Untuk menghadiri upacara resmi seperti menghadiri jemputan dari Pemerintah, atau menghadiri Rapat
Dewan yang resmi kalau kita berpakaian Melayu harus lengkap berbaju Melayu dengan tidak memakai
kasut atau capal dan harisnya memakai sepatu kulit.
Adapun bahan baju Melayu itu sebaiknya dari bahan kain sutra atau bahan-bahan yang bagus seperti
satin, atau bahan lainnya yang berkualitas.
Warna baju dengan warna celana harus sewarna. Dulunya pada zaman kerajaan Melayu pada masa
jayanya, tidak dibenarkan memakai warna kuning, karena warna kuning adalah warna kerajaan dan yang
berhak memakai warna kuning adalah Sultan. Untuk para Datuk dan Orang Besar Kerajaan dalam
upacara resmi sering memakai warna hitam, sedangkan warna kain boleh bebas kecuali warna kuning
dan tidak dibolehkan memakai baju hitam berkain hitam, pakaian demikian adalah hak pemimpin yaitu
Raja (Sultan). Sedangkan pakaian untuk orang lain boleh memakai warna apa saja sesuai dengan
kemampuan dan kemauannya juga selera, asalkan tertib cara memakainya.
Cara berpakaian baju Melayu orang laki-laki adalah baju Melayu Cekak Musang yaitu leher berkerah
setinggi 2 cm yang dalamnya dilapisi kain keras supaya kerah Cekak Musangnya kelihatan lebih rapi.
Pada leher dipasang dua buah butang baju, dan 3 buah butang baju dibagian depan keras lebih kurang
22 cm dari leher ke dada.
Perlengkapan lain memakai baju Melayu Cekak Musang adalah kopiah hitam dan tidak memakai apa-
apa di kopiah. Pada kopiah adakalanya dipakai kain putih yang dibelitkan di kopiah pada upacara
meninggalnya atau (mangkat) seorang Sultan atau Pemimpin Negeri. Kain yang dipakai untuk mengikuti
upacara resmi ini adalah kain samping yang terpilih, seperti: tenunan Siak, tenunan Trenggano, tenunan
Indragiri, tenunan Daek, dll.
Sistem memakai kain samping ini diikat di samping pinggang yang disebut ikat kain dagang dalam,
karena baju terletak diluar kain disebut ikat kain dagang luar. Mengikat kain tidak boleh sembarangan
karena sudah ada ketentuannya antara lain: tinggi kain bagi orang dewasa hanya setinggi lutut,
sedangkan orang sudah berumur, tinggi kainnya 3 jari dibawah lutut. Kalau orang sudah lanjut usia
umumnya memakai kain sering jauh dibawah lutut.
Bentuk pakaian resmi dan setengah resmi kaum perempuan adalah baju kurung Teluk Belanga dan baju
Kebaya Laboh. Bahan baju ini dibuat dari bahan sutra, satin atau bahan brokat serta bahan yang bagus
lainnya tergantung dengan kemampuan si pemakai. Persyaratan baju Melayu kaum perempuan ini
karena dia disebut Baju Kurung maka jelas baju ini mengurung bagian aurat di badan agar tidak
kelihatan, tidak terlalu sempit, tidak terlalu tipis yang memperlihatkan kulit badan.
Untuk kain yang dipakai adalah kain tenunan atau kain pilihan, seperti: kain Siak, tenunan Indragiri,
tenunan Daek atau kain tenunan lain yang bercorak Melayu.
Ukuran baju resmi dan setengah resmi bagi remaja panjang baju adalah 3 jari diatas lutut sedangkan
orang tua 3 jari dibawah lutut. Untuk pemakaian kain adalah dengan cara kepala kain diletakkan di muka.
Untuk hiasan dikepala harus memakai sanggul yang disebut sanggul Jonget, sanggul Lintang atau
sanggul Lipat Pandan. Setelah rambut disanggul kepala ditutup dengan kain tudung yang seharusnya
tidak kelihatan rambut. Kain tudung untuk pakaian resmi dan setengah resmi ini adalah kain selendang
anjang dan sekarang ini kaum wanita yang Islam umumnya menggunakan jilbab.
Memakai perhiasan didada sesuai dengan kemampuan sipemakai. Untuk alas kaki dipakai kasut yang
dipilih sesuai selera, tidak memakai sendal jepit sebaiknya pakailah kasut yang memakai hak rendah
atau hak tinggi. Warna yang dipakai dapat dipilih sesuai dengan selera dan juga disesuaikan dengan
suasana waktu siang atau malam, agi atau sore.
Upacara seperti ini diatur oleh Kerajaan dizaman dahulunya, kalau sekarang diatur oleh Pemerintah atau
Lembaga Adat Melayu Riau. Warna baju yang dipakai untuk upacara adat adalah warna hitam, berkain
samping sesuai dengan tingkat derajatnya, stelan kuning dan stelan hitam adalah kain yang dipakai
untuk Sultan atau Pemimpin Negeri. Kalau Sultan dalam upacara adat memakai tanjak hitam, demikian
juga kalau memakai warna kuning harus seluruhnya berwarna kuning pula.
Kalau Datuk-Datuk orang besar dalam upacara adat memakai baju berwarna hitam berkain samping apa
saja warnanya sesuai dengan seleranya, itulah sebagai pertanda perbedaan pimpinan dan bukan
pimpinan.
Untuk Sultan atau Pimpinan Tertinggi memakai baju Cekak Musang berwarna kuning atau hitam satu stel
baju, celana dan kain samping. Stelan baju penuh dengan taburan bunga cengkeh, bintang dari ornamen
yang ditenun khusus. Sultan memakai tanjak yang bernama Belah Mumbang atau Elang Menyongsong
Angin serta bertingkat 3 atau 5.
Biasanya Sultan memakai dua keris, satu yang pendek satu yang panjang, biasanya keris yang anjang
dibawa oleh pengawalnya yang sangat dipercaya. Pakaian adat dipakai pada upacara adat seperti
penobatan Raja-Raja, emberian gelar, penyambutan tamu agung, musyawarah besar adat dan upacara
adat yang digelar oleh Kerajaan atau Pemerintah.
Memakai Bengkung tergantung tingkat seseorang dalam jabatannya dimasyarakat adat atau jabatan
dalam struktur Kerajaan, seperti: Orang Besar Kerajaan, Putera Mahkota, angeran, kaum bangsawan,
Datuk-Datuk, Datuk Bendahara, Datuk Laksemana, Datuk Panglima, Penghulu, Batin, Tongkat (wakil
Batin) dan para pengawal.
Yang memakai selempang dari kanan ke kiri adalah Sultan berwarna kuning, sedangkan para pengawal
memakai warna merah diujung lengan dan bengkung serta ikat kepala berwarna merah. Kecuali para
pengawal yang mendampingi Sultan kemana saja adalah Hulubalang yang tangguh memakai pakaian
hitam berkain samping kain Lejo dan memakai bengkung warna kuning dan memakai les merah.
E. Pakaian Upacara pengantin
I. Pakaian pengantin laki-laki
Bentuk pakaian pengantin laki-laki orang Melayu Kepulauan atau Pesisir serta orang Melayu Daratan
tidaklah berbeda jauh bentuk bajunya berupa baju kurung Cekak Musang atau baju kurung Teluk
Belanga, kecuali di daerah Lima Koto Kampar baju pengantinnya berbentuk jubah yaitu baju terusan
panjang hingga kebawah menutup mata kaki.
Perlengkapan pakaian laki-laki sebagai seorang pengantin Melayu adalah:
- Baju kurung Cekak Musang dari bahan tenunan satu stelan baju dan celana sama warnanya,
- Dikepala memakai Destar berbentuk mahkota dan adakalanya pengantin memakai tanjak,
- Memakai Sebai disebelah bahu kiri,
- Memakai kain samping dengan bunga kain kedepan,
- Pakai Bengkung,
- Pakai Keris,
- Pakai kalung panjang dilehernya pertanda ikatan keluarga,
- Membawa Sirih Lelat,
- Pakai kasut capal atau sepatu kulit.
Pakaian ini dipakai ada upacara langsung dimana pengantin laki-laki turun dari rumah ayah dan
bundanya menuju kerumah pengantin perempuan. Untuk mengikuti acara akad nikah dan acara lainnya
pengantin laki-laki memakai baju kurung Cekak Musang yang lengkap dengan memakai kopiah, kadang-
kadang kopiah dihias dengan permata, kalau Orang Besar Kerajaan dan orang Bangsawan memakai
lambang Kerajaan.
II. Pakaian pengantin perempuan
Pakaian upacara adat perkawinan bagi pengantin perempuan dalam masyarakat Melayu Riau terdapat
beberapa bentuk tergantung pada kegiatan yang akan dilaksanakan, seperti : acara malam berinai,
uacara akad nikah, acara bersanding, acara mandi damai serta acara berandam.
Pakaian pengantin perempuan dalam upacara malam berinai memakai pakaian Kebaya Laboh atau baju
kurung Teluk Belanga, memakai hiasan dan pperhiasan serta memakai sanggul Melayu.
Pakaian pengantin pada upacara berandam hampir sama dengan memakai akaian Melayu harian;
Kebaya Laboh atau Kebaya Pendek atau baju kurung Teluk Belanga. Rambut disanggul dengan sanggul
Lipat Pandan atau sanggul Siput Jonget dihiasi dengan bunga-bunga hidup seperti cempaka, bunga
melur dan bunga tanjung. Muka pengantin dibersihkan dan dicukur bulu romanya, dan dihias bulu
keningnya. Setelah berandam dimandikan dengan air tujuh bunga serta memakai kain kemban didada.
Pakaian pengantin pada acara akad nikah berpakaian baju kurung Teluk Belanga atau baju kurung
Kebaya Laboh, kepala ditutup dengan hiasan serta memakai tudung Mente. Sedangkan dada diberi
perhiasan Dokoh bertingkat, pakai Pending, pakai Sebai dikanan dan duduk dikamar pengantin.
Pakaian pengantin pada upacara langsung atau bersanding : pengantin perempuan memakai akaian
Melayu Kebaya Laboh atau baju kurung Teluk Belanga lengkap dengan atributnya kepala memakai
pekakas andam dan dikening diletakkan Ramen perhiasan emas atau dibuat dari tekatan bedang emas,
dada dihiasi dengan Dokoh bertingkat, lengan diberi gelang berkepala naga, dilengan bawah memakai
gelang patah semat, sedangkan dikaki bergelang kaki berlipat rotan emas.
Dibahu kanan memakai sebai bertekat emas berjurai kelengan, pada pinggang memakai pending emas,
dijari pakai canggai. Canggai hanya terlekat di ibu jari dan dijari kelingking (kedua belah jarinya). Kaki
dipakai sepatu tertutup jari berwarna sesuai dengan kehendak pengantin berhak sedang yang disebut
selepa. Pakaian waktu mandi damai berpakaian baju kurung Teluk Belanga, baju Kebaya Laboh atau
baju Kebaya Pendek yang dibuat khusus untuk upacara mandi damai. Upacara mandi damai adalah
suatu upacara untuk menyatakan syukur bahwa pengantin telah bersatu.
D. Pakaian Upacara Keagamaan (Ritual)
Pakaian acara keagamaan ini disesuaikan pemakaiannya pada acara kegiatan keagamaan yang akan
kita laksanakan atau yang akan kita hadiri.
Bagi Pembesar Agama seperti Qodhi, Imam Mesjid memakai jubah berwarna hitam, panjang jubah
sampai dimata kaki, kepala memakai terbus dan dibelit dengan kain tipis berwarna putih, biasanya dibuat
berwarna merah. Bilal :biasanya memakai jubah berwarna hijau lumut disebelah luarnya sedangkan
didalam tetap memakai baju kurung Cekak Musang dan juga memakai terbus dibalut kain putih tipis.
Gharin Mesjid memakai baju Melayu Dagang Luar dengan memakai kopiah hitam atau kopiah haji dan
memakai kain samping pelekat.
Sedangkan orang biasa dalam acara agama ada terbagi dua:
- Kalau acara resmi dalam rangka kegiatan Hari Raya, pada hari-hari besar agama memakai pakaian
baju Melayu lengkap seperti baju Melayu Cekak Musang atau baju Melayu Teluk Belanga, yang disebut
baju Melayu Dagang Dalam.
- Untuk pergi sholat Jum’at biasanya boleh memakai baju Melayu harian atau baju Melayu Dagang Luar
dengan memakai kain samping kain pelekat dan pakai kopiah, pada umumnya kalau sudah pernah
menunaikan ibadah haji bisa memakai kopiah haji.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tersebut, Pakaian harian dipakai setiap hari, baik oleh anak-anak, dewasa,
maupun orang tua. Pakaian sehari-hari dikenakan untuk berbagai kegiatan harian, misalnya saat bekerja
di ladang, bermain, ke laut, di rumah, maupun kegiatan yang lain. Jenis pakaian untuk perempuan
dikelompokkan menjadi pakaian perempuan anak-anak dan pakaian perempuan dewasa Sedangkan
pakaian resmi atau pakaian adat dikenakan pada acara-acara tertentu yang berkenaan dengan kegiatan
resmi atau pada saat acara adat. Warna, bentuk, dan model pakaian adat ditentukan berdasarkan filosofi
masyarakat Melayu Riau yang mengandung nilai-nilai tertentu.
Selain itu, pakaian dan perhiasan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan atau kegunaan estetika,
namun juga mengandung semangat tertentu. Semangat tersebut melingkupi nilai budi dan kejujuran
hidup.
B. SARAN
Pakaian tradisional masyarakat Melayu Riau merupakan salah satu kekayaan nasional yang wajib
dilestarikan. Masyarakat Riau sendiri sadar bahwa busana tradisional ini suatu ketika akan punah bila
tidak dilestarikan.