Anda di halaman 1dari 7

Mengenal Pakaian Adat Tradisional Jawa Tengah

pakaian adat jawa tengah

Pakaian adat Jawa Tengah merupakan peninggalan atau warisan budaya nenek moyang yang sejak
dari dulu dipakai dalam berbagai aktifitas kasual ataupun formal. Pakaian adat ini sejatinya ialah
merupakan salah satu simbol kebudayaan Jawa Tengah yang cukup terkenal, seperti batik yang
dikenal di seluruh dunia.

Pakaian adat Jawa Tengah ini memiliki ciri khas berupa pakaian yang kental dengan nuansa kerjaan
atau keraton Jawa. Selain itu terdapat berbagai aksesoris yang membuat pakaian ini terlihat lebih
cantik dan menawan.

Tetapi, karena perkembangan jaman dan teknologi, lambat laun pakain ini tidak lagi digunakan oleh
para generasi muda bangsa kita. Adapun orang yang masih menggunakanya yaitu para orang tua
atau orang yang sangat peduli pada kebudayaan Jawa Tengah.

Aksesoris dan Ciri Khas Pakaian Adat Tradisional Jawa Tengah


baju adat jawa tengah
Sebelum kita membahas tentang jenis pakaian adat Jawa Tengah, alangkah baiknya kita membahas
aksesoris yang menjadikan ciri khas pada pakaian adat ini, yaitu:

1. Blangkon
Blangkon berasal dari kata blangko yang merupakan istilah untuk mengatakan sesuatu yang praktis /
siap dipakai bagi masyarakat Jawa. Blangkon merupakan tutup kepala yang terbuat dari kain batik
yang digunakan oleh para pria sebagai salah satu aksesoris atau pelengkap pada pakaian adat
tradisional Jawa.

Pada jaman dahulu blangkon tidak berbentuk bulat dan siap dipakai, melainkan berupa ikat kepala
yang memiliki proses pengikatan yang cukup rumit. Tetapi seiring berjalanya waktu blangkon
berinovasi menjadi ikat kepala yang siap pakai. Terdapat beberapa jenis blangkon, di antaranya:

Blangkon Ngayogyakarta.
Blangkon Surakarta.
Blangkon Kedu.
Blangkon Banyumasan.
Untuk beberapa tipe blangkon, ada bagian belakang yang disebut tonjolan. Tonjolan tersebut
menandakan model rambut pria pada masa itu yang sering mengikat rambut panjang mereka pada
bagian belakang kepala, sehingga bagian tersebut terlihat di bagian belakang blangkon.

Konon, rambut panjang tersebut disembunyikan karena dianggap sebagai suatu aib yang harus
disembunyikan. Oleh karena itu blangkon digunakan. Selain itu blangkon memiliki dua buah ikatan
yang harus diikat dengan kuat yang bermakna pentingnya berteguh diri pada pendirian yang kuat.

Dua ikatan tersebut juga mempunyai makna filosofi pada dua kalimat syahadat pada agama Islam.
Namun, sekarang lilitan rambut panjang yang disebut tonjolan atau mondholan sudah dimodifikasi
karena kebanyakan pria berambut pendek, dengan membuat tonjolan tadi dijahit langung pada
bagian belakang.
2. Keris
Keris merupakan senjata tradisional Jawa Tengah yang sangat khas. Tetapi keris yang digunakan
pada pakaian adat, bukanlah keris asli. Melainkan hanya replika yang terbuat dari sepotong kayu
yang diukir menyerupai keris asli.

Keris tersebut berfungsi sebagai aksesoris atau tambahan pada beberapa pakaian adat Jawa Tengah
seperti, baju surjan yang diletakan pada bagian belakang atau punggung. Pemakaian keris tersebut
merupakan suatu keharusan pada beberapa pemakaian pakaian adat.

3. Stagen
Stagen merupakan sebuah kain panjang yang digunakan untuk menahan jarik agar tidak lepas.
Stagen merupakan sebuah pelengkap yang dikenakan sebelum memakai kebaya atapun beskap.
Stagen digunakan dengan cara melilitkan kain panjang pada perut yang berfungsi seperti korset.

Oleh karena itu stagen dapat membuat penggunanya terlihat sedikit lebih langsing pada saat
digunakan. Namun, penggunaan stagen sekarang jarang sekali, karena selain stagen sudah sangat
sulit ditemukan, kain ini sangat sulit sekali digunakan.

4. Kuluk
Kuluk merupakan penutup kepala yang mempunyai fungsi yang sama dengan blangkon, tetapi
penutup kepala ini hanya digunakan pada saat upacara pernikahan saja. Kuluk merupakan kopiah
kebesaran yang memiliki bentuk tinggi dan kaku. Disebut kopiah kebesaran karena, pada jaman
dahulu kuluk hanya digunakan oleh para raja-raja untuk menghadiri acara-acara tertentu.

5. Kain Pipih Tanjung


Kain ini merupakan kain yang dililitkan dari kiri ke kanan di pinggang yang berfungsi untuk menutupi
stagen yang sebelumnya sudah digunakan. Selain itu, kain ini terbuat dari kain jarik yang
bermotifkan batik.

6. Kain Jarik
Kain jarik merupakan kain yang mempunyai motif batik dengan berbagai corak. Jarik sendiri biasanya
digunakan untuk bagian bawahan untuk menupi kaki, adapun fungsi jarik ialah:

Sebagai penunjuk status sosial seseorang, karena motif jarik tertentu dapat menunjukan status
sosial orang yang menggunakanya.
Sebagai penentu sesorang dari mana ia berasal, karena dari motif yang digunakan seseorang dapat
dikenali darimana ia berasal.
Selain itu jarik seringkali digunakan oleh para sesepuh orang Jawa untuk keseharian mereka. Tetapi
pada jaman sekarang fungsi jarik bertambah tidak hanya sebagai pakaian, tetapi dapat digunakan
sebagai bahan koleksi

Jenis Pakaian Adat Tradisional Jawa Tengah


pakaian adat jawa tengah
Ada beberapa jenis pakaian adat tradisional di provinsi Jawa Tengah dengan bahan yang cukup
beragam, di antaranya:

No Macam Macam Pakaian Adat Jawa Tengah


1 Surjan
2 Kebaya
3 Batik
4 Jawi Jangkep
5 Basahan
6 Beskap
7 kanigaran

1. Surjan
Surjan merupakan pakaian adat resmi untuk kaum pria di Jawa Tengah. Nama surjan sendiri
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti baju jas laki-laki khas Jawa berkerah tegak,
berlengan panjang dan terbuat dari bahan lurik atau cita berkembang. Terdapat dua macam surjan
yang ada, di antaranya:

Surjan Lurik. Surjan ini disebut surjan lurik karena terbuat dari bahan dasar kain lurik, dimana kain
tersebut bermotif garis-garis kecil berbahan dasar kain katun kasar.
Surjan Ontrokusuma. Sedangkan untuk surjan jenis ini memiliki motif bunga seperti namanya
kusuma yang berarti bunga. Surjan ini hanya digunakan oleh pada bangsawan yang terbuat dari
bahan dasar kain sutra.
Menurut sejarah, surjan sudah ada sejak jaman kerajaan Mataram yang dibuat pertama kali oleh
salah satu Walisongo yaitu Sunan Kalijaga. Oleh karena itu pakaian ini seringkali disebut pakaian
taqwa karena memiliki makna, seperti:

6 buah kancing pada kerah, yang melambangkan rukun iman.


2 buah kancing pada dada, yang melambangkan kalimat syahadat.
3 buah kancing tak terlihat pada bagian dada, yang melambangkan nafus manusia yang harus
dikendalikan.
2. Kebaya
Kebaya merupakan pakaian yang sangat terkenal di Indonesia dan beberapa negara di Dunia. Kebaya
itu sendiri ialah sejenis blus tradisional yang dikenakan oleh wanita Indonesia yang terbuat dari
bahan tipis dan dapat dipadukan dengan kain batik, sarung, atau songket.

Kata kebaya sendiri berasal dari kata Arab yaitu, “abaya” yang berarti pakaian. Tetapi ada yang
menyebutkan berasal dari kata “kebyak” atau “mbayak” dari masyarakat Jawa.

Pada tahun 1500-1600 penggunaan kebaya dibatasi yang hanya dapat digunakan oleh keluarga
kerjaan Jawa seperti Kesultanan Cirebon, Kesultanan Mataram dan penerusnya Kesultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat. Namun seiring berjalanya waktu, penggunaan kebaya menjadi salah
satu pilihan sebagai pakaian formal dalam berbagai acara.

Selain itu, kebaya mengalami berbagai perubahan desain yang digunakan pada berbagai acara
formal seperti perayaan, kelulusan sekolah, pesta formal dan sebagai seragam resmi pramugari dari
berbagai maskapai.

3. Batik
Batik adalah kain bergambar dengan cara pembuatannya yang khusus dengan cara menuliskan
malam (lilin) pada kain dengan berbagai proses pengolahan yang khas. Seperti namanya, batik
berasal dari bahasa Jawa yaitu “ambhatik”, dari kata “amba” yang berarti lebar, luas kain dan titik
yang berarti matik yang kemudian berkembang menjadi batik.

Maka dapat diartikan bahwa batik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pembuatan
titik-titik tertentu pada kain dengan menggunakan proses pemalaman yang menghasilkan motif atau
gambar.

Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi yang merupakan salah satu bagian dari
budaya Indonesia (khususnya Jawa). Setiap daerah memiliki karakteristik motif dan corak nya
masing-masing yang dipengaruhi oleh kondisi geografis dan latar budaya setempat.

Pada jaman dahulu ragam corak batik sangat terbatas, dan beberapa corak hanya digunakan oleh
kalangan tertentu seperti keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta. Tetapi seiring perkembangan
jaman dan diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya asli Indonesia pada 2 Oktober 2009, batik
kian terkenal dan populer di berbagai kalangan masyarakat.

Oleh karena itu banyak sekali ragam pakaian batik tidak hanya digunakan untuk kebaya saja, tetapi
digunakan pada gaun, atasan, kemeja dan jenis lainya yang menjadikan batik sebagai tren baru
dalam berbusana. Selain itu, pemakain batik menjadi pakaian formal, bahkan tidak sedikit instansi-
instansi pemerintah ataupun swasta menggunakan batik sebagai pakaian wajib mereka.

Baca juga: Pakaian Adat Banten

4. Jawi Jangkep
Jawi jangkep merupakan pakaian adat resmi provinsi Jawa Tengah sebagai pakaian khusus yang
digunakan oleh pria untuk mendampingi pakaian kebaya yang digunakan oleh wanita. Pakaian ini
sendiri berasal dari adat Keraton Kasunanan Surakarta.

Terdapat dua buah jenis pakaian adat ini yang dapat dibedakan dari fungsi pakaian tersebut. Yang
pertama ialah jawi jangkep yang digunakan pada acara-acara yang bersifat formal, pakain ini
memiliki beskap bermotif bunga atau sulur-sulur, tetapi sekarang terdapat juga jawi jangkep yang
memiliki beskap berwarna hitam polos dengan hiasan bros.
Yang kedua ialah jawi jangkep padintenan (keseharian), sesuai namanya pakaian jawi jangkep
padintenan merupakan pakaian keseharian yang dapat digunakan pada acara-acara non-formal,
pakaian ini dapat menggunakan beskap berwarna selain hitam. Pada umunya pakaian jawi jangkep
terdiri dari berbagai bagian atau elemen penyusun pakaian, yaitu:

Penutup kepala berupa destar atau blankon.


Pakaian atasan dengan bagian belakang lebih pendek untuk penempatan keris atau beskap.
Kain Stagen.
Ikat pinggang.
Kain Jarik sebagai bawahan.
Keris.
Selop sebagai alas kaki.
Kalung bunga melati (jika digunakan untuk pengantin).
5. Basahan
Basahan merupakan pakaian adat pengantin yang berasal dari keraton Surakarta. Pada jaman dahulu
pakaian ini hanya dapat digunakan oleh kalangan tertentu seperti keluarga dan kerabat keraton saja.
Tetapi seiring perkembangan jaman, busana ini dapat dikenakan oleh masyarakat umum.

Busana ini juga seringkali disebut dodot/dodotan karena kedua mempelai menggunakan kain
kemben panjang dan lebar dengan berbagai corak batik bernama kain dodot/kampuh. Terdapat ciri
khas yang unik, yaitu kedua pengantin tidak menggunakan baju, melainkan hanya menggunakan kain
kemben. Kemben / kain dodot merupakan kain pokok pengganti baju untuk menutupi bagian-bagian
tertentu.

Penggunaan kain stagen, ikat pinggang, kain jarik dan lainya digunakan sebagai pelengkap pada
pakaian adat ini. Terdapat juga aksesoris seperti perihiasan yang digunakan. Untuk mempelai pria
digunakan perhiasan seperti kalung ulur, timang/epek, cincin, bros dan buntal. Sedangkan untuk
pengantin wanita seperti, cunduk mentul, jungkat, centung, kalung, gelang, cincin, bros, subang dan
timang/epek.

6. Beskap / Jas Tutup


Beskap pada awalnya merupakan salah satu bagian dari pakaian jawi jangkep, tetapi sesuai
perkembangannya pakaian ini seringkali digunakan terpisah. Beskap sudah ada dari abad ke-18 sejak
jaman penjajahan Belanda di kalangan kerajaan di wilayah Vorstenlanden. Beskap memiliki
beberapa varias yang berbeda, seperti:

Beskap gaya Solo.


Beskap gaya Yogya.
Beskap landung.
Beskap gaya kulon.
Beskap di atas memiliki perbedaan masing-masing, tetapi terdapat ciri khas umum pada beskap
seperti, berbentuk kemeja tebal, tidak berkerah lipat, berwarna gelap dan polos. Selain itu pada
bagian depan tidak berbentuk simetris, dengan pola kancing menyamping.

Sedangkan untuk bawahanya dapat dipadukan dengan kain jarik untuk menutupinya. Tidak lupa
dengan aksesoris berupa keris yang diletakan di bagian gelakang.

Baca juga: Pakaian Adat Betawi

7. Kanigaran
Kanigaran sebetulnya merujuk pada dandanan khusus pengantin dari keluarga kerajaan yang disebut
paes ageng kanigaran. Pada mulanya riasan ini hanya digunakan oleh keluarga dan kerabat kerjaan
saja, tetapi pada masa pemerintahan Sultan HB IX, riasan ini dapat digunakan oleh masyarakat
umum.

Seperti halnya basahan, pakaian yang digunakan pada riasan kanigaran ialah kain dodot/kampuh
sebagai bawahan. Tetapi bedanya ialah pada riasan kanigaran terdapat atasan berupa baju yang
tebuat dari bahan beludru hitam. Pengantin yang menggunakan busana ini harus menggunakan
riasan paes ageng yang memiliki aturan khusus dan perias yang sudah terlatih.

Itulah penjelasan mengenai beberapa ciri khas dan jenis pakaian adat Jawa Tengah yang dapat kam
sajikan. Sebagai warga negara yang baik, seharusnya kita harus terus menjaga dan melestarikan
kebudayaan tersebut, sehingga kebudayaan ini tidak punah dan menjadi sejarah yang hilang.

Anda mungkin juga menyukai