1. Busan bungkus
Bungkus ini terdiri dari selembar kain berbentuk segi empat yang hanya di belit-
belitkan pada tubuh. Contoh busana ini kita kenal dengan nama SARI yang sering kita
temui di daerah india. Jaman dahulu manusia belum mengenal mesin jahit, sehingga
mereka menggunakan pakaian hanya dengan menbelit-belitkan pada tubuh.
2. Kutang
Kutang berarti tidak memiliki belahan. Kutang adalah perkembangan dari busana
bungkus yang sisinya distuan. Contoh busana ini adalah kaaos yang sering kita
gunakan.
3. Kaftan
Perkembangan selanjutnya adalah kaftan. Semua busana bagian atas yang memliki
belahan hingga bagian bawah, bentuk dasarnya adalah kaftan, contoh busana ini
adalah kemeja.
4. Celana
Celana muncul untuk melengkapi kaftan. Celana berfungsi untuk menutupi tubuh
bagian bawah. Awalnya celana terdiri dari kain berbentuk sarung atau rok yang
kemudian dibentuk menjadi celana dengan cara menarik bagian tengahnya, hingga
terciptalah berbagai model celana hingga sekarang.
FUNGSI TATA BUSANA DALAM TEATER
Busana sebagai bagian dari artistik dalam teater sangat memengang perana yang vital. Dalam
konsep sederhana pun tetap membutuhkan tata busana.
Tata busana adalah seni pakaian dan perlengkapan yang menyertai untuk menggambarkan
tokoh.
Fungsi tata busana dalam kehidupan sehari-hari untuk melindungi tubuh, mencitrakan
kesopanan, dan memenuhi hasyrat manusia akan keindahan.
Pakaian adat tradisional kraton Yogyakarta yang sudah jarang dijumpai lagi akhir-akhir ini..
pakaian khusus itu akan muncul secara menarik dan wibawa.
Busana untuk anak laki-laki model kencongan terdiri dari kain batik yang digunakan dengan
model kencongan, baju surjan, lonthong tritik, ikat pinggang berupa kamus songketan dengan
cathok atau timang. Terbuat dari suwasa ( ems berkadar rendah ). Sedangkan busana sehari-
hari bagi pria remaja dan dewasa terdiri dari baju surjan, kain batik dengan wiru di
tengah.serta mengenakan dhestar sebagai tutup kepala.
Remaja putri mengenakan busana yang disebut pinjung. Busana ini digunakan dengan cara
melipat ujung kain sebelah dalam dibentuk segitiga sebagai penutup dada, yang panjangnya
diukur dari dada sampai diatas pusar. Lipatan kain ( wiru ) berada disebelah kiri, yang
menunjukkan statussosial pemakaiannya sebagai putri sultan sampai dengan cicit sultan.
Kelengkapan pinjung padintenan terdiri atas kain batik, tanpa baju, lonthong tritik, kamus
songketan, udhet tritik. Sebagai perhiasannya adalah subang, kalung dinar, gelang sanggul
tekuk polos tanpa hiasan.
Untuk putri yang sudah dewasa mengenakan busana semekanan dalam kesehariannya.
Pengertian kata semekan berupa kain panjang yang lebarnya separuh dari lebar kain panjang
biasa, berfungsi sebagai penutup dada. Rangkain busana ini terdiri dari kain ( nyamping )
batik, baju kebaya katun, semekan tritik, serta mengenakan perhiasan berupa subang, gelang,
dan cincin, sanggulnya berbentuk sanggul tekuk polos tanpa hiasan. Sedangkan busana harian
bagi putri raja yang sudah menikah terdiri atas semekan tritik dengan tengahan, baju kebaya
katun, kain batik, sanggul tekuk polos tanpa hiasan. Perhiasanya berupa subang, cincin, serta
sapu tangan merah.
Busana kebesaran untuk upacara Ageng
Upacara Ageng adalah kegiatan seremonial dari rangkain upacara supitan, perkawinan,
garebeg, tingalan dalem tahunan, jumenengan dalem, agustusan, serta sedan ( pemakaman
jenaah raja ). Busana kebesaran yang digunakan dalam semua kegiatan ini disebut busana
keprabon, yang khusus digunakan para putra sultan. Jenis busana ini dibedakan atas :
1. Busana dodotan
2. Busana kanigaran, dan
3. Busana kaprajuritan
Rangkain busana dodotan terdiri dari kuluk biru denganhiasan mundri ( nyamat ), kampuh
konca satunggal, dan cindhe gubeg, moga rendha berwarna kuning, pethat jeruk saak ajar,
rante, karset, kamus, timang ( kretep ), dan keris branggah.jenis busana ini kikenakan pada
upacara garebeg, jumenengan dalem ( panobatan raja ), serta pisowanan dalam upacara
perkawinan.
Kelengkapan busana kanigaran pada dasarnya sama dengan busana dodotan. Hanya saja jika
busana dodotan tanpa baju, maka busana kanigaran ini dilengkapi dengan baju sikepab
bludiran. Jenis busana lazim ini dikenakan pada upacara Agustusan, tingalan dalem tahunan,
supitan, dan perkawinan.
1. SEJARAH SANGGUL
Ukel tekuk pada zaman dahulu hanya dipakai sebagai sanggul oleh keluarga kerajaan.
Misalnya : putri remaja, putri dewasa yang sudah menikah, para selir, para inang
pengasuh. Cara menggunakannya sesuai dengan umur dan keprluan perhiasan dan
pakaian yng dikenakan.
Ciri-ciri penggunaan sanggul untuk remaja putri :
1. Putri yang berumur 11-15 tahun ( sesudah haid )
2. Memakai ukel tekuk dengan hiasan peniti ceplok ditengah dan peniti renteng
dikanan kiri sanggul
3. Sanggul dipakai waktu menghadap raja pada hari ulang tahun raja ( wiosan )
Ciri-ciri penggunaan sanggul untuk putri dewasa :
1. Memakai ukel tekuk dengan hiasan sebagai mana pada putri remaja
Ciri-ciri penggunaan sanggul untuk putri yang sudah menikah :
1. Memakai ukel tekuk dengan hiasan pethatemas dan bunga ceplok jebehan
2. Sanggul dipaki pengiring raja ketika menghadiri resepsi luar kraton
Ciri-ciri penggunaan sanggul untuk inang asuh :
1. Memakai ukel tekuk tanpa hiasan
PAKAIAN BETAWI
Pakaian adat betawi terdiri dari berbagai jenis, baik untuk laki-laki maupun wanita. Pakaian
adat betawi seperti halnya dengan pakaian adat yang berlaku di provinsi lain dipengaruhi oleh
kebudayaan atau adat lainnya. Pengaruh tersebut dapat kita lihat pada pakaian adat betawi
untuk pakaian sehari-hari maupun pakaian pengantin.
SEJARAH KEBAYA
Berdasarkan beberapa filosofi yang telah kami ambil dari beberapa pendapat
tentang sejarah kebaya.
Kebaya merupakan jenis busana yang dipakai oleh kalangan wanita jawa, khususnya di
lingkungan budaya Yogyakarta dan Surakarta, Jawa Tengah. Biasanya disertai kemben
dan kain tapih pinjung dengan stagen. Baju kebaya digunakan oleh kalangan wanita
bangsawan maupun kalangan rakyat biasa baik busana sehari-hari maupun pakaian
upacara.
Pada busana upacara seperti yang dipakai oleh seorang garwo dalem, misalnya
baju kebaya menggunakan peniti renteng dipadukan dengan kain sinjang atau jarik
corak batik, bagian kepala rambutnya digelung ( sanggul ), dan dilengkapi dengan
perhiasan yang dipakai seperti subang , cincin, kalung dan gelang serta kipas biasanya
tak ketinggalan.
Untuk busana sehari-hari umumnya wanita jawa cukup memakai kemben yang
dipadukan dengan stagen dan kain jarik kemben dipakai untuk menutupi payudara,
ketiak dan punggung, sebab kain kemben ini cukup lebar dan panjang sedangkan
stagen dililitkan pada bagian perut untuk mengikat tapihan pinjung agar kuat dan tidak
mudah lepas.
Untuk mengenal sejarah kebaya, maka kita mulai dari penjelasan mengenai
baju kebaya. Baju Kebaya adalah pakaian tradisional yang dikenakan oleh wanita
indonesia dan malaysia yang dibuat dari kain kasa yang dikenakan dengan sarung,
batik, atau pakaian tradisional yang lain seperti songket dengan motif warna-warni.
Asal kata kebaya berasal dari kata arab “ abaya” yang berati pakaian. Dipercaya
kebaya berasal dari tiongkok ratusan tahun yang lalu. Lalu menyebar menyebar ke
Malaka, Bali, Jawa, Sumatra, dan Sulawesi. Setelah akulturasi yang berlangsung
ratusan tahun, pakain itu diterima di budaya dan norma setempat.
Mengenal sejarah Kebaya yang berasal dari kota JawaTengah. Sebagian banyak
mereka berpendapat bahwa kebaya merupakan busana tradisional yang umunya telah
dikenakan seluruh indonesia, namun kebaya lebih identik dipakai oleh wanita-wanita
Jawa.
Jika kita menjelaskan untuk mengenal sejarah kebaya, untuk kebaya model R.A
Kartini juga termasuk dalam kebaya khas Jawa Tengah. Kebaya R.A Kartini merupakan
kebaya yang masih sangat menganut adat istiadat orang jawa. Kebayanya dibuat dari
berbagai jenis bahan katun, baik yang polos satu warna seperti merah, putih kuning,
hijau, biru, dan sebagainya. Biasanya baju kebaya mereka diberi tambahan bahan
berbentuk persegi panjang di bagian depan yang berfungsi sebagai penyambung (
kuthubaru ).
FILOSOFI KEBAYA
Bagi seorang wanita jawa, kebaya bukan hanya sebagai sebatas pakaian. Lebih
dari itu kebaya juga menyimpan sebuah filosofi sendiri.
Sebuah filosofi yang mengandung nilai-nilai kehidupan. Keberadaan kebaya di
indonesia bukan hanya sebagai menjadi salah satu jenis pakaian. Kebaya memiliki
makna dan fungsi lebih dari itu. Bentuknya yang sederhana bisa dikatakan sebagai
wujud kesederhanaan dari masyarakay indonesia. Nilai filosofi dari kebaya adalah
kepatuahn, kehalusan, dan tindak tanduk wanita yang harus serba lembut. Kebaya
selalu identik dipasangkan dengan jarik atau kain yang membebat tubuh. Kain yang
membebat tubuh tersebut secara langsung akan membuat siapapun wanita yang
mengenakan kesulitan untuk begerak dengan cepat. Itulah sebabnya mengapa wanita
jawa selalu identik dengan pribadi yang lemah gemulai.
Mengenakan kebaya akan membuat wanita yang mengenakannya berubah
menjadi seorang wanita yang anggun dan mempunyai kepribadian. Potongan kebaya
yang mengikuti bentuk tubuh mamu tidak mau akan membuat wanita tersebut harus
bisa menyesuaikan dan menjaga diri. Setagen yang berfungsi sebagai ikat pinggang,
bentuknya tak ubah seperti kain panjang yang berfungsi sebagai ikat pinggan . Namun
justru dari bentuknya yang panjang itulah niali-nilai filosofi luhur yang ditanamkan,
merupakan simbol agar bersabar, jadilah manusia yang sabar, erat kaitannya engan
paribahasa jawa “ dowo ususe “ atau panjang ususnya yang berarti sabar.
Bagian kepala
Kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut OMPROK yang terbuat
dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen warna emas dan merah serta
diberi ornamen tokoh Antasena,( putra Bima) yang berkepala manusia raksasa namun
berbadan ular serta menutupi seluruh rambut penari gandrung. Pada masa lampau
ornamen Antasena ini tidak melekat pada mahkota melainkan setengah terlepas
seperti sayap burung. Sejak setelah tahun 1960-an ornamen ekor Antasena ini
kemudia dilekatkan pada omprok hingga menjadi yang sekarang ini.
Selanjutnya pada mahkota tersebut diberi ornamen berwarna perak yang
berfungsi membuat wajah sang penari seolah bulat telur. Serta ada tambahan
ornamen bunga yang disebut cundhuk menthul di atasnya. Sering kali bagian omprok
ini dipasang hio yang pada gilirannya memberi kesan magis.
Bagian bawah
Penari gandrung menggunakan kain batik dengan corak bermacam-macam.
Namun corak batik yang paling banyak dipakai serta menjadi ciri khusus adalah batik
dengan dengan corak gajah oling, corak tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah pada
dasar kain putih yang menjadi ciri khas Banyuwangi.
Sebelum tahun 1930-an, prnari gandrung tidak memakai kaus kaki, namu
semenjak dekade tersebut penari gandrung selalu memakai kaus putih dalam setiap
pertunjukaanya.