Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Seiring dengan kemajuan jaman, tradisi dan kebudayaan daerah yang pada awalnya dipegang teguh, di
pelihara dan dijaga keberadaannya oleh setiap suku, kini sudah hampir pumah. Pada umumnya
masyarakat morusa gengsi dan malu apabila masih mempertahankan dan menggunakan budaya lokal
atau budaya daerah. Kebanyakan masyarakat memilih untuk menampilkan dan menggunakan kesenian
dan budaya modern daripada budaya yang berasal dari daerahnya sendiri yang sesungguhnya justru
budaya daerah atau budaya lokallah yang sangat sesuai dengan kepribadian bangsanya.

Mereka lebih memilih dan berpindah pada budaya asing yang belum tentu sesuai dengan kepribadian
bangsanya, bahkan masyarakat lebih merasa terikat dengan budaya asing dibandingkan dengan budaya
yang berasal dari daerahnya sendiri.

Besar harapan saya, semoga dengan dibuatnya makalah yang berjudul Pakaian Adat Jawa Tengah yang
didalamnya membahas tentang berbagai macam pakatan adat khususnya yang berasal dari daerah Jawa
Tengah ini menjadi salah satu sarana agar masyarakat menyadari betapa berharganya sebuah
kebudayaan bagi suatu bangsa, yang ahirnya akan membuat masyarakat menjadi merasa hangga
terhadap budaya daeralnya sendiri

Bab I pendahuluan
Latar Belakang

Adat jawa sangat melekat di Indonesia, khususnya suku jawa. Pada acara tentetu suku jawa tak luput
dari adal mereka. Begitu juga dengan pakaian adatnya Saat acara-acara tertentu adat istiadat jawa harus
memenuhi persyaratan adat yang akan di laksanakan Berikut melody akan membahas tentang pakaian
adat jawa tengah yang di pakai pada saat acar-acara tertentu Baik sejarah asal-usul atau asal mula baju
adat Jawa Tengah, kelengkapan apa saja yang di pakai (kostum) Dan bagaimana kostum pemikahan adat
Jawa Tengah.

Jenis busana dan aksesoris yang dikenakan wanita Jawa khususnya di lingkungan budaya Yogyakarta dan
Surakarta Jawa Tengah adalah permadani kebaya, kemben, dan pinjung dengan stagen. Baju kebaya
dikenakan oleh wanita bangsawan maupun orang-orang berpangkat tinggi baik sebagai pakaian sehari-
hari maupun pakaian upacara. Pada pakaian upacara seperti yang dikenakan oleh bangsawan ganwo,
misalnya kebaya dengan menggunakan peniti rantai dipadukan dengan kain sinjang atau jarik bermotif
batik, rambut di kepala digulung (sangbun), dan dilengkapi dengan perhiasan yang dipakai seperti
anting, cincin, kalung dan gelang serta kipas angin yang biasanya aku rindukan.

Untuk pakaian sehari-hari, wanita Jawa umumnya lebih menyukai kemban yang dipadukan dengan kain
stagen dan jank. Kemben digunakan untuk menutupi payudara, ketiak dan punggung, karena kain
kemben ini lebar dan panjang, sedangkan stagen dililitkan pada payudara untuk mengikat permadani
agar kuat dan tidak mudah lepas.

Bab II sejarah baju adat jawa


Baju jawa atau biasa di sebut busana kejawen merupakan pakaian adat yang digunakan masyarakat
yogyakarta sebagai pakaian sehari-hari pada zaman dulu kala pada tahun sekitar 1755 saat
pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan pemerintahan Kanjeng Gusti Pangeran Adi Pati Arya
pakulam I hingga Kanjeng Gusti Pangeran Adi Pati Arya VI.

Saat pemerintahan zaman itu disebut pakaian Busana Kejawen Jangkep Kebudayaan Ngayogyakarto
Hadiningrat karena pakaian jawa disebut sebagai pakaian kehormatan kerajaan bagi keluarga ningrat.
Dalam pemahaman jawa busana kejawen ini merupakan ajaran untuk segala sesuatu di dunia ini
berkaitan dengan aktivitas kita sehari-hari,baik dalam hubungan dengan manusia, diri sendiri maupun
Tuhan Yang Maha Kuasa Pencipta segalanya.

Pada zaman itu ada 2 gaya busana kebudayaan Busana Kejawen Jangkep yaitu Busana Kejawen Jangkep
Kasultanan Ngayogyakarto Hadiningrat dan Busana Kejawen Jangkep Istana Pura Pakualaman Busana.
Memakai pakaian adat jawa juga mempunyai idiom yaitu “Kangge nganggo dadio sarono hamemangun
watak njobo njero” , artinya pemakai busana disamping menjaga keselamatan dan kesehatan dari
marabahaya juga untuk membangun jati diri setiap bangsa.

Dalam berbusana laki-laki yogyakarta anda perlu menyiapkan beberapa perlangkapan kain jarik, batik
gaya yogyakarta, sabuk / lonthong , kamus timang, sorjan, keris baik branggah atau gayaman gaya
yogyakarta, selop (atela), peranakan, blankon, canela atau slop.

Sedangkan busana untuk perempuan adat yogyakata, perlengkapan yg harus disiapkan jarik batik gaya
yogyakarta, stagen, streples, kamisol atau kemben, kebaya gaya kartini atau kutubaru, gelung tekuk
beserta lungsen, slop tertutup atau terbuka. perhiasan yang disiapkan adalah subang, tusuk tlesepan,
dan bros.

Bagaimanapun kita sebagai orang indonesia terutama di daerah Jawa harus berbangga hati karena
penggunaan pakaian tradisonal masih digunakan sehari-hari hingga sekarang.

Bab III
Masyarakat Jawa Tengah memiliki kebiasaan untuk menggunakan baju adat daerah tidak hanya pada
acara-acara tertentu saja tetapi pada kehidupan sehari-hari. Pada masyarakat di Jawa. Tengah, fungsi
pakaian cukup beragam, seperti pada masyarakat bangsawan pakaian mempunyai

fungsi praktis, estetis, religius, sosial dan simbolik. Sebagian masyarakat Jawa Tengah masih nyaman
menggunakan pakaian daerah Jawa Tengah.

baik laki-laki maupun perempuan. Sebagian dari mereka juga menggunakan pakaian daerah Jawa.
Tengah namun tidak utuh, dalam artian hanya sebagian yang dipakai misalnya untuk laki-laki hanya
menggunakan penutup kepala saja (Blankon).

A. Pakaian Adat Pria

Pakaian adat untuk lelaki Jawa Tengah disebut beskap. Pakaian tersebut dilengkapi dengan blankon di
kepala, jarik untuk bagian bawah dan diikat dengan stagen. Dan biasanya juga. dilengkapi dengan
aksesoris berupa keris yang diselipkan di bagian belakang punggung. Secara lengkap pakaian tradisional
yang dikenakan oleh laki-laki di Jawa Tengah dari atas sampai ke bawah terdiri dari:
1. Udeng

yaitu ikat kepala. Sedangkan jenis udheng yang telah jadi dan tinggal dipakai disebut dengan blankon.

2. Kulambi

yaitu pakaian berupa baju. Dikenal baju tradisional di Jawa Tengah yaitu Beskap dan Surjan. Namun
dikalangan Keraton dikenal beberapa jenis Kulambi yaitu Atellah, Beskap, Sikepan, Langenharjan, Beskap
Landhung dan Taqwa.

3. Sinjang Dodot

Sinjang atau juga disebut dengan samping yaitu berupa kain batik panjang yang digunakan untuk
menutupi badan bagian bawah.

4. Setagen.

Adalah kain yang berfungsi untuk mengencangkan sinjang yang menempel di pinggang

5. SabukDalam.

sabuk berfungsi untuk menutup stagen dan juga mengencangkan fungsi stagen

6. Epek Timang dan Lerep.

Merupakan kain beludru dengan lebar sekitar 5 cm dan panjang 120-150 cm yang digunakan

7.dipinggang diluar

B. Pakaian adat perempuan

Pakaian adat ini merupakan pakaian yang umum dipakai oleh wanita Jawa Tengah. Jenis busana dan
aksesoris yang dipakai oleh wanita Jawa Tengah adalah baju kebaya, kemben, dan kain tapih pinjung
dengan stagen. Busana adat Jawa Tengah untuk wanita biasa disebut dengan "Wusana Kejawen" yang
memiliki
lambang arti tertentu. Busana Jawa Tengah untuk wanita yang resmi biasanya terdiri dari baju

kebaya, kemben/samping, dan kain tapih yang dikenal dengan stagen. Selain itu wanita Jawa. juga
menggunakan sanggul dengan konde dikepala serta alas kaki berupa selop. Kebaya sebagai baju adat
Jawa Tengah digunakan oleh wanita baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat biasa baik sebagai
busana resmi maupun busana sehari-hari. Ketika digunakan. pada acara resmi seperti pada upacara adat
yang dikenakan oleh kalangan "garwo dalem" yaitu kebaya dengan peniti renteng, digabungkan dengan
kain sinjang atau kain batik, pada bagian

kepala rambutnya digelung (disanggul) dan dilengkapi aksesoris berupa subang, cincin, kalung, gelang
serta kipas. Pakaian kaum perempuan adat keraton Surakarta merupakan pakaian tradisional Jawa yang
mencerminkan putri keraton. Istilah putri keraton ini mengisyaratkan adanya makna keibuan,
keanggunan, kelembutan, kesopanan dan sejenisnya. Kelengkapan pakaian putri, meliputi:

1. Kebaya

Kebaya umumnya dibuat dari bahan kain katun, beludru, sutera brokat,dan nilon yang berwarna cerah
seperti putih, merah, kuning, hijau, biru, dan sebagainya. Untuk modelnya sendiri ada kebaya panjang
dan kebaya pendek. Kebaya panjang bagian bawahnya mencapai lutut, sementara kebaya pendek
bagian bawahnya hanya mencapai pinggang. Di bagian depan sekitar

Pada bagian dada terdapat kain berbentuk persegi panjang yang berfungsi sebagai penghubung kedua
sisinya. 2. Kain Tapih Pinjung

Sebagai bawahan kebaya digunakan kain tapih pinjung atau kain sinjang jarik bermotif batik dengan cara
dililitkan di pinggang dari kiri ke kanan. Untuk menguatkan lilitannya digunakan stagen yang dililitkan
pada perut beberapa kali sesuai dengan panjang stagen. Agar tidak terlihat dari luar, stagen tersebut
kemudian ditutup dengan selendang pelangi berwarna cerah.

3. Ungkel atau sanggul

Sanggul (konde) adalah rambut tambahan yang diberi dasar berbentuk bulat seperti tatakan gelas agak
kecil, yang dibuat dari kain gaas, kadang-kadang berbentuk oval atau bulat kecil. Rambut
tambahan(palsu) tersebut bisa dibentuk bermacam-macam sanggul yang dikenal oleh semua ibu- ibu
sebagai sanggul tempel.

4. Setagen

Adalah kain yang berfungsi untuk mengencangkan sinjang yang menempel di pinggang

5. Kemben
Kemben tradisional digunakan dengan membungkus sepotong pakaian di sekitar batang tubuh, tepi
dilipat dan diamankan, diikat dengan tambahan tali, ditutupi dengan angkin atau selempang yang lebih
kecil di sekitar perut.

6. Jarik

Jarik merupakan kain panjang berwarna hitam bermotif batik berwarna coklat dengan motif batik yang
beragam. Kain sebagai kekayaan Batik Tradisional Indonesia sering disebut jarit. Dahulu nyampang atau
jarik biasa digunakan dalam bentuk batik tulis, namun untuk saat ini rupanya sudah tidak jarang lagi
yang menggunakan batik cap. 7. Cunduk Jungkat

C. Pakaian Resmi

Pakaian resmi adat Jawa Tengah bernama Jawi Jangkep dan Kebaya. Jawi jangkep adalah pakaian pria
yang terdiri atas beberapa kelengkapan dan umumnya digunakan untuk keperluan adat. Jawi jangkep
terdiri dari atasan berupa baju beskap dengan motif bunga, bawahan berupa kain jarik yang dililitkan di
pinggang, destar berupa blangkon, serta aksesoris lainnya berupa keris dan cemila (alas kaki). Berikut ini
adalah gambar seorang pria yang mengenakan pakaian. Jawi Jangkep tersebut. Sementara kebaya
adalah pakaian adat wanita Jawa yang terdiri dari atasan berupa kebaya, kemben, stagen, kain tapih
pinjung, konde, serta beragam aksesoris seperti cincin, subang, kalung, gelang, serta kipas. Dalam
praktiknya, penggunaan pakaian ini diatur sedemikian rupa sesuai dengan strata sosial si pemakainya.

1 Kebaya

umumnya dibuat dari bahan kain katun, beludru, sutera brokat, dan nilon yang berwarna. cerah seperti
putih, merah, kuning, hijau, biru, dan sebagainya. Untuk modelnya sendiri ada kebaya panjang dan
kebaya pendek. Kebaya panjang bagian bawahnya mencapai lutut, sementara kebaya pendek bagian
bawahnya hanya mencapai pinggang. Di bagian depan sekitar dada, terdapat kain persegi panjang yang
berfungsi sebagai penyambung kedua sisinya.

2. Kain Tapih Pinjung

Sebagai bawahan kebaya digunakan kain tapih pinjung atau kain sinjang jarik bermotif batik dengan cara
dililitkan di pinggang dari kiri ke kanan. Untuk menguatkan lilitannya digunakan stagen yang dililitkan
pada perut beberapa kali sesuai dengan panjang stagen. Agar tidak terlihat dari luar, stagen tersebut
kemudian ditutup dengan selendang pelangi berwarna cerah.

D.Gaun Pengantin

Pakaian Pengantin Adat Jawa Tengah Selain pakaian resmi, dikenal pula beberapa pakaian pengantin
adat dalam budaya Jawa Tengah. Jenis pakaian pengantin sendiri amatlah beragam tergantung dari
acara apa yang sedang dihadapi. Untuk diketahui, dalam pernikahan adat Jawa, terdapat beberapa
upacara yang harus dijalani oleh sepasang mempelai. Upacara tersebut antara lain upacara midodareni,
upacara ijab, upacara panggih, dan upacara setelah panggih. Dalam setiap upacara tersebut, pengantin
wajib mengenakan beberapa jenis pakaian yang antara lain sebagai berikut.
1. Upacara Midodareni

Pada upacara midodareni, pakaian pengantin pria adalah baju Jawi Jangkep yang terdiri atas baju atela,
sikepan, udeng,sabuk timang, kain jarik untuk bawahan, keris, dan selop. Sementara wanitanya
menggunakan busana sawitan. Busana tersebut terdiri dari kebaya berlengan panjang. stagen, dan kain
jarik bercorak batik.

2. Upacara

Saat upacara ijab, busana yang dipakai pengantin wanita adalah baju kebaya dan kain jarik, sedangkan
pengantin pria memakai busana basahan. Busana basahan pengantin pria disini terdiri dari dodot
bangun tulak, kuluk matak petak, sabuk dengan timang dan cinde, stagen, celana panjang berwarna
putih, keris warangka ladrang, dan selop.

Dalam upacara panggih, kedua mempelai menggunakan pakaian adat Jawa Tengah bernama busana
basahan. Busana ini terdiri dari kemben, dodot bangun tulak (kampuh), selendang sekar cinde abrit
(sampur), dan kain jarik bermotif cinde sekar merah. Selain itu, beberapa perhiasan juga dilekatkan pada
tubuh pengantin. Untuk pria, perhiasan tersebut adalah kalung ulur, cincin, timang/epek, bros, dan
buntal, sementara untuk pengantin wanita yaitu cunduk mentul, centung. jungkat, kalung, cincin,
gelang, bros, subang, dan timang.

3.Upacara Setelah Panggih Dalam

Upacara setelah panggih, kedua mempelai menggunakan busana kanigaran (wanita) dan busana.
kapangeranan (pria). Busana kanigara terdiri dari baju kebaya sebagai atasan, kain jarik, stagen, dan
selop. Sedangkan busana kapangeranan terdiri dari stagen, kuluk kanigoro, sabuk timang. kain jarik, baju
takwo, keris warangka ladrang, dan selop. Pakaian Pengantin Adat Jawa Tengah banyak mengandung
filosofi tentang kesopanan dan

berbagai harapan yang baik bagi kedua mempelai agar langgeng dan bahagia dalam mengarungi

kehidupan berumah tangga, hal ini sesuai dengan adat istiadat budaya masyarakat Jawa Tengah yang
penuh dengan tata krama dan etika. Penggunaan kain batik pada kedua calon pengantin juga
mempunyai makna, agar mendapatkan kehidupan yang layak dan tenteram. Secara umum ciri khas dari
pakaian pengantin adat Jawa Tengah adalah busana dodotan atau kemben dengan bahan kain batik
yang biasanya langsung dililitkan ke tubuh pengantin wanita tanpa menggunakan kebaya terlebih
dahulu. Padahal, calon pengantin pria biasa tidak memakainya.

beskap melainkan hanya celana dan kain batik.

Sedangkan Aksesori yang biasa dikenakan oleh kedua mempelai dengan pakaian adat Jawa Tengah
memang terkesan megah dengan untaian melati dan berbagai hiasan keemasan. Mempelai wanita
mengenakan sanggul tradisional dengan tusuk konde berjumlah 9, dan mempelai pria menyelipkan keris
yang juga berhias roncean melati pada bagian belakang kain yang dikenakan.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Pakaian Adat adalah pakaian yang memiliki cirikhas tertentu yang dijadikan identitas dari sebuah
daerah. Ciri tersebut dapat berupa warna, motif, bahan, dll. Di Indonesia hampir setiap wilayah tertentu
memiliki pakaian adat yang menjadi identitas masyarakatnya. Tidak terkecuali daerah Jawa Tengah.

Laki-laki: Pakaian untuk laki-laki disebut beskap. Pakaian ini dilengkapi blangkon di kepala, jarik untuk
bagian bawah dan diikat dengan stagen, serta diselipkan keris dibagian belakang. Perempuan: pakaian
untuk perempuan adalah kain kebaya. Menurut sejarah kebaya dipercaya berasal dari Tiongkok
kemudian menyebar hingga ke nusantara. Sebelum tahun 1600an kebaya

Anda mungkin juga menyukai