Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SKI

SYEKH ABDUR RAUF SINGKILI


DAN SYEKH MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
GURU PEMBIMBING : SITI ZUBAIDAH S.P.D
KELOMPOK : IV
 REHAN ADIATMA (KETUA KELOMPOK)
 VIOLA LAA TAFSYAL (SEKERTARIS)
 ZAHROTUL LAILI AZI (ANGGOTA)
 APRILIA WULANDARI (ANGGOTA)
 WARDAH HARIRAH (ANGGOTA)
 AULIA SYIFA (ANGGOTA)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan ridho allah swt. Kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul SYEKH ABDUR
RAUF SINGKILI DAN SYEKH MUHAMMAD ARSYAD AL
BANJARI semoga dengan adanya makalah ini kami
dapat menyelesaikan tugas dari ibu. Serta kami
mendapatkan nilai yang bagus.
Semoga makalah ini dapat memperkuat kompetensi
siswa dari sisi pengetahuan dan keterampilan secara
utuh. Makalah ini jauh dari kataa sempurna. Oleh
karena itu,kami mengundang para pembaca
memberikan kritik,saran,dan masukan
untukperbaikan.atas kerja samanya kami ucap kan
terima kasih. Mudah mudahan kita dapat
memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia
pendidikan dalam rangka mempersiapkan generasi
emas bagi indonesia.
A. Syekh Abdur Rauf Singkili
1. Biografi
Singkili merupakan seorang ulama, penyair,
budayawan, ulama besar, pengarang tafsir, ahli
hukum, cendikiawan muslim dan seorang Sufi
Melayu dari Fansur, Singkel, di wilayah pantai
barat-laut Aceh. Nama lengkapnya Abd Rauf bin
Ali al-Jawi al-Fansuri as-Sinkili. Tak ditemukan
keterangan yang pasti tentang tahun
kelahirannya. Hanya saja, mengikuti perhitungan
mundur Rinkes, sebagaimana disinggung
Azyumardi Azra dalam Jaringan Ulama, as-
Sinkili lahir sekitar tahun 1024/1615. Oleh
sejumlah besar sejarawan, tahun ini disepakati
sebagai tahun kelahirannya.

Nenek moyang As-Sinkili berasal dari Persia yang


datang ke Kesultanan Samudera Pasai pada
akhir abad ke-13. Mereka kemudian menetap di
Fansur (Barus) sebuah kota pelabuhan tua yang
penting di Sumatera Barat. Sayang, latar
belakang keluarga as-Sinkili tidak terekam
secara jelas. Informasi yang cukup membantu
disodorkan Peunoh Daly dalam Naskah Mi’ratut
Thullab karya Abdurrauf Singkel adalah bahwa
ayah as-Sinkili berasal dari Arab yang menikahi
seorang wanita dari Fansur. Hal ini amat
mungkin, sebab waktu itu Samudera Pasai dan
Fansur kerap dikunjungi pedagang dari Cina,
India, Yahudi, Persia, dan Arab.

2. Pendidikan

Pendidikan As-Sinkili di masa kecil ditangani oleh


ayahnya-seorang alim yang mendirikan madrasah
dengan murid-murid berasal dari pelbagai tempat
di Kesultanan Aceh. Ia lantas pergi ke Banda
Aceh untuk berguru kepada Syam ad-Din as-
Samartrani. Pada tahun 1052/1642, as-Sinkili
mengembara ke Tanah Haram untuk menambah
pengetahuan agama sekaligus menunaikan
ibadah haji.

Dalam perjalanannya, As-Sinkili singgah di


beberapa tempat. Mulai dari Doha, Qatar, ia
belajar kepada Abd al-Qadir al-Mawrir. Lalu ke
Baitul Faqih, Yaman, berguru kepada ulama dari
keluarga Jam’an seperti Ibrahim bin Muhammad
bin Jam’an, Ibrahim bin Abdullah bin Jam’an, Qadi
Ishaq bin Abdullah bin Jam’an.

Setelah dari Baitul Faqih, As-Sinkili ke Jeddah dan


berguru kepada Abd al-Qadir al-Barkhali.
Kemudian ia ke Mekkah dan belajar kepada Badr
ad-Din al-Lahuri dan Abdullah al-Lahuri. Terakhir
ke Madinah, berguru kepada Ahmad al-Qusyasyi
dan Ibrahim al-Kurani.
Dalam pengembaraan ini, As-Sinkili memakan
waktu kurang lebih selama 19 tahun. Dalam
rentang waktu tersebut, ia belajar agama kepada
tak kurang dari 19 guru, 27 ulama masyhur, dan
15 tokoh mistik kenamaan. Dari sejumlah
gurunya, tampaknya yang paling berpengaruh
adalah Ahmad al-Qusyasyi dan Ibrahim al-Kurani.

Pada sekitar tahun 1584/1661 As-Sinkili kembali


ke Aceh. Dalam waktu singkat kharisma As-Sinkili
menguat dan mampu memagut simpati Sultanah
Safiyyatuddin yang memerintah Kesultanan Aceh
ketika itu, tahun 1645-1675). As-Sinkili kemudian
diangkat sebagai Qâdi Mâlik al-‘Âdil atau mufti
yang betanggung jawab atas masalah-masalah
keagamaan. Hingga pada tahun 1693, ia wafat
dan dikebumikan di samping makam Teungku
Anjong yang dianggap paling keramat di Aceh.

3.Peran
Abdurrauf Singkel dalam mensyiarkan Isla
m di Indonesia

a. Menjadi pelajar yang gigih

b. Menjadi ulama yang produktif dalam pelbagai


disiplin ilmu.

c. Membuat karya tulis dalam berbagai disiplin


ilmu bidang ilmu-sastra, hukum, filsafat, dan tafsir
4.Keteladanan yang dapat diambil
dari Abdurrauf Singkel

a. Semangat tinggi dalam belajar (beliau menuntut


ilmu sampai ke Tanah Haram)

b. Ulama yang sangat produktif. Sebagai buktinya


30 kitab telah dihasilkan dari pelbagai disiplin ilmu

c. Ahli dalam berbagai disiplin ilmu sebagai


buktinya adanya karya tulis lebih kurang dua puluh
buah dalam berbagai bidang ilmu-sastra, hukum,
filsafat, dan tafsir

B. Muhammad Arsyad al-Banjari

1. Biografi
Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah bin Abdur
Rahman al-Banjari (atau lebih dikenal dengan
nama Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang
lahir di Lok Gabang, Astambul, Banjar, Kalimantan
Selatan, 17 Maret 1710 – meninggal 3 Oktober
1812 pada umur 102 tahun) adalah ulama fiqih
mazhab Syafi'i yang berasal dari kota Martapura di
Tanah Banjar (Kesultanan Banjar), Kalimantan
Selatan. Beliau pengarang Kitab Sabilul Muhtadin
yang banyak menjadi rujukan bagi para pemeluk
agama Islam di Asia Tenggara.

2.Silsilah keturunan
Beberapa penulis biografi Syekh Muhammad
Arsyad al-Banjari, antara lain Mufti Kerajaan
Indragiri Abdurrahman Siddiq, berpendapat bahwa
ia merupakan keturunan Alawiyyin melalui jalur
Sultan Abdurrasyid Mindanao.

Jalur nasabnya ialah Maulana Muhammad Arsyad


Al Banjari bin Abdullah bin Abu Bakar bin Sultan
Abdurrasyid Mindanao bin Abdullah bin Abu Bakar
Al Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein
bin Abdullah bin Syaikh bin Abdullah Al Idrus Al
Akbar (datuk seluruh keluarga Al Aidrus) bin Abu
Bakar As Sakran bin Abdurrahman As Saqaf bin
Muhammad Maula Dawilah bin Ali Maula Ad Dark
bin Alwi Al Ghoyyur bin Muhammad Al Faqih
Muqaddam bin Ali Faqih Nuruddin bin Muhammad
Shahib Mirbath bin Ali Khaliqul Qassam bin Alwi
bin Muhammad Maula Shama’ah bin Alawi Abi
Sadah bin Ubaidillah bin Imam Ahmad Al Muhajir
bin Imam Isa Ar Rumi bin Al Imam Muhammad An
Naqib bin Al Imam Ali Uraidhy bin Al Imam Ja’far
As Shadiq bin Al Imam Muhammad Al Baqir bin Al
Imam Ali Zainal Abidin bin Al Imam Sayyidina
Husein bin Al Imam Amirul Mu’minin Ali
Karamallah wajhah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra
binti Rasulullah SAW.

3.Riwayat masa kecil

Diriwayatkan, pada waktu Sultan Tahlilullah (1700


- 1734 M) memerintah Kesultanan Banjar, suatu
hari ketika berkunjung ke kampung Lok Gabang.
Sultan melihat seorang anak berusia sekitar 7
tahun sedang asyik menulis dan menggambar, dan
tampaknya cerdas dan berbakat, diceritakan pula
bahwa ia telah fasih membaca Al-Quran dengan
indahnya. Terkesan akan kejadian itu, maka
Sultan meminta pada orang tuanya agar anak
tersebut sebaiknya tinggal di istana untuk belajar
bersama dengan anak-anak dan cucu Sultan.

4. PENDIDIKAN

Muhammad Arsyad al-Banjari lahir pada malam


Kamis, pukul 3.00 (waktu sahur), 15 Safar 1122
H/17 Mac 1710 M, wafat pada 6 Syawal 1227 H/3
Oktober 1812 M. Pendidikannya ketika kecil tidak
begitu jelas, tetapi pendidikannya dilanjutkan ke
Mekkah dan Madinah. Sangat populer bahwa
beliau belajar di Mekkah sekitar 30 tahun dan di
Madinah sekitar 5 tahun. Sahabatnya yang paling
penting yang banyak disebut oleh hampir semua
penulis ialah Syeikh `Abdus Shamad al-Falimbani,
Syeikh Abdur Rahman al-Mashri al-Batawi dan
Syeikh Abdul Wahhab Bugis, yang terakhir ini
menjadi menantu beliau. Gurunya pula yang
banyak disebut ialah Syeikh Muhammad bin
Sulaiman al-Kurdi, Syeikh `Athaullah dan Syeikh
Muhammad bin Abdul Karim as-Sammani al-
Madani. Selama belajar di Mekkah Syeikh
Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari tinggal
di sebuah rumah yang dibeli oleh Sultan Banjar.
Rumah tersebut terletak di kampung Samiyah
yang disebut juga dengan Barhat Banjar. Syeikh
Muhammad Arsyad al-Banjari dan kawan-
kawannya selain belajar kepada ulama-ulama
bangsa Arab, juga belajar kepada ulama-ulama
yang berasal dari dunia Melayu. Di antara guru
mereka yang berasal dari dunia Melayu ialah:
Syeikh Abdur Rahman bin Abdul Mubin Pauh Bok
al-Fathani, Syeikh Muhammad Zain bin Faqih
Jalaluddin Aceh dan Syeikh Muhammad `Aqib bin
Hasanuddin al-Falimbani, dan masih banyak lagi.

5.Menikah dan menuntut ilmu di Mekkah

Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari mendapat


pendidikan penuh di Istana sehingga usia
mencapai 30 tahun. Kemudian ia dikawinkan
dengan seorang perempuan bernama Tuan Bajut.
Hasil perkawinan tersebut ialah seorang putri yang
diberi nama Syarifah.

Ketika istrinya mengandung anak yang pertama,


terlintaslah di hati Muhammad Arsyad suatu
keinginan yang kuat untuk menuntut ilmu di tanah
suci Mekkah. Maka disampaikannya hasrat hatinya
itu kepada istri tercinta. Meskipun dengan berat
hati mengingat usia pernikahan mereka yang
masih muda, akhirnya isterinya mengabulkan niat
suci suaminya dan mendukung dalam meraih cita-
citanya. Maka, setelah mendapat restu dari sultan
berangkatlah Muhammad Arsyad ke Tanah Suci
mewujudkan cita-citanya. Deraian air mata dan
untaian doa mengiringi kepergiannya.

6.Pengajaran dan bermasyarakat

Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah pelopor


pengajaran Hukum Islam di Kalimantan Selatan.
Sekembalinya ke kampung halaman dari Mekkah,
hal pertama yang dikerjakannya ialah membuka
tempat pengajian (semacam pesantren) bernama
Dalam Pagar, yang kemudian lama-kelamaan
menjadi sebuah kampung yang ramai tempat
menuntut ilmu agama Islam. Ulama-ulama yang
dikemudian hari menduduki tempat-tempat penting
di seluruh Kerajaan Banjar, banyak yang
merupakan didikan dari suraunya di Desa Dalam
Pagar.

Di samping mendidik, beliau juga menulis


beberapa kitab dan risalah untuk keperluan murid-
muridnya serta keperluan kerajaan. Salah satu
kitabnya yang terkenal adalah Kitab Sabilal
Muhtadin yang merupakan kitab Hukum-Fiqh dan
menjadi kitab pegangan pada waktu itu, tidak
hnaya di seluruh Kerajaan Banjar tetapi sampai ke
seluruh Nusantara dan bahkan dipakai pada
perguruan-perguruan di luar Nusantara Dan juga
dijadikan dasar Negara Bruna i Darussalam.

7.Peran Muhammad Arsyad al-Banjari dalam


perkembangan Islam di Indonesia
Di antara peran Muhammad Arsyad al-Banjari:

a. Sebagai orang yang gigih dalam menuntut ilmu


sampai ke Mekkah dan Madinah

b. Sebagai pengarang Kitab Sabilal


Muhtadin yang banyak menjadi rujukan bagi
banyak pemeluk agama Islam di Asia Tenggara.

c. Mensyiarkan Islam sampai ke Asia Tenggara.

8.Keteladanan yang dapat diambil dari


Muhammad Arsyad al-Banjari

Teladan yang dapat diambil dari Muhammad


Arsyad al-Banjari antara lain :

a. Semangat tinggi dalam menuntut ilmu.

b. Rajin dalam menulis buku

c. Mensyiarkan Islam sampai ke Asia Tenggara.

 PERTANYAAN

1.syekh muhammad arsyad al banjari lahir di?..

jawab: Lahir di Lok Gabang, astanbul, banjar ,


kalimantan selatan, 17 maret
2. pada umur berapa syekh muhammad arsyad
meninggal?

jawab: umur 102 tahun

3. muhammad arsyad al- banjari wafat pada


tanggal berapa?

jawab: 6 syawal 1227 H/3 oktober 1812M

4. berapa tahun beliau muhammad arsyad al-


banjari belajar di makah dan madinah

jawab: di mekah 30 tahun sedangkan di madinah


sekitar 5 tahun

5. berapa tahun syekh muhammad arsyad al-


banjari mendapat pendidikan penuh di istana?

jawab: selama 30 tahun

6. syekh muhammad arsyad al-banjari di nikahkan


oleh seoarang wanita ia bernama

jawab: Tuan bajut

7. siapa nama anak syekh muhammad al-banjari?

jawab: syarifah

8. karya kitab muhammad syekh al-banjari yang


paling terkenal adalah?

jawab: sabilal muhtadin


9. arti dari sabilal muhtadin lit- tafaqquh fi
amridin adalah?

jawab: jalan bagi orang orang yang mendapatkan


petunjuk untuk mendalami urusan urusan agama

10. beberapa kitab syekh muhammad al- banjari

jawab: 1). kitab ushuluddin

2). kitab tuhfatur

raghibin

3). kitab nuqtatul

ajlan

4). kitab fara-idl

Anda mungkin juga menyukai