Anda di halaman 1dari 10

TAFSIR TARJUMAN AL-MUSTAFID

A. Biografi Penulis Kitab


1. Riwayat Hidup
Tokoh yang membuat nama Nusantara terkenal di dunia pada abad
ke-17 ialah Syaikh Abdurrauf as-Singkili, sosok ulama yang besar di Aceh.
Beliau merupakan saudara dari ulama besar juga yaitu Hamzah al-Fanzury.
Beliau dikenal dengan Singkel (yang merupakan sebuah daerah yang berada
di ujunng Nanggroe Aceh Darussalam).1
Nama Lengkap beliau adalahh ‘Abdur Rauf bin Ali al-Jawi al-
Fansuri. Lahir di Fansur, Singkel, Sumatra Utara pada tahun 1042 H/1615
M. beliau merupakan saudaranya Hamzah Fansuri As-Singkili yang juga
merupakan seorang tokoh Tasaawuf terkenal pada zamannya. Dan ayahnya
adalah sosok alim ulama yang mendirikan sekolah berbasis agama. Di
daerah Aceh sekolah agama disebut dengan Daya Suro, yang terletak di
samping kanan Aceh Singkel.2 Tidak banyak riwayat yang mencantumkan
kisah keluarga beliau, hanya diketahui seperti informasi yang beredar bahwa
beliau keturunan Arab dan Persia. Dan diketahui bahwa beliau wafat di
Kuala tahun 1693 M.3
2. Perjalanan Pendidikan Penulis Kitab
Abdur Rauf mendapatkan pendidikan pertama dari ayahnya, yang
merupakan alim ulama, seoarang pimpinan pondok pesantren yang berada
di Aceh. Selanjutnya beliau belajaar kepada 19 guru dari Timur Tengah dan
juga beliau berguru kepada Ahmad Qusyaisy. Dan pada saat melakasanakan
haji, as-Singkili mengikuti kebiasan orang Indonesia pada abad ke-17
hingga ke-20 untuk mentap disana guna mendalami ilmu agama dan berguru

1
Ahmad Ridwan, Fathul Jannah dan Gunawan, Kontribusi Abdur Rauf As-Singkili Terhadap
Pendidikan Isalm, (Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan Vol.6, No.1. Januari-Maret, 2022),
hm. 211
2
Taufik Kurrahman dan Saifuddin Zuhri Qudsy, Esoterik, ( Jurnal Akhlak Dan Tasawuf Vol 7,
2021), hlm. 4
3
Usman Said dkk, Pengantar Ilmu Tasauf, (Sumatera Utara: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi
IAIN Sumatera Utara, 1981/1982), hlm. 120
dengan ulama-ulama disana, maka disanalah beliau berjumpa dengan para
guru-guru Timur Tengah.4
Perjalanan beliau dalam mendemban ilmu di Timur ini bermula dari
rute haji yang bertepatan di Doha, kemudian menuju Persia untuk berguru
kepada Bdul Qadar al-Mawrir, selanjutnya pindah ke Yaman untuk
mendapatkan ilmu hadis dan fiqih dari keluarga Ja’man, terkhusus kepada
Ibrahim bin Abdullah bin Ja’man. Beliau juga sempat berguru kepada
Abdullah bin Muhammad al-A’dani yang merupakan seorangg qori’ untuk
mendalami ilmu Qira’at.
Kemudian as-Singkili melanjutkan perjalananya ke Jeddah untuk
berguru kepada Abdul Qadir al-Barkhali dan menuju ke Mekkah untuk
belajar kepada Ali bin Abdul Qadir at-Thabari yang merupakan seorang
ulama fiqh. Dan juga beliau sempat berguru kepada beberapa ulama lainnya,
yaitu: ‘Abdur Rahim bin al-Shiddiq al-Khash. Amin bin Shiddiq al-mizjaji,
yang juga guru dari Ahmad al-Qusyasyi, Abdul Fatah al-Khash, Sayyid al-
Thahih bin al Husain al-ahdal, Muhammad al-Baqi al-Mizjaji, Qadhi
Muhammad bin Abi Bakar bin Muthyar, Ahmad Abu al-Abbas bin
Muthyar, Di Mekkah ada Isa al-Maghribi, ‘Abd al-Aziz al-Zamzami, Taj al-
Din Ibnu Ya’qub, ‘Alauddin al-Babili, Zainal ‘Abidin at-Thabari, ‘Ali Jamal
al-Makki dan ‘Abdullah bin Sa’id Ba Qasyir al-Makki.5
Perjalanan pendidikan as-Sigkili yang harus diabadikan ialah ketika
berguru dngan Ahmad al-Qusyaisy dan Ibrahim al-Kurani, kedua ulama ini
yang akhirnya membentuk karakter dan metodologi dalam berfikir. Beliau
diangkat menjadi musyrid tarekat Syattariyyah dan Qadariyyah, setelah
beliau dibimbing oleh al-Qusyaisy dengan mempelajari ilmu batin atau
biasa dikenal sebagai ilmu Tasawuf.6
Setelah diangkat menjadi mursyid, as-Singkili diperintahkan oleh
gurunya al-Qusyaisy untuk kembali ke kampung halamannya guna
menyebarkan ilmu yang telah didapatnya setelah menjelajahi Timur Tengah

4
Ibid, hlm.5-6
5
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII
(Bandung: Mizan, 2004), hlm. 26.
6
Taufik Kurrahman dan Saifuddin Zuhri Qudsy, Esoterik, ( Jurnal Akhlak Dan Tasawuf Vol 7,
2021), hlm. 6-7
untuk mendalami ilmu agama. Namun, beliau tida langsung pulang saat itu,
karena merasa ilmu yang akan dibawanya nanti belum cukup, sehingga
akhirnya beliau pun tetap menetap di Madinah sampai al-qusyaisy wafat
pada tahun 107 H/1661 M, beliau pulang juga sekitar tahun wafatnya sang
guru.7
Tidak diragunakan lagi bahwa Abdul Rauf Singkel merupakan
seorang pemikir yang memiliki kontribusi monumental dalam
mencerdaskan masyarakat Indonesia. Kontribusi tersebut dapat dibuktikan
dengan banyaknya karya-karya sastra yang merupakan sumbangsi
terbesarnya kepada intelektual pelajar muslim sampai awam di Indonesia.
Karya-karyanya yang berbentuk suluk dari karya pemikir ulama Islam
terdahulu sampai saat ini. Naskah aslinya yang berupa manuskrip atau
tulisan tangan asli masih ada pada perpustakaan-perpustakaan perguruan
tinggi di Belanda.
3. Karya-karya Penulis Kitab
Abdul Rauf as-Singkil memang gemar menulis, beliau banyak
melahirkan karya-karya sastra yang luar biasa. Karya-karya beliau meliputi
berbagai bidang seperti tafsir, hadis, fiqih, dan tasawuf.
Karya beliau dibidang fiqih seperti, kitab Bayan al-Arkan, Bidayah
al-Balighah, Tanbih al-Milfi Tahqiq Kalam an-Nawafil, Sebuah Uraian
Mengenai Sholat, Doa Yang Diajukan oleh Syekh Abdul Rauf Kuala Aceh,
dan kitab-kitab lainnya. Dibidang tasawuf yakni, Tanbih al-Masyi al-
Mansub ila Thariq al-Qusyasyi, Umdah al-Muhtajin ila Suluk Maslak al-
Mufarridin, Risalah ‘Ayan Tasabitah (Penjelasan Tentang ‘Ayan Tsabitah,
dan masih banyak lagi, lalu pada bidang tafsir, beliau menafsirkan al-Qur’an
yang berjudul Turjuman al-Mustafid bi al-Jawy. Dan pada bidang hadis
meliputi kitab al-Mawiz al-Badiah, syarh Latif Arbin Haditsan li al-Imam
an-Nawawiyy, dan kitab-kitab lain sebagainya.
Karya-kraya beliau bukan hanya berbentuk ilmu dibidang
pendidikan saja, namun juga pada bidang seni, dengan bukti adanya Syair
Ma’rifah syair itu mengemukakan tentang empat komponen agama yang
7
Ibid, hlm. 7
akan mengemukakan bahwa seseorang dikatakan Insan Kamil (manusia
sempurna).
Dari semua pemaparan mengenai karya-karya beliau, dapat
dikatakan bahwa Abdul Rauf as-Singkil sebagai penerus ulama besar yang
merupakan salah satu gurunya yakni Hamzah Fansuri yang telah merintis
kajian kehidupan tasawuf dan penggiat suluk.8
B. Keistimewaan dan Kekurangan Kitab
1. Keistimewaan
Setiap kitab karya tentu memiliki kelebihan dan kekuranganya,
kelebihan kitab Tarjuman al-Mustafid adalah: Selalu memulai dengan kata
Basmalah, Menjelaskan ayat-ayat secara berurutan dimulai dari surat al-
Fatihah ditutup dengan surat al-Nas, Menjelaskan ayat-ayatnya dengan
singkat padat dan mudah untuk dipahami, sehingga bisa dipakai disegala
usia, Sebelum menjelaskan ayat-ayatnya terlebih dahulu memperkenalkan
surat yang akan dijelaskan. Seperti Nama surat, tempat turun, dan juga
fadilah membaca surat tersebut serta jumlah ayat dalam surat tersebut,
penjelasan yang dipaparkan terletak berdampingan dengan ayat yang dapat
mempermudah pembaca dalam membaca dan mempelajarinya, Setiap
penjelasan diberi kode tersendiri sesuai dengan penjelasan yang akan
dijelaskan t. Penjelasan mengenai sebab turun ayat biasanya diberi kode atau
tanda dengan kata qisah dalam kurung, dan lain sebagainya, Bahasa yang
digunakan adalah bahasa Jawi.9
2. Kekurangan
Kitab ini juga memiliki kekurangan, yaitu pada penjelasan
penafsirannya yang terlalu singkat yang menjadikan pembaca tidak puas dan
kurang memahami karna wawasan yang tidak terpenuhi, kitab ini juga tidak
menjelaskan sanad dan matan hadis ketika menggunakan hadis dalam suatu
penafsiran, dan juga tidak menjelasakan sanad, matan pada asbabun nuzul
suatu ayat yang akan menambah wawasan para pembaca.10
8
Ahmad Ridwan, Fathul Jannah dan Gunawan, Kontribusi Abdur Rauf As-Singkili Terhadap
Pendidikan Isalm, (Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan Vol.6, No.1. Januari-Maret, 2022),
hm. 218-219
9
Suarni, Karakteristik Tafsir Tarjuman al-Mustafid, (Jurnal Substantia Vol. 17 No. 2, Oktober,
2015), hlm. 165
10
Ibid, hlm. 165
C. Metodologi Penulisan Kitab
Tafsir Tarjuman al-Mustafid ini merupakan tafsir tertua yang beredar di
wilayah Melayu Indonesia, sebagai bukti dapat kita lihat bahwa edisi
tercetaknya kitab ini di kalangan komunitas Melayu Afrika Selatan. salinan
paling awal yang sampai sekarang masih ada dari Tarjuman al-Mustafid berasal
dari abad ke 17 dan awal ke 18. Bahkan edisi-edisi cetaknya diterbitkan di
Singapura, Penang, Jakarta, Bombay dan juga di Timur Tengah. Di Istambul ia
diterbitkan oleh Mathba’ah Al- ‘Ustmaniyyah pada tahun 1302/ 1884 dan juga
pada 1324/1906. Di Kairo diterbitkan oleh Sulaiman Al-Maraghi, serta di
Mekah di terbitkan oleh Al-Amiriyyah. Sedangkan edisi terakhir diterbitkan di
Jakarta pada tahun 1981. Hal ini menunjukkan karya tersebut masih
dipergunakan oleh kaum muslimin Melayu Indonesia.11
1. Sistematika Penulisan Kitab
Kitab Tarjuman al-Mustafid ini menggunakan tartib mushafi
(penafsiran yang dilakukan secara runtut sesuai dengan susunan surah-surah
yang ada didalam mushaf al-Qur’an) yang dimulai dari surah Al-Fatihah
sampai dengan surah An-Naas. Kitab ini merupakan kitab tafsir al-Qur’an 30
juz lengkap berbahasa Melayu dengan huruf Arab di abad ke-17.12
Banyak keunikan yang terdapat dari kitab tafsir ini salah satunya
adalah penulis tidak membuka kitab tafsirnya dengan mukadimah yang
biasanya terdapat keterangan kata pengantar, latar belakang penulisan,
pemilihan judul dan maknanya, tahun penulisan dan hal-hal lain yang
berkaitan dengan latar belakang penulisan kitab tafsir tersebut. Ayat al-
Quran yang ditampilkan mengikuti pola penyajian al-Quran pojok yakni
mengakhiri setiap sudut lembaran dengan akhiran sebuah ayat dan berjumlah
15 baris.
As-Singkili memulai dengan penyajian surah al-Fatihah diawali
dengan bacaan basmalah. Kemudian pada setiap awal surah diuraikan poin
yang berkaitan dengan nama surah, jumlah ayat, tempat turunnya (Makkiah
atau Madaniyah).
11
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII
(Bandung: Mizan, 2004), hlm. 202-203
12
El Makrifah, Turjumān Al-Mustafīd, (Jurnal Ilmiah, and Kajian Pendidikan Vol. 1, No. 01,
2020), hlm. 5.
2. Metode Penulisan Kitab
Penafsiran menggunakan metode ijmali (global) dengan penafsiran
yang ringkas dan padat, tidak bertele-tele. Hal ini merupakan upaya agar isi
kandungan al-Qur’an dipahami oleh masyarakat awam pemula yang
memang rata-rata pada masa itu masyarakat memiliki keterbatasan
pendidikan sehingga pola penyajian mengikuti kitab tafsir jalalain yang
biasa digunakan oleh pemula yang ingin belajar tafsir al-Qur’an. Ini tidak
bisa kita katakan sebagai sebuah kekurangan karena kitab tafsir ini
menyesuaikan zaman dimana pola pikir masyarakat pada masa itu juga
masih sederhana.
Untuk menentukan metode apa yang digunakan penafsir dalam
menafsirkan kitab ini dapat dilihat dari dua sudut cara penafsiran yang
menjelaskan urutan ayat dan penjelasan aspek-aspek serta isi kandungan
makna ayat yang merupakan ciri dari metode tahlili, dan dapat dikatakan
juga menggunakan metode ijmali seperti penjelasan yang sudah dipaparkan
sebelumnya.13
3. Corak Penulisan Kitab
Dalam penafsirannya Abdurrauf As-Singkili tidak terpaku hanya pada
satu corak penafsiran saja. Beliau menggunakan corak umum, seperti fiqih,
filsafat, dan adab bil-ijtima’i. Namun dengan keberagaman corak tafsirnya
penafsir tetap menyesuaikan dengan kandungan ayat yang ditafsirkan. Jika
sampai pada ayat yang membicarakan hukum fiqih, beliau akan
mengungkapkan hukum-hukum fiqih, dan jika sampai pada ayat tentang
teologi, pembahasan keyakinan tentang akidah mendapat porsi yang
cukup.dan jika sampai pada ayat yang menyebutkan tentang qishah, beliau
akan membahasnya dengan porsi yang sesuai.14
Pendapat lain mengatakan bahwa kitab Tarjuman al-Mustaffid ini
memi;iki corak linguistik, corak ini yang menampilkan isi kandungan al-
Qur’an dari sisi kebahasaannya.
4. Wajah/Laun Penlisan Kitab

13
Suarni, Karakteristik Tafsir Tarjuman al-Mustafid, (Jurnal Substantia Vol. 17 No. 2, Oktober,
2015), hlm. 162
14
Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsir di Indonesia (Solo: Tiga Serangkai, 2003), hlm. 68
Abdur Rauf, dalam tafsir Tarjuman al-Mustafid menjelaskan ayat-ayat
secara berurutan, beliau juga menjelaskan maknanya secara harfiyah dan
menjelaskan aspek-aspek yang dikandung oleh ayat yangtersebut, beliau
juga memaparkan asbabun nuzul serta penjelasan tentang bacaan para imam
Qiraat.
Namun yang sangat spesifik dalam pembahasan tafsir ini adalah
ketika memulai menafsirkan suatu surat, Abdurrauf terlebih dahulu memberi
penjelasan mengenai surat yang akan dibahas. Beliau mencantumkan
keterangan di setiap awal surah yang akan ditafsirkannya, mencakup jumlah
ayat, tempat turun apakah makkiyah atau madaniyah, keutamaan surat, sebab
diturunkan surat atau ayat tersebut, kemudian korelasi antar ayat dengan
kisah-kisah sebelumnya, serta dilengkapi dengan uraian bacaan para imam
Qiraat.
Penjelasan-penjelasan tersebut di lengkapi dengan tanda-tanda atau
kodenya tersendiri. Untuk menjelaskan tentang Qiraat biasanya diberi tanda
dengan “(faidah)” di dalam kurung. Sedangkan kata “(al-Qisah)” dalam
kurung berfungsi sebagai tanda penjelasan tentang asbab al-nuzul.15
5. Sumber Penulisan Kitab
Terdapat perbedaan pendapat dalam menilai tafsir ini, beberapa
mengatakan kitab ini merupakan terjemahan dari tafsir Baidhawi. Pandangan
ini muncul karena melihat pada bagian cover kitab tafsir ini terdapat sebuah
keterangan yang menyebutkan Tarjamah al-Jawi li al-Tafsir al-Musamma
Anwar al-Tanzil ‘ala Asrar al-Ta’wil li al-Imam al-Qadhi alBaidhawi, yang
artinya tafsir Tarjuman al-Mustafid adalah terjemahan berbahasa Jawi dari
tafsir yang dinamakan Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil karangan al-
Baidhawi. Namun menurut beberapa peneliti pandangan diatas merupakan
kesimpulan yang gegabah hanya dengan melihat tulisan yang tertera dicover
tanpa melakukan analisis lebih dalam lagi tentang kitab tafsir ini baik itu dari
segi isi kandungan, pola penyajian dan lain sebagainya. Ia hanya melihat
rujukan tafsir secara sekilas kemudian menyimpulkan “Karya besar lain

15
Suarni, Karakteristik Tafsir Tarjuman al-Mustafid, (Jurnal Substantia Vol. 17 No. 2, Oktober,
2015), hlm. 163
dari ‘Abd al-Rauf ialah terjemah tafsir al-Qur’an oleh Baidlawi dalam
Bahasa Melayu”.
As-Singkili menyisipkan israiliyyat yang terbilang cukup banyak
ketika menjelaskan ayat-ayat yang berkenaan dengan kisah didalam Al-
Qur’an. Dan biasanya dimulai dengan kata kunci “kisah” kemudian
dilanjutkan dengan “tersebut didalam al-Khazin’. Contohnya dalam surah
alBaqarah ayat 248 dan juga ia menjelaskan secara panjang lebar israiliyyat
yang terdapat di kisah nabi Ayyub as, nabi Sulaiman as, dan nabi Yusuf as.
Rujukan utama as-Singkili dalam pembahasan israiliyyat ini adalah tafsir al-
Khazin.16
Untuk lebih jelasnya, kitab apa yang menjadi rujukan atau sumber as-
Singkil dalam menafsirka kitabnya, yaitu: Tafsir al-Baidhawi yang
bermadzhab Syafi’i dan beraliran kalam Asy’ari, Tafsir Manafi’ al-Qur’an
yang dijadikan sumber dalam menjelaskan keutamaan surah-surah al-Qur’an,
Tafsir Jalalain yang memiliki ketersambungan sanad keilmuwan dan
memiliki paham yang sama, Tafsir al-Khazin digunakan sebagai rujukan
dalam menceritakan kisah-kisah yang ada di dalam al-Qur’an, dan Tafsir
Tsa’labi, selain kitab-kitab ini beliau juga menggunakan beberapa karya
ulama lainnya.
D. Contoh Penafsiran
1. Al-Qur’an surah Al-Fatihah ayat 4

ِ ِ‫ٰ َمل‬
‫ك يَوْ ِم ٱلدِّين‬
Artinya: “Yang menguasai di Hari Pembalasan”.

Tafsir Tarjuma al-Mustafid:

( ‫راج يع ممر نتهكن فد هرى قيمه ( فا ءدة) فد ميتاكن اختالف انتار )مالك يومالدين‬
‫اسكل قارى| يع تيكا فد مملك مك أبو عمر دان فع اتفاق كدواث اتس ممباج ملك د غن‬
‫تياد ألف دان حفص دغن الف مك اداله معناث تتكال د ج دعن الف توهن يع ممفيائ‬
‫سكل فكرجأن هارى قيمة‬

16
Abdullah and Masduki, Karateristik Tafsir Nusantara Studi Metodologis Atas Kitab Turjumun
Al-Mustafid Karya Syekh Abdurrauf AlSingkili, (Jurnal Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an dan Hadis Vol. 16 No.
2, 2017), hlm. 9.
Kata ‫ ملك‬dalam ayat tersebut diatas menurut Imam Abu Amr dan
Imam Nafi’ keduanya sependapat membaca kata ‫ ملك‬itu dengan tidak beralif
atau tidak ada Mad pada huruf ( ‫ )م‬mim. Sementara Imam Hafash membaca
dengan beralif atau ada Mad pada huruf ( ‫ )م‬mim. Berdasarkan perbedaan
tersebut, makna yang terkandung terhadap kata tersebut adalah berbeda.
Ketika kata ‫ ملك‬itu dibaca dengan beralif atau Mad, maknanya adalah Tuhan
yang mempunyai segala pekerjaan pada hari kiamat. Akan tetapi, ketika
dibaca dengan tanpa Alif atau Mad, maknanya adalah pemilik. Adapun
makna yang dijelaskan oleh Abdurrauf terhadap ayat ini adalah “Raja yang
memerintahkan di hari kiamat”.17 Sedangkan contoh kata yang tidak
dijelaskan maknanya adalah ‫ تھم ر ءأنذ‬dalam surat Al-Baqarah ayat 6.
Menurut Imam Nafi’ dan Abu Umar dalam membaca kata tersebut adalah
dengan mentshilkan hamzah yang kedua, sementara Hafas dengan
mentahqiqkan kedua hamzah dengan singkat.18

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah dan Masduki. 2017. Karateristik Tafsir Nusantara Studi Metodologis Atas
Kitab Turjumun Al-Mustafid Karya Syekh Abdurrauf AlSingkili, Jurnal Studi Ilmu-
ilmu al-Qur’an dan Hadis Vol. 16 No. 2.
Azra, Azyumardi. 2004. Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauan Nusantara
Abad XVII - XVIII, Bandung: Mizan
Az-Zahari, Muhammad Idris Abdurrauf Al-Marbawi. 1990 M/ 1410 H. Tarjuman Al-
Mustafid, Beirut: Dar-al Fikri.
Baidan, Nashruddin. 2003. Perkembangan Tafsir di Indonesia, Solo: Tiga Serangkai.
Jannah, Ahmad Ridwan, Gunawan, Fathul. 2022. Kontribusi Abdur Rauf As-Singkili
Terhadap Pendidikan Isalm, Jurnal Kajian Pendidikan Islam dan Keagamaan
Vol.6, No.1. Januari-Maret.
Makrifah, El. 2020. Turjumān Al-Mustafīd, Jurnal Ilmiah, dan Kajian Pendidikan Vol.
1, No. 01.

17
Muhammad Idris Abdurrauf Al-Marbawi Az-Zahari, Tarjuman Al-Mustafid, (Beirut: Dar-al
Fikri, 1990 M/ 1410 H), hlm. 1.
18
Suarni, Karakteristik Tafsir Tarjuman al-Mustafid, (Jurnal Substantia Vol. 17 No. 2, Oktober,
2015), hlm. 165
Qudsy, Taufik Kurrahman dan Saifuddin Zuhri. 2021. Esoterik, Jurnal Akhlak Dan
Tasawuf Vol 7
Said, Usman, dkk.1981/1982. Pengantar Ilmu Tasauf, Sumatera Utara: Proyek
Pembinaan Perguruan Tinggi IAIN Sumatera Utara.
Suarni. 2015. Karakteristik Tafsir Tarjuman al-Mustafid, Jurnal Substantia Vol. 17 No.
2, Oktober.

Anda mungkin juga menyukai