Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TAFSIR TARJUMAN AL-MUSTAFID


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Harian Mata Kuliah
Studi Tafsir Nusantara
Dosen : Ust. Hamzah M.A.

Oleh:

Ade Dwi Putra


Agung Kisworo

PRODI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI KULLIYATUL QUR’AN AL-HIKAM DEPOK
2023 M/1444 H

Jl. H Amat, No.21. RT.06/RW.01, Kukusan, Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16425
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kami rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa diberikan kesempatan
dan waktu sehingga bisa menyelesaikan tugas harian mata kuliah Studi Tafsir
Nusantara yakni makalah yang berjudul “Tafsir Tarjuman al-Mustafid”. Semoga
dengan adanya makalah ini kita dapat mengenal dan mengkaji tafsir yang ada di
Nusantara.

Shalawat menyertai salam tak lupa kita panjatkan kepada junjungan Nabi kita
Muhammad SAW yang diutus oleh Allah sebagai penutup para-Nabi untuk
menyempurnakan akhlak dan juga Nabi yang telah membawa umatnya dari alam gelap
gulita menuju alam yang terang benderang.

Akhir kata, kami ucapkan banyak permohonan maaf, karena kami menyadari
masih banyak kekurangan pada makalah ini. Kami sangat menghargai dan butuh saran
bagi para pembaca untuk agar kedepannya kami bisa menjadi lebih baik lagi.

Depok, 1 Maret 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................................2


DAFTAR ISI ..........................................................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah .....................................................................................................................4
BAB II .....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN .....................................................................................................................................5
A. Biografi ‘Abd al-Rauf As-Singkili ............................................................................................5
B. Deskripsi Kitab Tafsir Tarjuman Al-Mustafid ........................................................................6
C. Metodologi dan Corak Tafsir Tarjuman Al-Mustafid ...........................................................8
D. Karakteristik Penafsiran Abu Laits al-Samarqandi ..............................................................9
BAB III .................................................................................................................................................12
PENUTUP ............................................................................................................................................12
A. Kesimpulan ...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................13

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tafsir al-Qur’an di mana pun adanya selalu memberi kontribusi lebih terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban, termasuk di Indonesia. Hal tersebut
dikarenakan al-Qur’an merupakan ruh kehidupan masyarakat muslim di samping sebagai
sumber ajaran. Al-Qur’an tidak lepas akan dari kehidupan manusia. Maka dari itu,
kodifikasi Tafsir al-Qur’an menjadi sangat penting. Abdul Rauf Singkili, ulama’ asal
Aceh ini telah menulis Kitab Tafsir al-Qur’an Bernama Tarjumân al-Mustafîd pada
pertengahan kedua abad ke-17 M yang merupakan naskah pertama Tafsir al-Qur’an yang
lengkap berbahasa Melayu. Abdul RaufSingkili dikukuhkan sebagai perintis penyusunan
kitab tafsir pertama dalam bahasa melayu.
Sebagai putra bangsa sangatlah penting untuk mempelajari, mengkaji,
mendalami dan menggali lagi literatur tafsir indonesia, utamanya yang berkaiatan dengan
kitab tafsir seperti Tarjumân al-Mustafîd karya Abdul Rauf Singkili. Hasil karya anak
buah bangsa harus dikaji dan dipahami untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan dapat
dijadikan acuan dalam keilmuan. Paparan yang ada dalam tulisan ini adalah kajian
tentang beberapa aspek kitab Tarjumân al-Mustafîd yang dimulai dari profil mufasir,
data-data filologis, jenis penafsiran (nau’ al-tafsîr), corak penafsiran (laun al-tafsîr),
metode penafsiran (tharîqat al-tafsîr), teknik penyajiannya (manhaj al-tafsîr), sampai ciri
khas (ikhtis khâsh{ al-tafsîr) dari kitab ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi dan latar belakang pendidikan ‘Abd Rauf As-Singkili?
2. Bagaimana deskripsi kitab tafsir Tarjuman al-Mustafid?
3. Bagaimana metode dan corak kitab tafsir Tarjuman al-Mustafid?
4. Bagaimana karakteristik penulisan kitab tafsir Tarjuman al-Mustafid?
5. Bagaimana contoh penafsiran ‘Abd Rauf As-Singkili dalam kitab tafsir Tarjuman al-
Mustafid?

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Biografi ‘Abd al-Rauf As-Singkili
1. Nama, Gelar dan Julukan
Nama lengkapnya adalah ‘Abd al-Rauf bin ‘Ali al-Fanshuri al-Jawi. Ia
merupakan seorang Melayu dari Fansur dan Singkil (Singkel) di wilayah pantai Barat
Laut, Aceh. 1 Sebab itu pula kadang kala namanya ditambahkan “al-Singkili” untuk
menunjukkan bahwa ia berasal dari Singkel. Sebutan gelarnya yang juga terkenal ialah
Teungku Syiah Kuala (bahasa Aceh, artinya Syekh Ulama di Kuala). Ia adalah salah
diantara empat ulama Aceh yang terkenal, tiga diantaranya Hamzah Fansury, Syamsudin
al-Sumatrani dan Nur al-Din al-Maniri.2
Tentang kapan ‘Abd al-Rauf lahir, tidak ada data yang akurat untuk
menjelaskan hal itu. Harun Nasution menyebut bahwa ia lahir sekitar tahun 1001 H/ 1593
M. Sedangkan menurut Rinkes, ‘Abd al-Rauf diperkirakan lahir pada tahun 1024 H. atau
1615 M. Rinkes menyatakan hal ini setelah ia melakukan kalkulasi berdasarkan waktu
kembalinya ‘Abd al-Rauf dari Timur Tengah ke Aceh, 1661 M. 3 Johns sependapat
dengan Rinkes tentang tahun kelahiran ‘Abd al-Rauf, ia juga menyebutkan tahun wafat
‘Abd al-Rauf yakni pada 1693 M. Ia berasal dari keluarga religius, ayahnya Syekh Ali
al-Fanshuri merupakan ulama yang terkenal, membangun dan memimpin dayah (sebuah
institusi seperti pondok pesantren di Pulau Jawa) Simpang Kanan di pedalaman Singkel. 4
2. Riwayat hidup dan perjalanan intelektual ‘Abd Rauf as-Singkili
Pada mulanya ‘Abd al-Rauf belajar pada ayahnya dan ulama-ulama di Fansur
dan Banda Aceh. Setelah selesai menuntut ilmu di Aceh, ‘Abd al-Rauf merantau untuk
belajar di Timur Tengah, meliputi Doha, Qatar, Yaman, Jeddah dan akhirnya ke Makkah
sambil menunaikan ibadah haji dan ke Madinah, memakan waktu selama 19 tahun.
Menurut catatan ‘Abd al-Rauf sendiri yang ditulis dalam Umdat al-Muhtajin ila Suluk
Maslak al-Mufridin, ia belajar langsung kepada 19 orang guru tentang bermacam disiplin

1
Oman Fathurrahman, Tanbih al-Masyi Menyoal Wahdatul Wujud: Kasus Abdurrauf Singkel di Aceh Abad 17,
(Bandung: Mizan, 1999), hal. 25.
2
Ahmad Zaini, “Mengenal Tafsir Tarjuman Al-Mustafid Karya Abd Al-Rauf Singkel: Analisis terhadap Sumber,
Metode dan Corak Tafsir Tarjuman al-Mustafid”, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 32.
3 D. A. Rinkes, Abdoerraoef Van Singkel: Bidjrage tot de mystieck op Sumatra en java, (Heerenven: Hepkema,

1909), hal. 25-26; Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah, hal. 29-30.
4
Harun Nasution, Ensiklopedi Islam di Indonesia, Vol. I (Jakarta: Abdi Utama, 1992), hal. 55.

5
ilmu. Bahkan ‘Abd al-Rauf sendiri pernah belajar langsung pada Ahmad Qusyasyi
(w.1661 M) dan muridnya Ibrahim al-Kurani (w. 1690 M).5
3. Karya-karya ‘Abd Rauf as-Singkili
Bila merujuk pada karya-karya ‘Abd Rauf maka akan ditemukan selama tinggal
di Aceh, ‘Abd Rauf al-Singkili mendapat perlindungan dari para Sultanah. Dia menulis
22 karya, dalam bahasa Melayu maupun Arab. Dalam seluruh tulisannya, Al-Singkili,
seperti gurunya Al-Kurani, menunjukkan bahwa perhatian utamanya adalah rekonsiliasi
syariat dan tasawuf. Diantara karya-karyanya; Tarjuman Al-Mustafid, Mir’at Al-Thullab
(fikih), Kitab Al-Faraidh, Penafsiran Hadits Arba’in, Al-Mawaidz Al-Badi’ah (hadits
qudsi), Kifayat Al-Muhtajin (tasawuf), Daqaiq al-Huruf (teologi), Risalah Adab Murid
akan syeikh, Risalah Mukhtasharah Fi Bayan Syuru Al-Syak Wa Al-Murid , dan karya-
karya lainnya.6

B. Deskripsi Kitab Tafsir Tarjuman Al-Mustafid


Tafsir Tarjuman al-Mustafid merupakan tafsir Nusantara yang lengkap,
berbahasa melayu dan dikenal sebagai tafsir pertama terlengkap di Nusantara.

Sumber penulisan tafsir Tarjuman al-Mustafid masih kontroversial yaitu ada


pandangan yang menjelaskan bahwa tafsir ini merupakan terjemahan dari kitab tafsir
Baidhawi ke dalam bahasa melayu. Hal ini dijelaskan oleh Snouck Hurgronje dan diikuti
oleh dua sarjana lainnya dari Belanda yang bernama Rinkes dan Voorhoeve. Rinkes,
murid Snouck menciptakan kesalahan-kesalahan tambahan dengan menyatakan bahwa
tafsir ini selain mencakup terjemahan dari kitab tafsir Baidhawi juga merupakan
terjemahan dari sebagian tafsir Jalalain. Sementara Voorhoeve menjelaskan bahwa
sumber tafsir al-Mustafid itu adalah berbagai Tafsir yang berbahasa Arab.7

Pandangan lain dinyatakan oleh Riddel dan Harun. Mereka menjelaskan bahwa
Tafsir Tarjuman al-Mustafid tersebut merupakan terjemahan dari kitab Tafsir Jalalain.
Hanya bahagian-bahagian tertentu saja yang diambil dari kitab tafsir Badhawi dan al-
Khazin. 8

5
Arivaie Rahman, “Tafsir Tarjuman Al-Mustafid: diskursus biografi, Kontestasi Politis dan metodologi tafsir”,
MIQAT, vol. XLII, No. 1, (Januari-Juni, 2018), hal. 5.
6
Arazzy Hasyim, Teologi Ulama Tasawuf di Nusantara Abad ke-17 sampai ke-19, (Jakarta: Maktabah Darus
Sunnah, 2011), hal. 253-254.
7
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Bandung:
Mizan, 1994), hal. 203.
8
Ibid., hal. 203.

6
Azyumardi Azra menyebutkan bahwa tafsir Jalalain jelas menjadi sumber
rujukan yang utama dikarenakan ‘Abd Rauf memiliki isnad-isnad yang
menghubungkannya dengan Jalal al-Din al-Suyuthi baik melalui al-Qusyasyi maupun al-
Kurani. Lebih jauh lagi, menurut Johns seperti yang dikutip oleh Azyumardi bahwa
meskipun tafsir Jalalain sering dianggap hanya sedikit memberikan sumbangan dalam
perkembangan tradisi tafsir al-Quran, namun ia merupakan tafsir al-Qur’an pendahuluan
yang sangat bagus, jelas, dan ringkas untuk orang-orang yang baru mempelajari tafsir di
kalangan Muslim Melayu-Indonesia.9

Dari beberapa pandangan diatas, sedikit lebih memahamkan akan karakteristik


yang dimiliki dalam tafsir tersebut. Bahwa sebagaimana sumber penulisan tafsir
Tarjuman al-Mustafid adalah ada yang mengatakan sebagai terjemahan dari kitab
Baidhawi dan ada juga yang mengatakan bersumber dari tafsir Jalalain.

Dalam menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an ‘Abd Rauf selalu memperkenalkan


surat yang akan ditafsirkan terlebih dahulu dengan menjelaskan nama suratnya, jumlah
ayatnya, tempat turunnya, kemudian bagaimana Baidhawi menafsirkan terhadap ayat
atau surat tersebut. Seperti yang dapat kita lihat kutipan dalam menjelaskan surat Al-
Fatihah, sebagai berikut:

‫ اين سرة الفاتحة تجهايات يع دبثاكن اى كفد مكه‬.‫ وهي سبعة ايات‬.‫ سرة فاتحة الكتاب مكية‬.‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫تيف فياكت دان ترسبت ددالم‬-‫يعنى يع تورن دمكه مك ترسبت ددالم بيضاوى بهوا فاتحة ايت فناور بكى تيف‬
‫منافع القران برعسياف ممباجدى ادله بكيثدرفد فهالثيع تياد دافت مغكندائ دى كتاب دان ممبرى منفعة اكن‬
10
.‫ وهللا أعلم‬,‫بربايك – بك اورع دان فركاسيه‬
‫فد ميتاكن اختالف انتار اسکل قارى يعتيكا فدمملك مك أبو عمر دان نافعا تفاق كدواث اتس ممباج ملك دغن تياد ألف‬
)‫دان حفص دغن الف مك اداله معناث تتكال دباجد عن الف توهن يع ممفيائ سكل فكرجأن هارى قيمة (برمول‬
‫جكلو ترسبت فد يع الكى اكندا تعبجأن دورى دمكينله مك ياءت باج مريد نافع دان ابو عمر کارن سکال امام‬
.... ‫قاری یع مشهور ايتتوجه جوا مك‬
.‫وهللا وأعلم‬
Dalam menjelaskan ayat-ayat tersebut, ‘Abd Rauf menjelaskan sesuai dengan
urutan ayat dan menjelaskan maknanya secara harfiyah. Tidak disertakan dengan
penjelasan-penjelasan seperti hadits-hadits Nabi dan ayat-ayat yang lain yang ada
kaitannya dengan ayat tersebut.

Oleh karena itu, untuk metode penulisan Tafsir Tarjuman al-Mustafid, kita
dapat melihat dari dua sudut yaitu sudut cara penafsiran dan sudut makna. Ketika kita

9
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII….,hlm. 248-
249.
10 Arivaie Rahman, “Tafsir Tarjuman Al-Mustafid: diskursus biografi, Kontestasi Politis dan metodologi

tafsir”, MIQAT, vol. XLII, No. 1, (Januari-Juni, 2018), hal. 162.

7
menelusuri dari sudut cara penafsiran yang menjelaskan urutan ayat dan penjelasan
aspek-aspek serta isi dari kandungan ayat, ini merupakan metode tahlili. Sementara,
ketika dilihat dari sudut makna yang dijelaskan dari tafsir tersebut, metode yang
diterapkan dalam penulisan tafsir tersebut adalah metode ijmali. Karena penjelasannya
adalah singkat, padat, mudah dimengerti dan cocok untuk pemula.11

Dalam tafsir Tarjuman al-Mustafid pun ‘Abd Rauf menjelaskan ayat-ayat


secara berurutan, kemudian menjelaskan maknanya secara harfiyah dan menjelaskan
aspek-aspek yang dikandung oleh ayat yang ditafsirkannya itu, menjelaskan asbabun
nuzul serta penjelasan tentang bacaan para imam Qiraat. Namun yang sangat spesifik
dalam pembahasan tafsir ini adalah ketika memulai menafsirkan suatu surat, ‘Abd Rauf
terlebih dahulu memberi penjelasan mengenai surat yang akan dibahas. Keterangan awal
ini mencakup jumlah ayat, tempat turun apakah Makki atau Madani dan keutamaan surat
tersebut, sebab diturunkan surat atau ayat tersebut, kemudian korelasi antar ayat dengan
qisah-qisah sebelumnya, serta dilengkapi dengan uraian bacaan para imam Qiraat.12

C. Metodologi dan Corak Tafsir Tarjuman Al-Mustafid


Tafsir Tarjuman al-Mustafid memiliki bentuk dan teknik penulisannya
tersendiri yang berbeda dengan tafsir yang lainnya. Secara umum tafsir ini menerapkan
metode tahlili yaitu menafsirkan Al-Qur’an dengan menjelaskan aspek-aspek yang
dikandung oleh ayat yang ditafsirkan secara luas dan rinci, seperti penjelasan kosa kata,
latar belakang turunnya ayat (asbabun nuzul), nasikh-mansukh dan munasabat.

‘Abd Rauf as-Singkili dalam menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an tidak terpaku


hanya pada satu corak penafsiran. ‘Abd Rauf menggunakan corak umum. Artinya,
penafsiran yang diberikan tidak mengacu pada satu corak tertentu, seperti fiqih, filsafat,
dan adabbil-ijtima’i. Namun tafsirnya mencakup berbagai corak sesuai dengan
kandungan ayat yang ditafsirkan. Jika sampai pada ayat yang membicarakan hukum
fiqih, beliau akan mengungkapkan hukum-hukum fiqih, dan jika sampai pada ayat
tentang teologi, pembahasan keyakinan tentang akidah mendapat porsi yang cukup.dan
jika sampai padaayat yang menyebutkan tentang qishah, beliau akan membahasnya
dengan porsi yang cukup pula. 13 Hal ini disebabkan ‘Abd Rauf adalah seorang yang

11
Arivaie Rahman, “Tafsir Tarjuman Al-Mustafid: diskursus biografi, Kontestasi Politis dan metodologi
tafsir…., hal. 162.
12
Zulkifli Mohd Yusoff dkk, Jurnal Pengajian Melayu, Jilid 16 2005, hal. 161-162.
13
Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsir di Indonesia, (Solo: Tiga Serangkai, 2003), hal. 68.

8
memiliki keahlian dalam berbagai bidang baik ilmu fikih, filsafat, mantiq, tauhid,
sejarah, ilmu falak dan politik. Dengan keluasan ilmu yang dimilikinya tidak aneh jika
corak penafsiran yang diberikan bersifat umum, walaupun ‘Abd Rauf juga terkenal
sebagai penyebar dan mursyid tarekat syattariah namun corak penafsiran yang diberikan
tidak terpengaruh pada satu bidang tertentu.14

D. Karakteristik Penafsiran Abu Laits al-Samarqandi


Untuk menjelaskan bagaimana cara kerja atau langkah-langkah penafsiran yang
disuguhkan oleh ‘Abd Rauf dalam Tarjumân al-Mustafîd, setidaknya ada tiga komponen:
Pertama, sebelum menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, ‘Abd Rauf terlebih dahulu
menyebutkan tentang jumlah ayat dalam satu surah yang akan dibahas, begitu pula
dengan periode turunnya surah tersebut, apakah tergolong surah Makiyah ataukah
tergolong surah Madaniyah. Penjelasan tentang ini terlebih dahulu diawali dalam bahasa
Arab baru kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dan diletakkan pada
paragraf yang sama dengan penjelasan tentang keutamaan surah. Berikut merupakan
contoh ketika ‘Abd al-Rauf menyebutkan jumlah ayat dan tempat turunnya surah al-
Fâtihah: “Surah Fâtihah al-kitâb makkiyah, wahiya sab‘u ayât, ini surah al-Fâtihah yaitu
tujuh ayat yang dibangsakan ia kepada Makkah yakni yang turun di Makkah”15
Kedua, penjelasan keutamaan surah. Pada paragraf yang sama dengan
penyebutan jumlah ayat dan periode turunnya, ‘Abd al-Rauf merasa penting untuk
menyebutkan keutamaan suatu surah yang akan ditafsirkan. Hal ini bertujuan untuk
menarik minat baca masyarakat, masyarakat akan lebih tertarik untuk membaca dan/atau
menuliskannya pada tempat tertentu untuk mendapatkan khasiatnya, tampaknya hal ini
tidak jauh-jauh dari praktik azimat atau sebagainya. Untuk menjelaskan keutamaan surah
ini, ‘Abd al-Rauf biasanya menukil tafsir al-Baidhâwî dan kitab Manâfi‘ al-Qur’ân,
sebagaimana contoh berikut, “maka tersebut di dalam Baidhâwî bahwa Fâtihah itu
penawar bagi tiap-tiap penyakit dan tersebut di dalam Manâfi‘ al-Qur’an barangsiapa
membaca dia adalah baginya daripada pahalanya yang tiada dapat menggandai dia kitab
dan memberi manfaat akan berbaik-baik orang dan perkasih, wallahu a’lam’16

14
H.A. Mukti Ali, Ensiklopedi Islam, ( Jakarta: Depag R.I.1992/1993), hal. 26.
15
‘Abd al-Rauf Al-Fanshuri, Turjumân al-Murstafîd, (Singapura: Maktabah wa Mathaba’ah Sulaiman Mar’i,
1951/1370), hal. 2.
16
Ibid., hal. 2.

9
Ketiga, menggunakan kata-kunci. Tercatat setidaknya ada tujuh kata-kunci
yang digunakan ‘Abd al-Rauf dalam menafsiran surah al-Fâtihah dan al-Baqarah, yaitu
fâ’idah, qishah, kata mufassir, tanbih, adapun atau dan adapun, bermula dan ya‘ni.
Di bawah ini beberapa kata-kunci tersebut akan dijelaskan satu persatu:
a. Kata Kunci “Fa’idah”
Fâ’idah: Untuk Menjelaskan Perbedaan Qiraah
Fa’idah: Berisi Penjelasan Selain Perbedaan Qiraah
Selain menjelaskan perbedaan qiraah, kata-kunci fâ’idah digunakan untuk
menerangkan selain dari penjelasan tentang perbedaan qiraah, seperti perbedaan
pendapat ahli tafsir dan lainnya. Contoh ketika menafsirkan kata al-Syajarah dalam surah
al-Baqarah ayat 35, ‘Abd al-Rauf menjelaskan telah terjadi perbedaan pendapat di
kalangan ulama tafsir tentang pohon apa yang dilarang Allah untuk didekati oleh Adam
dan istrinya di Surga. Setidaknya, ada empat pendapat ulama mengenai hal tersebut: 1)
sebagian ulama tafsir mengatakan pohon gandum. 2) anggur atau disebut ‘inab dalam
bahasa Arab. 3) buah tin atau dalam bahasa Arab disebut al-thin. 4) sebagian yang lain
mengatakan adalah suatu pohon yang jika memakan buahnya, maka orang tersebut akan
kotor (hadats) atau berdosa.17
b. Kata Kunci “Qishah”
Kata-kunci qishah menunjukkan dua pengertian:
Pertama, kata kunci qishah digunakan untuk menjelaskan asbâb al-nuzûl ini
ditemui dalam 42 tempat ketika menafsirkan surah al-Fâtihah dan al-Baqarah.
Kedua, digunakan untuk menguraikan cerita atau kisah-kisah umat terdahulu,
ditemui 9 tempat.
c. Kata Kunci “Kata Mufasir”
Kata-kunci ‘kata mufassir’ ditemui di halaman 4, 17, 20, 23, 24, 28 dan 32.
Fungsinya untuk mengawali penafsiran terhadap suatu ayat dengan mengutip pendapat
ulama atau tafsir rujukan, seperti al-Baidhâwî, al-Khâzin, dan seterusnya. Contoh
penafsiran Q.S. al-Baqarah ayat 198: “[kata mufasir] tersebut di dalam Khâzin adalah
segala Quraisy itu wuquf mereka itu di Muzdalifah dan membesarkan dia mereka itu
daripada wuquf serta segala manusia, wallâhu a‘lam.”18
d. Kata-Kunci “Tanbih”

17
Ibid., hal. 7.
18
Ibid., hal. 32.

10
Kata kunci tanbih (perhatian) hanya ditemukan satu kali dalam menafsirkan
surah al-Baqarah, yakni pada ayat yang ke-147 dan 148, lebih tepatnya pada halaman 24
tafsir Tarjumân al-Mustafîd: “[tanbih] barangsiapa ada pahamnya akan maknanya al-
haq min rabbika itu lain daripada makna yang tersebut.”19
e. Kata Kunci “Adapun” dan “Dan Adapun”
Kata kunci “adapun” dan “dan adapun” tidak bisa diabaikan begitu saja bagi
orang yang sedang membaca kitab Tarjumân al-Mustafîd, karena kata kunci ini telah
terpola dengan konsisten khususnya dalam pembahasan qiraah. Tetapi meskipun begitu,
tidak semua kata kunci ini hanya berfungsi sebagai tanda pemisah atau katakanlah
sebagai tanda (,) “koma” dalam membahas perbedaan qiraah (ditemui dalan 77 tempat),
tetapi juga berfungsi untuk tanda memulai penafsiran atau penjelasan selain dari
membahas qiraah yang ditemui dalam 9 tempat. Contoh dari keduanya adalah:
…[adapun] ikhtilaf pada membaca ‘an yunzulu’ maka Nâfi‘ dan Hafsh ittifaq keduanya
atas membaca dia ‘an yunazzil dengan tasydid zai dan Abu ‘Amr membaca dengan
takhfif [dan adapun] sebab turunnya ayat yang lagi akan datang ini suatu [qishah]… 20
f. Kata Kunci “Bermula”
Kata kunci “bermula” digunakan untuk mengawali kalimat yang memiliki
pembahasan relatif berbeda dengan kalimat sebelumnya, atau bisa jadi sebagai
penegasan. Contohnya: “…(bermula) dikehendaki dengan jalan yang dimurkai di sini
jalan segala Yahudi dan jalan segala Nashrani, wallâhu a‘lam.”21
g. Kata Kunci “Ya‘ni atau Yakni”
Kata kunci “ya‘ni” digunakan sebagai bentuk penekanan agar pembaca dapat
me mahami dengan cepat apa yang dimaksudkan oleh penulis tafsir, boleh jadi sebagai
penegasan maksud. Contohnya: “[qishah] tatkala ingkar Yahudi akan Allah ta‘ala
mengumpamakan suatu umpama dengan lalat dan daripada suatu umpama dengan laba-
laba maka turun firman Allah ta‘ala menolakkan [yakni] kata Yahudi...” 22
Tujuh kata-kunci yang disebutkan di atas merupakan hasil penelusuran terhadap
surah al-Fâtihah dan surah al-Baqarah, yang menghabiskan 50 halaman tafsir Tarjumân
al-Mustafîd. Jadi tidak menutup kemungkinan ada kata kunci lain yang digunakan oleh
‘Abd al-Rauf sebagai simbol untuk memulai penafsirannya.

19
Ibid., hal. 24.
20
Ibid., hal. 18.
21
Ibid., hal. 2.
22
Ibid., hal. 6.

11
Penjelasan tentang ragam bacaan para imam qiraat yang biasanya dimasukan
dalam bagian bayan atau faidah dalam dua kurung dan diakhir uraian qiraat ditutup
dengan wallahu a’lam. Bacaan para imam ini memiliki dua cara yaitu ada ayat yang
dijelaskan dengan uraian qiraat dan dijelaskan makna dari kata tersebut dan ada ayat yang
dijelaskan tapi tidak dijelaskan maknanya.
Contohnya dalam surat al-Fatihah ayat 4:
‫(مالك يوم الدين) راج يع ممر نتهكن فدهری قيمه ( فائدة) فد ميتاكن اختالف انتار اسكل قارى يعتيكا فد مملك مك‬
‫أبو عمر دان فع اتفاق كدوات اتس ممباج ملك د غن تياد ألف دان حفص دغن الف مك اداله معناث تتكال دباج‬
.‫دغن الف توهن يع ممفيائ سكل فكرجأن هاري قيمة‬
Kata ‫ ملك‬dalam ayat diatas menurut Imam Abu Amr dan Imam Nafi’ keduanya
sependapat membaca kata ‫ ملك‬itu dengan tidak beralif atau tidak terdapat Mad pada
huruf mim (‫)م‬. Sementara Imam Hafsh membaca dengan beralif atau terdapat Mad pada
huruf mim (‫)م‬. Berdasarkan perbedaan tersebut, makna yang terkandung terhadap kata
tersebut adalah berbeda. Ketika kata ‫ ملللللك‬itu dibaca dengan beralif atau Mad, maka
maknanya adalah Tuhan yang mempunyai segala pekerjaan pada hari kiamat. Akan
tetapi, ketika dibaca dengan tanpa Alif atau Mad, maka maknanya adalah pemilik.
Adapun makna yang dijelaskan oleh ‘Abd Rauf terhadap ayat ini adalah “Raja yang
memerintahkan di Hari Kiamat”. Sedangkan contoh kata yang tidak dijelaskan maknanya
adalah ‫ ءأنذرهتم‬dalam surat Al-Baqarah ayat 6. Menurut Imam Nafi’ dan Abu Amr dalam
membaca kata tersebut adalah dengan mentashilkan hamzah yang kedua, sementara
Hafsh dengan mentahqiqkan kedua hamzah dengan singkat.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Abdul Rauf adalah seorang ulama Aceh yang pertama kali menerbitkan karya
tafsir. Karya tafsirnya ini adalah sebuah karya tafsir yang saat itu masih sangat sederhana.
Karya tafsir ini beranama Tarjumân al- Mustafîd. Karya tafsir ini yang membuat
perkembangan keilmuan yang ada pada masyarakat. Karya tafsir ini pula yang membawa
nama Abdul Rauf terkenal. Akan tetapi, tidak hanya dari karya tafsir ini terkenal
namanya di masyarakat Aceh.Keilmuan yang dimiliki oleh Abdul Rauf ini memiliki
keimuan yang sangat luas, sehingga banyak masyrakat yang senang dengan dia.
Tarjumân al-Mustafîd memiliki metode dan corak tafsir, kalua melihat contoh
yang ada di atas, maka tafsir Tarjumân al-Mustafîd memiliki metode ijmali dengan corak
adabi ijtima’i atau kemasyarakatan. Banyak daftar rujukan yang dipakai kitab ini, akan
tetapi mayoritas pendapat menyatakan kalau tafsir Tarjumân al-Mustafîd menukil dari
tafsir Jalalain. Kitab tafsir ini dibuat dengan tujuan agar masyarakat dapat memahami
Islam langsung dari sumbernya. Maka dari itu Abdul Rauf membuat karya tafsir ini
dengan Bahasa Melayu.

12
DAFTAR PUSTAKA
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII
dan XVIII, Bandung: Mizan, 1994\
Faturahman, Oman. Tanbih al-Masyi Menyoal Wahdatul Wujud: Kasus ‘Abdurrauf
Singkel di Aceh Abad 17. Bandung: Mizan, 1999.
H.A. Mukti Ali, Ensiklopedi Islam,Jakarta: Depag R.I.1992/1993
Hasyim, Arazzy, Teologi Ulama Tasawuf di Nusantara Abad ke-17 sampai ke-19, Jakarta:
Maktabah Darus Sunnah, 2011.
Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsir di Indonesia Solo: Tiga Serangkai, 2003.
Nasution, Harun, Ensiklopedia Islam di Indonesia, Vol. I Jakarta: Abdi Utama, 1992.
Rahman, Arivaie, “Tafsir Tarjuman Al-Mustafid: diskursus biografi, Kontestasi Politis
dan metodologi tafsir”, MIQAT, vol. XLII, No. 1, Januari-Juni, 2018.
Rinkes, D. A. ‘Abdoerraoef Van Singkel: Bidjrage tot de Mystieck op Sumatra en Java.
Suryadilaga, M. Alfatih. Metedologi Ilmu Tafsir, Cet. 3. Yogyakarta: Teras, 2010.
Zaini, Ahmad, “Mengenal Tafsir Tarjuman Al-Mustafid Karya Abd Al-Rauf Singkel:
Analisis terhadap Sumber, Metode dan Corak Tafsir Tarjuman al-Mustafid,” Skripsi S1
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008
Zulkifli Mohd Yusoff dkk, Jurnal Pengajian Melayu, Jilid 16 2005.

13

Anda mungkin juga menyukai