Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Al-Durr Al-Mantsur fi Al-Tafsir Al-Mantsur Karya Al-Suyuthi

Diajukan untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Studi Kitab Tasir Tafsir Era
Klasik
Dipresentasikan di kelas IAT-B

DOSEN PEMBIMBING :

Afdilla Nisa, Lc, M.A.

Disusun oleh: Kelompok 10

Delsa Oktaviani 4120043


Syukra Alhamda 4120051

JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

TA. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan berkat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini guna melengkapi tugas yang diberikan
oleh Ibuk Afdilla Nisa, Lc, M.A. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Studi Kitab Tafsir
Era Klasik di IAIN Bukittinggi. Serta tak terlupakan iringan salam dan sholawat bagi
junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini berisi materi tentang “Al-Durr Al-Mantsur fi Al-Tafsir Al-Mantsur
Karya Al-Suyuthi”. Tujuan pembuatan makalah ini agar dapat bermanfaat untuk kita dan
menambah pengetahuan serta pengalaman para pembaca guna mendapatkan wawasan
tentang ruang lingkup mengenai Al-Durr Al-Mantsur fi Al-Tafsir Al-Mantsur Karya Al-
Suyuthi.
Dari hati yang terdalam, kami mengutarakan permintaan maaf atas kekurangan
dalam makalah ini, karena kami tahu makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kami berharap kritikan, saran dan masukan yang bersifat membangun dari
pembaca guna penyempurnaannya kedepan. Akhir kata kami ucapakan terimakasih dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat sesuai fungsinya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Mufassir ...........................................................................................................................2
B. Motivasi dan Latar Belakang Penulisan Tafsir ......................................................................3
C. Metode Penafsiran dan Sistematika Penulisan ......................................................................4
D. Karaketistik dan Corak Penafsiran ............................................................................................5
BAB III Penutup
A. Kesimpulan .................................................................................................................7
B. Saran ...........................................................................................................................7
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehadiran Al-Qur’an ke permukaan bumi tidak hanya membawa perubahan bagi
kehidupan manusia, melainkan sistem penurunannya melalui proses yang cukup panjang
memberikan isyarat bahwa kemukjizatan yang terkandung di dalamnya menyimpan
berbagai sumber disiplin ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, Al-Qur’an tidak hanya
berbicara mengenai ibadah dan mu’amalah, melainkan juga penjelas terhadap sesuatu
apapun yang terjadi.
Menafsirkan Al-Qur’an berarti berusaha menggali makna ayat yang terkandung
didalamnya. Adapun upaya untuk menjelaskan makna kalam ilahi tersebut ada yang
menggunakan sumber-sumber tertentu seperti hadits, qaul sahabat dan tabi’in. Salah
seorang ulama besar yang akan kita bahas dalam makalah ini ialah Imam Jalaluddin Al-
Suyuthi yang merupakan ulama besar pada abad ke-9.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana biografi mufassir?
2. Apa motivasi dan latar belakang penulisan tafsir mufassir?
3. Bagaimana metode penafsiran dan sistematika penulisan mufassir?
4. Bagaimana karakteristik dan corak penafsiran mufassir?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diketahu tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui biografi mufassir
2. Mengetahui motivasi beliau dan latar belakangnya dalam penulisan tafsir
3. Mengetahui metode dan sistematika penulisan penasiran mufassir
4. Mengetahui karakteristik dan corak penafsiran mufassir

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Mufassir
Beliau bernama Abdurrahman bin Kamal bin Abu Bakr bin Muhammad bin
Sabiquddin bin Fajr bin Utsman bin Nadiruddin Hamam al-Hudhairi as-Suyûthî.
Jalaluddin adalah laqab beliau dan Abu Fadl kunyah-nya. Sedangkan al-Hudhairi,
sebagaimana dijelaskan al-Suyuthidalam kitabnya Husnûl Muhậdharah merupakan pe-
nisbat-an kepada Hudhairiyyah, satu daerah di Baghdad yang merupakan kota kelahiran
buyutnya. Adapun nama al-Suyuthidinisbatkan kepada propinsi Asyut di negara Mesir
dan merupakan tempat kelahiran beliau. Nasab keluarganya bersambung kepada
keluarga Persia, yang pindah ke Mesir di distrik Khudairiyah, sebelah timur Baghdad,
dan kemudian bermukim di daerah Al-Asyuth, sebelum kelahirannya. Namun, ada
keterangan lain yang menyebutkan bahwa ayahnya berdarah Arab.1
Beliau lahir pada hari Ahad, bertepatan dengan bulan Rajab tahun 849 H atau
1445 M. Ketika ayahnya wafat, beliau masih berusia 5 tahun 7 bulan dan telah hafal al-
Qur’an hingga surat al-Tahrîm. Selepas ayahnya mangkat, pengasuhannya diserahkan
kepada beberapa pihak, di antaranya Kamal bin Hamam (Pengarang Fathûl Qadîr), di
bawah pengawasannya, Imam al-Suyuthi mampu mengkhatamkan al-Qur’an pada usia
kurang dari 8 tahun serta telah hafal beberapa kitab kecil antara lain; Umdatul Ahkậm,
Minhâj Nawâwi, Alfiah ibn Malîk, Minhâj Baidlâwi dll.
Ketika menuntut ilmu, Imam al-Suyuthi tidak hanya belajar di satu tempat, tetapi
banyak melakukan perjalanan ilmiah ke berbagai negara untuk menemui ulama-ulama
besar. Negara-negara yang telah dikunjunginya adalah Mesir, Syam, Yaman, India,
Takrur, dan Hijaz. Adapun tempat-tempat yang telah dikunjunginya di Mesir adalah al-
Fayum, Dimyat, al-Mahalah, dan lain-lain.
Pada usia 16 tahun (864 H), beliau memulai pengembaraan keilmuannya.
Menurut penuturan muridnya, Al-Dawudi, tidak kurang dari 51 guru (Syeikh) beliau
datangi, dari berbagai disiplin ilmu. Beliau belajar ilmu Faraidl dari ahli Faraidl di

1
Mutiurridho. 2018. “Kitab ad-Durr al-Mantsur fi Tafsir al-Ma’tsur Imam Jalaludin As-Suyuthi”. Arsip Blog.
mutiurridho. (online) diakses tanggal 16 September 2021 dari http://mutiurridlo.blogspot.com/2018/01/kitab-
ad-durr-al-mantsur-fi-tafsir-al_8.html?m=1

2
zamannya, Syeikh Syahabudddin as-Syarmisaji. Berguru Fiqh kepada Alamaddin al-
Bulqiny hingga tahun 878 H. Belajar Ulûmul al-Qur’an dan Fiqh kepada Syarafuddin
al-Manawy. Darinya beliau belajar al-Minhâj, Syarh Bahjah dan Tafsîr Baidlâwi.
Kemudian belajar hadîts kepada Taqiyuddin al-Syabli al-Hanafi selama 4 tahun.
Selanjutnya berguru Tafsîr, Ushûl, Lughah, Ma’ậni dll. selama 14 tahun kepada Syeikh
Mahyaddin al-Kafiyaji. Selain itu, beliau juga sering sima’an kepada beberapa syeikh,
yang kalau dihitung kurang lebih 150 Syeikh beliau datangi bersama rekannya
Syamsuddin al-Syahawi dan Ali al-Asymuni, di antaranya; syeikh Syaifuddin al-Hanafi,
syeikh Sairafi, syeikh Syamsuddin al-Marzabani dan lain-lain.
Menginjak usia 40 tahun, beliau mengasingkan diri dari urusan keduniaan dan
lebih berkonsentrasi dalam beribadah kepada Allah SWT. Benar-benar pengunduran diri
secara total, sehingga seolah-olah tidak mengenal siapapun di dunia ini. Beliau berhenti
menulis, meninggalkan majlis fatwa, dan pengajaran setelah 22 tahun bergelut dalam
dunia tersebut. Namun beliau mengungkapkan alasan pengunduran dirinya ini dalam
sebuah buku berjudul at-Tanfis. Beliau tinggal di Raudhatul Miqyas, dan tidak
berpindah dari sana hingga akhir hayatnya. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya
pada hari Jum’at bertepatan dengan 17 Jumadil Ula di Raudhatul Miqyas setelah
mengalami sakit selama seminggu akibat pembengkakan pada tangan kirinya pada usia
61 tahun 10 bulan 18 hari. Dimakamkan di daerah Husy Qushun samping Bab Qurafa.
B. Motivasi dan Latar Belakang Penulisan Tafsir
Disebutkan bahwa kitab ad-Durr al-Mantsur fi tafsir Al-Ma’tsur merupakan
sebuah kitab yang dikarang Al-Suyuthi sebagai sebuah ringkasan dari kitab yang telah
dikarang sebelumnya, yaitu kitab Turjumanul Quran. Sehingga yang melatar belakangi
penlisan dan penyusunan kitab ad-Durr al-Mantsur fi tafsir Al-Ma’tsur adalah adanya
ketidakpuasan Imam As-Suyuthi pada kitab sebelumnya.2

2
Muhammad Farid Abdillah. 2017. “Metode Penafsiran bi al-Ma’tsur dalam kitab al-Durr al Matsur karya
Jalaluddin as Suyuthi”. UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. (online) diakses tanggal 17 September 2021 dari
http://www.academia.edu

3
Berkaitan dengan nama kitab Al-Ma’tsur karangan beliau, hal ini karena dalam
menyusun as-Suyuthi hanya menggunakan riwayat-riwayat yang berasal dari
Rasulullah, sahabat, maupun tabi’in. Selain itu dalam menjelaskan isi kitabnya beliau
tidak menggunakan ra’yu.
Dalam berkarya, beliau sangat produktif, tidak satu disiplin ilmupun beliau
tinggalkan kecuali beliau menyusunnya menjadi satu manuskrip yang berharga, ini
dikuatkan muridnya, ad-Dawadi dalam biografinya. Bahkan dalam menghasilkan karya
yang tergolong sangat cepat, menempatkannya sebagai ilmuan tangguh di jamannya.
Kata ad-Dawadi, “Aku menyaksikan Syeikh (Imam Suyuthi), beliau menulis dalam satu
hari sampai 3 buku yang disusun dan diterbitkan”. Hingga tahun 904 H atau 7 tahun
sebelum wafatnya, 538 karya beliau hasilkan mencakup bidang ilmu tafsir, hadits,
musthalah, fiqh, ushul fiqh & tasawwuf, lughah, nahwu dan tashrif, ma’ani, bayan dan
badi’, dan sejarah atau tarikh.
C. Metode Penafsiran dan Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan tafsir ini adalah sebagian besar memberikan
penekanan penjelasan ayat berdasarkan riwayat-riwayat yang berasal dari hadits-hadits
Nabi, pendapat para sahabat, tabi’in, dan pandangan-pandangan Imam qira’at. Riwayat-
riwayat tersebut dikutip oleh al-Suyuthi untuk menjelaskan ayat yang berkaitan dengan
asbab nuzul, munasabah ayat dan aspek lain yang terkandung didalam ayat yang di
tafsirkan tanpa mengikutsertakan pendapatnya.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam menafsirkan al-Qur’an
para ulama menggunakan metode atau langkah-langkah dan kecendrungan yang
berbeda-beda, demikian juga yang dilakukan oleh Imam Jalaluddin al-Suyuthi. Beliau
dalam menyusun sebuah kitab tafsir juga menggunakan salah satu metode seperti yang
digunakan oleh mufassir yang lain.
Adapun metode yang digunakan al-Suyuhti dalam menyusun kitab tafsir al-Durr
al-Mantsur ini adalah metode tahlili yaitu sebuah metode yang menafsirkan ayat-ayat al-
Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam al-Qur’an serta
menerangkan makna-makna yang terkandung di dalamnya dari berbagai seginya.
Sedangkan jika ditinjau dari segi sumbernya Imam al-Suyuthi menggunakan sumber

4
ma’tsur yaitu menafsirkan ayat berdasarkan pada ayat dengan ayat, ayat dengan hadits,
ayat dengan qaul sahabat, dan ayat dengan qaul tabi’in.3
Meskipun tergolong tafsir analisis, beliau didalam tafsirnya tidak memberikan
penjelasan ayat dari segi bahasa, kandungan, pengetahuan, hukum-hukum, munasabah
antar ayat maupun tambahan ijthad ( ra’yu) sebagaimana lazim dilakukan oleh mufassir
pada umumnya dizamannya.

D. Karakteristik dan Corak Penafsiran


Al-Suyuthi mengawali penafsirannya dengan menyebutkan riwayat-riwayat yang
terkait dengan tempat turunnya surah dan keutamaannya, serta keutamaan membacanya.
Kemudian menyebutkan riwayat-riwayat lainnya yang terkait dengan tempat turunnya
surah dan keutamaannya, serta keutamaan membacanya. Kemudian menyebutkan
riwayat-riwayat lainnya berkaitan dengan qira’at dan tafsirnya.
Kitab al-Durr al-Mantsur adalah model kitab tafsir bil ma’tsur yang beraliran Ahl
al-sunnah yang paling banyak dibuang sanadnya. Dalam hal ini, al-Suyuthi tidak
memberi alasan yang jelas. Padahal, hal ini tidak lumrah di Jazirah Arab saat itu. Al-
Suyuthi juga mengutip beberapa riwayat yang berbeda-beda tentang qira’at yang
berbeda-beda tentang qira’at yang bermacam-macam hanya untuk satu ayat.
Al-Suyuthi memang sangat konsisten dalam menjaga periwayatan dalam kitab
tafsirnya ini, baik yang berasal dari Rasulullah, sahabat maupun tabi’in, namun
sayangnya beliau tidak menjelaskan status riwayat-riwayat tersebut apakah shahih,
hasan, dha’if, atau bahkan maudhu. Seandainya ada yang dijelaskan kedhaifannya
itupun sangat sedikit. Alangkah baiknya jika al-Suyuthi menjelaskannya, sebab bagi si
pembaca tidak mungkin bisa mengetahui keshahihan hadis tersebut jika hanya satu
sanad saja yang tersisa, terlebih pada masa sekarang.
Ada banyak imam hadis yang beliau ambil riwayatnya, seperti al-Bukhari,
Muslim, al-Tirmidzi, al-Nasa’i, Ahmad, Abu Daud, Ibn Jarir, Ibn Abi Hatim dan lain-

3
Sri Mahrani, Metode Jalaluddin Al-Suyuthi dalam Menafsirkan Al-Qur’an, Skripsi. UIN Sultan Syarif Kasim
Riau. 2001 (online) diakses tanggal 16 September 2021 dari http://repository.uin-suska.ac.id

5
lain. Yang sangat menonjol dari kitab tafsir ini adalah bahwa penulisnya merupakan
seorang muhaddis. Para ahli hadis berpendapat, bahwa penyebutan sanad harus
dibarengi dengan penguat. Jika tidak, maka tidak akan dinukil di dalam kitab tersebut.
Demikian ini agar tidak masuk kisah-kisah israiliyat, riwayat-riwayat yang maudhu’,
juga kisah-kisah masa lalu yang sangat tidak logis, dan bahkan di antaranya mencederai
kemaksuman Rasul. Atas alasan inilah, maka perlu adanya penjelasan yang memadai
terkait dengan status hadis-hadis tersebut. Sebagaimana layaknya kitab-kitab tafsir bi al-
ma’tsur yang lain.
Tafsir ini tergolong didalam corak tafsir bil ma’tsur yang terkenal dikalangan
ahluddunnah. Beliau hanya menjelaskan Al-qur’an berdasarkan hadis, atsar sahabat, dan
tabi’in. Namun tidak menyertakan kualitasnya, sehingga tidak jarang dijumpai cerita-
cerita israiliyyat. Sebagai buktinya, banyak ditemukan kisah-kisah dan riwayat-riwayat
israiliyat yang tidak disertai dalil-dalil dan bahkan bertentangan dengan akal sehat,
seperti kisah Harut dan Marut, kisah putera Ibrahim yang disembelih, yang menurut
kitab ini adalah Ishaq, kisah Yusuf, Daud dan Sulaiman, Ilyas. Bahkan, al-Suyuthi
terlalu berlebihan dalam menuturkan riwayat-riwayat yang terkait dengan yang
menimpa Nabi Ayyub, padahal sebagian besar dari riwayat-riwayat tersebut tidak sahih
dan kebanyakan dari kisah-kisah israiliyat.4

4
Mutiurridho. 2018. “Kitab ad-Durr al-Mantsur fi Tafsir al-Ma’tsur Imam Jalaludin As-Suyuthi”. Arsip Blog.
mutiurridho. (online) diakses tanggal 16 September 2021 dari http://mutiurridlo.blogspot.com/2018/01/kitab-
ad-durr-al-mantsur-fi-tafsir-al_8.html?m=1

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beliau bernama Abdurrahman bin Kamal bin Abu Bakr bin Muhammad bin
Sabiquddin bin Fajr bin Utsman bin Nadiruddin Hamam al-Hudhairi as-Suyûthî.
Jalaluddin adalah laqab beliau dan Abu Fadl kunyah-nya. Yang melatar belakangi
penlisan dan penyusunan kitab ad-Durr al-Mantsur fi tafsir Al-Ma’tsur adalah adanya
ketidakpuasan Imam As-Suyuthi pada kitab sebelumnya.
Adapun metode yang digunakan al-Suyuhti dalam menyusun kitab tafsir al-Durr
al-Mantsur ini adalah metode tahlili. Tafsir ini tergolong didalam corak tafsir bil
ma’tsur yang terkenal dikalangan ahluddunnah. Beliau hanya menjelaskan Al-qur’an
berdasarkan hadis, atsar sahabat, dan tabi’in.
B. Saran
Berdasarkan tulisan diatas dapat dikemukakan beberapa saran terhadap generasi
muda islam, agar kita senantiasa objektif dalam menyikapi segala hal, jangan hanya
terfokus terhadap satu atau dua dalil saja dalam memutuskan sebuah masalah. Dengan
demikian kita akan lebih memamahi agama lebih dalam lagi.
Demikianlah yang dapat kami tuliskan dalam makalah ini. kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami ingin meminta kritik dan
sarannya yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

7
DAFTAR PUSTAKA

Mutiurridho. 2018. “Kitab ad-Durr al-Mantsur fi Tafsir al-Ma’tsur Imam Jalaludin As-
Suyuthi”. Arsip Blog. mutiurridho. (online) diakses tanggal 16 September 2021 dari
http://mutiurridlo.blogspot.com/2018/01/kitab-ad-durr-al-mantsur-fi-tafsir-
al_8.html?m=1
Mahrani, Sri. 2001. “Metode Jalaluddin Al-Suyuthi dalam Menafsirkan Al-Qur’an”.
Skripsi. UIN Sultan Syarif Kasim Riau. (online) diakses tanggal 16 September
2021 dari http://repository.uin-suska.ac.id
Farid, Muhammad Abdillah. 2017. “Metode Penafsiran bi al-Ma’tsur dalam kitab al-
Durr al Matsur karya Jalaluddin as Suyuthi”. UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
(online) diakses tanggal 17 September 2021 dari http://www.academia.edu
S.Batubara, M.Ismail. 2016. “Konsistenti Imam Jalaludin As-Suyuti dalam
Menafsirkan Ayat-Ayat Sumpah.” Tesis. UIN Sumatera Utara Medan. (online)
diakses tanggal 16 September 2021 dari http://repository.uin-suska.ac.id
Yaldi, Yusri. 2015. “Israilliyat Dalam Penafsiran Kisah-Kisah dalm Al-Qur’an (Studi
Kitab Tafsir al-Durr al Mantsur Fi Tafsir al-Ma’tsur”. Tesis. IAIN Imam Bonjol.
Padang. (online) diakses tanggal 17 September 2021 dari http://id.scribd.com

Anda mungkin juga menyukai