Oleh:
Kelas: IAT-A/VII
JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB & DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
2019 M/ 1441 HKATA PENGANTAR
Bismillāhirrahmānirrahīm.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat dan salam semoga tetap
terlimpahcurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw beserta keluarganya,
sahabatnya, dan kita selaku umatnya semoga selalu setia serta mendapatkan syafa’at dari beliau
di yaumil Akhir nanti. Ᾱmīn.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Dr. H. Hajam, M.Ag. yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada kami, sehingga kami dapat menyusun makalah mengenai Studi
Kitab Haqaiq al-Tafsir dengan baik. Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-
teman seperjuangan yang membantu dan memberi dukungan demi kelancaran penyusunan dan
penulisan makalah ini.
Makalah ini ditujukan dalam rangka memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Tafsir Ayat-
ayat Falsafi dan Sufistik semester ganjil. Harapannya semoga dapat memberikan manfaat baik
secara akademis maupun praktis dalam rangka menghayati nilai-nilai sufistik yang terkandung
dalam al-Quran.
Tentunya dalam penyusunan maupun penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karenanya dibutuhkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan untuk
kedepannya.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
1.3. Tujuan..........................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................2
BAB III.......................................................................................................................................................3
PENUTUP..................................................................................................................................................3
3.1. KESIMPULAN..........................................................................................................................3
3.2. SARAN.......................................................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................4
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam usaha menyingkap makna dan kandungan yang terdapat di dalam al-Quran,
banyak cendekiawan sejak zaman klasik hingga modern yang menulis hasil
interpretasinya terhadap ayat-ayat al-Quran. Ada ungkapan yang menyatakan bahwasanya
al-Quran merupakan kitab suci yang universal dan tidak lekang oleh waktu. Oleh
karenanya, penafsiran makna yang terkandung di dalamnya tidak akan pernah berhenti
seiring dengan berkembangnya zaman.
Beragam metode dan corak yang digunakan dalam menafsirkan al-Quran akan
melahirkan beragam jenis karya tafsir pula. Yang paling sering dijumpai ialah karya tafsir
bercorak fiqh dan tafsir tematik (maudhu’i). Namun, masih sedikit yang mengetahui
bahwa terdapat karya tafsir bercorak tasawuf atau yang biasa disebut sebagai tafsir
sufistik. Tafsir dengan pendekatan tasawuf berusaha menyingkap makna teks dari segi
batin atau rohaniah yang tidak semua orang dapat merasakan dan mengetahuinya.
Sehingga, adanya tafsir sufistik ini penting untuk dikaji agar dapat memberikan
pemahaman secara utuh baik dari segi lahir maupun batin. Dalam makalah ini akan
membahas salah satu kitab tafsir sufistik yang ditulis oleh al-Sulami bernama kitab
Haqaiq al-Tafsir atau dikenal sebagai Tafsir al-Sulami.
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang hendak dikaji dalam
makalah ini adalah sebagai berikut.
1
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan yang hendak dicapai dalam
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sulami kecil dididik di bawah asuhan ayahnya sendiri yang oleh Dzahabi
disebut menempuh tradisi spiritual Malamatiyyah.2 Selain dari Ayahnya, Sulami
juga mewarisi tradisi Malamatiyyah dari kakek dari pihak ibunya, Isma’il bin
Nujayd. Sedangkan Ismail sendiri berguru kepada tokoh Malamatiyyah moderat
yaitu Abdullah bin Munazil. Abdullah bin Munazil merupakan seorang yang
menekuni jalan spiritual dan juga menyukai disiplin ilmu hadis serta
menuliskannya. Diketahui, Abdullah bin Munazil berguru kepada Ahmad bin
Salamah dari Nisabur yang terkenal sebagai tokoh yang otoritasnya tinggi di
kalangan Ahli Hadis. Dalam kitab Thabaqat al-Huffazh dijelaskan bahwa Ahmad
bin Salamah merupakan teman seperjalanan Imam Muslim dalam mengumpulkan
hadis di kota Balkh dan Bashrah. Sehingga secara tidak langsung, sanad keilmuan
di bidang hadis yang diterima al-Sulami begitu kuat. 3 Kemudian oleh Ibn Nujayd,
1 Hilman Mulyana, Kematian Perspektif Kitab Haqaiq al-Tafsir, (Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018),
24-25
2 Rifqil Halim, Abu Abdurrahman Sulami dan Literasi Malamatiyyah Kota Nisabur, An-Nahdlah Vol. 5 No. 2
(April: 2019), 100
3 Rifqil Halim, Abu Abdurrahman Sulami dan Literasi Malamatiyyah Kota Nisabur, ..... 100-101
3
al-Sulami memulai perjalanan intelektualnya. Ibn Nujayd yang menanamkan
benih-benih sufistik dalam keilmuan al-Sulami. 4
Al-Sulami mulai medalami hadis dan meriwayatkan hadis dari Ibn Nujayd
yang kemudian membuatnya menjadi tsiqat dan dijadikan sumber rujukan bagi
Hakim al-Naisaburi, al-Qusyairi, Abu Bakr al-Bayhaqi dan Abu Nu’aym al-
Isfahani.5 Abu Ghafir al-Farisi mengatakan bahwa al-Sulami merupakan Syekh
Thariqat yang telah dikaruniai penguasaan berbagai ilmu hakikat dan tasawuf.
Beliau telah menulis sekitar 100 kitab risalah tasawuf yang hebat.6
Sebagai salah seorang sufi yang aktif menulis, al-Sulami memiliki banyak
karya yang secara tidak langsung menimbulkan kekaguman intelektual yang
dimiliki al-Sulami. Karya-karya milik al-Sulami diantaranya adalah:
6 “As-Sulami, Sufi yang Produktif sebagai Penulis”, Sufiz.com, 24 Januari 2010, http://www.sufiz.com/jejak-
sufi/as-sulami-sufi-yang-produktif-sebagai-penulis.html
4
19.Masail Waradat min Makkah,
20.Mihan al-Sufiyya,
21.al-Muqaddimah fi al-Tasawuf wa Haqiqatih al-Radd ‘ala ahl al-Kalam,
22.al-Sama,
23.al-Sualat Suluk al-Arifin,
24.Sunnah al-Sufiyya,
25.al-Mutasawwafah,
26.Tarikh al-Sufiyyah.7
Selain berguru kepada Ibn Nujayd, ia juga mempelajari hadis dari Syekh
Abu Bakar as-Sibhghi dan Imam Abu Nu’aim al-Ishbahani yang merupakan
pengarang kitab tasawuf Hilyatul Awliya. Guru-guru lainnya yaitu:
a. Ibn Manazil,
b. Abu Ali al-Thaqafi,
c. Abu Nashr al-Sarraj (pengarang kitab al-Luma’ fi al-Tasawuf),
d. Abu Qasim al-Nasrabadzi,8
e. Abu Sahl al-Sa’luki (teolog Asy’ariyyah),
f. Muhammad bin Khafif Syirazi,9 dan masih banyak lagi.10
Sebagai seseorang yang dianggap keilmuannya tsiqat, ulama yang
menjadikannya sebagai rujukan (dan baik secara langsung maupun tidak langsung
menjadi murid beliau) diantaranya adalah:
a. Abu Said Abu Ramish,
b. Abu Bakr Muhammad ibn Yahya ibn Ibrahim al-Muzakk,
c. Abu Saleh al-Muaddhin,
d. Abu Abdillah al-Qasim ibn al-Fadl ibn Ahmad al-Thaqafi al-Jubari,
e. Ahmad ibn Muhammad ibn Abd al-Wahid al-Wakil al-Munkadiri,
f. al-Qadi Ahmad ibn Ali ibn al-Husyain al-Tawazzi,
g. Abu Bakr Ahmad ibn Ali ibn Abdillah al-Shirazi,
h. Abu Hamid Ahmad ibn Muhammad al-Ghazali al-Thusi, dan
i. Abu Muhammad al-Juwaini.11
9 Rifqil Halim, Abu Abdurrahman Sulami dan Literasi Malamatiyyah Kota Nisabur, ..... 101-102
10 Dalam catatan Nuruddin Shuraibah dalam Thabaqat al-Shufiyyah karya al-Sulami itu menyatakan bahwa al-
Sulami menimba ilmu kepada kurang lebih 28 guru, yang secara garis besar keilmuannya berada di lingkup kajian
al-Quran, ilmu Hadis, fiqh dan tasawuf. Dapat dilihat di Rifqil Halim, Abu Abdurrahman Sulami dan Literasi
Malamatiyyah Kota Nisabur, An-Nahdlah Vol. 5 No. 2 (April: 2019), 102
11 “As-Sulami, Sufi yang Produktif sebagai Penulis”, Sufiz.com, 24 Januari 2010, http://www.sufiz.com/jejak-
sufi/as-sulami-sufi-yang-produktif-sebagai-penulis.html
5
2.2. Latar Belakang Penulisan Kitab Haqaiq Al-Tafsir
Tafsir sufistik merupakan tafsir yang ditulis oleh seorang sufi yang menggunakan
pengalaman spiritualnya dalam mengungkap makna yang terkandung dalam al-Quran
secara mendalam, yang oleh Nasaruddin Umar disebut sebagai proses takwil. 12 al-Sulami
menulis kitab Haqaiq al-Tafsir dilatarbelakangi oleh semangatnya untuk menyebarkan
nilai-nilai tasawuf ke ranah global.13 Dengan bermodalkan karya-karyanya yang
bernuansa tasawuf, al-Sulami dapat memberikan pemaknaan mendalam atas ayat al-
Quran dengan menyajikan pendapat para tokoh mengenai makna ayat tersebut. 14 Ia tidak
ingin mengintervensi pembaca atas pendapat/pemahamannya, melainkan ia ingin para
pembaca memilih dan menyimpulkan sendiri atas pemaknaan ayat al-Quran yang dirasa
tepat bagi dirinya.15
Kitab Haqaiq al-Tafsir terbitan Darul Kutub al-Ilmiyyah tahun 2011 ini
terdiri dari dua jilid. Sistematika penulisan tafsir al-Sulami ialah dengan
menyebutkan nama surah atau ungkapan dzakara ma qala fi suratil ...
12 Arsyad Abrar, Epistemologi tafsir Sufi (Studi terhadap Tafsir al-Sulami dan al-Qushayri), (Disertasi: SPs UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), 11-12
13 Mohammad Anwar Syarifuddin, Measuring the Haqaiq al-Tafsir From its Contentious Nature to The Formation
of Sunnite Sufism, Journal of Qur’an and Hadith Studies, Vol. 2 No. 2 (2013), 219
14 Mohammad Anwar Syarifuddin, Measuring the Haqaiq al-Tafsir From its Contentious Nature to The Formation
of Sunnite Sufism, ...... 219
15 Mohammad Anwar Syarifuddin, Measuring the Haqaiq al-Tafsir From its Contentious Nature to The Formation
of Sunnite Sufism, ...... 221
16 Jafar Tamam, “Tafsir as-Sulamy: Eksotisme Tafsir Bercorak Tasawuf”, Bincang Syariah, 29 Agustus 2018,
http://bincangsyariah.com/khazanah/tafsir-as-sulamy-bercorak-tasawuf/
6
(penyebutan diskursus mengenai surah ...) dalam setiap pembahasan surahnya. 17
Kemudian ia menafsirkan ayat-ayat yang dianggap penting untuk ditelusuri
kandungannya menggunakan hadis atsar yang diriwayatkan oleh para tabi’in dan
generasi berikutnya sebagai bahan penafsirannya.18
Dalam kitab Haqaiq al-Tafsir, terlihat bahwa corak yang ditampilkan yaitu
corak tafsir sufi isyari. Tafsir sufi isyari merupakan corak tafsir yang menakwilkan
ayat-ayat al-Quran yang sebenarnya tidak hanya mengandung makna lahir berupa
teks saja, melainkan mengandung makna batin yang berupa isyarat atau makna
hakikat dalam teks.19 al-Sulami dengan para mufassir yang bercorak sama
meyakini bahwa segala sesuatu yang Allah ciptakan (tak terkecuali al-Quran)
mengandung makna lahir dan batin, yang dalam proses pemahaman makna itu
harus dikembalikan kepada Allah bukan kepada perkataan manusia.20
17 Jafar Tamam, “Tafsir as-Sulamy: Eksotisme Tafsir Bercorak Tasawuf”, Bincang Syariah, 29 Agustus 2018,
http://bincangsyariah.com/khazanah/tafsir-as-sulamy-bercorak-tasawuf/
18 Mohammad Anwar Syarifuddin, Measuring the Haqaiq al-Tafsir From its Contentious Nature to The Formation
of Sunnite Sufism, ...... 219
19 Azwarfajri, Metode Sufistik dalam Penafsiran Al-Qur’an, Al-Mu’ashirah Vol. 9 No. 2, (Juli: 2012), 145-146
22 Septiawadi, Simbolisasi Alam Semesta Dalam Ajaran Tasawuf (Perspektif Penafsiran Isyari), Jurnal Al-Dzikra,
Vol: 12, No. 2, Desember: 2018, 194-195.
8
jiwanya atau terpimpin oleh Allah. Jiwa seseorang yang meyakini berada dalam
genggaman Allah, akan selalu terpantau dan terkontrol segala tindak lakunya.
23 Septiawadi, Simbolisasi Alam Semesta Dalam Ajaran Tasawuf (Perspektif Penafsiran Isyari), 197-198.
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dalam kitab ini memuat berbagai pendapat mengenai suatu ayat dengan
mengedepankan makna batin (makna rohaniyah). Sehingga pembaca dapat memilih
kesimpulan yang menurutnya tepat dari pendapat-pendapat para ulama sufi terkait
dengan ayat tersebut. Al-Sulami tidak menafsirkan seluruh ayat al-Quran, melainkan
hanya menafsirkan ayat-ayat yang dianggapnya penting untuk dikaji lebih mendalam
dari sisi rohaniyahnya.
3.2.
10
3.3.
DAFTAR PUSTAKA
Abrar, Arsyad. Epistemologi tafsir Sufi (Studi terhadap Tafsir al-Sulami dan al-Qushayri).
(Disertasi: SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015).
Anwar Syarifuddin, Mohammad. Measuring the Haqaiq al-Tafsir From its Contentious Nature
to The Formation of Sunnite Sufism. Journal of Qur’an and Hadith Studies. Vol. 2 No. 2
(2013).
Azwarfajri. Metode Sufistik dalam Penafsiran Al-Qur’an. Al-Mu’ashirah Vol. 9 No. 2. (Juli:
2012).
Halim, Rifqil. Abu Abdurrahman Sulami dan Literasi Malamatiyyah Kota Nisabur. An-Nahdlah
Vol. 5 No. 2 (April. 2019).
Mulyana, Hilman. Kematian Perspektif Kitab Haqaiq al-Tafsir. (Skripsi: UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2018).
Septiawadi. Simbolisasi Alam Semesta Dalam Ajaran Tasawuf (Perspektif Penafsiran Isyari).
Jurnal Al-Dzikra. Vol. 12 No. 2. (Desember: 2018).
Tamam, Jafar. “Tafsir as-Sulamy: Eksotisme Tafsir Bercorak Tasawuf”. Bincang Syariah, 29
Agustus 2018, http://bincangsyariah.com/khazanah/tafsir-as-sulamy-bercorak-tasawuf/
11