Anda di halaman 1dari 14

TUHFATUL ASYRAF BI MA’RIFATIL ATHRAF

TAHKRIJ HADIST II

DOSEN PENGAMPU :
Dr. H. Nixson Husin Lc. M.A

PEMAKALAH :
MHD. SAYYID AQIEL AL RAZIQ
RAHMADI

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SULTAN SYARIF QASIM II
PEKANBARU RIAU
1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 3
B. Tujuan ................................................................................................................................ 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4
A. Biografi Al-Mizzi............................................................................................................ 4
B. Pengertian Athraf ............................................................................................................ 5
C. Kelebihan dan Kekurangan Kitab Athraf ....................................................................... 6
D. Penulisan Kitab Tuhfatul Asyraf bi Ma’rifatil Athraf .................................................... 6
E. Karakteristik Kitab Tuhfatul Asyraf bi Ma’rifatil Athraf ............................................... 7
F. Manhaj Penyusunan Kitab Tuhfahtul Asyraf bi Ma’rifatil Atharaf................................ 8
G. Contoh Tampilan Kitab Tuhfatul Asyraf bi Ma’rifatil Athraf ........................................ 9
BAB III .................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................ 12
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menyadari bahwa penulisan hadits sangat dibutuhkan untuk melindungi keaslian hadits
Nabi SAW, diresmikanlah pembukuan hadits pada masa kekalifahan Umar bin Abdul Aziz.
Setelah peristiwa besar tersebut, semakin lama pembukuan hadits semakain berkembang dan
bervariasi. Hingga pada puncaknya terbentuklah kitab-kitab hadits yang bukan hanya memuat
hadits shalih, hasan ataupun dhaif saja. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya ilmu
pengetahuan, terutama dalam bidang ulumlul hadits, kitab-kitab hadits mengalami perluasan
ruang lingkup dan tujuan. Kitab Athraf salah satunya. Yakni suatu macam kitab hadits yang
hadir dengan tujuan untuk mempermudah dalam men-takhrij suatu hadits. Kitab yang
tergolong sebagai Kitab Athraf ditulis berdasarkan sanad, dengan kata lain kitab semacam ini
adalah kitab yang menghimpun sanad-sanad hadits. Kitab Tuhfatul Asyraf bi Ma’rifatil Athraf
maha karya al-Mizzi bisa menjadi salah satu contoh daripada Kitab Athraf tersebut. Kitab yang
dicetak dalam 13 jilid ini nantinya akan kita bedah dan coba kita pahami sistematika atau
manhaj yang digunakan dalam penulisannya.
B. Tujuan
1. Memaparkan biografi al-Mizzi.
2. Menjelaskan pengertian Kitab Athraf.
3. Memaparkan kelebiihan dan kekurangan Kitab Athraf.
4. Memaparkan latar belakang penulisan Kitab Tuhfatul Asyraf bi Ma’rifatil Athraf.
5. Memaparkan karakteristik Kitab Tuhfatul Asyraf bi Ma’rifatil Athraf.
6. Menampilkan contoh tampilan Kitab Tuhfahtul Asyraf bi Ma’rifatil Atharaf.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Al-Mizzi
Nama lengkapnya adalah Al-Hafiz Jamaluddin Abu al-Hajjaj Yusuf bin Al- Zaky
‘abdul Rahman bin Yusuf bin ‘Ali bin Abdul Malik bin Ali bin Abi Al-Zahr al-Kulaby al-
Qadha’i Al-Mizzi. Lahir pada 10 Rabiul Akhir 654 H di Halb (salah satu daerah di Syam) dari
keturunan Arab asli lebih tepatnya kabilah Kalb al- Qudha’i. Ia pindah ke Damaskus dan
menetap di salah satu desa yang bernama Mizzah dan nama inilah yang menjadi nisbah di akhir
namanya. Di daerah Mizzi ini kabilah Kalb merupakan kabilah terbesar.
Al-Mizzi membaca Alquran dan fiqih sedikit demi sedikit. Keluarga Al-Mizzi tidak
memberikan dorongan untuk mempelajari hadis, mereka tidak masyhur dalam keilmuan dan
orang tuanya pun bukan ulama yang masyhur. Al-Mizzi mulai mempelajari hadis ketika berusia
21 tahun yaitu pada tahun 675 H(ada pendapat lain mengatakan pada umur 19 tahun). Ia
pertama kali mendengar hadis dari gurunya Syeikh Al-Musnid Al-Mu’ammar Zainuddin Abi
Al-‘Abbas Ahmad bin Abi Al-Khair Salamah bin Ibrahim Al-Dimasyqi Al-Haddad Al-Hanbali
mengkaji kitab Al-Hilyah karya Abi Nu’aim. Dari syeikh Ahmad bin Abi al-Khair, al-Mizzi
mendapatkan kedudukan ilmu yang tinggi sehingga ada riwayat sejumlah ulama yang tsiqah
darinya, antara lain: Saraf al-Din al-Dimyathi, Ibn al-Hulwaniyah, Ibn al-Khabbaz, Ibn al-
‘Aththar, Ibn Taymiyah, al-Birzaly dan banyaklagi selain dari mereka. Bahkan Ibn Hajib
pernah belajar darinya di Arafah padatahun 620 H. Beliau sangat tekun dalam mempelajari Al-
Qur’an dan Hadist, sehingga beliau mencapai derajat ketinggian ilmu yang biasa disebut ‘Ālim
al-‘Allāmah.
Al-Mizzi mulai mengarahkan cita-citanya untuk belajar hadist. Maka, beliau banyak
mengaji kitab-kitab pokok seperti al-kutub al-sittah, musnad al-Imam Ahmad, al-Mu’jam al-
Kabir karya Abi al-Qasim al-Thabrani, Tarikh Madinatu salam karya Al-Baghdadi, Al-Sirah
Ibnu Hisyam, Muwaththa’ Imam Malik, dan lainnya. Ia mengembara di kota-kota yang ada di
Syam. Ia juga belajar di al-Quds al-Syarif, Himsha, Himah, dan Ba’labak. Sesudah itu ia
menunaikan ibadah haji dan belajar di Makkah dan Madinah. Kemudian ia pergi ke negeri-
negeri Mesir. Ia belajar di Kairo, Alexandria, dan Bilbis sampai pada tahun 683 H. Di
Alexandria sampai tahun 684 H ia belajar kepada Shadr al-Din Sahnun (w.695 H).
Guru-guru al-Mizzi (sekaligus temannya) yang paling berpengaruh saat itu yaitu
Syaikhul Islam Taqiyuddin Abu Al-‘Abbas Ahmad bin ‘Abd, Al-Halim Al-Ma’ruf Ibnu
Taimiyah Al-Harany (661-728), Al-Mu’arrikh al-Muhaddits ‘Ilmuddin Abu Muhammad Al-
Qasim bin Muhammad Al-Birzali (665-739), Muarrikhul IslamSyamsuddin Abu ‘Abdillah
Muhammad bin Ahmad Adz-Dzahabi (673-748).
Karyanya yang paling besar adalah kitab Tahdhīb al-Kamāl fi Asmāi al-Rijāl, yang
dianggap sebagai salah satu kitab yang terbaik dalam penulisan biografi para periwayat hadith.
Imam al-Subki menyebut beliau sebagai salah seorang diantara ulama-ulama hadith yang
paling terkenal di zamannya dan dia tidak pernah melihat orang yang lebih hafidh dari beliau.
Beliau mengarang Kitab Tahdhīb al-Kamāl fi Asmāi al-Rijāl sejumlah 200 bagian, Kitab Tuḥfat
4
Al Aṣrāf bi Ma’rifat Al-Aṭrāf sebanyak 80 bagian lebih, dan men-takhrij untuk dirinya sendiri
kemudian mendiktekkan dan menjelaskan kemusykilan dan detil-detilnya di beberapa majelis
sehubungan dengan pengetahuannya yang mendalam terhadap ilmu hadith dan rijal nya. Dia
juga menggantikan beberapa shaikh diantara di Madrasah al Ashrāfiyyah.
Dia adalah orang yang thīqah, sumber ilmu yang banyak, baik akhlaknya, banyak diam,
sedikit berbicara, bagus logatnya, mengetahui dan menukil ṭabaqah ketika menyampaikan
hadith. Beliau Tawadu’, pemurah, sabar, sederhana dalam berpakaian, makan dan banyak
menempuh kebaikan.
Al-Mizzi tertimpa penyakit pada awal Shafar 742 H. Awalnya, sakitnya ringan
sehingga tidak menghalangi aktifitasnya dalam mengajarkan hadis yaitu juz ketiga dari kitab
Tahdzib al-kamal hari kamis 10 Shafar. Pada hari sabtu tanggal 12 Shafar 742 H beliau wafat
dan dimakamkan di samping makam istrinya ‘aisyah bint Ibrahim bin Shudaiq, sebelah barat
makam Imam Taqiyuddin bin Taimiyyah.
Ada dua kitab karangan Al-Mizzi yang paling terkenal, yaitu:
a. Tuhfatul Asyraf bi Ma’rifatil Athraf
b. Tahdhīb al-Kamāl fi Asmāi al-Rijāl
B. Pengertian Athraf
Al-Atraf adalah jenis kitab-kitab yang disusun sebagai kumpulan hadith-hadith Nabi yang
bisa digunakan sebagai kamus dalam pencarian sanad hadith. Dalamnya merupkan kumpulan
hadith-hadith dari berbagai kitab induknya dengan cara mencantumkan bagian atau potongan
hadith-hadith yang diriwayatkan oleh setiap sahabat. Penyusunanya dengan menyebutkan
beberapa kata atau pengertian yang menurutnya dapat mengantarkan pemahaman kepada
hadith yang dimaksud. Sedangkan sanad-sanadnya terkadang ada yang ditulis sebagian saja,
dan ada juga yang ditulis lengkap.
Hal ini dimaksudkan agar dapat dijadikan studi komparatif sanad dalam memperjelas seluk
beluk sanad. Sebagai contoh, bila terdapat sebuah kitab kumpulan potongan hadith-hadith dari
al-Kutub al-Sittah berarti bahwa kitab tersebut mencakup hadith-hadith yang diriwayatkan oleh
setiap sahabat yang tercantum dalam al-Kutub al-Sittah tersebut.
Kitab ini juga merupakan salah satu beberapa kitab Hadith yang diringkas oleh
pengarangnya untuk menyebutkan awal hadith dan menunjukkan lafal hadith setelahnya.
Alasan yang mendasar dikarangya kitab ini adalah mengumpulkan hadith-hadith yang terdapat
pada Kutub al-sittah dan sebagian Mulhaq-nya dengan cara sangat mudah, yang dibaca sesuai
dengan urutan sanadnya yang bermacam-macam, sehingga mampu untuk diletakkan dalam
satu tempat.
Pedoman penulisannya adalah potongan matan hadith atau pengertian yang
menunjukkan maksud hadith, sekalipun redaksinya tidak terdapat kesamaan. Seluruh hadis
dicantumkan berikut sanad-sanadnya melalui setiap sahabat dalam al-Kutub al-Sittah.
Menelusuri seluruh isi berarti telah menelusuri isi al-Kutub al- Sittah (kitab-kitab induk yang
enam).
Kitab-kitab yang berjenis al-Atraf antara lain:

5
1. Atraf al-Sahihain, karya al-Hafiz Imam Abu Mas’ud Ibrahim Ibn Muhammad Ibn Ubaid al-
Dimasqi (w. 400 H.).
2. Atraf al-Sahihain, karya al-Hafiz Imam Khalf Ibn Hamdun al-Wasiti (w.401 H.)
3. Atraf al-Kutub al-Sittah, karya al-Hafiz Syams al-Din Abu al-Fadl Muhammad Muhammad
Ibn Tahir Ibn Muhammad al-Maqdisi yang dikenal dengan sebutan Ibn al-Qaysarani (w. 507
H.).
4. al-Ishraf ‘Ala Ma’rifat al-Atraf, karya al-Hafiz Abu al-Qasim Ali Ibn Abi Muhammad al-
Hasan al-Dimasqi, yang digelari dengan Siqat al-Din Suryadi, Metode Penelitian Hadiits
5. Tuhfat al-Ashraf bi Ma’rifat al-Atraf, karya al-Hafiz Jamaluddin Abu al-Hajjaj Yusuf Ibn
Abdirrahman al-Mizzi (w. 742 H) yang menghimpun bagian-bagian hadis dalam al-Kutub al-
Sittah dan kitab-kitab lain yang setaraf, yaitu Muqaddimah Sahih Muslim, Marasil Abu Dawud,
‘Ilal wa al-Sama’il karya Turmuzi, ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah karya Nasa’i.3

C. Kelebihan dan Kekurangan Kitab Athraf


1. Kelebihan:
a) Dapat diketahui semua hadits yang diriwayatkan sahabat tertentu dengan sanad dan
matannya secara lengkap.
b) Ditemukannya banyak jalan periwayatan untuk matan yang sama.
c) Memudahkan untuk menghafal dan mengingat hadits yang diriwayatkan sahabat tertentu.
2. Kekurangan:
a) Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menemukan sahabat tertentu dengan haditsnya
(untuk kitab-kitab yang tidak disusun secara alfabetis).
b) Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menemukan hadits tertentu dari seorang
sahabat. Karena biasanya sahabat tidak hanya meriwayatkan satu ata dua hadist saja.
c) Bervariasinya kualitas hadits yanng terkumpul karena tanpa penyeleksiansehingga ad yang
shahih, hasan, dan dhaif.

D. Penulisan Kitab Tuhfatul Asyraf bi Ma’rifatil Athraf


Kitab ini dibuat selama 26 tahun, yaitu diawali pada bulan Ashura tahun 696 H sampai
tanggal 3 Rabi’u al-akhir tahun 722 H. Kitab Tuhfat al-Ashrāf bi Ma’rifat al-Aṭrāf terbilang
sebagai kitab terbesar yang ditulis dalam al-Kutub al-Sittah. Sistematika kitab ini menghimpun
biografi nama-nama sahabat dan tabi’in yang terdiri dari 1.395 musnad, dengan 995 hadith
musnad yang dinisbatkan pada sahabat setelah mengurutkan nama-nama mereka berdasarkan
urutan Mu’jam dan 400 hadith mursal yang dinisbatkan pemimpin tabi’in dan generasi
setelahnya, dengan urutan nama-nama sesuai huruf-huruf Mu’jam. 10 Kitab ini terdiri dari tiga
belas Juz.

6
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahawa sebelum al-Mizzi lahir, sudah ada
beberapa kitab indeks hadis seperti Athraf al-Shahiain karya Abu Mas‘ud Ibrahim bin
Muhammad bin ‘Ubaid al-Dimsyaqiy (w. 440 H), kitab Athraf al-Shahihain karya Khalaf bin
Hamadun al-Wasiti (w. 401 H.), Athraf al-Kutub al-Sittah karya Muhammad bin Tahir, bin
Ahmad al-Maqdisi (w. 507 H.), dan yang terbaru adalah kitab al-Isyraf ‘Ala Ma‘rifah al-Athraf
karya seorang ulama besar, Abu al-Qasim Ali bin Hasan Hibatillah atau yang lebih dikenal
dengan nama Ibnu ‘Asakir (w. 571 H.).
Khusus nama terakhir, menggunakan metode sama seperti yang ingin ditempuh oleh
al-Mizzi yaitu berbentuk mu’jam berdasarkan nama sahabat. Akan tetapi, al-Mizzi berpendapat
bahwa masih banyak perawi atau jalur sanad yang terlupakan atau tidak ditulis oleh Ibnu
‘Asakir. Apa lagi Ibnu ‘Asakir hanya mengumpulkan jalur dari empat kitab sunan (Abu
Dawud, al-Tirmizi, al-Nasa’i dan Ibnu Majah) sehingga al-Mizziy merasa perluh membuat
kitab mu’jam yang lebih sempurna dari apa yang ditulis oleh Ibnu ‘Asakir. Keinginan al-Mizz
untuk menulis kitab yang berbentuk mu‘jam itu muncul setelah ia mampu menyelesaikan
karyanya, Tahzib al-Kamal fi Asma‘ al-Rijal.
Kitab yang terdapat dalam Tuhfat al-Ashrāf bi Ma’rifat al-Aṭrāfitu disebutkan beberapa
Aṭrāf hadith yang terdapat dalam Kutub al-Sittah dan mulhaq-nya, yaitu;
1. Muqoddimah Ṣahih Muslim
2. Ṣahih Bukhari
3. Sunan Abi Daud
4. Sunan al-Ṭurmizi
5. Sunan Al-Nasā’i
6. Sunan Ibn Majjah
7. Kitab Marāsil li Abi Daud
8. Kitab ‘Ilal Ṣaghir li Ṭurmudhi (terdapat pada akhir kitab Jami’ li Ṭurmidhi)
9. Kitab Shamā’il li Ṭurmudhi
10. Kitab ‘Amalul yaum wa Lailah li al- Nasā’i

E. Karakteristik Kitab Tuhfatul Asyraf bi Ma’rifatil Athraf


Salah satu karya al-Mizzi yang membawa namanya menjadi tersohor dalam dunia
keilmuhan hadits adalah Kitab Tuhfaul Asyraf bi Ma’rifatil Atharaf. Dalam percetakan Beriut:
Daarul Ghorib al-Islamiy, cetakan pertama tahun 1999 M, kitab ini dicetak dalam 13 jilid
dengan mencakup beberapa pembahasan, yaitu:
1. Tambahan dari pen-tahqiq, diantaranya: Setiap jilid kitab ini diawali dengan penjelasan-
penjelasan yang cukup panjang terkait dengan keterangan terhadap kitab Tuhfah al-Asyraf
tersebut, terkait dengan ilmu hadis dan lain-lain.
2. Tambahan satu kitab dari pen-tahqiq yang diberi nama al-Kasysyaf. al- Kasysyaf adalah
indeks berisi daftar bab dari kitab yang menjadi rujukan kitab Tuhfah al-Asyraf.
3. Sedangkan pembahasan aslinya memuat beberapa hal, yaitu :

7
a) Muqaddimah penulis kitab Tuhfahtul al-Asyraf.
b) Jalur periwayatan (sanad) hadis yang dimulai dari jalur Abyad bin Hammal al-Humairi al-
Ma’rabi dan diakhiri dengan Malikah binti ‘Amr al- Zaidiyyah al-Sa‘diyyah.
c) Matan hadis yang berjumlah 19.626.

F. Manhaj Penyusunan Kitab Tuhfahtul Asyraf bi Ma’rifatil Atharaf

Kitab al-Mizzi ini memiliki metode tersendiri dalam menyusun kitab tersebut, diantaranya:
1. Perawi atau jalur sanad yang dihimpun oleh al-Mizzi di dalam kitabnya adalah para perawi
yang terlibat dalam al-kutub al-sittah (kitab enam) yakni kitab Shahih al-Bukhariy, Shahih
Muslim, Sunan Ibn Majah, Sunan al-Nasai, Sunan Abu Dawud dan Sunan al-Tirmizi, beserta
tambahan terhadap al-kutub al-sittah yakni ta‘liq al-Bukhariy, Syamail li al-Tirmizi dan ‘Amal
Yaum wa Lailah li al-Nasai.
2. Disusun seperti musnad, yaitu tersusun berdasarkan nama sahabat atau rawi a’la. Berbeda
dengan Ahmad bin Hanbal dalam Musnad-nya yang menuliskan hadis dengan matan yang
lengkap. al-Mizziy dalam kitab ini hanya menulis penggalan-penggalan hadis yang sekiranya
dapat mewakili bentuk lafal-lafal yang digunakan dalam al-kutub al-sittah. Karena kitab ini
adalah sebagai indeks untuk merujuk kembali pada kitab al-kutub al-sittah.
3. Untuk merujuk kepada kitab yang rujukan matan sebuah hadis, al-Mizzimemberi kode
tertentu untuk masing masing kitab dan menyebutkan nama babnya. Adapun kode yang
digunakan sebagaimana ia jelaskan pada mukaddimah kitabnya ialah
a. ‫ = ﻉ‬diriwayatkan oleh keenam mukharrij.
b. ‫ = ﺥ‬al-Bukhariy dalam kitab Shahih-nya.
c. ‫ = ﺧﺖ‬dalam ta’liq al-Bukhari.
d. ‫= ﻡ‬Muslim.
e. ‫ = ﺩ‬Abu Dawud
f. , ‫ = ﻣﺪ‬Abu Dawud Fi Marasilihi.
g. ‫= ﺕ‬al-Tirmizi dalam kitab sunan-nya.
h. ‫ = ﺗﻢ‬al-Tirmizi dalam al-Syamail..
i. ‫= ﺱ‬al-Nasai dalam kitab sunan-nya.
j. ‫= ﺳﻲ‬al-Nasa’i dalam ‘Amal yaum wa Lailah
k. ‫ = ﻕ‬Ibu Majah dalam kitab sunan-nya.
l. ‫= ﺯ‬tambahan al-Mizzi terhadap jalur sanad yang diabaikan atau terlupakan
dari kitab-kitab al-athraf sebelumnya.
m. ‫= ﻙ‬koreksi al-Mizziy terhadap kitab Ibnu ‘Asaakir/Abu al-Qasim. Huruf ini
diletakkan sebelum koreksinya tersebut.

8
G. Contoh Tampilan Kitab Tuhfatul Asyraf bi Ma’rifatil Athraf

9
10
11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Nama lengkapnya adalah Al-Hafiz Jamaluddin Abu al-Hajjaj Yusuf bin Al- Zaky ‘abdul
Rahman bin Yusuf bin ‘Ali bin Abdul Malik bin Ali bin Abi Al-Zahr al-Kulaby al-Qadha’i Al-
Mizzi. Lahir pada 10 Rabiul Akhir 654 H di Halb (salah satu daerah di Syam) dari keturunan
Arab asli lebih tepatnya kabilah Kalb al- Qudha’i. Dia adalah orang yang thīqah, sumber ilmu
yang banyak, baik akhlaknya, banyak diam, sedikit berbicara, bagus logatnya, mengetahui dan
menukil ṭabaqah ketika menyampaikan hadith. Beliau Tawadu’, pemurah, sabar, sederhana
dalam berpakaian, makan dan banyak menempuh kebaikan.
Kitab ini dibuat selama 26 tahun, yaitu diawali pada bulan Ashura tahun 696 H sampai
tanggal 3 Rabi’u al-akhir tahun 722 H. Kitab Tuhfat al-Ashrāf bi Ma’rifat al-Aṭrāf terbilang
sebagai kitab terbesar yang ditulis dalam al-Kutub al-Sittah. Sistematika kitab ini menghimpun
biografi nama-nama sahabat dan tabi’in yang terdiri dari 1.395 musnad, dengan 995 hadith
musnad yang dinisbatkan pada sahabat setelah mengurutkan nama-nama mereka berdasarkan
urutan Mu’jam dan 400 hadith mursal yang dinisbatkan pemimpin tabi’in dan generasi
setelahnya, dengan urutan nama-nama sesuai huruf-huruf Mu’jam. 10 Kitab ini terdiri dari tiga
belas Juz.
1. Kelebihan:
a) Dapat diketahui semua hadits yang diriwayatkan sahabat tertentu dengan sanad dan
matannya secara lengkap.
b) Ditemukannya banyak jalan periwayatan untuk matan yang sama.
c) Memudahkan untuk menghafal dan mengingat hadits yang diriwayatkan sahabat tertentu.
2. Kekurangan:
a) Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menemukan sahabat tertentu dengan haditsnya
(untuk kitab-kitab yang tidak disusun secara alfabetis).
b) Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menemukan hadits tertentu dari seorang
sahabat. Karena biasanya sahabat tidak hanya meriwayatkan satu ata dua hadist saja.
c) Bervariasinya kualitas hadits yanng terkumpul karena tanpa penyeleksiansehingga ad yang
shahih, hasan, dan dhaif.
Kitab al-Mizzi ini memiliki metode tersendiri dalam menyusun kitab tersebut yaitu;
1. Perawi atau jalur sanad yang dihimpun oleh al-Mizzi di dalam kitabnya adalah para perawi
yang terlibat dalam al-kutub al-sittah (kitab enam)
2. Disusun seperti musnad, yaitu tersusun berdasarkan nama sahabat atau rawi a’la
3. Untuk merujuk kepada kitab yang rujukan matan sebuah hadis,

12
DAFTAR PUSTAKA

A. Yamin, Bandung; Pustaka Hidayah, 1996. Idri, Studi Haddis, Jakarta; Prenada media Group,
2010.
Al-Hafiz Jamaluddin Abu al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tuhfatul Asyraf bi Ma’rifatil Athraf,
(Beriut: Daarul Ghorib al-Islamiy, Cet. I, 1999)
Al-Mizzi, Abu Hujjaj, Tuhfat al-Ashrāf bi Ma’rifat al-Aṭrāf, Beirut; Dār al-Kutub al-‘Arabiyah,
1988.
Al-Qattan, Manna’, Mabāhis fi Ulūm al-Hadith,Beirut; Dār al-Kutub al-‘Arabiyah, 1988.
Al-Thahhan, Mahmud, Uṣūl al-Takhrij wa Dirāsah al-Asānid, Beirut; Dār al Qur’an alKarim,
1979.
Azami, Muhammad Mustafa, Studies in Hadith Methodology and Literature, terj.
Suryadi, Metode Penelitian Hadiits, (Yogyakarta: Teras, 2009),
Https://www.google.co.id/gws_rd=ssl#q=kitab+athraf/diaskespada/20/05/2015/06:44

13

Anda mungkin juga menyukai