Anda di halaman 1dari 13

“Penjelasan Makna Al-Isti`arah Dan Pembagiannya”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Balaghah II


DOSEN PENGAMPU : Dr. H. Masyhuri Putra, Lc. M.Ag.

Oleh :

▪ Muhammad Rizki 12030214253


▪ Suandi 12030214764

Kelas :

VE

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wa barakaatuh
Puji serta syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang mana
memberikan banyak kenikmatan bagi kita semua sebagai makhluk-Nya yang
penuh dengan kesalahan sehingga hari ini atas kehendak-Nya jugalah makalah ini
dapat terselesaikan.
Tidak lupa shalawat dan salam kami hantarkan pada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW, yang telah membawa cahaya keislaman, ketauhidan dan
intelektualitas pada kami semua. Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada dosen
pengampu Ust. Masyhuri Putra yang telah membimbing serta memberikan
arahan kepada kami sehingga terjadilah proses pembelajaran di bangku
perkuliahan ini, adapun tugas yang diberikan dengan judul “Penjelasan Makna
Al-Isti`arah Dan Pembagiannya ”
Permintaan maaf yang sebesar-besarnya kami ucapkan apabila terdapat
kesalahan dan kekhilafan, karena kesempurnaan hanya milik Allah Azza Wa Jalla.
Dan hanya kepada-Nya lah penulis memohon petunjuk dan kepada-Nya lah
kembali segala urusan.
Amien Ya Robbal ‘Alamien....

Pekanbaru, 23 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................ 4
BAB II ..................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
1.1 Pengertian Isti`arah ................................................................................... 5
1.2 Pembagian Isti`arah .................................................................................. 6
BAB III ................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................. 12
1.1 KESIMPULAN ...................................................................................... 12
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 13

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur`an merupakan mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad
SAW kemukjizatannya terkandung pada aspek bahasa dan isinya. Dari
aspek bahasa, al-Qur`an mempunyai tingkat fashohah dan balaghah yang
tinggi.Sedangkan dari aspek isi, pesan dan kandungan maknanya
melampaui batas-batas kemampuan manusia. Ketika al-Quran muncul
banyak di dalamnya terkandung hal-hal yang tidak bisa ditangkap oleh
orang-orang pada zamannya,akan tetapi kebenarannya baru bisa
dibuktikan oleh orang-orang pada abad modern sekarang ini.
Adanya kemunduran-kemunduran pada bahasanya, membuat
orang-orang arab merasa prihatin dan mulailah mereka berfikir untuk
mengembalikan bahasa arab pada kemurniannya.Mereka kemudian mulai
menyusun ilmu Nahwu,Sharaf,dan balaghah.
Para Pakar Bahasa Arab mulai menyusun ilmu Balaghah yang
mencakup ilmu bayan,ma`ani dan ba`di. Ilmu-ilmu ini disusun untuk
menjelaskan keistemewaan dan keindahan susunan bahasa al-Qur`an dan
segi kemukjizatannya. Ilmu itu disusun setelah muncul dan
berkembangnya ilmu Nahwu dan Sharaf.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Al-Isti`arah?
2. Apa saja Pembagian Isti`arah?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian Isti`arah
2. Untuk mengetahui pembagian isti`arah

4
BAB II

PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Isti`arah
Isti`arah dalam ilmu balaghah merupakan bagian dari majaz.Oleh
karena itu, sebelum mengetahui lebih jauh pengertian isti`arah, lebih
baiknya mengetahui terlebih dahulu pengertian dari majaz. Kata majaz
berasal dari kata jaza yang memiliki arti kata yang dialihkan dari
makna asalnya.1 Kemudian majaz diartikan sebagai penggunaan
makna pada selain tempatnya, hal ini berlaku karena adanya hubungan
dan disertai qorinah (korelasi) yang mencegah dari makna aslinya.
Secara bahasa kata ‫ استعارة‬merupakan bentuk isim mashdar dari
kata ‫ يستعيراستغار‬-yang bermakna “meminjam”, yaitu mengangkat
sesuatu dan memindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain.
Sedangkan secara istilah, Isti`arah didefinisikan sebagai kata yang
dipakai bukan pada makna aslinya karena ada `alaqah musyabbahah
(hubungan keserupaan) dan disertai qarinah (korelasi) yang mencegah
dari makna aslinya.2 Jadi kata makna yang dipinjam tersebut
digunakan untuk makna yang lain dengan adanya hubungan sesuatu
yang memalingkan dari makna aslinya.
Isti`arah adalah salah satu bentuk dari tasybih yang mana kaitan
antara makna asal lafadz dan makna yang digunakan untuk kiasan,
keduanya ada kesamaan atau keserupaan.3
Pemahaman isti`arah pada mulanya adalah pemahaman terhadap
tasybih, karena isti`arah sebenarnya merupakan tasybih yang dibuang
salah satu unsurnya, yaitu musyabbah atau musyabbah bih.4
Sedangkan isti`arah menurut ulama bayan yaitu:

1
Marhumah, Ulumul Hadits: Konsep, Urgensi, Objek Kajian, Metode, dan Contoh,, Yogyakarta:
SUKA-Press, 2914, hal. 193
2
Ahmad al-Damanhuri, Hilyah al-Lubb al-Mashun `ala Jawhar al-Maknun, t.p.,1994, hal, 119.
3
Abdul Djalal, `Ulumul Qur`an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2000,hal 376-377
4
Maman Dzul Iman, Buku Pintar untuk Memahami Balaghah , Yogyakarta: Deepublish, 2016,
hal.124.

5
‫ض َع لَهُ ِلعَ ََلقَ ِة المشَا َب َه ِة َبينَ ال َمعنَى‬
ِ ‫او‬ َ ‫ا ْس ِت ْع َما ُل اللَّ ْف ِظ فِي‬
ُ ‫غي ِْر َم‬
‫ع ْن ِإ َرادَ ٍة ال َمغنَى‬
َ ‫ارفَ ٍة‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ال َم ْنقُو ِل‬
َ ‫عنهُ َو ال ُم ْستَع َم ُل ِفي ِه م َع قَ ِري َن ٍة‬
ْ َ‫اال‬
‫ص ِل‬
Yaitu menggunakan suatu lafadz pada selain makna asalnya karena ada
hubungan yang berupa keserupaan antara makna yang dipindah dan
lafadz yang digunakan.5

1.2 Pembagian Isti`arah


Para ulama Balaghah membagi isti`arah dalam beberapa aspek, yaitu
sebagai berikut:
1. Tharfai al-Tasybih
Ditinjau dari pemakaian dua ujung (tharfai) tasybih, isti`arah terbagi
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Isti`arah Tashrihiyyah
Majaz isti`arah tashrihiyyah adalah gaya bahasa dengan cara
membandingkan sesuatu dengan sesuatu lainnya yang mempunyai sifat yang
sama.6 Dalam bahasa indonesia, isti`arah tashrihiyyah biasa disebut dengan gaya
bahasa metafora. Contohnya: Bunga desa itu telah datang (gadis cantik), si jago
merah telah melalap gedung baru itu (api).
Isti`arah tashrihiyyah ini sama dengan tasybih yaitu sama-sama
mengungkapkan makna dengan cara membandingkan suatu hal dengan lainnya
yang lebih kuat. Perbedaan dari keduanya, pada tasybih kedua unsurnya adalah
musyabbah bihnya ditampilkan. Sedangkan pada isti`arah tashrihiyyah, hanya
menyebutkan musyabbah bihnya saja.7
Contoh:

ِ ‫الم ْن َب‬
‫اار‬ َ َ ‫تَ َكلَّ ُم أ‬
ِ َ‫سدٌ فَ ْوق‬
“Singa berbicara diatas mimbar”

5
Hidayat, al-Balaghah li al-jami`…hal.11
6
Husein Aziz ;Ilmu Balaghah,Surabaya; UIN SA Press, 2014, hal.27
7
Husein Aziz, Ilmu Balaghah…,hal. 26

6
Dalam hal ini, seseorang diserupakan dengan seekor singa; Lafadz asad
yang ditampilkan adalah musybbah bihnya.Sementara itu, musyabbahnya
dibuang, pada contoh diatas yang menjadi musyabbah adalah lafadz syaikh.8
b. Isti`arah Makniyyah
Ali al-Jarimi dan Musthafa Amin menyebutkan dalam bukunya, al-
balaghah al-wadhihah, bahwa pengertian isti`arah makniyyah adalah;

‫َئ ِم ْن لَ َو ِاز ِم ِه‬


ٍ ‫ش َّبهُ ِب ِه َو ُر ِمزَ لَهُ ِبش‬ َ ‫َما ُخذ‬
َ ‫ِف فِي َها ال ُم‬

Isti`arah yang dibuang musyabbah bihnya dan sebagai isyarat ditetapkan salah
satu sifat tertentunya.9
Jika isti`arah tashrihiyyah dalam bahasa indonesia disamakan dengan gaya
bahasa metafora, maka isti`arah makniyyah dalam bahasa indonesia dapat juga
disebut dengan gaya bahasa personifikasi. Yaitu sebuah jenis kiasan dengan
memasukkan sifat-sifat ataupun kegiatan yang biasa dimiliki atau dilakukan
manusia pada benda-benda yang tidak bernyawa atau ide yang
abstrak,Contohnys; bunga-bunga tersenyum, pengalaman mengajak bertahan
menderita.10
Contoh dalam al-Qur`an adalah sebagai berikut;

‫ي ِل ُم ْستَقَ ٍر لَّ َها ٰۗذلِكَ تَ ْق ِدي ُْر ْال َع ِزي ِْز ْال َع ِلي ِْۗم‬
ْ ‫س تَجْ ِر‬ ُ ‫ش ْم‬ َّ ‫َوال‬
ْ ‫عادَ َك ْالعُ ْر ُج ْو ِن ْالقَ ِد‬
‫ي‬ َ ‫َاز َل َحتّٰى‬ ِ ‫َو ْالقَ َم َر قَد َّْر ٰنهُ َمن‬
‫ار َۗو ُك ٌّل ِف ْي‬ َ ‫س َي ْۢ ْن َب ِغ ْي لَ َها ٓ ا َ ْن تُد ِْركَ ْالقَ َم َر َو َال الَّ ْي ُل‬
ِ ‫سا ِب ُق ال َّن َه‬ َّ ‫َال ال‬
ُ ‫ش ْم‬
َ‫َفلَكٍ َّي ْس َب ُح ْون‬
Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah)
Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui, Dan telah Kami tetapkan tempat
peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang
terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua, Tidaklah mungkin bagi

8
Amin Abdul Ghoniy, Al-Kafi fi Al-Balaghah, Kairo; Dar Al-Taufiqiyyah li Al-Turath, 2011, hal.
70
9
Ali al-Jarimi dan Musthafa Amin al-balaghah al-wadhihah..,hal.77
10
Hidayat, al-balaghah li al-jami.., hal. 123

7
matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-
masing beredar pada garis edarnya.

Kata tajri (berjalan) pada kalimat wa al-syamsu tajri (matahari berjalan)


lebih efektif karena lebih kuat dan lebih hidup.dengan dimunculkannya sifat-sifat
manusia. Melalui isti`arah makniyyah makna menjadi lebih hidup, imajinasipun
dibangkitkan. Bahkan, jika diteliti maka isti`arah jenis ini juga dapat memberi
informasi lebih kepada pembaca. Misalnya, pada surat Yasin ayat 40, para ahli
astronomi memandang ayat tersebut sebagai isyarat mekanisme pergerakan
benda-benda langit diruang angkasa seperti matahari dan bulan.

2. Lafadz Musta`air
Ditinjau dari segi lafadz musta`air yang digunakan, isti`arah terbagi
menjadi dua, yaitu;
a. Isti`arah Ashliyyah
Yaitu jenis isti`arah yang lafaz Musta`arnya terdiri dari isim jamid (asli) seperti
kata al-zhulumat dan Al-nur pada contoh yang telah disebutkan diatas. Seperti
contoh dalam surat ibrahim ayat 1:
ُّ َ‫اس ِمن‬
ِ ٰ‫الظلُم‬
ۙ‫ت اِلَى ال ُّن ْو ِر ە‬ َ ‫ۤال ٰر ۗ ِك ٰتبٌ ا َ ْنزَ ْل ٰنهُ ِا َليْكَ ِلت ُ ْخ ِر َج ال َّن‬
‫اط ْال َع ِزي ِْز ْال َح ِم ْي ِۙد‬
ِ ‫ص َر‬ ِ ‫ِب ِا ْذ ِن َر ِب ِه ْم ا ِٰلى‬
Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad)
agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-
benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa,
Maha Terpuji
Isim Jamid adalah kalimat isim yang di dalamnya tidak mengandung suatu
sifat, seperti contoh lafadz `ilm (ilmu). Lafadz `ilm tersebut merupakan kalimat
isim yang tidak terdapat sifat di dalamnya, juga tidak terambil dari kata lain. Jadi,
isim jamid adalah isim ashli.
b. Isti`arah Taba`iyyah

8
Yaitu jenis isti`arah yang mana musta`arnya berupa isim musytaq11,fi`il dan
huruf. Seperti Contoh:
1. Musta`ar yang berupa isim musytaq

َ ‫الر ۡحمٰ ُن َو‬


َ‫صدَق‬ َ ‫قَالُ ۡوا ٰي َو ۡيلَنَا َم ْۡۢن َب َعثَنَا ِم ۡن َّم ۡرقَ ِدن َۘاؔ ٰهذَا َما َو‬
َّ َ‫عد‬
َ‫سلُ ۡون‬ َ ‫ۡال ُم ۡر‬
Mereka berkata,"Celakalah kami Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat
tidur kami (kubur)?" Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan
benarlah rasul-rasul(-Nya).
Lafadz al-marqud pada ayat diatas adalah isim makan.dari lafadz al-riqad.
Lafadz tersebut merupakan peminjaman dari lafadz al-qabr (kuburan). Jika al-
riqad diartikan al-maut (mati), maka al-marqad bermakna makan al-maut (tempat
mati),jadi ayat diatas mengandung isti`arah taba`iyyah.
2.Musta`ar yang berupa fi`il

‫علَّ َم ُك ُم‬َ ‫ير ُك ُم ٱلَّذِى‬ ُ ‫قَا َل َءا َمنت ُ ْم لَهۥُ قَ ْب َل أ َ ْن َءاذَنَ لَ ُك ْم ۖ ِإ َّنهۥُ لَ َك ِب‬
ٰ
َ ُ ‫ٱلسِحْ َر ۖ فَ ََلُقَ ِط َع َّن أ َ ْي ِد َي ُك ْم َوأ َ ْر ُج َل ُكم ِم ْن ِخ َلفٍ َو ََل‬
‫ص ِل َب َّن ُك ْم فِى‬
‫عذَابًا َوأ َ ْبقَ ٰى‬ َ َ ‫ُجذُوعِ ٱل َّن ْخ ِل َولَتَ ْعلَ ُم َّن أ َ ُّي َنا ٓ أ‬
َ ُّ‫شد‬
Berkata Fir'aun: "Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku
memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang
mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong
tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan
sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan
sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan
lebih kekal siksanya.
Huruf fi pada kalimat fi judzu`I al-nakhl bermakna `ala fi yang
bermakna didalam.sesuai dengan makna yang dikehendaki pada ayat ini. Karena
makna yang dikehendaki adalah di atas pohon kurma, yaitu menggunakan huruf

11
Isim musytaq adalah isim yang diambil dari fi`ilnya, yaitu fi`il madhi melalui proses
penashrifan. Oleh karena itu , isim musytaq juga bisa disebut dengan isim mutashrrif. Adapun isim
mutasharrif adalah isim kalimat yang berubah-ubah. Ali Asrun Lubis, “Studi ttg isim musytaq’,
Jurnal Thariqah Ilmiah, Vol. 01, No.01, (Januari;2014), hal.312

9
`ala (diatas). Jadi,ayat di atas mengandung isti`arah taba`iyyah karena
musta`arnya(fi) adalah berupa huruf.
3. Musta`ar Minhu
Ditinjau dari segi musta`ar minhunya, isti`arah terbagi menjadi tiga yaitu;
a. Isti`arah Murasysyahah

‫ش َّب ِه ِب ِه‬ ْ َ ‫ارمنهُ أ‬


َ ‫ي ال ُم‬ ِ ‫َت ِب ُم ََل ِئ ِم ال ُم ْستَ َع‬
ْ ‫ارة ُ ال ِتي قَ َرن‬
َ ‫ي ا ِال ْس ِت َع‬
َ ‫ِه‬
Yaitu jenis isti`arah yang mana kata-kata atau ungkapan yang mengikutinya
sesuai dengan musta`air minhu atau musyabbah bihnya.
Seperti Contoh:

‫الر َبا‬ َ ‫ت أ َ ْزه‬


ُّ ‫َار‬ ْ َ‫اء اِذَا غَازَ ل‬
ِ ‫ص َب‬ ِ َ‫ُخلُ ُق فُ ََل ٍن أ َ َر ُّق ِم ْن ا َ ْنف‬
َّ ‫اس ال‬
Akhlak fulan itu lebih lebut dari pada nafas angin timur ketika bercanda dengan
bunga-bunga dataran tinggi.
Pada bait ini ,terdapat dua jenis, isti`arah, yaitu isti`arah makniyyah dan
isti`arah murasyssyahah. Isti`arah makniyyah pada kata al-shaba` (angin
berhembus dari timur)karena angin diserupakan dengan manusia, yaitu anfas
(bernafas) yang merupakan sifat manusia. Sedangkan isti`arah murasyssyahah
terdapat pada kata gazalat.
b. Isti`arah Mujarradah

‫ش َّب ِه‬ ْ َ ‫ار لَهُ إ‬


َ ‫ي ال ُم‬ ْ ‫َارة ُ الَّت ْي قَ َرن‬
ِ ‫َت ب ُم ََل ِئ ِم ال ُم ْستَ َع‬ َ ‫ي ا ِال ْس ِتغ‬
َ ‫ِه‬
Yaitu jenis isti`arah yang mana kata-kata atau ungkapan yang mengikutinya
sesuai dengan musta`ar lahu atau musyabbahnya.
Seperti Contoh dalam Al-Qur`an;
ْ ‫ان فَ َكفَ َر‬
‫ت‬ َ ‫ط َم ِٕى َّنةً يَّأ ْ ِت ْي َها ِر ْزقُ َها َر‬
ٍ ‫غدًا ِم ْن ُك ِل َم َك‬ ْ ‫َت ٰا ِم َنةً ُّم‬
ْ ‫ّٰللاُ َمثَ ًَل قَ ْر َيةً َكان‬
ّٰ ‫ب‬َ ‫ض َر‬
َ ‫َو‬
ِ ‫اس ْال ُج ْوعِ َو ْالخ َْو‬
ْ ‫ف ِب َما َكانُ ْوا َي‬
َ‫ص َنعُ ْون‬ ّٰ ‫ّٰللا فَاَذَاقَ َها‬
َ ‫ّٰللاُ ِل َب‬ ِ ّٰ ‫ِبا َ ْنعُ ِم‬
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang
dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari
segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena
itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan
apa yang selalu mereka perbuat.

10
Pada ayat diatas terdapat ungkapan majaz yaitu libas. Kata tersebut
bermakna pakaian yang diserupakan dengan al-hiss yang bermakna merasakan.
Keduanya diserupakan karena sama-sama bersifat mulazamah (melekat) Pakaian
melekat kepada si pemakai dan rasa melekat pada seseorang. Pada kalimat
berikutnya terdapat ungkapan yang sesuai dengan al-hiss, yaitu bima kanu yashna
`un.Maka, Isti`arah diatas dinamakan isti`arah Mujarradah.
c. Isti`arah Muthlaqah

‫هي االستعارة التي اليذكر فيها مَلئم المشبه وال مَلئم المشبه به او يذكر مَلئمها‬
‫معا‬
Yaitu jenis isti`arah yang pengungkapan kata-katanya tidak disertai kata yang
sesuai dengan musta`ar minhu dan musta`ar lshu ataupun disertai dengan ksta
yang sesuai dengan keduanya.12
Seperti Contoh;

َ‫ص َل َويُ ْف ِسد ُْون‬


َ ‫ّٰللاُ ِب ٓه ا َ ْن ي ُّْو‬ َ ‫ّٰللا ِم ْۢ ْن َب ْع ِد ِم ْيثَاقِ ۖه َو َي ْق‬
ّٰ ‫طعُ ْونَ َما ٓ ا َ َم َر‬ ِ ّٰ َ‫ع ْهد‬
َ َ‫ض ْون‬ُ ُ‫الَّ ِذيْنَ َي ْنق‬
ٰۤ ُ
َ‫ول ِٕىكَ ُه ُم ْال ٰخس ُِر ْون‬ ‫ضا‬ۗ ِ ‫فِى ْاالَ ْر‬
yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu
diteguhkan, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan
dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. Al-baqarah
2:27
Pada ayat diatas terdapat ungkapan majaz yaitu yauqudhuna,kata
tersebut bermakna menyalahi yang diserupakan dengan yaftahuna yang bermakna
membuka tali.Pada ungkapan majaz tersebut tidak terdapat kalimat yang sesuai
dengan musta`ar minhu dan musta`ar lahunya.

12
Moh. Chandziq Charisma, Tiga Aspek Kemukzijatanal-Qur`an..,hal. 312

11
BAB III

PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Isti`arah dalam ilmu balaghah merupakan bagian dari majaz.Oleh karena itu,
sebelum mengetahui lebih jauh pengertian isti`arah, lebih baiknya
mengetahui terlebih dahulu pengertian dari majaz. Kata majaz berasal dari
kata jaza yang memiliki arti kata yang dialihkan dari makna asalnya.
Sedangkan isti`arah menurut ulama bayan yaitu : Yaitu menggunakan suatu
lafadz pada selain makna asalnya karena ada hubungan yang berupa
keserupaan antara makna yang dipindah dan lafadz yang digunakan.
Para ulama Balaghah membagi isti`arah dalam beberapa aspek, yaitu sebagai
berikut:
1. Tharfai at-tasybih
a. Isti`arah Tashrihiyyah
Majaz isti`arah tashrihiyyah adalah gaya bahasa dengan cara membandingkan
sesuatu dengan sesuatu lainnya yang mempunyai sifat yang sama.
b. Isti`arah Makniyyah
2. Lafadz Musta’ir
Ditinjau dari segi lafadz musta`air yang digunakan, isti`arah terbagi menjadi
dua, yaitu;
a. Isti`arah Ashliyyah
b. Isti`arah Taba`iyyah
3. Musta`ar Minhu
Ditinjau dari segi musta`ar minhunya, isti`arah terbagi menjadi tiga yaitu;
a. Isti`arah Murasysyahah
b. Isti`arah Mujarradah
c. Isti`arah Muthlaqa

12
Daftar Pustaka
Al-'Akk, Khalid Abd al-Rahman, Ushûl al-Tafsîr wa Qawâ‟iduhu,
Damaskus: Dar al-Nafais, 1986.

Al-'Askari, Abu Hilal al-Hasad Ibnu Abdullah Ibnu Sahl, al-Furûq al-
Lugawiyyah, Beirut: Dâr al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1400 H.

Atiq, Abd al-Aziz, „Ilmu al-Bayân, Beirut: Dar Nahdhat al-„Arabiyah, 1405.

Arni, Jani, “Tafsîr al-Tahrîr wa al-Tanwîr Karya Muhammad Al-Thahir ibn


Âsyûr”, Jurnal Ushuluddin, Vol. XVII No. 1, Januari 2011.

Aziz, Husein, Ilmu Balaghah, Surabaya: UIN SA Press, 2014

13

Anda mungkin juga menyukai