Dosen Pengampu:
Drs. kasmuri, M.Ag
Oleh:
Kelompok 11
KELAS PMI B
PROGRAM STUDI PENGEMBANGANMASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2022
1
ULUMUL QUR’AN
(Ilmu Amtsal Al-Qur’an dan Tafsir Al-Qur’an)
PENDAHULUAN
Ilmu amtsal ul qur'an adalah salah satu cabang dari ulumul qur'an, dalam
bahasa Indonesia dikenal dengan istilah analogi. Hakikat-hakikat yang tinggi makna
dan tujuannya akan lebih menarik jika dituangkan dalam kerangka ucapan yang baik
dan mendekatkan pada pemahaman melalui analogi dengan sesuatu yang telah
diketahui secara yakin.Sebagaimana diketahui bahwa amtsal banyak sekali dijumpai
dalam al-Qur'an, oleh karena itu dikhususkan pembahasannya pada surah al-Baqarah.
Amtsal bagi manusia sangat besar sekali faedahnya.Namun, ada sebagian dari
ayat-ayat amtsal yang kurang mendapat perhatian dari mufassir bahkan ada yang
hanya menafsir-kan sekedarnya tanpa menguraikan lebih lanjut makna yang
terkandung di
dalam matsal tersebut. Dalam sastra matsal adalah suatu ungkapan perkataan yang
diceritakan dan sudah popular dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat
dalam perkataan itu dengan keadaan sesuatu yang karenanya perkataan itu
diucapkan.1
Kitab Suci Al-Qur'an merupakan kitab suci yang lengkap yang memuat segala hal
kehidupan manusia, seperti kehidupan di dunia ini berupa petunjuk ibadah, berkumpulnya
keluarga dan masyarakat, kisah-kisah manusia terdahulu dan kehidupan setelah mati berupa
kebangkitan, surga, neraka, dll. Ada banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menggambarkan hal-
hal yang samar dan abstrak. Orang tidak dapat mencernanya jika mereka hanya
mengandalkan akalnya saja. Sering kali ayat-ayat ini dibandingkan dengan hal-hal tertentu
agar orang dapat memahaminya. Para ahli tafsir menganggap perlu untuk memahami semua
ilmu yang menjelaskan perumpamaan-perumpamaan Al-Qur'an ini agar manusia dapat
belajar dari perumpamaan-perumpamaan tersebut.
1
Nuriani, M.Ag, Analogi Qur’ani Aneka Amsal Pada surah- al Baqarah, ( Banda Aceh,
2017)hlm.1 dan 5
2
Ibnu Faris dalam Mu’jam Muqayyisu al-Lughah menyebutkan bahwa kata-
kata matsal yaitu " الميم, والث??اء, ”والالمadalah huruf shahih yang menunjukkan pada
tempat melihat sesuatu. Amtsal dalam Al-Qur'an yaitu menunjukkan makna dalam
bentuk (perkataan) yang menarik dan padat serta mempunyai pengaruh yang
mendalam terhadap jiwa baik berupa tasybih ataupun perkataan bebas.
Amtsal adalah bentuk jama’ dari masal. Kata masal, misl dan masil adalah
sama dengan syabah, syibh, baik lafaz maupun maknanya. Imam al-Suyuthi dalam
kitab al-Itqon fi ulum al-Qur’an mengutip sebuah hadis :
ان القرأن نزل: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم:وأخرجه البيهقي عن أبي هريرة
فاعملوا بالحالل واجتنبوا. وأمثال, ومتشابه,ومحكم, وحرام, حالل:على خمسة أوجه
واعتبروا بالمثال, وامنوا بالمتشابه, واتبعوا المحكم,الحرام.
“dikeluarkan dari Imam Baihaqi dari Abu Hurairah: Rasulullah SAW berkata:
Sesungguhnya al-Qur’an diturunkan dalam lima bentuk: halal, haram, muhkam
2, mutasyabih 3 dan amtsal. Maka kerjakanlah yang halal, jauhi yang haram, ikuti
yang muhkam, yakini yang mutasyabih, dan ambillah pelajaran yang (berbentuk)
amtsal.”
3
merupakan
persyaratan yang harus dikuasai oleh seorang mujtahid.
Secara istilah, matsal dalam ilmu sastra adalah ungkapan kalimat yang
dihikayatkan dan terkenal. Ungkapan ini adalah menyerupakan keadaan sesuatu
dengan keadaan yang terdapat dalam ucapan itu. Sederhananya, maksud dari
pengertian ini adalah menyerupakan atau menyamakan sesuatu, keadaan maupun
seseorang dengan apa yang diwakili ungkapan itu.
Sedangkan menurut As-Suyuthi dalam Al-Itqan fii ‘Ulumul Quran, amtsal
tidak hanya diartikan peribahasa. Amtsal terdapat banyak makna di dalamnya yaitu
kesesuaian atau keseimbangan, pesan atau hikmah yang bisa di petik, keserupaan,
ataupun sesuatu yang mengagumkan.2
Kata matsal juga diartikan sebagai suatu “keadaan” dan “kisah yang
menakjubkan”
س ٍن َوَأنـْهَا ٌر ِم ْن
ِ تي ُو ِع َد ْال ُمتـَّقُونَ فِيهَا َأنـْهَا ٌر ِم ْن َما ٍء غَيرْ َآ
ِ ََّمثَ ُل الجْ نَّ ِة ال
2
Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang : Lentera Hati, 2013), 263.
3
Mahfudz Masduki, Kajian Amtsal Atas Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 41.
4
Nuraini, Analogi Qur’ani, (SEARFIQH, Banda Aceh, 2017)
4
MACAM-MACAM AMTSAL
Pembagian bentuk amtsal pada umumnya adalah menurut Manna’ Al-Qathaan
dan Muhammad Bakar Ismail. Menurut mereka, amtsal terbagi menjadi tiga macam,
yaitu:
Artinya : “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka
setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari)
mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat”.
ٌ ص ٌّم بُ ْك ٌم ُع ْم
َي فَهُ ْم اَل يَرْ ِجعُون ُ
Artinya : “Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan
.”yang benar)
ق َح? َذ َر َّ
ِ الص? َوا ِع َ ق يَجْ َعلُ??ونَ َأ
َص?ابِ َعهُْ?م فِي آ َذانِ ِه ْم ِمن ٌ ب ِمنَ ال َّس َما ِء فِي ِه ظُلُ َم
?ٌ ْات َو َر ْع ٌد َوبَر ٍ ِّصي َ َأوْ َك
?َ ت َوهَّللا ُ ُم ِحيطٌ بِ ْال َكافِ ِر
ين ِ ْْال َمو
5
Artinya : “Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai
gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya,
karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-
orang yang kafir”.
Adapun perumpamaan kedua yang berkaitan dengan air yaitu hujan lebat yang
disertai dengan kilat maupun petir sehingga orang-orang menutup telinganya karena
rasa takut adalah menyamakan keadaan golongan munafik yang telah mendengarkan
Al-Qur’an yang berisi perintah dan larangan namun tidak taat dan tidak mendengar.
Selain itu hujan disini dimaksud adalah sebagai ajaran-ajaran yang ada di dalam ayat-
ayat yang diturunkan oleh Allah dengan tujuan menerangi hati golongan orang-orang
munafik dan menghidupkannya. Namun, mereka menolak.5
Lewat amtsal yang dikemukakan pada ayat di atas dengan jelas dapat
diketahui bagaimana keadaan orang munafik di dalam menghayati dan mengamalkan
ajaran Islam. Mereka menerima islam ketika ada manfaat dan meninggalkannya
ketika mereka dapat ujian . Hal ini disebabkan mereka menilai Islam dari luar saja
tanpa mau menghayati keutamaan hakikat Islam itu sendiri sehingga ketika mendapat
cobaan mereka akan kembali menjadi kufur.6
2. Amtsal Al Kaminah
5
Mahfudz Masduki, Kajian Amtsal Atas Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 42.
6
Nuraini, Analogi Qur’ani, (SEARFIQH, Banda Aceh, 2017).
6
Definisi amtsal al Kaminah adalah suatu perumpamaan yang secara tersirat
menunjukkan amtsal namun tidak tercantumkan kata tamtsil (amtsal secara langsung)
atau jelas. Amsal ini dengan jelas menjelaskan situasi, ciri, dan peristiwa. Namun,
amtsal ini menarik dan indah dalam segi tatanan kalimat sehingga mempunyai
pengaruh. 7
Para ulama telah membuat contoh tentang amtsal seperti ini dengan beberapa
perumpamaan. Di antaranya:
Artinya: "Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda pertengahan di antara itu..." (al-
Baqarah ayat 68)
Artinya: "Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan jangan
pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah di antara kedua itu" (al-Isra' ayat 110).
b) Ayat yang senada dengan perkataan: ( ت??دان دین كماSeperti engkau berbuat, akan
diperbuat kepadamu). Misalnya firman Allah:
Artinya: "Barang siapa yang mengerjakan kejahatan niscaya akan di beri pembalasan
dengan kejahatan itu". (an-Nisa' ayat 123).
7
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung : J-art, 2004), 285.
7
Demikian beberapa contoh tentang amtsal kamimah, jika diperhatikan semua
ayat-ayat tersebut tidak terdapat lafadh matsal secara sarih (jelas), namun ayat-ayat
tersebut menunjukkan pada beberapa makna yang indah yang mempunyai pengaruh
tersendiri jika dipindahkan kepada yang menyerupai.8
3. Amtsal al Mursalah
8
Nuraini, Analogi Qur’ani, (SEARFIQH, Banda Aceh, 2017)
9
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung : J-art, 2004), 41
8
benak seseorang kecuali dengan dituangkan dalam bentuk inderawi yang dekat
dengan pemahaman.
اس َواَل يُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ُ ِص َدقَاتِ ُك ْم بِ ْال َمنِّ َواَأْل َذى َكالَّ ِذي يُ ْنف
ِ َّق َمالَهُ ِرَئا َء الن َ يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا اَل تُ ْب ِطلُوا
ص ْلدًا اَل يَ ْق ِدرُونَ َعلَى َش ْي ٍء ِم َّما َك َسبُوا…األية َ ُصابَهُ َوابِ ٌل فَتَ َر َكه َ ص ْف َوا ٍن َعلَ ْي ِه تُ َرابٌ فََأ
َ فَ َمثَلُهُ َك َمثَ ِل
10
dikutip dari https://u24.app/wLjii
9
Dan ada juga contoh dari surat Al-Baqarah ayat 275 yakni Menyingkap makna yang
sebenarnya dan menampilkan hal yang gaib dalam sesuatu yang tampak
الَّ ِذينَ يَْأ ُكلُونَ ال ِّربَا اَل يَقُو ُمونَ ِإاَّل َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَ َخبَّطُهُ ال َّش ْيطَانُ ِمنَ ْال َمسِّ …األية
Ayat di atas adalah menceritakan keadaan pemakan riba ketika bangkit dari
kubur kelak pada hari kiamat. Keadaan mereka pada saat itu yang masih gaib
diserupakan dengan keadaan orang gila yang kemasukan setan.
Az-Zarkasyi mengutip pendapat Zamakhsyari yang mengatakan: Adapun
tujuan perumpamaan itu adalah untuk mengungkapkan atau memperjelaskan makna,
mendekatkan hal- hal yang masih diragukan untuk diyakini. Perumpamaan dan yang
diumpakan dengannya biasanya sama, jika bernilai mulia perumpamaan dengan yang
bernilai mulia pula, demikian sebaliknya hal yang hina akan diumpama- kan dengan
yang hina pula.11
11
Nuraini, Analogi Qur’ani, (SEARFIQH, Banda Aceh, 2017)
10
kandungan Al-Quran baik dari segi pemahaman makna atau arti sesuai dikehendaki
Allah, menurut kadar kesanggupan manusia" (al-Zarqaniy).
Umumnya, ulama yang konsentrasi di bidang ilmu al-qur’an dan ilmu tafsir memiliki
rumusan definisi tafsir masing-masing yang diformulasikan secara beragam.dapat di
simpulkan bahwa tafsir memiliki tiga ciri utama yaitu :
Term 'tafsir' dan 'takwil' merupakan dua istilah yang populer sejak permulaan
Islam sampai sekarang. Namun istilah takwil pernah menimbulkan polemik yang
tajam di kalangan ulama, khususnya generasi muta'akhkhirin (ulama yang lahir
setelah periode salaf, mulai sekitar permulaan abad ke-4 Hijriah). Salah satu
penyebabnya ialah berbeda pemahaman dan persepsi antara generasi salaf (sahabat,
tabi'in, dan tabi'i al-tabi'in') dan generasi yang datang kemudian (muta'akhkhirin)
tentang konotasi istilah tersebut.
12
Jani Arni, S.Th.I, M.Ag, Metode penelitian Tafsir,(Pekan Baru-Riau 2013)hlm.1
11
Karena fungsi keduanya sama-sama menjelaskan makna suatu ayat yang
samar, maka ada kalangan ulama yang menya- makan maksud tafsir dengan
ta'wil. Di samping itu, terdapat pula ulama yang membedakannya, seperti al-
Raghib al-Ashfahani, Ibn Manshur, al-Maturidi dan Abu Thalib al-Taghlibi.
Mereka ber- pendapat bahwa tafsir lebih umum dibanding ta'wil, sebab tafsir
umumnya berfungsi menerangkan maksud yang terkandung dalam susunan
kalimat. Ta'wil digunakan untuk menjelaskan pengertian kitab-kitab suci,
sedangkan tafsir selain fungsi demikian juga ber- fungsi menerangkan hal-hal
yang lainnya.
mutaqaddim cenderung memahami istilah itu sama dengan 'tafsir Dengan
demikian, 'takwil' menurut mereka adalah sinonim (murâdif bagi 'tafsir'. Artinya,
'tafsir' adalah 'takwil' dan 'takwil' adalah 'tafsir Pengertian itulah yang mereka
pahami dari doa Nabi saw bagi Ibn Ya Allah anugerahilah ia Ib هللاُ فَقَ ْههُ فِى الدِّي ِن َو
َعلَّ ْمهُ التَّْأ ِوي َل:Abbas 'Abbas) pemahaman yang benar tentang ajaran agama dan
ajarilah ia takwil [tafsir]).
Yang dijelaskan dan diterangkan itu ayat-ayat al-Quran yang masih belum
jelas, maka tafsir al-Quran berarti menerangkan dan menjelaskan makna-makna yang
sulit pemahamannya dari ayat-ayat al-Quran.Sebagian ulama menurut al-Syirbashi
lebih merinci lagi pengertian tafsir dengan rumusan ilmu tentang turunnya ayat- ayat
al-Quran, sejarah dan situasi pada saat ayat itu diturunkan, juga sebab-sebab
diturunkannya ayat, meliputi sejarah tentang penyusunan ayat yang turun di Mekkah
(Makkiyah) dan yang di Madinah (Madaniyah), ayat-ayat yang muhkamat dan yang
mutasyabihat, ayat-ayat nasikh-mansukh, ayat khas dan 'am, ayat halal dan haram,
ayat kabar gembira dan ancaman, ayat perintah dan larangan dan lain-lain."
12
2. Ilmu-Ilmu (Pengetahuan) yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut.
3. Ilmu (Pengetahuan) yang merupakan hasil kegiatan ilmiah tersebut.
1. Tafsir bi Al-Matsur
Tafsir bi Al-matsur adalah tafsir yang disusun berdasarkan riwayat-riwayat seperti
dari nash Al-Quran, hadis Rasulullah , ucapan sahabat dan ucapan tab’in.
Sebagaimana dijelaskan oleh Al-farmawy, tafsir bi Al-Matsur (disebut pula bi Ar-
Riwayah dan An-Naql) adalah penafsiran Al-Quran yang mendasarkan pada
penjelasan Al-Quran sendiri , penjelasan Nabi, penjelasan para sahaat melalui
ijtihadnya, dan pendapat (aqwal) tabii’in. Jadi, bila merujuk definisi diatas, ada
empat otoritas yang enjadi menjadi sumber penafsiran bi Al- Matsur. Selanjutnya
acuan tafsir bi Al- Matsur adalah sebagai berikut:
a. Menafsirkan ayat Al-quran dengan ayat Al-Quran lainnya.
2. Tafsir bi Ar Ra’yi
13
setelah si Mufassir yang bersangkutan mengetahui metode yangdigunakan orang-
orang Arab ketika berbicara danmengetahui kosakata-kosakata Arab beserta
muatan artinya.13
13
Hasan Burhan, Ilmu Tafsir Qur’an Studi Islam, catpik.blogspot.com
14