Anda di halaman 1dari 14

ILMU AMTSAL AL QUR’AN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu:
Drs. kasmuri, M.Ag

Oleh:
Kelompok 11

Ahmad Aditya Nofadhon NIM: 2201046039


Oktasiyama Rosy NIM: 2201046029

KELAS PMI B
PROGRAM STUDI PENGEMBANGANMASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
TAHUN 2022

1
ULUMUL QUR’AN
(Ilmu Amtsal Al-Qur’an dan Tafsir Al-Qur’an)
PENDAHULUAN
Ilmu amtsal ul qur'an adalah salah satu cabang dari ulumul qur'an, dalam
bahasa Indonesia dikenal dengan istilah analogi. Hakikat-hakikat yang tinggi makna
dan tujuannya akan lebih menarik jika dituangkan dalam kerangka ucapan yang baik
dan mendekatkan pada pemahaman melalui analogi dengan sesuatu yang telah
diketahui secara yakin.Sebagaimana diketahui bahwa amtsal banyak sekali dijumpai
dalam al-Qur'an, oleh karena itu dikhususkan pembahasannya pada surah al-Baqarah.
Amtsal bagi manusia sangat besar sekali faedahnya.Namun, ada sebagian dari
ayat-ayat amtsal yang kurang mendapat perhatian dari mufassir bahkan ada yang
hanya menafsir-kan sekedarnya tanpa menguraikan lebih lanjut makna yang
terkandung di
dalam matsal tersebut. Dalam sastra matsal adalah suatu ungkapan perkataan yang
diceritakan dan sudah popular dengan maksud menyerupakan keadaan yang terdapat
dalam perkataan itu dengan keadaan sesuatu yang karenanya perkataan itu
diucapkan.1
Kitab Suci Al-Qur'an merupakan kitab suci yang lengkap yang memuat segala hal
kehidupan manusia, seperti kehidupan di dunia ini berupa petunjuk ibadah, berkumpulnya
keluarga dan masyarakat, kisah-kisah manusia terdahulu dan kehidupan setelah mati berupa
kebangkitan, surga, neraka, dll. Ada banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menggambarkan hal-
hal yang samar dan abstrak. Orang tidak dapat mencernanya jika mereka hanya
mengandalkan akalnya saja. Sering kali ayat-ayat ini dibandingkan dengan hal-hal tertentu
agar orang dapat memahaminya. Para ahli tafsir menganggap perlu untuk memahami semua
ilmu yang menjelaskan perumpamaan-perumpamaan Al-Qur'an ini agar manusia dapat
belajar dari perumpamaan-perumpamaan tersebut.

PENGERTIAN AMTSAL AL-QUR’AN

1
Nuriani, M.Ag, Analogi Qur’ani Aneka Amsal Pada surah- al Baqarah, ( Banda Aceh,
2017)hlm.1 dan 5

2
Ibnu Faris dalam Mu’jam Muqayyisu al-Lughah menyebutkan bahwa kata-
kata matsal yaitu "‫ الميم‬,‫ والث??اء‬,‫ ”والالم‬adalah huruf shahih yang menunjukkan pada
tempat melihat sesuatu. Amtsal dalam Al-Qur'an yaitu menunjukkan makna dalam
bentuk (perkataan) yang menarik dan padat serta mempunyai pengaruh yang
mendalam terhadap jiwa baik berupa tasybih ataupun perkataan bebas.

Amtsal adalah bentuk jama’ dari masal. Kata masal, misl dan masil adalah
sama dengan syabah, syibh, baik lafaz maupun maknanya. Imam al-Suyuthi dalam
kitab al-Itqon fi ulum al-Qur’an mengutip sebuah hadis :

‫ ان القرأن نزل‬:‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫وأخرجه البيهقي عن أبي هريرة‬
‫ فاعملوا بالحالل واجتنبوا‬.‫ وأمثال‬,‫ ومتشابه‬,‫ومحكم‬,‫ وحرام‬,‫ حالل‬:‫على خمسة أوجه‬
‫واعتبروا بالمثال‬,‫ وامنوا بالمتشابه‬,‫ واتبعوا المحكم‬,‫الحرام‬.

“dikeluarkan dari Imam Baihaqi dari Abu Hurairah: Rasulullah SAW berkata:
Sesungguhnya al-Qur’an diturunkan dalam lima bentuk: halal, haram, muhkam
2, mutasyabih 3 dan amtsal. Maka kerjakanlah yang halal, jauhi yang haram, ikuti
yang muhkam, yakini yang mutasyabih, dan ambillah pelajaran yang (berbentuk)
amtsal.”

Syeikh ‘Izzu al-Din dalam kitab yang sama, sesungguhnya Allah


membuat permisalan adalah sebagai peringatan, nasehat yang mengandung berbagai
macam bentuk. Baik berbentuk perintah, atau penegasan suatu pekerjaan, pujian,
celaan dan sebagainya, yang semua itu menunjukkan keberadaan suatu hukum.

Dengan demikian, amtsal merupakan salahsatu cara yang digunakan al-


Qur’an untuk menyampaikan pesan kepada pembacanya sehingga mampu mengambil
hikmah. Karena dengan menghadirkan sesuatu yang kongkrit untuk suatu pesan akan
lebih membekas dan gampang diingat. Ilmu amtsal merupakan salah datu
pembahasan dalam ulum al-Qur’an,sehingga imam Syafi’i menganggap ilmu ini

3
merupakan
persyaratan yang harus dikuasai oleh seorang mujtahid.

Secara istilah, matsal dalam ilmu sastra adalah ungkapan kalimat yang
dihikayatkan dan terkenal. Ungkapan ini adalah menyerupakan keadaan sesuatu
dengan keadaan yang terdapat dalam ucapan itu. Sederhananya, maksud dari
pengertian ini adalah menyerupakan atau menyamakan sesuatu, keadaan maupun
seseorang dengan apa yang diwakili ungkapan itu.
Sedangkan menurut As-Suyuthi dalam Al-Itqan fii ‘Ulumul Quran, amtsal
tidak hanya diartikan peribahasa. Amtsal terdapat banyak makna di dalamnya yaitu
kesesuaian atau keseimbangan, pesan atau hikmah yang bisa di petik, keserupaan,
ataupun sesuatu yang mengagumkan.2

Sementara itu, menurut Manna Khalil Al-qattan, beliau mendefinisikan amtsal


adalah menampakan atau menunjukkan makna dalam bentuk ungkapan yang menarik
serta mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap jiwa, berupa tasbih
(penyerupaan).3

Kata matsal juga diartikan sebagai suatu “keadaan” dan “kisah yang
menakjubkan”

‫س ٍن َوَأنـْهَا ٌر ِم ْن‬
ِ ‫تي ُو ِع َد ْال ُمتـَّقُونَ فِيهَا َأنـْهَا ٌر ِم ْن َما ٍء غَيرْ َآ‬
ِ َّ‫َمثَ ُل الجْ نَّ ِة ال‬

ُ‫لَبنَ ل َم يـَتـَغَيـَّرْ طَ ْع ُمه‬

Artinya: "Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang beriman di


dalamnya ada sungai dan air yang tiada berubah rasa dan baunya. (QS. Muhammad,
ayat 15).

Maksudnya kisah dan sifat syurga yang sangat menakjubkan.4

2
Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang : Lentera Hati, 2013), 263.
3
Mahfudz Masduki, Kajian Amtsal Atas Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 41.
4
Nuraini, Analogi Qur’ani, (SEARFIQH, Banda Aceh, 2017)

4
MACAM-MACAM AMTSAL
Pembagian bentuk amtsal pada umumnya adalah menurut Manna’ Al-Qathaan
dan Muhammad Bakar Ismail. Menurut mereka, amtsal terbagi menjadi tiga macam,
yaitu:

1. Amtsal Musharrahah atau al Qiyasiah

Definisi dari Amtsal al Musharrahah atau al Qiyasiahini adalah perumpamaan


yang terdapat dalam Al-Qur’an yang memiliki kesamaan dengan kejadian yang
terjadi di dalam masyarakat dalam kehidupannya. Amtsal ini juga memiliki arti
sebagai perumpamaan. Selain itu, amtsal ini lumayan banyak ditemukan di dalam Al-
Qur’an.

Salah satunya firman Allah adalah surat al Baqarah ayat 17-19:

‫ت اَل‬ ِ ُ‫َب هَّللا ُ بِن‬


ٍ ‫ور ِه ْ?م َوت ََر َكهُْ?م فِي ظُلُ َما‬ َ ‫َمثَلُهُ ْم َك َمثَ ِل الَّ ِذي ا ْستَوْ قَ َ?د نَارًا فَلَ َّما َأ‬
ْ ‫ضا َء‬
َ ‫ت َما َحوْ لَهُ َذه‬
ِ ‫يُ ْب‬
َ‫صرُون‬

Artinya : “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka
setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari)
mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat”.

ٌ ‫ص ٌّم بُ ْك ٌم ُع ْم‬
َ‫ي فَهُ ْم اَل يَرْ ِجعُون‬ ُ

Artinya : “Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan
.”yang benar)

‫ق َح? َذ َر‬ َّ
ِ ‫الص? َوا ِع‬ َ ‫ق يَجْ َعلُ??ونَ َأ‬
َ‫ص?ابِ َعهُْ?م فِي آ َذانِ ِه ْم ِمن‬ ٌ ‫ب ِمنَ ال َّس َما ِء فِي ِه ظُلُ َم‬
?ٌ ْ‫ات َو َر ْع ٌد َوبَر‬ ٍ ِّ‫صي‬ َ ‫َأوْ َك‬
?َ ‫ت َوهَّللا ُ ُم ِحيطٌ بِ ْال َكافِ ِر‬
‫ين‬ ِ ْ‫ْال َمو‬

5
Artinya : “Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai
gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya,
karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-
orang yang kafir”.

Pada ayat di atas, Allah menggambarkan dua macam perumpamaan untuk


golongan yang munafik, yaitu : perumpamaan nar atau api dan perumpamaan ma’i
atau air. Dua hal yang saling bertentangan, namun ditujukan untuk satu golongan.
Perumpamaan pertama yang diumpamakan dengan nar atau api adalah perumpamaan
orang yang menyalakan api untuk memberikan cahaya atau penerangan di
sekelilingnya. Hal ini digambarakan sebagai orang munafik yang mendapatkan ilmu
ataupun lingkungan karena telah masuk Islam. Namun, ternyata Islam tidak masuk ke
dalam hatinya atau tidak berpengaruh pada dirinya.

Adapun perumpamaan kedua yang berkaitan dengan air yaitu hujan lebat yang
disertai dengan kilat maupun petir sehingga orang-orang menutup telinganya karena
rasa takut adalah menyamakan keadaan golongan munafik yang telah mendengarkan
Al-Qur’an yang berisi perintah dan larangan namun tidak taat dan tidak mendengar.
Selain itu hujan disini dimaksud adalah sebagai ajaran-ajaran yang ada di dalam ayat-
ayat yang diturunkan oleh Allah dengan tujuan menerangi hati golongan orang-orang
munafik dan menghidupkannya. Namun, mereka menolak.5

Lewat amtsal yang dikemukakan pada ayat di atas dengan jelas dapat
diketahui bagaimana keadaan orang munafik di dalam menghayati dan mengamalkan
ajaran Islam. Mereka menerima islam ketika ada manfaat dan meninggalkannya
ketika mereka dapat ujian . Hal ini disebabkan mereka menilai Islam dari luar saja
tanpa mau menghayati keutamaan hakikat Islam itu sendiri sehingga ketika mendapat
cobaan mereka akan kembali menjadi kufur.6

2. Amtsal Al Kaminah

5
Mahfudz Masduki, Kajian Amtsal Atas Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 42.
6
Nuraini, Analogi Qur’ani, (SEARFIQH, Banda Aceh, 2017).

6
Definisi amtsal al Kaminah adalah suatu perumpamaan yang secara tersirat
menunjukkan amtsal namun tidak tercantumkan kata tamtsil (amtsal secara langsung)
atau jelas. Amsal ini dengan jelas menjelaskan situasi, ciri, dan peristiwa. Namun,
amtsal ini menarik dan indah dalam segi tatanan kalimat sehingga mempunyai
pengaruh. 7

Para ulama telah membuat contoh tentang amtsal seperti ini dengan beberapa
perumpamaan. Di antaranya:

a) Ayat-ayat yang senada dengan perkataan: (sebaik-baik urusan adalah


pertengahannya), yaitu:

1. Firman Allah mengenai sapi betina:

ْ ‫ك يـُبـ‬ ُ ‫قَالُوا ا ْد‬


ِ َ‫ال ِإنَّهُ يـَقُو ُل ِإنـَّهَا بـَقَ َرةٌ الَ ف‬
َ‫ارضٌ َوال‬ َ َ‫ينِّ لَنَا َما ِه َي ق‬َ َ َّ‫ع لَنَا َرب‬

َ‫ك فَافـْ َعلُوا َما تـُْؤ َمرُون‬ ٌ ‫بِ ْك ٌر َع َو‬


َ ِ‫ان بـَينَْ َذل‬

Artinya: "Sapi betina yang tidak tua dan tidak muda pertengahan di antara itu..." (al-
Baqarah ayat 68)

2. Firman-Nya mengenai shalat:

‫خ َر ِة َأ ْعتَ ْدنَا لهَُ ْم َع َذابًا َألِي ًما‬ ‫َْآل‬


ِ ‫َوَأ َّن الَّ ِذينَ الَ يـُْؤ ِمنُونَ بِا‬

Artinya: "Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan jangan
pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah di antara kedua itu" (al-Isra' ayat 110).

b) Ayat yang senada dengan perkataan: ‫( ت??دان دین كما‬Seperti engkau berbuat, akan
diperbuat kepadamu). Misalnya firman Allah:

...‫من يعمل سواء يجزبه‬

Artinya: "Barang siapa yang mengerjakan kejahatan niscaya akan di beri pembalasan
dengan kejahatan itu". (an-Nisa' ayat 123).

7
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung : J-art, 2004), 285.

7
Demikian beberapa contoh tentang amtsal kamimah, jika diperhatikan semua
ayat-ayat tersebut tidak terdapat lafadh matsal secara sarih (jelas), namun ayat-ayat
tersebut menunjukkan pada beberapa makna yang indah yang mempunyai pengaruh
tersendiri jika dipindahkan kepada yang menyerupai.8

3. Amtsal al Mursalah

Definisi Amtsal al Mursalah adalah perumpamaan ataupun kalimat-kalimat


bebas yang didalamnya tidak menggunakan lafal tasybih secara jelas, namun kalimat
ini tetap berfungsi sebagai matsal. Hal ini karena di dalamnya terdapat peringatan dan
pelajaran bagi manusia.9

Sebagai contoh dalam surat Al-Mudassir: 38

ٌ‫ت َر ِهينَة‬ ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬


ْ َ‫س بِ َما َك َسب‬

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa ynang telah diperbuatnya.”


Para ulama berbeda pendapat terhadap ayat-ayat Amsal Mursalah ini, apa atu bagai
mana hukum mempergunakan sebagai masal. Adapun menurut As-Suyuthi dan
Zarkasyi, Amtsal Al-Quran terbagi dalam dua bagian saja, yaitu musharrahah dan
kaminah.

KEGUNAAN AMTSAL AL-QUR’AN


Syaikh Manna’ al-Qaththan mengemukakan beberapa faedah-faedah seputar
amsal al-Quran. Beberapa di antaranya:

Menonjolkan sesuatu ma’qul (yang hanya bisa dijangkau di akal, abstrak)


dalam bentuk kongkrit yang dapat dirasakan oleh indra manusia, sehingga akal akan
mudah menerimanya. Sebab pengertian-pengertian yang abstrak itu sulit untuk dalam

8
Nuraini, Analogi Qur’ani, (SEARFIQH, Banda Aceh, 2017)

9
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung : J-art, 2004), 41

8
benak seseorang kecuali dengan dituangkan dalam bentuk inderawi yang dekat
dengan pemahaman.

Mengumpulkan makna-makna yang menarik, lagi indah dalam ungkapan yang


padat. Amsal lebih berpengaruh kepada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat,
lebih kuat dalam peringatan, dan lebih dapa memuaskan hati. Allah lebih banyak
menyebut amsal sebagai peringatan dan pelajaran.10

Menampilkan sesuatu yang abstrak (yang hanya bisa digambarkan dalam


pikiran) ke dalam bentuk sesuatu yang konkret (material) yang dapat ditangkap indera
agar akal dapat menerima pesan yang disampaikan oleh perumpamaan itu. Karena
makna yang abstrak bisa jadi membuat hati masih ragu maka perlu adanya
penggambaran dalam bentuk konkret agar mudah dicerna.
Contohnya pada surat al-Baqarah ayat 264:

‫اس َواَل يُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر‬ ُ ِ‫ص َدقَاتِ ُك ْم بِ ْال َمنِّ َواَأْل َذى َكالَّ ِذي يُ ْنف‬
ِ َّ‫ق َمالَهُ ِرَئا َء الن‬ َ ‫يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا اَل تُ ْب ِطلُوا‬
‫ص ْلدًا اَل يَ ْق ِدرُونَ َعلَى َش ْي ٍء ِم َّما َك َسبُوا…األية‬ َ ُ‫صابَهُ َوابِ ٌل فَتَ َر َكه‬ َ ‫ص ْف َوا ٍن َعلَ ْي ِه تُ َرابٌ فََأ‬
َ ‫فَ َمثَلُهُ َك َمثَ ِل‬

Artinya: “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)


sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),
seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu
licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa
yang mereka usahakan…”
Dalam ayat tersebut, hilangnya pahala sedekah (abstrak) yang disebabkan riya
(pamer) disamakan dengan hilangnya debu di atas batu licin (konkret) yang
disebabkan hujan.

10
dikutip dari https://u24.app/wLjii

9
Dan ada juga contoh dari surat Al-Baqarah ayat 275 yakni Menyingkap makna yang
sebenarnya dan menampilkan hal yang gaib dalam sesuatu yang tampak

‫الَّ ِذينَ يَْأ ُكلُونَ ال ِّربَا اَل يَقُو ُمونَ ِإاَّل َك َما يَقُو ُم الَّ ِذي يَتَ َخبَّطُهُ ال َّش ْيطَانُ ِمنَ ْال َمسِّ …األية‬

Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila…”

Ayat di atas adalah menceritakan keadaan pemakan riba ketika bangkit dari
kubur kelak pada hari kiamat. Keadaan mereka pada saat itu yang masih gaib
diserupakan dengan keadaan orang gila yang kemasukan setan.
Az-Zarkasyi mengutip pendapat Zamakhsyari yang mengatakan: Adapun
tujuan perumpamaan itu adalah untuk mengungkapkan atau memperjelaskan makna,
mendekatkan hal- hal yang masih diragukan untuk diyakini. Perumpamaan dan yang
diumpakan dengannya biasanya sama, jika bernilai mulia perumpamaan dengan yang
bernilai mulia pula, demikian sebaliknya hal yang hina akan diumpama- kan dengan
yang hina pula.11

PENGERTIAN TAFSIR AL-QUR’AN

Adapun tafsir adalah secara etimologi berani menjelaskan dan


mengungkapkan. Sedangkan menurut istilah adalah llmu yang Membahas tentang
cara mengucapkan lafadz-lafaz Al-Quran, makna-makna yang di tunjukkannya dan
hukum-hukumnya, baik hetika berdiri sendiri atau tersusun, serta makna-makna yang
dimungkinkannya ketika dalam Keadaan tersusun (al-Bahrul Muhith,). Ai-Zarkasyi
rnenyebutkan tafsir adalah ilmu yang membahas tentang kitabullah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW. yang berfungsi untuk menjelaskan makna dan
mengeluarkan hukum-hukum serta hikmah yang terkandung didalamnya). ial-
Zarkasyi, 1957, h' 13) Selain itu, tafsir dipahami sebagai ilmu yang membahas

11
Nuraini, Analogi Qur’ani, (SEARFIQH, Banda Aceh, 2017)

10
kandungan Al-Quran baik dari segi pemahaman makna atau arti sesuai dikehendaki
Allah, menurut kadar kesanggupan manusia" (al-Zarqaniy).

Umumnya, ulama yang konsentrasi di bidang ilmu al-qur’an dan ilmu tafsir memiliki
rumusan definisi tafsir masing-masing yang diformulasikan secara beragam.dapat di
simpulkan bahwa tafsir memiliki tiga ciri utama yaitu :

1. Objek pembahasan tafsir adalah al-quran al-karim yang merupakan firman


allah SWT, kepada nabi Muhammad SAW melalui perantara Jibril.Yang
berfungsi sebagai pedoman bagi manusia.
2. Tujuan Tafsir adalah menjelaskan, menerangkan, menyikapi kandungan,
sehingga ditemukan hikmah, hukum, ketetapan dan ajaran yang terkandung di
dalamnya.
3. Dilihat dari sifat dan kedudukannya, tafsir adalah hasil penalaran, kajian, dan
ijthad para musafir yang didasarkan pada kesanggupan dan kemampuan yang
dimilikinya sehingga suatu saat bisa ditinjau Kembali.12

PERBEDAAN TAFSIR AL-QUR’AN DENGAN TA’WIL DAN TERJEMAH

Term 'tafsir' dan 'takwil' merupakan dua istilah yang populer sejak permulaan
Islam sampai sekarang. Namun istilah takwil pernah menimbulkan polemik yang
tajam di kalangan ulama, khususnya generasi muta'akhkhirin (ulama yang lahir
setelah periode salaf, mulai sekitar permulaan abad ke-4 Hijriah). Salah satu
penyebabnya ialah berbeda pemahaman dan persepsi antara generasi salaf (sahabat,
tabi'in, dan tabi'i al-tabi'in') dan generasi yang datang kemudian (muta'akhkhirin)
tentang konotasi istilah tersebut.

A. Tafsir dan Ta’wil


Kata ta’wil dalam surah Ali-Imran (3):7
‫وما يعلم تأويله إال هللا‬
“padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan allah”

12
Jani Arni, S.Th.I, M.Ag, Metode penelitian Tafsir,(Pekan Baru-Riau 2013)hlm.1

11
Karena fungsi keduanya sama-sama menjelaskan makna suatu ayat yang
samar, maka ada kalangan ulama yang menya- makan maksud tafsir dengan
ta'wil. Di samping itu, terdapat pula ulama yang membedakannya, seperti al-
Raghib al-Ashfahani, Ibn Manshur, al-Maturidi dan Abu Thalib al-Taghlibi.
Mereka ber- pendapat bahwa tafsir lebih umum dibanding ta'wil, sebab tafsir
umumnya berfungsi menerangkan maksud yang terkandung dalam susunan
kalimat. Ta'wil digunakan untuk menjelaskan pengertian kitab-kitab suci,
sedangkan tafsir selain fungsi demikian juga ber- fungsi menerangkan hal-hal
yang lainnya.
mutaqaddim cenderung memahami istilah itu sama dengan 'tafsir Dengan
demikian, 'takwil' menurut mereka adalah sinonim (murâdif bagi 'tafsir'. Artinya,
'tafsir' adalah 'takwil' dan 'takwil' adalah 'tafsir Pengertian itulah yang mereka
pahami dari doa Nabi saw bagi Ibn Ya Allah anugerahilah ia Ib ‫هللاُ فَقَ ْههُ فِى الدِّي ِن َو‬
‫ َعلَّ ْمهُ التَّْأ ِوي َل‬:Abbas 'Abbas) pemahaman yang benar tentang ajaran agama dan
ajarilah ia takwil [tafsir]).

KEGUNAAN TAFSIR AL-QUR’AN

Yang dijelaskan dan diterangkan itu ayat-ayat al-Quran yang masih belum
jelas, maka tafsir al-Quran berarti menerangkan dan menjelaskan makna-makna yang
sulit pemahamannya dari ayat-ayat al-Quran.Sebagian ulama menurut al-Syirbashi
lebih merinci lagi pengertian tafsir dengan rumusan ilmu tentang turunnya ayat- ayat
al-Quran, sejarah dan situasi pada saat ayat itu diturunkan, juga sebab-sebab
diturunkannya ayat, meliputi sejarah tentang penyusunan ayat yang turun di Mekkah
(Makkiyah) dan yang di Madinah (Madaniyah), ayat-ayat yang muhkamat dan yang
mutasyabihat, ayat-ayat nasikh-mansukh, ayat khas dan 'am, ayat halal dan haram,
ayat kabar gembira dan ancaman, ayat perintah dan larangan dan lain-lain."

Sehingga ada 3 konsep yang terkandung dalam istilah tafsir :

1. Kegiatan ilmiah yang berfungsi memahami dan menjelaskan kandungan Al-


Quran.

12
2. Ilmu-Ilmu (Pengetahuan) yang dipergunakan dalam kegiatan tersebut.
3. Ilmu (Pengetahuan) yang merupakan hasil kegiatan ilmiah tersebut.

MACAM-MACAM TAFSIR AL QUR’AN

1. Tafsir bi Al-Matsur
Tafsir bi Al-matsur adalah tafsir yang disusun berdasarkan riwayat-riwayat seperti
dari nash Al-Quran, hadis Rasulullah , ucapan sahabat dan ucapan tab’in.
Sebagaimana dijelaskan oleh Al-farmawy, tafsir bi Al-Matsur (disebut pula bi Ar-
Riwayah dan An-Naql) adalah penafsiran Al-Quran yang mendasarkan pada
penjelasan Al-Quran sendiri , penjelasan Nabi, penjelasan para sahaat melalui
ijtihadnya, dan pendapat (aqwal) tabii’in. Jadi, bila merujuk definisi diatas, ada
empat otoritas yang enjadi menjadi sumber penafsiran bi Al- Matsur. Selanjutnya
acuan tafsir bi Al- Matsur adalah sebagai berikut:
a. Menafsirkan ayat Al-quran dengan ayat Al-Quran lainnya.

b. Menafsirkan Al-Quran dengan hadits Nabi.

c. Menafsirkan Al- Quran dengan pendapat Sahabat.

d. Menafsirkan Al-Quran dengan pendapat Tabi’in (masih diperselisihkan).

2. Tafsir bi Ar Ra’yi

Berdasarkan pengertian etimologi, ra’yi berarti kayakinan (i’tiqad), analogi


(qiyas), dan ijtihad. Dan ra’yi dalam terminologi tafsir adalah ijtihad. Dengan
demikian, tafsir bi Ar-Ra’yi sebagaimana di definisikan oleh Adz-Dzahabi adalah
tafsir yang penjelasannya diambil berdasrkan ijtihad dan pemikiran mufassir setlah
mengetahui bahasa Arab dan metodenya, dalil hukum yang menunjukan, serta
problema penafsiran, seperti Asbabun Nuzul dan nasikh Mansukh. Adapun Al-
farmawi mendefinisikan sebagai berikut: Menafsirkan Al-Quran dengan Ijtihad

13
setelah si Mufassir yang bersangkutan mengetahui metode yangdigunakan orang-
orang Arab ketika berbicara danmengetahui kosakata-kosakata Arab beserta
muatan artinya.13

13
Hasan Burhan, Ilmu Tafsir Qur’an Studi Islam, catpik.blogspot.com

14

Anda mungkin juga menyukai