Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MUNASABAH AL-QUR’AN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi al-Qur’an
Dosen Pengampu : Hj. Nadhifah, M.Si

Disusun oleh :
1. Alifatul Azifah (2008096044)
2. Amayuda Safii (2008096045)
3. Andri Aditya (2008096046)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI (1B)


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT berkat limpahan rahmat, karunia
dan kuasa-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat beserta salam
juga disanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat dari alam
kebodohan kepada alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Hj.
Nadhifah, M. S. I. pada bidang Studi Al-Qur’an. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang “Munasabah” bagi para pembaca dan kami selaku
penulis.

Dalam penyusunan proposal ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna dikarenakan pengalaman dan pengetahuan penulis yang
terbatas. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Semarang, Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian Munasabah.....................................................................................3
B. Macam-macam Munasabah al-Qur’an...........................................................6
C. Urgensi dan Kegunaan Munasabah al-Qur’an..............................................10
BAB 3 PENUTUP
Kesimpulan..............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................14

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci bagi semua umat manusia di dunia ini yang
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat
kerasulannya, yang berisi Wahyu Allah untuk memberi petunjuk kepada manusia
kearah yang terang dan jalan yang lurus agar manusia beriman kepada Allah SWT
sebagai pencipta Alam semesta sehingga mustahil untuk meyakini tuhan selain-Nya.
Setiap ayat yang turun Nabi SAW langsung menjelaskan kandungannya, dan
setiap peristiwa mendapatkan jawaban dari wahyu yang turun kepadanya. tetapi
untuk masa setelah wafatnya Nabi SAW tidak ada lagi penjelasan oleh nabi, hanya
tinggal Hadits, khabar, Atsar yang diyakini asli dari Nabi yang dapat dijadikan
rujukan. Seperti penjelasan atau penafsiran Ayat Al-Qur’an dengan Hadits yang
menerangkan Asbabun Nuzul  mengenai turunnya ayat tersebut, akan tetapi
permasalahan selanjutnya timbul, bagaimana dengan ayat yang tidak ada Asbabun
Nuzulnya?  Sebagian ulama memasukkan sebuah ilmu yang termasuk dalam kategori
ulumul qur’an yaitu Munasabah Al-qur’an.
Ilmu Munasabah merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan satu ayat
dengan ayat yang berikutnya baik yang terlihat jelas maupun yang tidak jelas.
Lahirnya pengetahuan tentang teori Munasabah (korelasi) ini tampaknya berawal
dari kenyataan bahwa sistematika Al-Qur’an sebagaiman terdapat dalam Mushaf
Usmani sekarang tidak berdasarkan atas fakta kronologis turunnya.
Oleh karena itu, kami akan membahas tentang Munasabah al-Qur’an dalam makalah
ini.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan apa pengertian dari Munasabah?
2. Jelaskan apa saja macam-macam dari Munasabah al-Qur’an?
3. Jelaskan apa kegunaan mempelajari Munasabah al-Qur’an?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Munasabah
2. Untuk mengetahui macam-macam dari Munasabah al-Qur’an
3. Untuk mengetahui kegunaan mempelajari Munasabah al-Qur’an

2
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Munasabah
Menurut As-Suyuthi, kata munasabah secara etimologis dapat diartikan dalam
dua kata yakni, al-musyakalah (keserupaan) dan al-muqarabah (kedekatan). Istilah
munasabha digunakan dalam ‘illat dalam bab qiyas, dan bereti Al-wash Al-muqarib
li Al-hukm (gambaran yang berhubngan dengan hukum) dikutip dari buku karya
Badr A-Din Muhammad bin ‘AbdillahAz-Zarkasyi dalam bukunya yang
berjudul Al-Burhan fi “Ulum Al-Qur’an. Istilah munasabah diungkapkan pula
dengan kata rabth  (pertalian).[1]
Berikut adalah beberapa definisi munasabah secara termologi:

1.        Menurut Manna’ Al-Qaththan


َ‫اط بَيْنَ ا ْل ُج ْملَ ِة َوا ْل ُج ْملَ ِة ِفى ْاألَيَ ِة ا ْل َوا ِح َد ِة أَ ْوبَيْنَ ْاألَيَ ِة َو ْاألَيَ ِة ِفى ْاألَيَ ِة ا ْل ُمتَ َع ِّد َد ِةأَ ْوبَيْن‬
ِ َ‫َو ْجهُ ْا ِإل ْرتِب‬
‫س ْو َر ِة‬
ُّ ‫س ْو َر ِة َوال‬
ُّ ‫ال‬.
Artinya:
“Munasabah adalah sisi keterkaitan antara beberapa ungkapan di dalam satu
ayat, atau antarayat pada beberapa ayat, atau antar surat (di dalam al-Qur’an).”

2.        Menurut Ibn Al-‘Arabi


‫سقَ ِة ا ْل َم َعانِ ْي ُم ْنتَ ِظ َم ِة ا ْل َمبَانِي‬
ِ َّ‫ض َحتَّى تَ ُك ْونَ َكا ْل َكلِ َم ِة ا ْل َوا ِح َد ِة ُمت‬ ِ ‫ي ا ْلقُ ْرآ ِن بَ ْع‬
ٍ ‫ض َهابِبَ ْع‬ ِّ َ‫إِ ْرتِبَاطُ أ‬
‫ع ْل ٌم ع َِظ ْي ٌم‬,ْ
ِ .
Artinya:
“Munasabah adalah keterikatan ayat-ayat Al-Qur’an sehingga seolah-olah
merupakan satu ungkapan yang mempunyai kesatuan makna dan keteraturan
redaksi. Munasabah merupakan ilmu yang sangat agung.”

3.        Menurut Al-Biqa’i
“Munasabah adalah suatu ilmu yang mencoba mengetahui alasan-alasan di balik
susunan atau urutan bagian-bagian al-Qur’an, baik ayat dengan ayat, atau surat
dengan surat.”

3
Dalam Ulumul Qur’an, munasabah berarti menjelaskan kolerasi makana
antarayat atau antarsurat, baik kolerasi itu bersifat umum atau khusus; rasional
(‘aqli), persepsi (hassiy), atau imajinatif (khayali); tau kolerasi berupa sebab-akibat,
‘llat dan ma’lul, perbandingan, dan perlawanan dikutip dari buku Mutiara Ilmu-
Ilmu Al-Qur’an karya Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki Al-Husni.

Untuk membuktikan apakah ada hubungan antara surat atau ayat dengan surat
atau ayat lain dalam al-Qu’an berikut beberapa contoh.

a) Hubungan surat al-‘Alaq [96] dengan surat al-Qadar [97].


Dalam surat al-‘Alaq, nabi dan umatnya disuruh membaca (iqra),
yang harus dibaca itu banyak sekali di antaranya adalah al-Qur’an. Maka
wajarlah jika surat berikutnya adalah surat al-Qadar yang menjelaskan
turunya al-Qur’an. Inilah keserasian susunan surat dalam al-Qur’an.

b) Hubungan surat al-Baqarah dengan surat al-Fatihah.


Pada awal surat al-Baqarah tertulis “kitab al-Qur’an ini tidak ada
keraguan di dalamnya. Pada surat al-Fatihah tercantum kalimat “tunjukilah
kami jalan yang lurus,”ini berarti bahwa ketika mereka meminta “tunjukilah
kami jalan yang lurus,” maka Allah menjawab: jalan lurus yang kalian minta
ini adalah al-Qur’an yang tidak ada keraguan di dalamnya.”

c) Keserasian surat al-Kautsar [108] dengan surat al-Ma’un [107].


Hubungan ini adalah hubungan dua hal yang berlawanan. Dalam surat
al-Ma’un, Allah menjelaskan sifat-sifat orang munafik; bakhil (tidak
memberi makan fakir miskin dan anak yatim), meninggalkan
shalat, riya, (suka pamer), dan tidak mau membayar zakat. Dalam surat al-
Kautsar Allah mengatakan “sesungguhnya Kami telah memberi nikmat
kepadamu banyak sekali (lawan dari bakhil, mangapa kamu bakhil?, tetaplah
menegakkan shalat); shalat kamu itu hendaklah karena Allah saja, dan
berkorbanlah, lawan dari enggan membayar zakat. Inilah keserasian yang

4
amat mengagumkan sebagai petanda adanya hikmah dalam susunan surat-
surat dalam al-Qur’an.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa sejarah munculnya kajian tentang munasabah


tidak terjadi pada masa Rasulullah, melainkan setelah berlalu sekitar tiga atau
empat abad setelah masa beliau. Hal ini berarti, bahwa kajian ini
bersifat taufiqi (pendapat para ulama). Karena itu, keberadaannya tetap sebagai
hasil pemikiran manusia (para ahli Ulumul-Qur’an) yang bersifat relatif,
mengandung kemungkinan benar dan kemungkinan salah. Sama halnya dengan
hasil pemikiran manusia pada umumnya, yang bersifat relatif (Zhanniy).
Sungguhpun keberadaannya mengandung nilai kebenaran yang relatif, namun
dasar pemikiran tentang adanya munasabah dalam al-Qur’an ini berpijak pada
prinsip yang bersifat absolut. Yaitu suatu prinsip, bahwa tartib (susunan) ayat-ayat
al-Qur’an, sebagaimana kita lihat sekarang adalah bersifat Tauqifi yakni suatu
susunan yang disampaikan oleh Rasulullah berdasarkan petunjuk dari Allah
(wahyu), bukan susunan manusia, atas dasar pemikiran inilah, maka sesuatu yang
disusun oleh Dzat Yang Maha Agung tentunya berupa susunan yang sangat teliti
dan mengandung nilai-nilai filosofis (hikmah) yang sangat tinggi pula. Oleh sebab
itu, secara sistematis tentulah dalam susunan ayat-ayat al-Qur’an terdapat korelasi,
keterkaitan makna (munasabah) antara suatu ayat dengan ayat dengan ayat
sebelumnya atau ayat sesudahnya. Karena itu pula, sebagaimana ulama menamakan
ilmu munasabah ini dengan ilmu tentang rahasia/hikmah susunan ayat-ayat dan
surat-surat dalam al-Qur’an.
Asy-Syatibi menjelaskan bahwa satu surat, walaupun dapat mengandung banyak
masalah namun masalah-masalah tersebut berkaitan antara satu dengan yang
lainnya. Sehingga seseorang hendaknya jangan hanya mengarahkan pandangan
pada awal surat, tetapi hendaknya memperhatikan pula akhir surah atau sebaliknya.
Karena bila tidak demikian, akan terabaikan maksud ayat-ayat yang diturunkan itu.
Mengetahui hubungan antara suatu ayat atau surah lain (sebelum atau
sesudahnya) tidaklah kalah pentingnya dengan mengetahui sebab nuzulul ayat.
Sebab mengetahui adanya hubungan antara ayat-ayat dan surah-surah itu dapat pula

5
membantu kita memahami dengan tepat ayat-ayat dan surah-surah yang
bersangkutan.
Ilmu ini dapat berperan mengganti ilmu asbabul nuzul, apabila kita tidak dapat
mengetahui sebab turunnya suatu ayat tetapi kita bisa mengetahui adanya relevansi
ayat itu dengan yang lainnya. Sehingga di kalangan ulama timbul masalah mana
yang didahulukan antara mengetahui sebab turunnya ayat dengan mengetahui
hubungan antara ayat itu dengan yang lainnya.
Tentang masalah ilmu munasabah di kalangan ulama’ terjadi perbedaan
pendapat, bahwa setiap ayat atau surat selalu ada relevansinya dengan ayat atau
surat lain. Ada pula yang menyatakan bahwa hubungan itu tidak selalu ada. Tetapi
sebagian besar ayat-ayat dan surah-surah ada hubungannya satu sama lain. Ada
pula yang berpendapat bahwa mudah mencari hubungan antara suatu ayat dengan
ayat lain, tetapi sukar sekali mencari hubungan antara suatu surat dengan surat
lainnya.
Muhammad Izah Daruzah mengatakan bahwa semula orang menyangka antara satu
ayat atau surat dengan ayat atau surat yang lain tidak memiliki hubungan antara
keduanya. Tetapi kenyataannya, bahwa sebagian besar ayat-ayat dan surat-surat itu
ada hubungan antara satu dengan yang lain.
Untuk meneliti keserasian susunan ayat dan surat (munasabah) dalam Alquran
diperlukan ketelitian dan pemikiran yang mendalam. As-Suyuthi menjelaskan ada
beberapa langkah yang perlu diperhatikan untuk menemukan munasabah ini, yaitu:

1. Harus diperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi objek pencarian.
2. Memerhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam
surat.
3. Menentukan tingkatan-tingkatan itu, apakah ada hubungannya atau tidak.
4. Dalam mengambil kesimpulannya, hendaknya memerhatikan ungkapan-
ungkapan bahasanya dengan benar dan tidak berlebihan.

B. Macam-macam Munasabah al-Qur’an


Berdasarkan kepada beberapa pengertian sebagaimana yang telah dikemukakan
di atas, pada prinsipnya munasabah al-Qur’an mencakup hubungan antar kalimat,

6
antar ayat, serta antar surat. Macam-macam hubungan tersebut apabila diperinci
akan menjadi sebagai berikut :
1. Munasabah antara surat dengan surat.
2. Munasabah antara nama surat dengan kandungan isinya.
3. Munasabah antara kalimat dalam satu ayat.
4. Munasabah antara ayat dengan ayat dalam satu surat.
5. Munasabah antara nama surat dengan tujuan turunnya
6. Munasabah antara uraian surat dengan akhir uraian surat.
7. Munasabah antara akhir surat dengan awal surat berikutnya.
8. Munasabah antara ayat tentang satu tema.
9. Munasabah antara penutup surat terdahulu dengan awal surat berikutnya

Dalam upaya memahami lebih jauh tentang aspek-aspek munasabah yang telah
disebutkan di atas, maka berikut penjelasan detail mengenai macam-macam
Munasabah sesuai daftar di atas :

1. Munasabah antara surat dengan surat


Keserasian hubungan atau munasabah antar surah ini pada hakikatnya
memperlihatkan kaitan yang erat dari suatu surah dengan surah lainnya. Bentuk
munasabah yang tercermin pada masing-masing surah, kelihatannya
memperlihatkan kesatuan tema. Salah satunya memuat tema sentral, sedangkan
surah-surah yang lainnya menguraikan sub-sub tema berikut perinciannya baik
secara umum maupun secara parsial. salah satu contoh yang dapat diajukan di sini
adalah munasabah yang dapat ditarik pada tiga surah beruntun, masing-masing Q. S
al-Fatihah. (1), Q. S al-baqarah dan Q. S Al-Imran.

2. Munasabah antara nama surat dengan kandungan isinya

Nama suatu surah pada dasarnya bersifat tawqifi. Namun beberapa bukti
menunjukkan bahwa suatu surah terkadang memiliki satu nama dan terkadang dua
nama atau lebih. Tampaknya ada rahasia dibalik nama tersebu. Para ahli tafsir
sebagaimana yang dikemukan oleh sayuthi melihat adanya keterkaitan antara nama-

7
nama surah dengan isi atau uraian yang dimuat dalam suatu surah. Kaitan antara
nama surah dengan isi ini dapat di indentifikasikan sebagai berikut:

a. Nama diambil dari urgensi isi serta kedudukan surah. Nama surah al-
fatihah disebut dengan umm al-kitab karena urgensinya dan disebut dengan
al-Fatihah karena kedudukannya.

b. Nama diambil dari perumpamaan, peristiwa, kisah atau peran itu syarat
dengan ide. Di sini dapat disebut nama-nama surah: al-‘Ankabut, al-Fath,
al-Fil, al-Lahab dan sebagainya.

c. Nama sebagai cerminan isi pokoknya, misalnya al-ikhlas karena


mengandung ide pokok keimanan yang paling mendalam serta kepasrahan;
al-Mulk, mengandung ide pokok hakikat kekuasaan dan sebagainya.

3. Munasabah antara kalimat dalam satu ayat

Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam satu ayat
dapat dilihat dari dua segi. Pertama adanya hubungan langsung antar kalimat secara
konkrit yang jika hilang atau terputus salah satu kalimat akan merusak isi ayat.
Identifikasi munasabah dalam tipe ini memperlihatkan ciri-ciri ta’kid / tasydid
( penguat / penegasan ) dan tafsir / I’tiradh ( interfretasi / penjelasan dan ciri-
cirinya). Contoh sederhana ta’kid

4. Munasabah antara ayat dengan ayat dalam satu surat

Untuk melihat munasabah semacam ini perlu diketahui bahwa ini didaftarkan
pada pandangan datar yaitu meskipun dalam satu surah tersebar sejumlah ayat,
namun pada hakikatnya semua ayat itu tersusun dengan tertib dengan ikatan yang
padu sehingga membentuk fikiran serta jalinan informasi yang sistematis. Untuk
menyebut sebuah contoh, ayat-ayat diawal Q.S al-Baqarah 1 – 20 memberikan
sistematika informasi tentang keimanan, kekufuran, serta kemunafikan. Untuk

8
mengidentifikasikan ketiga tipologi iman, kafir dan nifaq, dapat ditarik hubungan
ayat-ayat tersebut.

5. Munasabah antara nama surat dengan tujuan turunnya

Al-Biqai menjelaskan bahwa nama-nama surat al-Qur’an merupakan “inti


pembahasan surat tersebut serta penjelasan menyankut tujuan”. Setiap surat
mempunyai tema pembicaraan yang sangat menonjol, dan itu tercermin dalam
nama-nama masing-masing surat, seperti surat al-Baqarah, surat yusuf, surat an-
Naml, dab surat al-Jinn. Cerita tentang lembu betina dalam surat al-Baqarah
umpamanya merupakan inti pembicaraan surat tersebut, yaitu kekuasaan Allah
membangkitkan orang mati. Surat Yusuf mengisahkan Nabi Yusuf a.a.s. yang
dibuang ke sumur oleh saudara-saudaranya, kemudian setelah menjadi orang orang
istana ia difitnah memperkosa Zulaekha, permasuri penguasa Mesir, padahal justru
wanita itu yang berusaha memaksa Yusuf melakukan pembuatan tidak terpuji.
Surat al-Jinn yang mengisahkan bahwa Jin adalah mahluk yang juga sering
mendengarkan bacaan al-Qur’an, dsb. Singkat cerita semua nama surat
mencerminkan isi dari surat itu.

6. Munasabah antara uraian surat dengan akhir uraian surat

Salah satu rahasia keajaiban al-Qur’an adalah adanya keserasian serta hubungan
yang erat antara awal uraian suatu surat dengan akhir uraiannya. Sebagai contoh,
dikemukakan oleh al-Zamakhsyari demikian juga al-Kirmani bahwa Q.S al-
Mu’minun diawali dengan “‫ون‬zz‫ ( “ قد افلح المؤمن‬respek Tuhan kepada orang-orang
Mukmin ) dan diakhiri dengan “‫ ( “ انه اليفلح الكافرين‬sama sekali Allah tidak menaruh
respek terhadap orang-orang Kafir ). Dalam Q.S al-Qashas, al-Sayuthi melihat
adanya munasabah antara pembicaraan tentang perjuangan Nabi Musa menghadapi
Fir’aun seperti tergambar pada awal surah dengan Nabi Muhammad Saw yang
menghadapi tekanan kaumnya seperti tergambar pada situasi yang dihadapi oleh
Musa As dan Muhammad Saw, serta jaminan Allah bahwa mereka akan
memperoleh kemenangan.

7. Munasabah antara akhir sura dengan awal surat berikutnya

9
Misalnya akhir surah al-Waqi’ah / 96 :

‫فسبح باسم ربك العظيم‬


“Maka bertasbihlah dengan ( menyebut ) nama Tuhanmu Yang Maha Besar”.

Lalu surah berikutnya, yakni surah al-Hadid / 57 ayat 1 :

‫سبح هللا مافى السموات واألرض وهو العزيز الحكيم‬


“Semua yang berada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah ( menyatakan
kebesaran Allah ). Dan Dia-lah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

8. Munasabah antara ayat tentang suatu tema


Munasabah antar ayat tentang satu tema ini, sebagaimana dijelaskan oleh al-
Sayuthi, pertama-tama dirintis oleh al-Kisa’I dan al-Sakhawi. Sementara al-
Kirmani menggunakan metodologi munasabah dalam membahas mutasyabih al-
Qur’an dengan karyanya yang berjudul al-Burhan fi Mutasyabih al-Qur’an. Karya
yang dinilainya paling bagus adalah Durrah al-Tanzil wa Gharrat al-Ta’wil oleh
Abu ‘Abd Allah al-Razi dan Malak al-Ta’wil oleh Abu Ja’far Ibn al-Zubair

9. Munasabah penutup surat terdahulu dengan awal surat berikutnya


Munasabah antar ayat tentang satu tema ini, sebagaimana dijelaskan oleh al-
Sayuthi, pertama-tama dirintis oleh al-Kisa’I dan al-Sakhawi. Sementara al-
Kirmani menggunakan metodologi munasabah dalam membahas mutasyabih al-
Qur’an dengan karyanya yang berjudul al-Burhan fi Mutasyabih al-Qur’an. Karya
yang dinilainya paling bagus adalah Durrah al-Tanzil wa Gharrat al-Ta’wil oleh
Abu ‘Abd Allah al-Razi dan Malak al-Ta’wil oleh Abu Ja’far Ibn al-Zubair

C. Urgensi dan Kegunaan Mempelajari Munasabah al-Qur’an


Munasabah di dalam memahami Al-Qur’an sangatlah penting, karena dengan
dikuasainya ilmu ini maka akan dapat merasakan secara mendalam bahwa Al-
Qur’an merupakan satu kesatuan yang utuh dalam untaian kata-kata yang harmonis
dengan makna yang kokoh, tepat, dan akurat sehingga sedikitpun tak ada cacat.

10
Selain itu, dengan munasabah dapat memberikan gambaran yang semakin terang
bahwa Al-Qur’an itu betul-betul kalam Allah, tidak hanya teksnya, melainkan
susunan dan urutan ayat-ayat dan surat-suratnya pun atas petujuk-Nya.

Tanpa adanya munasabah, seseorang akan kesulitan dalam memahami Al-


Qur’an, dan ada kemungkinan keliru dalam memahami dan menafsirkannya seperti
kekeliruan Guillaume yang menganggap sistematika susunan Al-Qur’an kacau
karena ayat-ayat madaniyat masuk ke kelompok ayat makiyyat da sebaliknya.

Dengan dikuasainya ilmu tanasub, seseorang akna merasakan suatu mukjizat


yang luar biasa dalam susunan ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur’an. Mengetahui
penempatan suatu kata atau kalimat dalam untaian ayat-ayat Al-Qur’an betul-betul
sangat tepat dan akurat, baik dari segi susunan dan uslub, maupun makna dan
pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.

Menurut Prof. Dr. H. Rachmat Syafe’I, MA, manfaat mempelajari munasabah,


antara lain:

a. Menghindari kekeliruan dalam menafsirkan Al-Qur’an, sebab munculnya


kekeliruan dalam menafsirkan Al-Qur’an adalah karena tidak mengetahui
munasabah
b. Intensifikasi pengertian Al-Qur’an.

Pakar ulama tafsir seperti Ibn al-‘Arabi menyatakan bahwa kajian munasabat
adalah suatu ilmu yang besar dan mulia, hanya orang-orang tertentu yang dapat
menggalinya. Al-Zarkasyi juga mengakui pentingnya ilmu ini dengan menyatakan
secara tegas bahwa munasabat adalah ilmu yang amat mulia yang dapat memelihara
dan meluruskan pola pikir serta mengenal kadar kemampuan seseorang dalam
berbicara

Sebagaimana Asbabun Nuzul, Munasabah dapat berperan dalam memahami Al-


Qur’an. Muhammad Abdullah Darraz berkata : ”Sekalipun permasalahan yang
diungkapkan oleh surat-surat itu banyak, semuanya merupakan satu kesatuan
pembicaraan yang awal dan akhirnya saling berkaitan. Maka bagi orang yang
hendak memahami sistematika surat semestinyalah ia memperhatikan
keseluruhannya, sebagaimana juga memperhatikan permasalahannya”.

11
Maka, dalam mempelajari Munasabah  ini banyak sekali terkandung Faedah dan
kegunaannya, sebagaimana diuraikan dibawah ini :

1. Mengetahui persambungan/hubungan antara bagian Al-Quran, baik antara


kalimat atau antar ayat maupun antar surat, sehingga lebih memperdalam
pengetahuan dan pengenalan terhadap kitab Al-Qur’an sehingga memperkuat
keyakinan terhadap kewahyuan dan kemukjizatannya.(Abdul Djalal, H.A, 1998:
165).
2. Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Bila tidak
ditemukan Asbabun Nuzulnya. Setelah diketahui hubungan suatu kalimat atau
suatu ayat dengan kalimat atau ayat yang lain, dimungkinkan seseorang akan 
mudah mengistimbathkan hukum-hukum atau isi kandungannya.
3. Untuk memahami keutuhan, keindahan, dan kehalusan bahasa, (mutu dan
tingkat balaghah Al-Qur’an ) serta dapat membantu dalam memahami keutuhan
makna Al-Qur’an itu sendiri.

Selain kaguanaan mempelajari munasabah dianggap penting, maka seseorang


yang ingin menemukan korelasi/hubungan antar ayat atau antar surat, sangat
diperlukan kejernihan rohani dan rasio, agar terhindar dari kesalahan penafsiran
(Muhammad Chirzin, 1998 : 58). Serta membaca secara cermat kitab-kitab tafsir
tentu akan membantu menemukan berbagai segi kesesuaian (munasabah) tersebut.

12
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
Munasabah berarti menjelaskan kolerasi makana antarayat atau antarsurat, baik
kolerasi itu bersifat umum atau khusus; rasional (‘aqli), persepsi (hassiy), atau
imajinatif (khayali); tau kolerasi berupa sebab-akibat, ‘llat dan ma’lul,
perbandingan, dan perlawanan dikutip dari buku Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur’an
karya Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki Al-Husni.

Pembagian Munasabah:
1. Munasabah antara surat dengan surat.
2. Munasabah antara nama surat dengan kandungan isinya.
3. Munasabah antara kalimat dalam satu ayat.
4. Munasabah antara ayat dengan ayat dalam satu surat.
5. Munasabah antara nama surat dengan tujuan turunnya
6. Munasabah antara uraian surat dengan akhir uraian surat.
7. Munasabah antara akhir surat dengan awal surat berikutnya.
8. Munasabah antara ayat tentang satu tema.
9. Munasabah antara penutup surat terdahulu dengan awal surat berikutnya

Kegunaan mempelajari Munasabah al-Qur’an:


1. Mengetahui persambungan/hubungan antara bagian Al-Quran
2. Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.
3. Dapat membantu dalam memahami keutuhan makna Al-Qur’an itu sendiri.

13
DAFTAR PUSTAKA

SUMBER :
https://fanshob.wordpress.com/2010/03/21/keserasian-antara-ayat-dengan-ayat-dan-
surat-dengan-surat-munasabat/

https://bagasdiwantaraword.wordpress.com/2016/10/21/pengertian-dan-macam-macam-
munasabah/

https://dedikayunk.wordpress.com/2014/11/19/munasabah-dalam-al-quran/

14
15

Anda mungkin juga menyukai