Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ULUMUL QURAN

(ASBABUN NUZULUL QU’RAN)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an

Dosen pengampu : Bapak Maslihan M.Ali,MSI

Disusun oleh kelompok 2 (Dua) :

1.Irana Nurul Maya Mawaddah (22.13.00125)

2. Khusniyyah (22.13.00012)

3. Lathifatul Munawaroh (22.13.00111)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT PESANTREN MATHOLI’UL FALAH

Pati

2022
Kata Pengantar

Terimakasih kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena


berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Asbabun Nuzulul Qur’an” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an yang
diberikan oleh Bapak Maslihan M.Ali,MSI.

Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah


membantu kami dalam menyusun makalah ini, baik itu teman-teman, dosen,
dan semua yang telah membantu kami mengerjakan makalah ini dan kami
tidak bisa menyebutnya satu-persatu.

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bernilai baik, dan dapat
digunakan dengan sebaik-baiknya.Kami menyadari bahwa makalah yang kami
susun ini belumlah sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
dalam rangka penyerpunaan untuk pembuatan makalah selanjutnya.Sesudah
dan sebelum ini kami ucapkan terimakasih.

Purworejo, 23 September 2022

Kelompok 2

i
Daftar Isi

Kata Pengantar…………………………………………..................................................................i

Daftar isi……………………………….………………........................…………………….........................ii

Bab I Pendahuluan…………………….………………………………………........................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................1

Bab II Pembahasan...................................................................................................2

2.1 Pengertian Asbabun Nuzul............................................................................2


2.2 Macam-macam dan pembagian Asbabun Nuzul........................................3
2.3 Redaksi Asbabun Nuzul.................................................................................8
2.4 Manfaat Asbabun Nuzul..............................................................................10

Bab III Penutup........................................................................................................11

3.1 Kesimpulan...................................................................................................11

Daftar Pustaka.........................................................................................................13

ii
Bab I

Pendahuluan

1.1Latar Belakang

Al-Qur’an telah diturunkan agar dijadikan sebagai petunjuk dalam


menghadapi berbagai situasi dan masa yang akan datang. Namun demikian,
ayat-ayat tersebut memang diturunkan dalam berbagai situasi dan waktu yang
berbeda-beda.Untuk lebih memahami kandungan ayat-ayat al-qur’an, kiranya
diperlukan pengetahuan tentang latar belakang turunnya ayat-ayat al-qur’an,
atau yang sering disebut Asbaabun Nuzuul (sebab-sebab turunnya suatu ayat).
Dengan mengetahui asbaabun nuzuul suatu ayat, kita akan terlepas dari keragu
-raguan dalam menafsirkannya.

1.2Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Asbaabun Nuzuul Al-Qur’an?

2. Apa saja macam-macam dan pembagian Asbaabun Nuzuul?

3. Apa saja redaksi Asbaabun Nuzuul Al-Qur’an?

4. Apa saja manfaat Asbaabun Nuzuul Al-Qur’an?

1.3Tujuan penulisan

1. Mengetahui pengertian Asbaabun Nuzuul Al-Qur’an.

2. Mengetahui macam-macam dan pembagian Asbaabun Nuzuul.

3. Mengetahui redaksi Asbaabun Nuzuul Al-Qur’an.

4. Mengetahui manfaat Asbaabun Nuzuul Al-Qur’an.

1
Bab II

Pembahasan

2.1 Pengertian

Materi 'Ulumu al-Qur'an yang tidak kalah penting dipelajari dalam rangka
mengkaji dan memahami al Qur'an adalah pengetahuan tentang asbabun nuzul.
Secara etimologi, asbabun nuzul terdiri atas dua kata, yaitu asbab, jamak dari
sabab, yang berarti sebab-sebab atau latar belakang; dan juga nuzul yang
berarti turun."Materi 'Ulumu al-Qur'an yang tidak kalah penting dipelajari dalam
rangka mengkaji dan memahami al Qur'an adalah pengetahuan tentang
asbabun nuzul.Secara etimologi, asbabun nuzul terdiri atas dua kata, yaitu
asbab, jamak dari sabab, yang berarti sebab-sebab atau latar belakang; dan
juga nuzul yang berarti turun."

Apabila dikaitkan dengan al-Qur'an, maka asbabun nuzul merupakan


pengetahuan mengenai sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya surat,
ayat atau al Qur'an secara keseluruhan.

Secara terminologi, M. Hasbi ash-Shiddiqie mendefinisikan asbabun


nuzul sebagai suatu kejadian yang karena nya al-Qur'an diturunkan untuk
menerangkan hukumnya pada hari timbulnya kejadian itu serta suasana yang di
dalamnya al-Qur'an diturunkan dan membicarakan sebab itu, baik diturunkan
langsung sesudah terjadi sebab tersebut atau lantaran adanya suatu hikmah.

Di kalangan umat Islam, ada fenomena menarik ter kait dengan cara
memahami al-Qur'an. Sebagian ulama berpandangan bahwa pemahaman al-
Qur'an mesti didasarkan atau disesuaikan dengan situasi atau konteks yang
melatarbelakangi turunnya suatu ayat.Pandangan inilah yang kemudian
melahirkan kaidah al-'ibratu bikhushushi al-sabab la bi'umumi al-lafdzi
(kesimpulan makna didasarkan pada kekhususan sebab turunnya ayat, bukan
atas keumuman lafalnya). Sementara itu, sebagian yang lain berpandangan
sebaliknya, yakni pemahaman al-Qur'an harus didasarkan pada keumuman lafal
ayat, bukan pada kekhususan sebab turunnya ayat. Pandangan ini melahirkan
kaidah al-'ibratu bi umumi al-lafdzi lá bikhushushi as-sabab.

Menurut Az-Zarqani, asbabun nuzul merupakan keterangan mengenai

2
suatu ayat atau rangkaian ayat yang berisi tentang sebab-sebab turunnya atau
menjelaskan hukum suatu kasus pada waktu kejadiannya.

2.2 Macam-macam Asbaabun Nuzuul Al-Qur’an

Macam-macam asbab al-nuzul dapat dilihat dari beberapa segi. Di


antaranya adalah dari segi bentuknya dan dari segi jumlah sebabnya.
1. Bentuk asbabal-nuzul
Asbab al-nuzul jika dilihat dari segi bentuknya ada beberapa macam:

a. Jawaban atas suatu pertanyaan

Di antara contohnya adalah sebagaimana diriwayatkan Jabir: "Rasulullah


datang bersama Abu Bakar untuk menjengukku (yang sedang sakit)....
Rasulullah saat itu menemukanku dalam keadaan pingsan sehingga beliau
minta disediakan air untuk berwudlu. Kemudian, beliau memercikkan sebagian
air kepadaku, lalu aku sadar dan berkata: "Ya Rasulullah, Apakah yang Allah
perintahkan bagiku berkenaan dengan harta milikku"? Maka turunlah ayat: 11
surah an-Nisa':4

َ ‫ﻦ ُﺛُﻠَﺜﺎ َﻣﺎ َﺗَﺮ‬


‫ك‬ َّ ‫ﻦ َﻓَﻠُﻬ‬
ِ ‫ق اْﺛَﻨَﺘْﻴ‬
َ ‫ﺴﺎًء َﻓْﻮ‬
َ ‫ﻦ ِﻧ‬
َّ ‫ن ُﻛ‬
ْ ‫ۚ َﻓِﺈ‬ ِ ‫ﻆ اْﻟُﺄْﻧَﺜَﻴْﻴ‬
‫ﻦ‬ ِّ ‫ﺣ‬
َ ‫ﻞ‬
ُ ‫ۖ ِﻟﻠَّﺬَﻛِﺮ ِﻣْﺜ‬ ْ ‫ﻢ اﻟَّﻠُﻪ ِﻓﻲ َأْوَﻟﺎِدُﻛ‬
‫ﻢ‬ ُ ‫ﺻﻴُﻜ‬
ِ ‫ۖ ﻳﻮ‬
ْ ‫ن َﻟ‬
‫ﻢ‬ ْ ‫ۚ َﻓِﺈ‬ ‫ن َﻟُﻪ َوَﻟٌﺪ‬
َ ‫ن َﻛﺎ‬
ْ ‫ك ِإ‬
َ ‫س ِﻣَّﻤﺎ َﺗَﺮ‬
ُ ‫ﺴُﺪ‬
ُّ ‫ﺣٍﺪ ِﻣْﻨُﻬَﻤﺎ اﻟ‬
ِ ‫ﻞ َوا‬
ِّ ‫ۚ َوِﻟَﺄَﺑَﻮْﻳِﻪ ِﻟُﻜ‬ ُ ‫ﺼ‬
‫ﻒ‬ ْ ‫ﺣَﺪًة َﻓَﻠَﻬﺎ اﻟِّﻨ‬
ِ ‫ﺖ َوا‬
ْ ‫ن َﻛﺎَﻧ‬
ْ ‫َوِإ‬
‫ﺻﻲ ِﺑَﻬﺎ َأْو‬
ِ ‫ﺻَّﻴٍﺔ ُﻳﻮ‬
ِ ‫ﻦ َﺑْﻌِﺪ َو‬
ْ ‫ۚ ِﻣ‬ ُ ‫ﺴُﺪ‬
‫س‬ ُّ ‫ﺧَﻮٌة َﻓِﻠُﺄِّﻣِﻪ اﻟ‬
ْ ‫ن َﻟُﻪ ِإ‬
َ ‫ن َﻛﺎ‬
ْ ‫ۚ َﻓِﺈ‬ ُ ‫ﻦ َﻟُﻪ َوَﻟٌﺪ َوَوِرَﺛُﻪ َأَﺑَﻮاُه َﻓِﻠُﺄِّﻣِﻪ اﻟُّﺜُﻠ‬
‫ﺚ‬ ْ ‫َﻳُﻜ‬
‫ﺣِﻜﻴﻤﺎ‬
َ ‫ﻋِﻠﻴًﻤﺎ‬
َ ‫ن‬
َ ‫ن اﻟَّﻠَﻪ َﻛﺎ‬
َّ ‫ۗ ِإ‬ ‫ﻦ اﻟَّﻠِﻪ‬
َ ‫ﻀًﺔ ِﻣ‬
َ ‫ۚ َﻓِﺮﻳ‬ ‫ﻢ َﻧْﻔًﻌﺎ‬
ْ ‫ب َﻟُﻜ‬
ُ ‫ﻢ َأْﻗَﺮ‬
ْ ‫ن َأُّﻳُﻬ‬
َ ‫ﻢ َﻟﺎ َﺗْﺪُرو‬
ْ ‫ﻢ َوَأْﺑَﻨﺎُؤُﻛ‬
ْ ‫ۗ آَﺑﺎُؤُﻛ‬ ٍ ‫َدْﻳ‬
‫ﻦ‬

Artinya

Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.


Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak
perempuan; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi
mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan, jika anak perempuan itu
seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan untuk dua orang ibu-
bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika
yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak
mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya
mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara,
maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian pembagian tersebut di atas)

3
sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya.
(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di
antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu.Ini adalah
ketetapan dari Allah.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.

b. Penjelasan hukum yang dikandung ayat

Di antara contohnya adalah orang yang shalat dengan tidak menghadap


kiblat karena ia tidak tahu arah ketika hendak melaksanakan shalat pada waktu
malam yang gelap gulita, tanpa ada penerangan, diterima/sah shalatnya. Hal ini
sebagaimana dapat dipahami dalam surah al-Baqarah: 115).

‫وﻟﻠﻪ اﻟﻤﺸﺮق واﻟﻤﻐﺮب ﻓﺄﻳﻨﻤﺎ ﺗﻮﻟﻮا ﻓﺜﻢ وﺟﻪ ﷲ إن ﷲ واﺳﻊ ﻋﻠﻴﻢ‬

Artinya

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap
di situlah wajah Allah.Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha
Mengetahui.

Jadi, ayat tersebut tidak dapat dipahami hanya dari teksnya tetapi harus
dipahami melalui sebab turunnya sehingga ayat tersebut tidak menunjukkan
bahwa orang shalat boleh ke manapun, karena semua arah adalah kepunyaan
Allah.

c. Contoh kasus yang diceritakan ayat tersebut.

Di antara contohnya adalah kalangan Yahudi menyatakan bahwa jika seseorang


men-jima' perempuannya dari arah belakang maka anaknya akan juling.
Kemudian turunlah ayat di bawah ini sebagai respons terhadap pernyataan
orang Yahudi tersebut.

‫ﻧﺴﺎؤﻛﻢ ﺣﺮث ﻟﻜﻢ ﻓﺄﺗﻮا ﺣﺮﺛﻜﻢ أﻧﻰ ﺷﺌﻢ وﻗﺪﻣﻮا ﻷﻧﻔﺴﻜﻢ واﺗﻘﻮا ﷲ واﻋﻠﻤﻮا أﻧﻜﻢ ﻣ‬
‫ﻠﻘﻮه وﺑﺸﺮاﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ‬

Artinya

Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka


datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu

4
kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah
kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah
kabar gembira orang-orang yang beriman.

2. Jumlah Asbabuun Nuzuul Al-Qur’an

Jika dilihat dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, Asbaabun
Nuzuul ada dua macam, yaitu:

a. Ta'addud al-asbab wa an-nazil wäĥid (sebab turun ayat lebih dari satu,
sedangkan persolan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat
hanya satu).

Jika terdapat dua riwayat atau lebih tentang sebab turun suatu atau
sekelompok ayat, maka masing-masing riwayat itu harus diteliti dan dianalisis.
Dalam hal ini ada beberapa kemungkinan: 1) hanya ada satu yang sahih, 2)
sama-sama sahih, tetapi salah satunya mempunyai murajjih (penguat), 3) sama
-sama sahih dan tidak mempunyai murajjih, tetapi dapat dikompromikan, dan 4)
sama-sama sahih, tidak mempunyai murajjih, dan tidak dapat dikompromikan.
Dalam keadaan demikian, ayat dipandang turun berulang-ulang.

Untuk yang terakhir ini (no 4), terdapat komentar dari sebagian kalangan.
Mannä Qaftän, misalnya, menyatakan bahwa pandangan tersebut tidak bernilai
positif, karena tidak jelas hikmah yang dikandungnya. Oleh karena itu, ia
mengusulkan agar riwayah-riwayah itu di-tarjih sehinggayang diambil riwayah
yang lebih kuat (mu 'tamad). Sedangkan Nasr Hamid Abu Zaid memberikan
komentar yang berbeda, bahwa sabab an-nuzul tidak dapat ditentukan secara
pasti karena ulama al-Qur'an hanya terpaku pada riwayat sehingga tidak
memberikan peluang untuk berijtihad, kecuali sekedar men-tarjih riwayah-
riwayah yang ada.Padahal periwayatan mengenai asbab an-nuzul, ujar Nasr
Hamid, baru muncul pada era tabi'in. Selanjutnya, ia memberikan solusi bahwa
asbab an-nuzul dapat ditetapkan dari sisi internal teks dan sekaligus dari sisi
eksternalnya

Di antara contohnya adalah riwayat berikut:

sedangkan di sisinya ada Abū Jahl dan 'Abd Allah bin ketika Abu Talib

5
menjelang kematian, Nabi menemuinya, Umayyah. Lalu Nabi s.a.w.bersabda,
"Wahai Paman", tersebut aku kelak akan membantumu di hadapan Allah
Katakanlah kalimah la ilaha illa Allah, dengan kalimat berkata: "Wahai Abu Talib,
apakah kamu membenci agama 'Azza wa Jall. Lalu Abu Jahl dan 'Abd Allah bin
Umayyah 'Abd al-Mutallib? Mereka berdua terus menerus berkata hal demikian
kepada Abu Talib, sehingga ia mengatakan tetap (mengikuti) agama Abd al-
Mutallib." Lalu Nabi bersabda "bahwa aku akan selalu memohonkan ampun
buatmu selama aku tidak dilarang untuk itu." Kemudian, turunlah ayat

‫ﻣﺎ ﻛﺎن ﻟﻠﻨﺒﻲ واﻟﺬﻳﻦ آﻣﻨﻮا أن ﻳﺴﺘﻐﻔﺮوا ﻟﻠﻤﺸﺮﻛﻴﻦ وﻟﻮ ﻛﺎﻧﻮا أوﻟﻲ ﻗﺮﺑﻲ ﻣﻦ ﺑﻌﺪ ﻣﺎ ﺗﺒﻴﻦ ﻟﻬﻢ أﻧﻬﻢ‬
‫أﺻﺤﺎب اﻟﺠﺤﻴﻢ‬

Kemudian, dalam riwayat yang lain disebutkan: bahwa diriwayatkan dari 'Alī ia
berkata bahwa saya mendengar seorang laki-laki memintakan ampunnan untuk
kedua orang tuanyayang musyrik. Kemudian saya berkata: "Apakah seorang
laki-laki memintakan ampun untuk kedua orang tuanya sementara mereka
musyrik? ia berkata Tidakkah Nabi Ibrahim memintakan ampun buat ayahnya
(yang musyrik)? Lalu, aku menceritakan hal itu kepada Rasulullah, lalu turunlah
ayat (tersebut).

Selain itu disebutkan:

Dalam riwayat ibnu Mas'ud ia berkata bahwa "Pada suatu hari Rasulullah pergi
menuju kuburan kemudian Nabi duduk di dekat salah satu makam. Beliau
berdoa dengan cukup lama, lalu beliau menangis sambil menyatakan bahwa
makam yang berada di sisiku adalah makam ibuku. Aku telah meohon izin
kepada Tuhanku untuk memohonkan doa, tetapi Dia tidak memperkenankan,
maka turunlah wahyu kepadaku.

Menurut Nasr Abu Zaid tidak mungkin untuk menyatukan riwayat yang
beragam tersebut dengan didasarkan pada suatu asumsi bahwa ayat
diturunkan secara berulang-berulang. Bahkan dengan asumsi tersebut akan
berimplikasi pada suatu asumsi bahwa Nabi sebagai penerima wahyu (ayat)
pertama lupa. Bagi Nasr Abu Zaid yang tepat adalah riwayat tentang Abu Talib
karena membaca sejarah Nabi akan terlihat secara jelas betapa dekat dan
khusus hubungan antara Nabi dan Abu Talib, terutama sepeninggal kakeknya
'Abd al-Mutallib, karena Abu Taliblah yang menggantikan kakeknya sebagai
6
pelindungnya, walaupun masih tetap dalam kepercayaan lamanya. Selanjutnya,
untuk riwayat kedua, menurut Abu Zaid tidak perlu dibahas karena laki-laki itu
tidak dikenal.Kemudian, bagaimana dengan riwayat ketiga? Bagi Abu Zaid
riwayat tersebut problematis bukan hanya disebabkan akan melukai perasaan
Rasullah dengan menganggap ibunya sebagai musyrikah, tetapi juga karena
orang yang meninggal pada masa fatrah tidak dikenakan ancaman dan siksa.

b. Ta'addud an-nāzil wa al-asbab wāhid (persoalan yang terkandung dalam


ayat atau kelompok ayat lebih dari satu, tetapi sebab turunnya hanya satu).

Riwayat yang sering dijadika contoh untuk hal ini adalah mengenai Ummu
Salaman yang menanyakan kepada Rasulullah: "Wahai Rasulullah, saya belum
pernah mendengar Allah menyebutkan kaum perempuan dalam ber- hijrah
sedikitpun. Kemudian turunlah ayat 195 surah Ali Imran:

‫ﻓﺎﺳﺘﺠﺎب ﻟﻬﻢ رﺑﻬﻢ أﻧﻲ ﻻ أﺿﻴﻊ ﻋﻤﻞ ﻋﺎﻣﻞ ﻣﻨﻜﻢ ﻣﻦ ذﻛﺮ او اﻟﺘﯽ ﺑﻌﻀﻜﻢ ﻣﻦ ﺑﻌﺾ ﻓﺎﻟﺬﻳﻦ ﻫﺎﺟﺮوا‬
‫وأﺧﺮﺟﻮا ﻣﻦ دﻳﺎرﻫﻢ وأوذوا ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻠﻲ رﻗﺎﺋﻠﻮا وﻗﺘﻠﻮا ﻷﻛﻔﺮن ﻋﻨﻬﻢ ﺳﻴﺌﺎﺗﻬﻢ وﻷدﺧﻠﺘﻬﻢ ﺟﻨﺎت ﺗﺠﺮي‬
‫ﻣﻦ ﺗﺤﺘﻬﺎ ﻻﻧﻬﺎر ﺛﻮاﺑﺎ ﻣﻦ ﻋﻨﺪ ﷲ وﷲ ﻋﻨﺪه ﺣﺴﻦ اﻟﺜﻮاب‬

Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman),


«Sesungguhnya Aku tidak menyia nyiakan amal orang-orang yang beramal di
antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah
turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir
dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan
yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan
pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di
bawahnya sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang
baik”.

Selain itu, al-Hakim meriwayatkan peristiwa Ummu Salamah di atas dengan


versi lain, bahwa dia berkata: "Wahai Rasulullah, engkau menyebut lak-laki dan
belum pernah menyebut perempuan, maka Allah menurunkan surat an-Nisa':32:

‫وﻻ ﺗﺘﻤﻨﻮا ﻣﺎ ﻓﻀﻞ ﷲ ﺑﻪ ﺑﻌﻀﻜﻢ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﺾ ﻟﻠﺮﺟﺎل ﻧﺼﻴﺐ ﻣﻤﺎ اﻛﺘﺴﺒﻮا وﻟﻠﻨﺴﺎء ﻧﺼﻴﺐ ﻣﻤﺎ اﻛﺘﺴﺒﻦ‬
‫واﺳﺄﻟﻮا ﷲ ﻣﻦ ﻓﻀﻠﻪ إن ﷲ ﻛﺎن ﺑﻜﻞ ﺷﻲء ﻋﻠﻴﻤﺎ‬

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada

7
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang
laki-laki ada bahagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para
wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah
kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu”.

Selain itu, Allah menurunkan ayat 35 dari surah al-Ahzabberikut :

‫إن اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ واﻟﻤﺴﻠﻤﺎت واﻟﻤﺆﻣﻨﻴﻦ واﻟﻤﺆﻣﻨﺎت واﻟﻘﺎﻧﺘﻴﻦ واﻟﻘﺎﻧﺘﺎت | واﻟﺼﺎدﻗﻴﻦ واﻟﺼﺎدﻗﺎت واﻟﺼﺎﺑﺮﻳﻦ‬
‫واﻟﺼﺎﺑﺮات واﻟﺨﺎﺷﻌﻴﻦ واﻟﺨﺎﺷﻌﺎت واﻟﻤﺘﺼﺪﻗﻴﻦ واﻟﻤﺘﺼﺪﻗﺎت واﻟﺼﺎﺋﻤﻴﻦ واﻟﺼﺎﺋﻤﺎت واﻟﺤﺎﻓﻈﻴﻦ‬
‫ﻓﺮوﺟﻬﻢ واﻟﺤﺎﻓﻈﺎت واﻟﺬاﻛﺮﻳﻦ ﷲ ﻛﺜﻴﺮا واﻟﺬاﻛﺮات أﻋﺪ ﷲ ﻟﻬﻢ ﻣﻐﻔﺮ واﺟﺮا ﻋﻈﻴﻤﺎ‬

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki laki dan perempuan
yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki
dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan
perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki
dan perempuan yang berpuasa, laki laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,
Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.

Mengenai hal yang kedua yakni persoalan yang terkandung dalam ayat atau
kelompok ayat lebih dari satu, tetapi sebab turunnya hanya satu dianggap tidak
ada persoalan oleh kalangan ulama pada umumnya.Bahkan hal tersebut
dianggap dapat lebih meyakinkan sehingga lebih efektif untuk dapat
diterima.Walaupun demikian, Nasr Hamid Abu Zaid mengomentarinya bahwa
hal yang demikian itu dapat memisahkan antara teks dan maknanya. Oleh
karena itu, perlu diteliti ayat yang manakah diturunkan lebih awal dari ayat-ayat
tersebut sehingga dapat ditentukan itulah jawabannya,

2.3 Redaksi Asbaabun Nuzuul Al-Qur’an

Untuk mengetahui ayat mana saja yang memiliki asbaabun nuzuul, tentu
kita tidak bisa menafsirkan keberadaan hadis dan riwayat para sahabat lainnya.
Sebab, dari keduanhya kita akan mengetagui tentang peristiwa apa saja yang
terjadi, yang menyebabkan sebuah ayat turun. Tanpa memperlajari hadist dan
juga riwayat para sahabat, kita akan kesulitan mengetahui ayat mana yang
diturunkan karena suatu peristiwa tertentu. Karena itu tidak termasuk dalam al-

8
quran tidak di cantumkan penjelasan mengenai kronologis suatu peristiwa
yang menjadi sebab Allah SWT menurunkan firmannya.

Oleh karena itu, para ulama membuat klasifikasi tentang beberapa redaksi ayat
yang menerangkan adanya asbaabun nuzuul di dalamnya. Berikut klasifikasi-
klasifikasi tersebut:

1. Ada Pernyataan Para Perawi bahwa Ayat itu asbaabun nuzuul

Maksudnya, para perawai menegaskan bahwa ay tersebut memang


mengandung asbabun nuzul.Merek juga menjelaskan sebab-sebab yang
melatarbelakang turunnya suatu ayat, seperti "sababu nuzulil ayah kadza
(sebab turunnya ayat ini adalah begini).

Selain menggunakan penjelasan seperti "sababu nuzulil ayah kadza", sebuah


ayat dikatakan mengandung asbabun nuzul jika perawi menggunakan fa
ta'qibiyah (fi yang kira-kira berarti "maka") yang kemudian bersambung dengan
lafal nuzul, seperti "...Fa anzalallahu" (telah terjadi sesuatu, maka Allah
menurunkan ayat).

Ada juga riwayat yang tidak menggunakan fa ta'qibiyah, tetapi dapat dipahami
sebagai sebab dalam kon teks jawaban atas suatu pertanyaan yang diajukan
kepada Rasulullah Saw. Misalnya, "Rasulullah Saw. ditanya ten tang hal ini,
maka turunlah ayat ini." Beberapa keten tuan tersebut dapat disebut sebagai
pernyataan yang jelas dalam sebuah kalimat.

2. Tidak Ada Keterangan yang Jelas dari Perawi

Ini menyangkut apakah suatu ayat mengandung asbabun nuzul atau tidak.
Biasanya pernyataan-pernyataan yang digunakan oleh mereka seperti “nuzilat
hadzihil ayah fi kadza, ahzibu hadzihil ayah fi kadza atau ma ahzibu hadzihil
ayah nuzilat fi kadza” (ayat ini diturunkan sehubungan dengan..... .. ..atau saya
pikir ayat ini tidak diturunkan kecuali dalam kaitannya dengan...).

Menurut Az-Zarqani, jika perawi membuat pernyataan seperti itu tentang


sebuah ayat, maka bisa jadi itu hanya penjelasan tentang kandungan hukum
dari ayat yang bersangkutan. Dengan kata lain, pernyataan tersebut
mengandung kemungkinan asbabun nuzul atau menunjukkan hal lain.

9
Az-Zarkasyi, sebagaimana dikutip Ali Ash Shabuni, berpendapat bahwa
penggunaan lafal yang tidak jelas seperti itu biasa dilakukan para sahabat dan
tabi'in.Bila seseorang di antara mereka menggunakan lafal yang tidak jelas,
maka hal demikian menunjukkan kandungan hukum dan bukan sebab turunnya
ayat.Pernyataan itu juga merupakan jenis pengambilan (isthidal) terhadap
suatu ayat, dan bukan periwayatan peristiwa.

2.4 Manfaat Asbaabun Nuzuul Al-Qur’an

Pengetahuan tentang asbabun nuzul memiliki banyak manfaat, di


antaranya mampu mengarahkan seorang mufassir kepada pemahaman yang
benar dengan memahami isi nash dan keadaan yang menyertai peristiwa yang
terjadi saat itu.

Al-Quran diturunkan. Namun manfaat yang terpenting di antaranya adalah:

1.) Mengetahui hikmah pemberlakuan suatu hukum.

2.) Memberi batasan hukum yang diturunkan dengan sebab yang terjadi, bila
hukum

tersebut dinyatakan dalam bentuk umum.

3.) Apabila lafadz yang diturunkan bersifat umum dan ada dalil yang
menunjukkan pengkhususannya, maka adanya asbaabun nuzuul akan
membatasi takhsish itu hanya terhadap yang selain bentuk umum.

4.) Mengetahui sebab turunnya ayat adalah cara terbaik untuk memahami al-
qur’an dan menyikap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak
dapat di tafsirkan tanpa pengetahuan sebab turunnya.

5.) Sebab turunnya ayat dapat menerangkan tentang kepada siapa ayat itu
diturunkan sehingga ayat tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena
dorongan permusuhan dan perselisihan.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Materi 'Ulumu al-Qur'an yang tidak kalah penting dipelajari dalam rangka
mengkaji dan memahami al Qur'an adalah pengetahuan tentang asbabun nuzul.
Secara terminologi, M. Hasbi ash-Shiddiqie mendefinisikan asbabun nuzul
sebagai suatu kejadian yang karena nya al-Qur'an diturunkan untuk
menerangkan hukumnya pada hari timbulnya kejadian itu serta suasana yang di
dalamnya al-Qur'an diturunkan dan membicarakan sebab itu, baik diturunkan
langsung sesudah terjadi sebab tersebut atau lantaran adanya suatu hikmah.

Macam-macam asbab al-nuzul dapat dilihat dari beberapa segi. Di antara


contohnya adalah sebagaimana diriwayatkan Jabir. Rasulullah saat itu
menemukanku dalam keadaan pingsan sehingga beliau minta disediakan air.
Masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang
meninggal itu mempunyai beberapa saudara. Ini adalah ketetapan dari Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Ta'addud al-asbab wa an-nazil wäĥid (sebab turun ayat lebih dari satu,
sedangkan persolan yang terkandung dalam ayat atau sekelompok ayat)
Asbaabun Nuzuul ada dua macam, yaitu:. Dalam keadaan demikian, ayat
dipandang turun berulang-ulang. Maka masing-masing riwayat itu harus diteliti
dan dianalisis. Mae saya mendengar seorang laki-laki memintakan ampunnan
untuk kedua orang tuanya sementara mereka musyrik. Lalu, aku menceritakan
hal itu kepada Rasulullah, lalu turunlah ayat (tersebut) yang tepat adalah
riwayat tentang Abu Talib. Ta'addud an-nāzil wa al-asbab wāhid (persoalan
yang terkandung dalam ayat atau kelompok ayat lebih dari satu, tetapi sebab
turunnya hanya satu) adalah mengenai Ummu Salaman yang menanyakan
kepada Rasulullah. Mohonlah kepada Allah sebagian daripada apa yang
mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari surah al-Ahzab.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Maksudnya, para ulama membuat klasifikasi tentang beberapa redaksi ayat


yang menerangkan adanya asbaabun nuzuul di dalam al-quran. Merek juga

11
menjelaskan sebab-sebab yang melatarbelakang turunnya suatu ayat. Maka
bisa jadi itu hanya penjelasan tentang kandungan hukum dari ayat yang
bersangkutan. Pernyataan tersebut mengandung kemungkinan asbabun nuzul
atau menunjukkan hal lain. Demikian juga dari lafal dan konteksnya masing-
masing dapat dalam Surat Al-Masad.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Rusydie. Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadist. 2015. Yogyakarta.
IRCiSoD

Thanthawi Muhammad Sayyid. Ulumul Qur’an. 2013. Yogyakarta. IRCiSoD

Anwar Rosihon. Ulum Al-qur’an. 2010. Bandung. CV Pustaka Setia

Mukhtar Naqiyah. Ulumul Qur’an. 2013. Purwokerto. STAIN Press

13

Anda mungkin juga menyukai