Anda di halaman 1dari 9

NASAKH (NASIKH DAN MANSUKH)

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah: Ulumul Qur’an

Dosen: Dr. Cecep Anwar, M. Ag & Muhammad Parhan Mubarok, S. Pd. I., M. Ag.

Oleh:

Ikbal Hakim PGMI/I-B 1192.090.049

Isma Nurul Hayat PGMI/I-B 1192.090.054

Raida Afrianti PGMI/I-B 1192.090.081

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam, agama yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta kaum Muslim
di seluruh dunia, merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan hidup
pemeluknya di dunia dan di akhirat kelak. Ia mempunya satu sendi utama yang
esensial: berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya. Al-Qur’an
memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syari’ah, dan akhlak. Allah
berfirman, sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk menuju jalan yang sebaik-
baiknya (Q.S. Al-Isra, 17:9) (M. Quraish Shihab, 1994:33). Al-Qur’an ada yang
dikemukakan secara terperinci, ada pula yang garis besarnya saja. Ada yang khusus,
ada yang masih bersifat umum dan global. Ada ayat-ayat yang sepintas lalu
menunjukkan adanya gejala kontradiksi, lalu para ulama berbeda pendapat tentang
bagaimana menghadapi ayat-ayat tersebut. Sehingga timbul pembahasan tentang
Nasikh (menghapus) dan Mansukh (dihapus). Oleh sebab itu, wajarlah jika Allah
menghapuskan sesuatu syari’at dengan syari’at lain untuk menjaga kemaslahatan
umat (Cecep Anwar, 2018:97).

Nasikh dan Mansukh merupakan cabang dari Ulum al-Qur’an (ilmu-ilmu al-
Qur’an) yang membahas pembatalan hukum syara dan menggantinya dengan hukum
syara yang baru. Terdapat dua golongan yang berpendapat mengenai Nasakh ini
(Cecep Anwar, 2018:97). Yang pertama adalah golongan yang menentang adanya
Nasakh ini, yang berasal dari ulama mutaakhkhirin seperti Abu Muslim al-Asfahani
karena menurutnya jika hal tersebut terjadi, maka ada yang batal didalam al-Qur’an
dan ada ayat yang tidak terpakai (tidak dapat diamalkan). Sedangkan golongan
kedua adalah Jumhur ulama setuju jika didalam al-Qur’an terdapat sebuah kodifikasi
dikarenakan demi kepentingan umat. Hal ini didasarkan pada Surah Al-Baqarah [2]
ayat 106. Meski begitu tidak semua ayat didalam al-Qur’an dapat di Nasakh.
Penetapan nasakh ini ada ayat al-Qur’an yang di nasakh dengan al-Qur’an lagi, al-
Qur’an dengan hadits, hadits dengan al-Qur’an, dan ada pula hadits dengan hadits.

Kami mencoba untuk mendefinisikan pengertian dari nasikh dan mansukh itu
sendiri. Setelah itu kami memberikan pendapat dari dua golongan, yaitu dari jumhur
ulama yang menerima dan juga dari ulama mutaakhkhirin yang menolak nasikh dan
mansukh. Didalam al-Qur’an terdapat banyak bentuk dan contoh nasikh dan mansukh,
maka kami memberikan bentuk dan contoh dari nasakh nya. Dan yang terakhir kami
akan menjelaskan faedah (hikmah) dari adanya kejadian nasakh ini. Harapanya kami
dapat mengetahui ayat mana saja yang di nasikh dan mansukh.

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Secara etimologi , nasikh mempunyai beberapa pengertian yaitu antara lain


penghilangan (izalah), penggantian (tabdil) penyubahan (tanwil) dan pemindahan (naql).
Sesuatu yang menghilangkan, menggantikan, mengubah, dan memindahkan disebut
nasikh, sedangkan suatu yang di hilangkan, digantungkan, diubah, dan dipindahkan
disebut mansukh. Adapun menurut segi terminologi, para ulama mendefinisikan nasikh,
kendatipun dengan redaksi yang sedikit berbeda, tetapi dalam pengertian sama dengan
(menghapuskan hukum syara dengan khitab syara pula) atau (menghapuskan hukum
syara dengan dalil syara yang lain) (Rosihon Anwar, 2004:172).

Pembahasan tentang nasikh-mansukh ini terdapat dalam Surah Al-Hajj, 22:52


sebagai berikut:

‫شي ْٰط ُن ث ُ َّم يُحْ ِك ُم‬


َّ ‫ّٰللاُ َما ي ُْل ِقى ال‬ َ ‫شي ْٰط ُن فِ ْٓي ا ُ ْمنِيَّتِ ٖۚه فَيَ ْن‬
ّٰ ‫س ُخ‬ َّ ‫َِل اِذَا ت َ َمنّٰ ٓى ا َ ْلقَى ال‬ ُ ‫س ْلنَا ِم ْن قَ ْبلِكَ ِم ْن َّر‬
ٓ َّ ‫س ْو ٍل َّو ََل نَبِي ٍ ا‬ َ ‫َو َما ٓ ا َ ْر‬
٥٢ ۙ ‫ع ِل ْي ٌم َح ِك ْي ٌم‬ ّٰ ‫ّٰللاُ ٰا ٰيتِ ٖۗه َو‬
َ ُ‫ّٰللا‬ ّٰ
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi,
melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitanpun memasukkan godaan-godaan
terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah
menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana

Dari segi bahasannya ia bisa berarti al-izalah yang bisa diartikan menjadi
penghilangan. Nasakh bisa diartikan menghilangkan bisa pula melenyapkan dan bisa
pula menghapus. Bila ungkapan itu di artikan dalam Bahasa Indonesia berarti: Matahari
melenyapkan (menghilangkan, menghapus) bayangan. Nasakh juga bisa diartikan al-
ihthal yakni membatalkan. Nasakh secara istilah berarti: "Mencakup berlaku nya hukum
syara dengan dalil syara yang datang belakangan" (Acep Hermawan, 2011: 162-164).

B. Penetapan Nasikh dan Mansukh

Manna Al-Qaththan menetapkan tiga dasar untuk menegaskan bahwa suatu ayat
di katakan nasikh (menghapus), dan ayat lain dikatakan mansukh (dihapus). Ketiga dasar
tersebut adalah:

1. Melalui pentransmisian yang jelas (an-naql ash-sharik) dari nabi atau sahabatnya.
2. Melalui kesepakatan umat bahwa ayat ini nasikh dan ayat itu mansukh.
3. Melalui studi sejarah, ayat mana yang lebih belakang turun sehingga di sebut
nasakh dan ayat mana yang lebih dahulu turun sehingga di sebut mansukh
(Rosihon Anwar, 2004:175-17).

2
C. Pendapat Ulama Tentang Nasakh

Masalah adanya nasikh-mansukh dalam Al-Qur’an, ulama berbeda pendapat. Ada


yang mendukungnya dan ada pula yang menolaknya. Para pendukung naskh
mengemukakan Q.S Al-Baqarah, 2:106 sebagai dalil mereka (Mardan, 2010: 111).

ْ ‫ع ٰلى ُك ِل ش‬
١٠٦ ‫َيءٍ قَ ِدي ٌْر‬ َ َ‫ّٰللا‬ ِ ْ ‫س ْخ ِم ْن ٰايَ ٍة ا َ ْو نُ ْن ِس َها نَأ‬
ّٰ ‫ت بِ َخي ٍْر ِم ْن َها ٓ ا َ ْو ِمثْ ِل َها ٖۗ اَلَ ْم ت َ ْعلَ ْم ا َ َّن‬ َ ‫۞ َما نَ ْن‬
Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami
datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?

Menurut para pendukung nasakh, “ayat” yang di-nasakh itu adalah ayat Al-Qur’an
yang mendukung ketentuan-ketentuan hukum. Penafsiran ini berbeda dengan
penafsiran mereka yang menolak adanya nasakh dalam pengertian terminologi di atas
dengan menyatakan bahwa “ayat” yang dimaksud adalah mukjizat para Nabi. Ulama
yang tidak mengakui adanya naskh dalam al-Qur’an, pada umumnya, dari ulama
mutaakhkhirin, di antaranya adalah Abu Muslim al-Asfahani. Alasan-alasan mereka
adalah sebagai berikut:

1. Jika ada ayat yang mansukh berarti dalam Al-Qur’an ada ayat yang batal,
sementara pada yang demikian mustahil terjadi. Hal ini dijelaskan Allah dalam
Surah Al-Fussilat, 41:42.

‫اط ُل ِم ْۢ ْن بَي ِْن يَدَ ْي ِه َو ََل ِم ْن خ َْل ِفه ٖۗت َ ْن ِز ْي ٌل ِم ْن‬


ِ َ‫ ََّل يَأْتِ ْي ِه ْالب‬٤١ ۙ ‫ع ِزي ٌْز‬
َ ٌ‫الذ ْك ِر لَ َّما َج ۤا َء ُه ْم َٖۗواِنَّهٗ لَ ِك ٰتب‬
ِ ِ‫ا َِّن الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا ب‬
٤٢ ‫َح ِكي ٍْم َح ِم ْي ٍد‬
Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya,
yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.

2. Al-Qur’an adalah syari’at yang kekal abadi.


3. Kebanyakan hukum-hukum dalam al-Qur’an bersifat kulli, bahkan juz’iyyah, atau
khas, sedang penjelasan-penjelasannya bersifat ijmali, bahkan tafsili.
4. Adapun yang dimaksud kata “ayat” dalam Surah Al-Baqarah, 2:106, itu adalah
“mukjizat”.
D. Bentuk-Bentuk dan Contoh Nasakh
Berdasarkan kejelasan dan cakupannya, nasakh dalam Al-Qur'an dibagi
menjadi empat yaitu (Rosihon Anwar, 173-175):

3
4

1. Nasakh Sharih, yaitu ayat yang secara jelas menghapus hukum yang terdapat
pada ayat terdahulu. Misalnya ayat tentang perang (qital) pada ayat 65 Surah
Al-Anfal yang mengaharuskan seorang muslim melawan 10 orang kafir.

‫علَى ْال ِقت َا ٖۗ ِل ا ِْن يَّ ُك ْن ِم ْن ُك ْم ِع ْش ُر ْونَ صٰ ِب ُر ْونَ يَ ْغ ِلب ُْوا ِمائَتَي ٖۚ ِْن َوا ِْن يَّ ُك ْن‬
َ َ‫ض ْال ُمؤْ ِمنِيْن‬ ِ ‫ي َح ِر‬ ُّ ‫ٰيٓاَيُّ َها النَّ ِب‬
٦٥ َ‫ِم ْن ُك ْم ِمائ َةٌ يَّ ْغ ِلب ُْٓوا ا َ ْلفًا ِمنَ الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا بِاَنَّ ُه ْم قَ ْو ٌم ََّل يَ ْفقَ ُه ْون‬
Wahai Nabi (Muhammad)! Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika
ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan
dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antara kamu,
niscaya mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, karena orang-orang kafir itu
adalah kaum yang tidak mengerti.

Ayat ini menurut jumhur ulama di nasakh oleh ayat yang mengharuskan
satu orang mukmin melawan dua orang kafir pada ayat 66 dalam Surah yang
sama.

َ ٌ‫ض ْعفً ٖۗا فَا ِْن يَّ ُك ْن ِم ْن ُك ْم ِمائ َة‬


‫صا ِب َرة ٌ يَّ ْغ ِلب ُْوا ِمائَتَي ٖۚ ِْن َوا ِْن يَّ ُك ْن ِم ْن ُك ْم‬ َ ‫ع ِل َم ا َ َّن ِف ْي ُك ْم‬
َ ‫ع ْن ُك ْم َو‬
َ ُ‫ّٰللا‬
ّٰ ‫ف‬ َ َّ‫ا َ ْل ٰـنَ َخف‬
٦٦ َ‫ص ِب ِريْن‬ ّٰ ‫ّٰللاُ َم َع ال‬ ّٰ ‫ف يَّ ْغ ِلب ُْٓوا ا َ ْلفَي ِْن ِب ِاذْ ِن‬
ّٰ ‫ّٰللاِ َٖۗو‬ ٌ ‫ا َ ْل‬
Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui bahwa padamu
ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang yang sabar, niscaya mereka
akan dapat mengalahkan dua ratus orang kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang
(yang sabar), niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin
Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.

2. Nasakh dhimmy, yaitu jika terdapat dua nasakh yang saling bertentangan dan
tidak di kompromikan, dan keduanya turun untuk sebuah masalah yang sama,
serta kedua-duanya di ketahui waktu turunnya, ayat yang datang kemudian
menghapus ayat yang terdahulu. Contohnya ketetapan Allah yang
mewajibkan berwasiat bagi orang-orang yang akan mati yang terdapat dalam
Surah Al-baqarah ayat 180.

١٨٠ ٖۗ َ‫ف َحقًّا َعلَى ْال ُمت َّ ِقيْن‬


ِ ٖۚ ‫صيَّةُ ِل ْل َوا ِلدَي ِْن َو ْاَلَ ْق َر ِبيْنَ ِبا ْل َم ْع ُر ْو‬
ِ ‫ض َر ا َ َحدَ ُك ُم ْال َم ْوتُ ا ِْن ت ََركَ َخي ًْرا ۖ ْۨال َو‬
َ ‫ب َعلَ ْي ُك ْم اِذَا َح‬
َ ِ‫ُكت‬

Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda)


maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib
kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.

Ayat ini, menurut pendukung teori nasakh di nasakh oleh hadits La


washiyyah li waris (tidak ada wasiat bagi ahli waris).

‫له هحق َّهُ هحقَّ ذِي ُكلَّ أهع ه‬


َّ َّ‫طى قهد‬
َّ‫للاه ِإن‬ َّ ‫صي َّةه فه‬
ِ ‫ ِل هو ِارثَّ هو‬.
5

Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada setiap orang yang memiliki hak akan
hartanya. Maka tidak ada wasiat untuk ahli waris.

3. Nasakh Kully, yaitu menghapus hukum yang sebelumnya secara keseluruhan.


Contohnya, ketentuan 'iddah empat bulan sepuluh hari pada Surah Al-Baqarah
ayat 234.

َ ‫َوالَّ ِذيْنَ يُت ََوفَّ ْونَ ِم ْن ُك ْم َو َيذَ ُر ْونَ ا َ ْز َوا ًجا يَّت ََربَّصْنَ ِبا َ ْنفُ ِس ِه َّن ا َ ْر َب َعةَ ا َ ْش ُه ٍر َّو‬
‫ع ْش ًرا ٖۚ فَ ِاذَا َب َل ْغنَ ا َ َجلَ ُه َّن فَ ََل‬
٢٣٤ ‫ّٰللاُ ِب َما ت َ ْع َملُ ْونَ َخ ِبي ٌْر‬ ّٰ ‫ف َو‬ ِ ٖۗ ‫علَ ْي ُك ْم فِ ْي َما فَ َع ْلنَ فِ ْٓي ا َ ْنفُ ِس ِه َّن ِب ْال َم ْع ُر ْو‬
َ ‫ُجنَا َح‬

Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri


(hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh
hari. Kemudian apabila telah habis 'iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali)
membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat.
Di nasakh oleh ketentuan 'iddah satu tahun pada ayat 240 dalam surat
yang sama.
َ ‫عا اِلَى ْال َح ْو ِل‬
‫غي َْر ا ِْخ َراجٍ ٖۚ فَا ِْن خ ََرجْ نَ َف ََل‬ ً ‫اج ِه ْم َّمت َا‬ِ ‫صيَّةً َِلَ ْز َو‬ِ ‫َوالَّ ِذيْنَ يُت ََوفَّ ْونَ ِم ْن ُك ْم َويَذَ ُر ْونَ ا َ ْز َوا ًج ۖا َّو‬
٢٤٠ ‫ع ِزي ٌْز َح ِك ْي ٌم‬ ّٰ ‫علَ ْي ُك ْم ِف ْي َما فَ َع ْلنَ ِف ْٓي ا َ ْنفُ ِس ِه َّن ِم ْن َّم ْع ُر ْوفٍٖۗ َو‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ ‫ُجنَا َح‬
Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri,
hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun
lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). Akan tetapi jika mereka pindah
(sendiri), maka tidak ada dosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal)
membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. Dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.

4. Nasakh Juz'iy, yaitu menghapus hukum umum yang berlaku bagi semua
individu dengan hukum yang berlaku bagi sebagian individu, atau
menghapus hukum yang bersifat muthlaq dengan hukum yang muwayyad.
Contohnya hukum dera (cambuk) 80 kali bagi orang yang menuduh seorang
wanita tanpa adanya saksi pada Surah An-Nur ayat 4.
‫ش َهادَة ً اَبَد ًٖۚا‬ ُ ‫ت ث ُ َّم لَ ْم يَأْت ُ ْوا بِا َ ْربَ َع ِة‬
َ ‫ش َهدَ ۤا َء فَاجْ ِلد ُْو ُه ْم ثَمٰ نِيْنَ َج ْلدَة ً َّو ََل ت َ ْقبَلُ ْوا لَ ُه ْم‬ َ ْ‫َوالَّ ِ ۤذيْنَ يَ ْر ُم ْونَ ْال ُمح‬
ِ ‫ص ٰن‬
ٰ ُ ‫َوا‬
٤ ۙ َ‫ول ِٕىكَ ُه ُم ْال ٰف ِسقُ ْون‬
Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik (berzina) dan
mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka delapan puluh
kali, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Mereka
itulah orang-orang yang fasik.
Dihapus oleh ketentuan li'an, yaitu bersumpah empat kali dengan nama
Allah, jika si penuduh suami yang tertuduh, pada ayat 6 dalam surat yang
sama.

َ‫اّٰللِ ۙاِنَّهٗ لَ ِمن‬ ٍ ْۢ ‫شهٰ ٰد‬


ّٰ ‫ت ِب‬ َ ‫ش َهادَة ُ ا َ َح ِد ِه ْم ا َ ْر َب ُع‬ ٓ َّ ‫ش َهدَ ۤا ُء ا‬
ُ ُ‫َِل ا َ ْنف‬
َ َ‫س ُه ْم ف‬ ُ ‫َوالَّ ِذيْنَ َي ْر ُم ْونَ ا َ ْز َوا َج ُه ْم َولَ ْم َي ُك ْن لَّ ُه ْم‬
٦ َ‫ص ِدقِيْن‬ ّٰ ‫ال‬
Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada
mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah
empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-
orang yang benar.

E. Faedah Keberadaan Nasakh

1. Pembelajaran cara-cara pertahapan (tadrif) dalam menginternalisasikan dan


mensosialisasikan pesan-pesan Al-Quran (Asep Arifin, 2017:133).
2. Menjaga kemaslahatan hamba.
3. Pengembangan pensyariatan hukum sampai kepada tingkat kesempurnaan.
4. Menguji kualitas keimanan mukallaf dengan cara adanya perintah yang
kemudian dihapus.
5. Merupakan kebaikan dan kemudahan bagi umat (Rosihan Anwar, 2010: 179).
6. Menghendaki kebaikan dan kemudahan bagi umat. Sebab jika nasakh itu
beralih ke hal yang lebih berat maka di dalamnya terdapat tambahan pahala,
dan jika beralih ke hal yang lebih ringan maka ia mengandung kemudahan dan
keringanan (Ulfa Mahfudloh, 2014:81).

6
PENUTUP

A. Simpulan
Dari makalah yang disusun dapat disimpulkan antara lain:
1. Nasakh merupakan cabang dari Ulumul Qur’an yang sangat penting
untuk dipelajari.
2. Nasakh merupakan penggantian hukum terhadap hukum baru dengan
didasarkan atas syari’at Islam.
3. Jumhur ulama mendukung adanya nasakh dengan dalil Q.S Al-Baqarah,
2:106. Sedangkan menurut Abu Muslim al-Asfahani bahwa nasakh tidak
berlaku dalam syari’at Islam. Apabila hukum syara boleh di nasakh itu
berarti terdapat kebatilan didalam Al-Qur’an.
4. Nasakh dilakukan demi menjaga kemaslahatan umat.

7
DAFTAR PUSTAKA

Acep Hermawan. 2011. 'Ulumul Quran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Asep Arifin. 2017. Ulum Al-Qur'an. Bandung.

Cecep Anwar. 2018. Ulumul Quran. Bandung: Pusat Penelitian dan Penerbitan UIN
SGD.

M. Quraish Shihab. 1994. “Membumikan” Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu


Dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan

Mardan. 2010. Al-Qur’an: Sebuah Pengantar Memahaninya Secara Utuh. Jakarta.


Pustaka Mapan Jakarta

Rosihon Anwar. 2010. Ulum Al-Qur'an. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Ulfa Mahfudloh dkk. 2014. Tafsir-Ilmu Tafsir. Jakarta: Kementerian Agama


Republik Indonesia.

Yunahar Ilyas. 2013. Kuliah Ulumul Qur'an. Yogyakarta:ITQAN Publishing.

Anda mungkin juga menyukai