MAKALAH
Dosen: Dr. Cecep Anwar, M. Ag & Muhammad Parhan Mubarok, S. Pd. I., M. Ag.
Oleh:
2019
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam, agama yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta kaum Muslim
di seluruh dunia, merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan hidup
pemeluknya di dunia dan di akhirat kelak. Ia mempunya satu sendi utama yang
esensial: berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya. Al-Qur’an
memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syari’ah, dan akhlak. Allah
berfirman, sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk menuju jalan yang sebaik-
baiknya (Q.S. Al-Isra, 17:9) (M. Quraish Shihab, 1994:33). Al-Qur’an ada yang
dikemukakan secara terperinci, ada pula yang garis besarnya saja. Ada yang khusus,
ada yang masih bersifat umum dan global. Ada ayat-ayat yang sepintas lalu
menunjukkan adanya gejala kontradiksi, lalu para ulama berbeda pendapat tentang
bagaimana menghadapi ayat-ayat tersebut. Sehingga timbul pembahasan tentang
Nasikh (menghapus) dan Mansukh (dihapus). Oleh sebab itu, wajarlah jika Allah
menghapuskan sesuatu syari’at dengan syari’at lain untuk menjaga kemaslahatan
umat (Cecep Anwar, 2018:97).
Nasikh dan Mansukh merupakan cabang dari Ulum al-Qur’an (ilmu-ilmu al-
Qur’an) yang membahas pembatalan hukum syara dan menggantinya dengan hukum
syara yang baru. Terdapat dua golongan yang berpendapat mengenai Nasakh ini
(Cecep Anwar, 2018:97). Yang pertama adalah golongan yang menentang adanya
Nasakh ini, yang berasal dari ulama mutaakhkhirin seperti Abu Muslim al-Asfahani
karena menurutnya jika hal tersebut terjadi, maka ada yang batal didalam al-Qur’an
dan ada ayat yang tidak terpakai (tidak dapat diamalkan). Sedangkan golongan
kedua adalah Jumhur ulama setuju jika didalam al-Qur’an terdapat sebuah kodifikasi
dikarenakan demi kepentingan umat. Hal ini didasarkan pada Surah Al-Baqarah [2]
ayat 106. Meski begitu tidak semua ayat didalam al-Qur’an dapat di Nasakh.
Penetapan nasakh ini ada ayat al-Qur’an yang di nasakh dengan al-Qur’an lagi, al-
Qur’an dengan hadits, hadits dengan al-Qur’an, dan ada pula hadits dengan hadits.
Kami mencoba untuk mendefinisikan pengertian dari nasikh dan mansukh itu
sendiri. Setelah itu kami memberikan pendapat dari dua golongan, yaitu dari jumhur
ulama yang menerima dan juga dari ulama mutaakhkhirin yang menolak nasikh dan
mansukh. Didalam al-Qur’an terdapat banyak bentuk dan contoh nasikh dan mansukh,
maka kami memberikan bentuk dan contoh dari nasakh nya. Dan yang terakhir kami
akan menjelaskan faedah (hikmah) dari adanya kejadian nasakh ini. Harapanya kami
dapat mengetahui ayat mana saja yang di nasikh dan mansukh.
1
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Dari segi bahasannya ia bisa berarti al-izalah yang bisa diartikan menjadi
penghilangan. Nasakh bisa diartikan menghilangkan bisa pula melenyapkan dan bisa
pula menghapus. Bila ungkapan itu di artikan dalam Bahasa Indonesia berarti: Matahari
melenyapkan (menghilangkan, menghapus) bayangan. Nasakh juga bisa diartikan al-
ihthal yakni membatalkan. Nasakh secara istilah berarti: "Mencakup berlaku nya hukum
syara dengan dalil syara yang datang belakangan" (Acep Hermawan, 2011: 162-164).
Manna Al-Qaththan menetapkan tiga dasar untuk menegaskan bahwa suatu ayat
di katakan nasikh (menghapus), dan ayat lain dikatakan mansukh (dihapus). Ketiga dasar
tersebut adalah:
1. Melalui pentransmisian yang jelas (an-naql ash-sharik) dari nabi atau sahabatnya.
2. Melalui kesepakatan umat bahwa ayat ini nasikh dan ayat itu mansukh.
3. Melalui studi sejarah, ayat mana yang lebih belakang turun sehingga di sebut
nasakh dan ayat mana yang lebih dahulu turun sehingga di sebut mansukh
(Rosihon Anwar, 2004:175-17).
2
C. Pendapat Ulama Tentang Nasakh
ْ ع ٰلى ُك ِل ش
١٠٦ َيءٍ قَ ِدي ٌْر َ َّٰللا ِ ْ س ْخ ِم ْن ٰايَ ٍة ا َ ْو نُ ْن ِس َها نَأ
ّٰ ت بِ َخي ٍْر ِم ْن َها ٓ ا َ ْو ِمثْ ِل َها ٖۗ اَلَ ْم ت َ ْعلَ ْم ا َ َّن َ ۞ َما نَ ْن
Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami
datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?
Menurut para pendukung nasakh, “ayat” yang di-nasakh itu adalah ayat Al-Qur’an
yang mendukung ketentuan-ketentuan hukum. Penafsiran ini berbeda dengan
penafsiran mereka yang menolak adanya nasakh dalam pengertian terminologi di atas
dengan menyatakan bahwa “ayat” yang dimaksud adalah mukjizat para Nabi. Ulama
yang tidak mengakui adanya naskh dalam al-Qur’an, pada umumnya, dari ulama
mutaakhkhirin, di antaranya adalah Abu Muslim al-Asfahani. Alasan-alasan mereka
adalah sebagai berikut:
1. Jika ada ayat yang mansukh berarti dalam Al-Qur’an ada ayat yang batal,
sementara pada yang demikian mustahil terjadi. Hal ini dijelaskan Allah dalam
Surah Al-Fussilat, 41:42.
3
4
1. Nasakh Sharih, yaitu ayat yang secara jelas menghapus hukum yang terdapat
pada ayat terdahulu. Misalnya ayat tentang perang (qital) pada ayat 65 Surah
Al-Anfal yang mengaharuskan seorang muslim melawan 10 orang kafir.
علَى ْال ِقت َا ٖۗ ِل ا ِْن يَّ ُك ْن ِم ْن ُك ْم ِع ْش ُر ْونَ صٰ ِب ُر ْونَ يَ ْغ ِلب ُْوا ِمائَتَي ٖۚ ِْن َوا ِْن يَّ ُك ْن
َ َض ْال ُمؤْ ِمنِيْن ِ ي َح ِر ُّ ٰيٓاَيُّ َها النَّ ِب
٦٥ َِم ْن ُك ْم ِمائ َةٌ يَّ ْغ ِلب ُْٓوا ا َ ْلفًا ِمنَ الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْوا بِاَنَّ ُه ْم قَ ْو ٌم ََّل يَ ْفقَ ُه ْون
Wahai Nabi (Muhammad)! Kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika
ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya mereka dapat mengalahkan
dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang (yang sabar) di antara kamu,
niscaya mereka dapat mengalahkan seribu orang kafir, karena orang-orang kafir itu
adalah kaum yang tidak mengerti.
Ayat ini menurut jumhur ulama di nasakh oleh ayat yang mengharuskan
satu orang mukmin melawan dua orang kafir pada ayat 66 dalam Surah yang
sama.
2. Nasakh dhimmy, yaitu jika terdapat dua nasakh yang saling bertentangan dan
tidak di kompromikan, dan keduanya turun untuk sebuah masalah yang sama,
serta kedua-duanya di ketahui waktu turunnya, ayat yang datang kemudian
menghapus ayat yang terdahulu. Contohnya ketetapan Allah yang
mewajibkan berwasiat bagi orang-orang yang akan mati yang terdapat dalam
Surah Al-baqarah ayat 180.
Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada setiap orang yang memiliki hak akan
hartanya. Maka tidak ada wasiat untuk ahli waris.
َ َوالَّ ِذيْنَ يُت ََوفَّ ْونَ ِم ْن ُك ْم َو َيذَ ُر ْونَ ا َ ْز َوا ًجا يَّت ََربَّصْنَ ِبا َ ْنفُ ِس ِه َّن ا َ ْر َب َعةَ ا َ ْش ُه ٍر َّو
ع ْش ًرا ٖۚ فَ ِاذَا َب َل ْغنَ ا َ َجلَ ُه َّن فَ ََل
٢٣٤ ّٰللاُ ِب َما ت َ ْع َملُ ْونَ َخ ِبي ٌْر ّٰ ف َو ِ ٖۗ علَ ْي ُك ْم فِ ْي َما فَ َع ْلنَ فِ ْٓي ا َ ْنفُ ِس ِه َّن ِب ْال َم ْع ُر ْو
َ ُجنَا َح
4. Nasakh Juz'iy, yaitu menghapus hukum umum yang berlaku bagi semua
individu dengan hukum yang berlaku bagi sebagian individu, atau
menghapus hukum yang bersifat muthlaq dengan hukum yang muwayyad.
Contohnya hukum dera (cambuk) 80 kali bagi orang yang menuduh seorang
wanita tanpa adanya saksi pada Surah An-Nur ayat 4.
ش َهادَة ً اَبَد ًٖۚا ُ ت ث ُ َّم لَ ْم يَأْت ُ ْوا بِا َ ْربَ َع ِة
َ ش َهدَ ۤا َء فَاجْ ِلد ُْو ُه ْم ثَمٰ نِيْنَ َج ْلدَة ً َّو ََل ت َ ْقبَلُ ْوا لَ ُه ْم َ َْوالَّ ِ ۤذيْنَ يَ ْر ُم ْونَ ْال ُمح
ِ ص ٰن
ٰ ُ َوا
٤ ۙ َول ِٕىكَ ُه ُم ْال ٰف ِسقُ ْون
Dan orang-orang yang menuduh perempuan-perempuan yang baik (berzina) dan
mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka delapan puluh
kali, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka untuk selama-lamanya. Mereka
itulah orang-orang yang fasik.
Dihapus oleh ketentuan li'an, yaitu bersumpah empat kali dengan nama
Allah, jika si penuduh suami yang tertuduh, pada ayat 6 dalam surat yang
sama.
6
PENUTUP
A. Simpulan
Dari makalah yang disusun dapat disimpulkan antara lain:
1. Nasakh merupakan cabang dari Ulumul Qur’an yang sangat penting
untuk dipelajari.
2. Nasakh merupakan penggantian hukum terhadap hukum baru dengan
didasarkan atas syari’at Islam.
3. Jumhur ulama mendukung adanya nasakh dengan dalil Q.S Al-Baqarah,
2:106. Sedangkan menurut Abu Muslim al-Asfahani bahwa nasakh tidak
berlaku dalam syari’at Islam. Apabila hukum syara boleh di nasakh itu
berarti terdapat kebatilan didalam Al-Qur’an.
4. Nasakh dilakukan demi menjaga kemaslahatan umat.
7
DAFTAR PUSTAKA
Cecep Anwar. 2018. Ulumul Quran. Bandung: Pusat Penelitian dan Penerbitan UIN
SGD.