MAKALAH
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Studi Qur’an
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
ALFI MAWADDAH RAHMAWATI
20501002
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah menurunkan syari’at di dalam Al-quran kepada Nabi Muhammad
untuk memperbaiki umat di bidang akidah, ibadah, dan muamalah. Tentang
bidang ibadah dan mu’amalah memiliki prinsip yang sama yaitu bertujuan
membersihkan jiwa dan memelihara keselamatan manusia.
Proses penurunan Al-quran secara berangsur-angsur tampak
mengindikasikan bahwa pesan-pesan yang terkandung di dalamnya selalu
bersentuhan dengan keberadaan umat yang memiliki ragam budaya dan selalu
mengalami perubahan dari masa ke masa. Hal ini dapat dilihat secara historis,
dimana al-Quran seringkali turun diiringi dengan sebab-sebab tertentu yang
disebut dengan Azbabun Nuzul, yang berkaitan dengan berbagai macam
persoalan. Meski begitu, tidak berarti terjadi perbedaan pesan antara satu ayat
dengan ayat lainnya.1
Hal ini menjadi asumsi dasar cara pandang para penafsir terhadap Al-
quran. Para penafsir berhusaha keras menyelesaikan persoalan makna ayat Al-
quran yang dipandang bertentangan dengan ayat lain.2 Maka dalam pembentukan
kemaslahatan manusia tidak dapat dielakkan, adanya Nasikh Mansukh terhadap
beberapa hukum terdahulu dan diganti dengan hukum yang sesuai dengan
tuntutan realitas zaman, waktu, dan kemaslahatan manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian nasikh dan mansukh ?
2. Bagaimana ruang lingkup dan syarat nasikh mansukh ?
3. Bagaimana macam-macam nasikh dan mansukh ?
4. Bagaimana bentuk-bentuk nasikh dan mansuk ?
5. Bagaimana hikmah adanya nasikh dan mansukh ?
C. Tujuan
1. Bagaimana pengertian nasikh dan mansukh ?
2. Bagaimana ruang lingkup dan syarat nasikh mansukh ?
3. Bagaimana macam-macam nasikh dan mansukh ?
4. Bagaimana bentuk-bentuk nasikh dan mansuk ?
5. Bagaimana hikmah adanya nasikh dan mansukh ?
1
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran, (Bandung : Mizan. 2013) hal. 228
2
Mahmud Arief, Studi al-Qur’an Kontemporer, (Yogyakarta : Penerbit Tiara Wacana Yogya.
2002) hal 109
1
BAB II
PEMBAHASAN
ْ ى ُك ِل ش
َيءٍ قَدِير ِ ْ س ْخ ِم ْن آيَ ٍة أ َ ْو نُن ِس َها نَأ
َ َت بِ َخي ٍْر ِم ْن َها أ َ ْو ِمثْ ِل َها أَلَ ْم ت َ ْعلَ ْم أ َ َّن ّللا
َ َعل َ َما نَن
3
Abdul Djalal, Ulumul Quran, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), hal 120
4
Abdul haris, Nasikh dan Mansukh dalam Alquran, (Tajdid, Vol. XIII No. 1, 2014), hal 205-
206
2
“Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang
membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang
yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya,
seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah).” (QS. Al-
Baqarah: 106)
Mengenai ruang lingkup nasikh mansukh, Manna’ Khalil al Qattan
mengemukakan bahwa nasikh mansukh hanya terjadi pada perintah dan larangan,
baik yang diungkapkan dengan tegas dan jelas maupun yang diungkapkan
dengan kalimat berita (khabar) yang bermakna ‘amar(perintah) atau
nahyi(larangan). Sedang dalam masalah pokok(usul) semua syari’at adalah
sama.5
Firman Allah dalam QS Asy Syuura ayat 13
سى َ سى َو ِّعي َ ِّيم َو ُمو َ ص ْينَا بِّ ِّه إِّب َْراهَّ صى بِّ ِّه نُوحا ً َوالَّذِّي أ َ ْو َح ْينَا إِّلَيْكَ َو َما َو َّ ين َما َو ِّ َع لَ ُكم ِّمن
ِّ الد َ ش ََر
َّ أ َ ْن أَقِّي ُموا الدِّينَ َو ََل تَتَفَ َّرقُوا فِّي ِّه َكب َُر َعلَى ْال ُم ْش ِّركِّينَ َما تَ ْدعُو ُه ْم إِّلَ ْي ِّه
َّللاُ يَجْ تَبِّي إِّلَ ْي ِّه َمن يَشَا ُء َويَ ْهدِّي إِّلَ ْي ِّه
َُمن يُنِّيب
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah
diwasiatkanNya kepada Nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu
dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu:
Tegakkanlah agama, dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.”
5
Dr. Usman, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta:Teras, cet.1, 2009), hal 255
6
Manna’Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al Qur’an, (Jakarta:pustaka Al Kautsar Cet ke-
4), hal 284
7
Mana’ Al -Qaththan, Pembahasan Ilmu Al-Quran 2 (Jakarta: PT Rineka Cipta 1995), hal.
36-37
3
Ulama Sepakat Mengatakan ini diperbolehkan. Contohnya ayat yang
menerangkan mengenai masa idah. Masa iddah bagi perempuan itu lamanya
satu tahun. Ayat iddah ini ternasikhkan oleh ayat lain. Masa iddah itu cukup
empat bulan sepuluh hari.
Aturan pertama turun mematok masa iddah 12 bulan (Al-Baqarah: 240) lalu
beberapa waktu kemudian turun ayat susulan yang menyatakan, bahwa masa
tunggu cukup empat bulan sepuluh hari yang diglobalkan menjadi 130 hari
terhitung setelah hari kematian suami (Al-Baqarah:234).
2. Al-Quran dinasikhkan dengan Sunnah
Ayat tentang wasiat terhadap kedua orang tua dan kerabat telah dihapus
hukumnya dengan hadis Nabi: “Ketahuilah bahwa tidak ada wasiat terhadap
ahli waris”. contoh lain ayat tentang, “hukum cambuk (jilid) bagi perempuan
dan laki-laki yang berzina dengan seratus kali cambuk” di-nasakh oleh hadis
tentang rajam” pelaku zina.
Namun dalam praktiknya al-qur’an boleh di nasikh kan dengan sunnah atau
hadis yang muttawatir, tidak boleh ahad. karena Al-Quran itu mutawatir,
harus diyakini. Sedangkan hadist ahad masih diragukan.
3. Sunnah dinasikhkan dengan Al-Quran
Ini diperbolehkan menurut jumhur. Contoh hadis Nabi yang menyatakan,
“Menghadap ke Baitul Maqdis ketika shalat selama 16 sampai 17 bulan”
(HR. al-Bukhari). Kemudian, ketentuan ini dihapus oleh al-Qur’an surat al-
Baqarah : 144 yang menyerukan untuk menghadap ke Baitullah (Mekkah).
Allah swt berfirman:
َط َر ْال َمس ِْج ِد ْال َح َر ِام
ْ ضاهَا فَ َو ِل َوجْ َهكَ ش َ س َماء فَلَنُ َو ِليَنَّكَ قِ ْبلَةً ت َْر
َّ ب َوجْ ِهكَ فِي ال َ ُّقَ ْد ن ََرى تَقَل
َ َط َرهُ َوإِ َّن الَّذِينَ أ ُ ْوتُواْ ْال ِكت
َاب لَيَ ْعلَ ُمونَ أَنَّهُ ْال َح ُّق ِمن ََّّبِ ِه ْم ْ ْث َما ُكنت ُ ْم فَ َولُّواْ ُو ُج ِو َه ُك ْم ش ُ َو َحي
َع َّما يَ ْع َملُون
َ َو َما ّللاُ بِغَافِ ٍل
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit , maka
sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu
berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang
(Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang
mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari
Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan.”
4. Sunnah dinasikhkan dengan Sunnah
Contoh Sunnah yang di-nasakh dengan Sunnah adalah seperti larangan
4
berziarah kubur pada waktu permulaan Islam. Kemudian Rasul dengan
hadisnya yang lain membolehkan ziarah kubur setelah masyarakat
mengetahui hakikat ziarah kubur. (HR. Muslim).
ار ِة ا ْلقُبُ ْو ِرأ َ ََل َف ُز ُر ْو َها (رواه مسلم
َ ُك ْنتُ نَ َه ْيت ُ ُك ْم ع َْن ِز َي
“Dulu Aku (Nabi) melarang kalian untuk berziarah kubur sekarang ber-
ziarah kuburlah kamu.”
8
Abu Anwar, Sebuah Pengantar Ulum Al-quran (Bekasi: Media Grafika, 2002), hal 53
5
3. Nasikh hukumnya dan tetap tilawahnya.
Contohnya firman Allah:
9
Rosihon Anwar, Ulum Al-quran (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), hal 179
6
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa :
1. Pengertian dari nasikh adalah dalil atau hukum syara’ yang menghapuskan
hukum sebelumnya. Sedangkan mansukh adalah dalil atau hukum syara’
yang menghapus.
2. Mengenai ruang lingkup, nasikh mansukh hanya terjadi pada dalil yang
bersifat larangan dan perintah. Mengenai pendapat tentang adanya nasikh
dan mansuk juga ada perbedaan, ada yang meyakini dan ada pula yang
tidak. Kemudian untuk syarat-syaratnya adalah hukum yang mansukh
adalah hukum syara’, dalil penghapusan hukum tersebut adalah khitab
syar’i yang datang lebih awal, Khitab yang dihapuskan atau diangkat
hukumnya tidak terikat(dibatasi) dengan waktu
3. Macam-macam nasikh mansukh ada 4, yaitu : Al-Quran dinasikhkan
dengan Al-Quran, Al-Quran dinasikhkan dengan Sunnah, Sunnah
dinasikhkan dengan Al-Quran, Sunnah dinasikhkan dengan Sunnah.
4. Bentuk-bentuk nasikh mansukh ada 3 : Nasikh tilawah dan hukumnya
sekaligus, Nasikh tilawah namun tetapnya hukum, Nasikh hukumnya dan
tetap tilawahnya.
5. Hikmah adanya nasikh dan mansukh sejatinya adalah untuk kemaslahatan
umat.
7
DAFTAR PUSTAKA
Cipta.
Cet ke-4.
Anwar, Abu. 2002. Sebuah Pengantar Ulum Al-quran. Bekasi: Media Grafika.
Wacana Yogya.
Haris, Abdul. 2014. Nasikh dan Mansukh dalam Alquran, Tajdid, Vol. XIII No. 1