Nasikh dalam Ulumul Qur’an diartikan sebagai sesuatu yang membatalkan,
menghapus, memindahkan, maka Mansukh diartikan sesuatu yang dibatalkan, dihapus dan dipindahkan. Sedang pengertian secara terminologi adalah mengangkatkan hukum syara' dengan perintah atau khitab Allah yang datang kemudian dari padanya.
2. Latarbelakang lahirnya Naskh-Mansukh dlm Al Qur'an.
karena Al-qur’an diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa yang mengiringinya Al-Quran merupakan Kalamullah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dan di turunkan secara berangsur-angsur. Al-Quran di gunakan sebagai petunjuk bagi umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam Al-Quran terkandung banyak hikmah dan pelajaran. Al-Quran di dalamnya memuat ayat yang mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan, ilmu pengetahuan, tentang cerita-cerita, seruan kepada umat manusia untuk beriman dan bertaqwa, memuat tentang ibadah, muamalah, dan lain-lain. Dalam penjelasannya, Al-Quran ada yang dikemukakan secara terperinci, ada pula yang haris besarnya saja. Ada yang khusu, ada yang masih bersifat umum dan global. Ada ayat-ayat yang sepintas lalu menunjukkan adanya gejala kontradiksi yang menurut Quraish Shihab, para ulama berbeda pendapat tentang bagaimana menghadapi ayat-ayat tersebut. Sehingga timbul pembahasan tentang Nasikh dan Mansukh.
3. Pro-kontra Naskh-Mansukh dlm Al Qur'an.Ulama yg Pro dan alasan mereka
Pro naskh mansukh dalam al-qur'an Menurut ulama Abdullah Saeed Alasan Saeed setuju dengan adanya nasikh mansukh dalam Alquran adalah sebagai bentuk kemudahan yang Allah berikan kepada umat sesuai dengan kondisi dan situasi kebutuhan umat, kemudian untuk relevansi nasikh menurut Saeed dalam penafsiran adalah gagasan pencabutan hukum lewat nasikh dapat menjadi pijakan untuk menafsiri ulang Alquran yang sudah tidak relevan agar bisa memenuhi kebutuhan umat yang sesuai dengan kondisi dan situasi.
4. Pro-kontra Naskh-Mansukh dlm Al Qur'an.Ulama yg Kontra dan alasan
mereka. ULAMA YANG KONTRA • Abu Muslim al-As(fahaniy (322 H) • Fakhruddin al-Raziy Syekh M.Abduh (1325.H) • Dr.Taufiq • Ustadz Al-Khudari • M.Hasbi Ash Shiddieqy 1. ALASAN ULAMA KONTRA Jika didalam al-Qur'an ada ayat2 yang mansu<khah berarti membatalkan sebagian isinya, dan bertentangan dengan Q.S. Fussilat:42 ال يأتيه الباطل من بين يديه وال من خلفه تنزيل منalQur'an adalah syarat yang diabadikan hingga akhir zaman, dan menjadi h{ujjah bagi manusia sepanjang zaman. Karena itu tidak layak bila di dalamnya terdapat ayat2 yang mansu<khah 2. ALASAN ULAMA KONTRA Q.S. al-Baqarah:106, tidak memastikan kepada adanya naskh ayat al-Qur'an, karena mungkin ayat yang dimaksud adalah; mujizat. B Makna naskh dalam arti memindahkan / mengutib/menukil ayat2 dari laukh makhfu<z) kepada Nabi yang kemudian ditulis ke dalam mus(h(af Kitab suci terdahulu seperti Taurat, Injil dsb. Yang dinaskh hukumnya oleh syariat nabi Muhammad saw. Makna naskh jika berarti mengangkat hukum, dan ayat bila dimaksud ayat al- Qur'an, maka hal itu tidak berarti telah terjadi, namun hanya menunjukkan kemungkinan (kebolehan) naskh. 3. ALASAN ULAMA KONTRA Adanya ayat2 yang sepintas nampak kontradiksi, tidak memastikan adanya naskh. Karena ayat2 tersebut semakin mampu dibuktikan pengompromiannya, dengan sedikit memberikan ta'wil atau penafsiran di dalamnya. Upaya ini juga untuk membuktikan kebenaran Q.S.al- Nisa<: 82; أفال يتدبرون القرآن ولو كان من عند غير هللا لوجدوا فيه اختالفا كثير 5. Macam Naskh-Mansukh dlm Al Qur'an. Macam-macam Naskh-Mansukh : a. Naskh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an. Para ulama yang mengakui adanya naskh telah sepakat adanya naskh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an dan itupun telah terjadi menurut mereka. Salah satu contohnya ayat ‘iddah satu tahun di- naskhan dengan ‘iddah 4 bulan 10 hari b. Naskh Al-Qur’an dengan Sunnah. Naskh yang macam ini terbagi menjadi dua. Pertama naskh Al-Qur’an dengan hadits ahad. Jumhur ulama berpendapat, hadits ahad tidak bisa menaskhan Al-Qur’an karena Al-Qur’an adalah naskh yang mutawatir, menunjukan keyakinan tanpa ada praduga atau dugaan padanya,sedangkan hadist ahad adalah naskh yang bersifat zhanni dan tidak sah pula menghapus suatu yang sudah diketahui dengan suatu yang sifat dugaan/diduga. c. Naskh sunnah dengan al-Qur’an. Jumhur ulama membolehkan naskh seperti ini,salahsatu contohnya adalah menghadap ke Baitul maqdis yang ditetapkan oleh sunnah, kemudian ketetapan ini di nashkan oleh Al-Qur’an. d. Naskh sunnah dengan sunnah, terbagi pada empat macam,yaitu : Naskh sunnah mutawatir dengan sunnah mutawatir, Naskh sunnah ahad dengan sunnah ahad, naskh sunnah ahad dengan sunnah mutawatir, dan Naskh mutawatir dengan sunnah ahad. • Dihapus bacaan maupun hukumnya Terdapat ayat al-Qur’an yang dihapus bacaan sekaligus hukumnya. Contohnya adalah ayat yang menerangkan jumlah susuan yang membuat adanya hubungan mahram, sehingga dilarang untuk menikah. • Dihapus bacaannya saja Terdapat ayat al-Qur’an yang dihapus bacaannya. Adapun hukumnya masih tetap berlaku. Contoh pertama,Contohnya adalah ayat yang menerangkan jumlah susuan yang menyebabnya adanya hubungan mahram • Dihapus hukumnya saja Di dalam al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang hukumnya tidak berlaku lagi. Oleh karena itu, hendaknya kita berhati-hati. Jangan sampai kita menggunakan ayat itu sebagai dalil suatu hukum. Contohnya adalah masalah wasiat bagi kedua orangtua sebagaimana telah kami jelaskan dalam contoh di atas. Yaitu Surat al-Baqarah ayat 180. 6. Hikmah adanya Naskh-Mansukh dlm Al Qur'an. 1. Menyadari sifat kasih Allah Secara umum, ayat yang mansukh itu lebih berat daripada yang nasikh. Hal ini menunjukkan bahwa syariat Nabi Muhammad merupakan syariat yang paling ringan, hanafiyah-samhah. Namun adakalanya ayat yang nasikh itu lebih berat. Dalam hal demikian, Allah telah menyediakan pahala yang lebih besar. Hal ini menunjukkan sifat kasih Allah yang ar-Rahman dan ar-Rahim. 2. Syariat Islam tidak kaku Dengan memahami nasikh-mansukh dalam al-Qur’an ini pula, kita menyadari bahwa hukum Allah itu tidak bersifat kaku dan stagnan. Namun dinamis dan selalu berkembang. 3. Hubungan yang erat antara syariat dan dakwah Hal ini sangat penting untuk kita mengerti, bahwa syariat Islam itu bagian dari strategi dakwah juga. Syariat dan dakwah merupakan saudara kandung yang lahir dan tumbuh secara beriringan. Bahkan tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling menjaga, saling memberi, dan saling menguatka