Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Qowaid Syarah Hadis
Disusun Oleh :
FAKULTAS USHULUDDIN
TAHUN 2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dari mata
kuliah Qowaid Syarah Hadis yang diampu oleh Bapak Zulham Farizal
Alam,M.A. tepat pada waktunya. Tanpa adanya rahmat dan hidayah Allah SWT
tidak mungkin rasanya dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan benar.
Kami sadar, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran dan masukan perbaikan sangat kami harapkan untuk menyempurnakan
tugas-tugas serupa pada masa yang akan datang. Kami berharap, makalah
sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kita sebagai umat Islam, tidak boleh hanya mempelajari ilmu Alqur’an
melalui ulumul Qur’an tetapi juga bisa mempelajari, mendalami, serta
mengamalkan ilmu hadis Rasulullah melalui ulumul hadis. Karena hadis
Rasulullah berfungsi sebagai penyempurna dan penjelas dari isi Alqur’an.
Perlu diketahui bahwa hukum pada suatu hadis tidak mutlak benar dan
berlaku selamanya melainkan ada kalanya perubahan-perubahan atau
penyempurnaan-penyempurnaan. Dalam hal ini, cabang ilmu hadis yang
mempelajari permasalahan tersebut adalah ilmu nasikh mansukh hadis. Dalam
makalah kami ini, ilmu nasikh mansukh tersebut akan dibahas lebih lanjut dan
mendetail mengingat akan pentingnya kita mempelajari ilmu hadis. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita. Amin.
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami temukan dalam membuat makalah ini
adalah :
1. Apa pengertian nasikh wa al mansukh?
2. Apa saja bentuk-bentuk nasikh wa al mansukh?
3. Apa saja rukun dan syarat nasikh wa al mansukh?
4. Bagaimana urgensi ilmu nasikh dan mansukh?
5. Apa saja kitab-kitab tentang nasikh dan mansukh?
C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian nasikh wa al mansukh
2. Untuk mengetahui macam-macam nasikh wa al amansukh
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat nasikh wa al amnsukh
4. Untuk mengetahui urgensi ilmu nasikh wa al mansukh
5. Untuk mengetahui kitab-kitab nasikh wa al mansukh
D. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh pembaca dalam penulisan makalah ini
agar para pembaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Nasikh
Wa Al Mansukh.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nasikh Wa Al Mansukh
1. Pengertian Nasikh Wa Al Mansukh
3
hukum baru tersebut ditetapkan hingga hari kiamat, bersifat abadi dan bukan
temporal.
B. Macam-Macam Pembagian Nasikh Wa Al Mansukh
Sebagian ulama yang mengakui adanya nasakh dalam Al-Qur’an membagi
nasakh dari berbagai segi. Pertama; ditinjau dari segi dalil yang menjadi obyek
nasakh, maka nasakh terbagi menjadi :
1. (بالكتاب الكتاب نسخal-Qur’an di-nasakh oleh al-Qur’an ), misalnya,
dalam surat al-Baqarah: 240 disebutkan bahwa masa ‘iddah wanita yang ditinggal
mati suami adalah satu tahun. Hukum yang disebut dalam ayat ini kemudian
dihapus dan diganti oleh ketentuan yang terdapat dalam surat al-Baqarah: 234
yang menyatakan bahwa masa ‘iddah wanita yang ditinggal mati suaminya adalah
empat bulan sepuluh hari:
2. ( نسخ بالسنة السنةsunnah di-nasakh oleh sunnah), misalnya, hadis
yang awalnya melarang orang berziarah kubur, namun kemudian
memperbolehkan.
3. Alquran di-nasakh oleh sunnah () بالسنة الكتاب نسخ, misalnya tentang
ayat wasiat sebagaimana disebutkan dalam surat al-Baqarah: 180. Dalam
pandangan jumhurul ulama’, ayat ini di-nasakh oleh ayat waris, serta hadis Nabi:
ال وصية لوارث
Tidak ada wasiat bagi ahli waris.
4. Sunnah di-nasakh oleh Al-Qur’an () بالكت]]]اب الس]]]نھ نسخ, seperti
perubahan kiblat dari Baitul Muqaddas ke Bait al-Haram sebagaimana dijelaskan
di atas.
Bentuk-Bentuk Nasikh Wa Al Mansukh
Pada berbagai referensi dan hukum jumhurul ulama’sebagian memecah
Nasakh menjadi tiga kategori, yakni :
1. Menghilangkan hukum/ketentuan dan teksnya secara bersama
Ayat-ayat pada bagian ini tidak boleh dilafalkan dan dilaksanakan lagi.
Misalnya pada “H.R Bukhari dan Muslim dari Aisyah”
yang berati: “Dahulu termasuk yang diturunkan (ayat al-Qur`an) adalah
sepuluh kali susuan yang diketahui, kemudian di-nasakh dengan lima susuan
yang diketahui. Setelah Rasulullah Saw. wafat, hukum yang terakhir tetap dibaca
sebagai bagian al-Qur`an”.
Implikasi hadis tersebut ialah akan disebut saudara mahrom untuk dua
orang yang tidak seibu bilamana dua orang tersebut meminum ASI dari satu ibu
yaitu dengan jumlah sepuluh kali sedot. Lalu dalil itu dinaskh yang mengubah
dari 10 kali menjadi cukup 5 kali.
4
2. Penghilangan hanya pada hukum/ketentuannya sendiri sedang pada
teksnya tetap ada.
Contohnya, ayat yang membahas memprioritaskan untuk bersedekah
seperti yang tercantum pada Q.S. Mujadilah : 12 sebagai berikut :
5
C. Rukun Dan Syarat Nasikh Wa Al Mansukh
6
D. Urgensi Ilmu Nasikh Wa Al Manshuk
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai pada pemaparan diatas, maka mampu disumpulkan bahwasanya pengertian
atau makna kata Nasikh Wa al-Mansukh sangat beragam yang dijelaskan oleh
para ahli fiqih ataupun ulama-ulama lain. Meskipun beragam, namun secara
keseluruhan bermakna sama yang pada intinya Nasikh yakni “sesuatu yang
menghapus atau yang membatalkan” yang berperan sebagai subjek. Sedang kata
Mansukh yakni “sesuatu yang dibatalkan atau dihapus” dan berperan sebagai
objek. Dan proses penghapusan tersebut disebut dengan Nasakh.
Karena berhubungan dengan sumber hukum Islam yang utama dan kedua, maka
dalam menasakh suatu dalil tidak bisa dilakukan secara sembarangan dan bukan
orang yang sembarangan pula. Diperlukan rukun-rukun dan juga syarat yang
harus dipenuhi untuk bisa menasakhkan. Meskipun banyak ulama yang
bertentangan dengan pendapat tentang keabsahan Nasakh Wa al-Mansukh, perlu
ditegaskan bahwa dengan kemajuan dakwah juga perjalanan waktu maka Shar’i
hukum disesuaikan dengan keadaan masyarakat saat ini.Banyak hikmah dapat
diperoleh dari studi Nasakh dan Mansukh. Disamping hal tersebut, studi satu ini
memiliki fungsi juga manfaat terutama bagi ahli fiqih (Fuqaha), mufassir, ataupun
usuli supaya pemahaman mengenai hukum tidaklah kacau. Kita juga dapat
memperdalam pemahaman sehingga menjadi lebih kuat iman kami dan yakin
bahwa Allah SWT tidaklah akan menguji seorang hamba-Nya di luar dari batas
kemampuan.
B. Saran
Kami sebagai penulis adanya makalah ingin memberikan saran kepada pembaca
agar pembaca lebih giat untuk mencari pengetahuan materi guna untuk menambah
wawasan tentang Nasikh Wa Al Mansukh.
8
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, A. (2016). NASIKH – MANSUKH IN AL-QUR’AN. PUTIH: Jurnal
Pengetahuan
Tentang Ilmu Dan Hikmah, 1(1). https://doi.org/10.51498/putih.v1i1.12
Malik, Abdul Rahman. “Abrogasi Dalam Alquran: Studi Nasikh Dan Mansukh”.
Jurnal
Studi Al-Qur’an 12, no. 1 (January 1, 2016): 98 - 113. Diakses pada 6 Maret
2022.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jsq/article/view/3827.
Mun’im, Zainul “Teori Nasikh Mansukh Alquran Sebagai Pembeharuan Hukum
Islam (Studi
Pemikiran Abdullah Ahmed An-Na’i Dan Muhammmad Syahrur)” Skripsi
Fakultas
Syariah Dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 2013.
Munawaroh, N. R. (2020, October 31). Nasikh dan Mansukh dalam Al-Qur'an.
https://doi.org/10.31219/osf.io/5tc3d
Rizal, Hasan Syaiful. (2016).
“Nasakh, Nasikh dan Mansukh”,
https://hsrshare.blogspot.com/2016/06/nasakh-nasikh-dan-mansukh.html, diakses
pada 5 Maret 2022.
Roki, Syaeful. (2020). Peta Nasikh dan Mansukh dalam Al-Qur’an Al-Karim. Al
Tadabbur:
Jurnal Ilmu Al Quran dan Tafsir, 5 (2).
Ulamai, Hasan Asyari. “Konsep Nasikh Dan Mansukh Dalam AlQuran” 7 (2016).
Wahyudin. (2021). “Konsep Wahyu, Nasikh Dan Mansukh, I'jaz Dan Tafsir
'ilmi.” OSF
Preprints. https://doi.org/10.31219/osf.io/6pxwv