Dosen Pengampu
DISUSUN OLEH:
Nevi imroatul
SEMESTER SATU
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan
Rahmat, Taufiq, serta Hidayah-Nya, sehingga kelompok kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “ILMU NASIKH DAN MANSUKH” ini dengan baik.
Sholawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah
membimbing kita dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang hingga saat ini
dengan agama islam.
yang telah memberikan ilmu serta membimbing kami sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas presentasi ini dengan baik. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini sehingga belum dikatakan baik bahkan
sempurna.
Kami ucapkan terima kasih untuk penulis jurnal bahkan buku yang telah kami
jadikan referensi pada makalah ini. Untuk itu kritik dan saran supaya bisa digunakan
sebagai acuan dalam membuat makalah kami selanjutnya. Akhir kata semoga kita
diberikan kemudahan dalam mencari ilmu serta semoga makalah ini bermanfaat
untuk kita semua, Aamiin.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Al Qur`an merupakan kitab suci umat Islam yang menjadi petunjuk hidup
utama bagi mereka. Di samping itu, al Qur`an yang berkedudukan sebagai sumber
pertama ajaran Islam itu juga bisa bernilai ibadah (pahala) bagi umat Islam yang
membacanya.
Alquran merupakan sumber utama dalam beragama umat Islam. Alquran
diturunkan oleh Alloh S.W.T. sebagai petunjuk bagi umat manusia dan petunjuk
bagi orang-orang yang bertaqwa Allah S.W.T. dalam Alquran surat Al-Baqarah
ayat 2, dan ayat ke 185). Petunjuk Alquran mencakup akhlak, hukum, ibadah,
akidah, dan kisah-kisah sebagai ibrah bagi umat manusia.
Oleh Karena itu, mereka pun wajib untuk mempelajari, memahami dan
mengamalkannya. Seluruh umat Islam memang diberi kewajiban dan hak untuk
mempelajari, memahami dan mengamalkan al Qur`an. Hanya saja, dalam hal ini
mereka sejatinya tidaklah sedang menerima suatu amanat (kewajiban) yang
mudah. Untuk sekedar memahami al Qur`an sejatinya merupakan suatu proses
yang relatif sulit. Karena hal itu memerlukan ilmu yang luas dari pelakunya.
2. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian Nasikh dan Mansukh?
2. Apa sajakah persamaan dan perbedaan nasakh dan takhsish?
3. Bagaimana cara mengetahui nasakh dan urgensinya?
4. Jelaskan apa saja jenis-jenis Nasakh ?
Tujuan
1. Mengetahui pengertian Nasakh dan Mansukh.
2. Mengetahui jenis-jenis Nasakh.
3. Mengetahui macam-macam Nasakh yang ada dalam alQur’an.
4. Mengetahui nasakh dan urgensinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Subhi Shalih telah menerangkan macam-macam arti nasakh menurut bahasa,
yaitu: Menghilangkan ( ةAA)اإلزال, Mengganti ( ديلAA)التب, Memindah ( لAA ) النقdan
Merubah ( ) التحويلseperti merubah ayat tentang wasiat. Arti nasakh yang terakhir
ini tidak diakui oleh beberapa ulama karena mansukhnya tidak disebut, sedangkan
yang disebut adalah kalimat lain, diantara mereka adalah Al-Maky seorang ahli
tafsir
Adapun nasikh adalah yang menghapuskan. Hal ini dapat diartikan dengan :
a. Allah ( Musyarri’ ) berdasarkan surah Al-Baqarah :106
b. Ayat atau sesuatu yang dengannya itu nasakh diketahui, seperti dikatakan
1
Nur Hidayat, “PEMBELAJARAN ILMU-ILMU QUR’AN,” n.d.
Hanya saja, Takhsis lebih khusus pada pembatasan berlakunya hukum yang umum,
sedangkan nasakh menekankan pembatasan suatu hukum pada masa tertentu.
a Thaksis bisa dilakukan terhadap lafadz yang belakangan dan bisa pula terhadap
lafadz yang datang beriringan (datang belakangan). Sedangkan nasakh mutlaq hanya
bisa dilakukan melalui lafadz yang datang kemudian.
b. Thaksis bisa dilakukan baik dengan dalil naqli maupun dengan dalil aqli,
sedangkan masakh hanya bisa dilakukan dengan dalil naqli saja.
c. Takhsis tidak berlaku pada perintah (amr) yang mengandung suatu perintah saja,
seperti "Berilah si fulan, sedangkan masakh bisa dilakukan dapa kasus seperti itu.
d. Lafadz yang umum tetapada sesuai keumumanya walaupun setelah di- takhsis,
sedangkan lafad: yang di nasakh tidak berlaku lagi
e. Dibolehkan men-taklisis lafadz yang gather dengan gives hadis ahad, dan dalil-dalil
syara' lainya (pendapat ini masih diperselisihkan dikalangan para ulama) Sedangkan
dalam rasekh tidak boleh men- taklais suatu lafadz yang gathi, kecuali dengan lafadz
yang qath’i pula
Nasakh itu dapt diketahui dengan adanya kesepakatan umat bahwa ayat ini nasikh
dan itu mansukh. Dapat pula diketahui dari keterangan tegas Nabi atau para sahabat,
seperti hadits : Dan juga dengan mengetahui mana yang terlebih dahulu dan mana
yang kemudian dalam perspektif sejarah.
2
Abdullah Muzakki Lc, “TEORI NASIKH MANSUKH DALAM AL QUR`AN,” n.d.
Ayat tadi kemudian dinasakh oleh ayat berikut : ( Al-Baqarah :144 )
b. Nasakh Al-Qur’an dengan sunnah. Dalam hal ini sunnah harus berstatus
mutawattir karena Al-Qur’an itu bersifat mutawattir. Selain sunnah mutawattir
( seperti ahad da lain-lain ) tidak diperbolhkan oleh jumhur ulama.
Contohnya : ( Al-Baqarah : 180)
Maksud dari hadits tadi adalah pada awalnya puasa Asyura itu wajib,
kemudian datang ayat Al-Qur’an yang menghapus kewajiban tadi dengan
kewajiban puaa Ramadhan. Ayat tersebut adalah : ( Al-Baqarah : 185 )
d. Nasakh sunnah dengan sunnah.
Bagian ini terbagi lagi kedalam empat bagian, yaitu :
a) Nasakh sunnah mutawattirah dengan sunnah mutawattirah
b) Nasakh sunnah ahad dengan sunnah ahad
c) Nasakh sunnah ahad dengan sunnah mutawattirah
d) Nasakh sunnah mutawattirah dengan sunnah ahad (jumhur ulama’ sepakat
menolaknya)3
3
Hidayat, “PEMBELAJARAN ILMU-ILMU QUR’AN.”
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dan penjelasan sebelumnya yang berkaitan tentang
nasikh dan mansukh, penulis dapat menyimpulkan bahwa nasikh dan
mansukh terjadi di dalam Alquran. Hal ini bukan sebuah kekurangan, akan
tetapi sebuah kebijaksanaan dari yang berfirman dan menetapkan syariat,
yaitu Alloh swt, karena nasikh dan masukh yang terjadi hanya pada hal
perintah dan larangan dengan memperhatikan kemashlahatan manusia, bukan
pada segi akidah dan kisah. Kemudian Nasikh dan mansukh yang terjadi
dalam Alquran dapat dipetakan menjadi 4 bagian. Yaitu: surat yang tidak
terdapat di dalamnya ayat nasikh dan ayat mansukh. Kedua; surat yang di
dalamnya terdapat ayat nasikh saja. Ketiga, surat yang di dalamnya terdapat
ayat mansukh saja. Keempat; surat yang di dalamnya terdapat ayat nasikh dan
ayat mansukh bersamaan. Semoga artikel ini memberikan sedikit tambahan
ilmu dan pengetahuan yang berkaitan tentang ilmu Alquran. Alloh A’lam.
DAFTAR PUSTAKA