Anda di halaman 1dari 11

ILMU NASIKH DAN MANSUKH

Dikumpulkan untuk memenuhi tugas

Mata kuliah Studi Qur’an

Dosen Pengampu

DISUSUN OLEH:

Nevi imroatul

Ayunda Pratiwi (06020323028)

SEMESTER SATU
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan
Rahmat, Taufiq, serta Hidayah-Nya, sehingga kelompok kami bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul “ILMU NASIKH DAN MANSUKH” ini dengan baik.
Sholawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah
membimbing kita dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang hingga saat ini
dengan agama islam.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang sudah


mendukung serta memotivasi kami dalam menyusun makalah ini, khususnya kepada
Ibu Ni’Matus Sholihah, M.Ag. selaku dosen pengampu

yang telah memberikan ilmu serta membimbing kami sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas presentasi ini dengan baik. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini sehingga belum dikatakan baik bahkan
sempurna.
Kami ucapkan terima kasih untuk penulis jurnal bahkan buku yang telah kami
jadikan referensi pada makalah ini. Untuk itu kritik dan saran supaya bisa digunakan
sebagai acuan dalam membuat makalah kami selanjutnya. Akhir kata semoga kita
diberikan kemudahan dalam mencari ilmu serta semoga makalah ini bermanfaat
untuk kita semua, Aamiin.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Al Qur`an merupakan kitab suci umat Islam yang menjadi petunjuk hidup
utama bagi mereka. Di samping itu, al Qur`an yang berkedudukan sebagai sumber
pertama ajaran Islam itu juga bisa bernilai ibadah (pahala) bagi umat Islam yang
membacanya.
Alquran merupakan sumber utama dalam beragama umat Islam. Alquran
diturunkan oleh Alloh S.W.T. sebagai petunjuk bagi umat manusia dan petunjuk
bagi orang-orang yang bertaqwa Allah S.W.T. dalam Alquran surat Al-Baqarah
ayat 2, dan ayat ke 185). Petunjuk Alquran mencakup akhlak, hukum, ibadah,
akidah, dan kisah-kisah sebagai ibrah bagi umat manusia.
Oleh Karena itu, mereka pun wajib untuk mempelajari, memahami dan
mengamalkannya. Seluruh umat Islam memang diberi kewajiban dan hak untuk
mempelajari, memahami dan mengamalkan al Qur`an. Hanya saja, dalam hal ini
mereka sejatinya tidaklah sedang menerima suatu amanat (kewajiban) yang
mudah. Untuk sekedar memahami al Qur`an sejatinya merupakan suatu proses
yang relatif sulit. Karena hal itu memerlukan ilmu yang luas dari pelakunya.

2. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian Nasikh dan Mansukh?
2. Apa sajakah persamaan dan perbedaan nasakh dan takhsish?
3. Bagaimana cara mengetahui nasakh dan urgensinya?
4. Jelaskan apa saja jenis-jenis Nasakh ?
Tujuan
1. Mengetahui pengertian Nasakh dan Mansukh.
2. Mengetahui jenis-jenis Nasakh.
3. Mengetahui macam-macam Nasakh yang ada dalam alQur’an.
4. Mengetahui nasakh dan urgensinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Subhi Shalih telah menerangkan macam-macam arti nasakh menurut bahasa,
yaitu: Menghilangkan ( ‫ة‬AA‫)اإلزال‬, Mengganti ( ‫ديل‬AA‫)التب‬, Memindah ( ‫ل‬AA‫ ) النق‬dan
Merubah ( ‫ ) التحويل‬seperti merubah ayat tentang wasiat. Arti nasakh yang terakhir
ini tidak diakui oleh beberapa ulama karena mansukhnya tidak disebut, sedangkan
yang disebut adalah kalimat lain, diantara mereka adalah Al-Maky seorang ahli
tafsir

Kesimpulannya, pengertian nasakh adalah Menghapuskan hukukm syara’


dengan memakai dalil syara’ beserta adanya tenggang waktu, dengan catatan
sekiranya tidak terdapat adanya nasakh tentulah hukum yag pertama tetap
berlaku.

Adapun nasikh adalah yang menghapuskan. Hal ini dapat diartikan dengan :
a. Allah ( Musyarri’ ) berdasarkan surah Al-Baqarah :106
b. Ayat atau sesuatu yang dengannya itu nasakh diketahui, seperti dikatakan

c. Hukum, seperti dikatakan : “ Hukum ini menghapus hukum itu.

Yang terakhir adalah Mansukh. Ia diartikan sebagai hukum yang diangkat


atau dihapuskan. Dengan demikian jelaslah bahwa nasakh adalah aktivitas
penghapusan hukum, nasikh adalah subyek, dan mansukh adalah obyek.1

2.2 Persamaan dan perbedaan nasakh dan takhsish

Nasakh dan Takhsis memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya antara


lain terletak pada fungsinya yakni untuk membatasi kandungan suatau hukum.
Keduanya berfungsi untuk mengkhususkan Sebagian kandungan dari suatu lafadz.

1
Nur Hidayat, “PEMBELAJARAN ILMU-ILMU QUR’AN,” n.d.
Hanya saja, Takhsis lebih khusus pada pembatasan berlakunya hukum yang umum,
sedangkan nasakh menekankan pembatasan suatu hukum pada masa tertentu.

Adapun perbedaan diantara keduanya adalah takhsis merupakan penjelasan


mengenai kandungan suatu hukum yang umum menjadi berlaku khusus sesuai
dengan lafadz yang dikhususkan tersebut. Sedangkan nasakh menghapus atau
membatalkan semua kandungan hukum yang ada dalam suatu nasakh dan yang
sebelumnya telah berlaku (Al-Bukhari : 876)

Penjelasan yang lebih rinci dikemukakan oleh Al-Ghazali tentang perbedaan


di antara keduanya: (Al-Ghazali 71, Al-Amidi: 165)

a Thaksis bisa dilakukan terhadap lafadz yang belakangan dan bisa pula terhadap
lafadz yang datang beriringan (datang belakangan). Sedangkan nasakh mutlaq hanya
bisa dilakukan melalui lafadz yang datang kemudian.

b. Thaksis bisa dilakukan baik dengan dalil naqli maupun dengan dalil aqli,
sedangkan masakh hanya bisa dilakukan dengan dalil naqli saja.

c. Takhsis tidak berlaku pada perintah (amr) yang mengandung suatu perintah saja,
seperti "Berilah si fulan, sedangkan masakh bisa dilakukan dapa kasus seperti itu.

d. Lafadz yang umum tetapada sesuai keumumanya walaupun setelah di- takhsis,
sedangkan lafad: yang di nasakh tidak berlaku lagi

e. Dibolehkan men-taklisis lafadz yang gather dengan gives hadis ahad, dan dalil-dalil
syara' lainya (pendapat ini masih diperselisihkan dikalangan para ulama) Sedangkan
dalam rasekh tidak boleh men- taklais suatu lafadz yang gathi, kecuali dengan lafadz
yang qath’i pula

3.2 Nasakh dan urgensinya

Sebagaimana telah disebutkan bahwa mengetahui ilmu nasikh dan mansukh


itu adalah wajib bagi siapa saja yang ingin mendalami Al-Qur’an. Betapapun
hebatnya orang tersebut namun ia belum dibenarkan untuk menafsirkan Al-Qur’an
sebelum ia menguasai ilmu yang satu ini. Karena ilmu ini merupakan kunci
terpenting dalam memahami Al-Qur’an yang dapat menghindarkan manusia dari
kesalahan fahamannya terhadap ajaran-ajaran agama. Beberapa hal dibawah ini
patutlah dijadikan faktor-faktor yang menyebabkan betapa pentingya ilmu ini
dipelajari, yaitu : Karena nasakh berhubungan erat dengan penetapan status hukum
Islam maka permasalahan didalamnya amat panjang untuk dikaji, bercabang-cabang
dan sulit ditempuh.

1. Dengan diberlakukannya pembahasan nasakh maka akan diketahui sejarah dan


rahasia pensyari’atan hukum Islam.

2. Dengan membahasnya akan terbukti bahwa Muhammad SAW bukanlah yang


menyusun Al-Qur’an.

3. Karena ia menyangkut masalah-masalah yang rumit maka dalam membahasnya


diperlakukan kewaspadaan dan ketelitian. 2

4. Musuh-musuh Islam menggunakan arah pembahasan ini untuk mencerca dan


mengotori kesucian syari’at Islam, karena itulah banyak ulama Islam yang terkecoh
dengan argumentasi mereka, sehingga mereka mengingkari adanya nasakh dalam Al-
Qur’an.

Nasakh itu dapt diketahui dengan adanya kesepakatan umat bahwa ayat ini nasikh
dan itu mansukh. Dapat pula diketahui dari keterangan tegas Nabi atau para sahabat,
seperti hadits : Dan juga dengan mengetahui mana yang terlebih dahulu dan mana
yang kemudian dalam perspektif sejarah.

4.2 Jenis-Jenis Nasakh

Para Ulama membagi nasakh dalam empat bagian, yaitu :

a. Nasakh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, contoh : ( Al-Baqarah : 115 )

2
Abdullah Muzakki Lc, “TEORI NASIKH MANSUKH DALAM AL QUR`AN,” n.d.
Ayat tadi kemudian dinasakh oleh ayat berikut : ( Al-Baqarah :144 )

b. Nasakh Al-Qur’an dengan sunnah. Dalam hal ini sunnah harus berstatus
mutawattir karena Al-Qur’an itu bersifat mutawattir. Selain sunnah mutawattir
( seperti ahad da lain-lain ) tidak diperbolhkan oleh jumhur ulama.
Contohnya : ( Al-Baqarah : 180)

Firman Allah tersebut di nasakh oleh hadits Nabi:

c. Nasakh sunnah dengan Al-Qur’an. Contoh :

Maksud dari hadits tadi adalah pada awalnya puasa Asyura itu wajib,
kemudian datang ayat Al-Qur’an yang menghapus kewajiban tadi dengan
kewajiban puaa Ramadhan. Ayat tersebut adalah : ( Al-Baqarah : 185 )
d. Nasakh sunnah dengan sunnah.
Bagian ini terbagi lagi kedalam empat bagian, yaitu :
a) Nasakh sunnah mutawattirah dengan sunnah mutawattirah
b) Nasakh sunnah ahad dengan sunnah ahad
c) Nasakh sunnah ahad dengan sunnah mutawattirah
d) Nasakh sunnah mutawattirah dengan sunnah ahad (jumhur ulama’ sepakat
menolaknya)3

3
Hidayat, “PEMBELAJARAN ILMU-ILMU QUR’AN.”
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan dan penjelasan sebelumnya yang berkaitan tentang
nasikh dan mansukh, penulis dapat menyimpulkan bahwa nasikh dan
mansukh terjadi di dalam Alquran. Hal ini bukan sebuah kekurangan, akan
tetapi sebuah kebijaksanaan dari yang berfirman dan menetapkan syariat,
yaitu Alloh swt, karena nasikh dan masukh yang terjadi hanya pada hal
perintah dan larangan dengan memperhatikan kemashlahatan manusia, bukan
pada segi akidah dan kisah. Kemudian Nasikh dan mansukh yang terjadi
dalam Alquran dapat dipetakan menjadi 4 bagian. Yaitu: surat yang tidak
terdapat di dalamnya ayat nasikh dan ayat mansukh. Kedua; surat yang di
dalamnya terdapat ayat nasikh saja. Ketiga, surat yang di dalamnya terdapat
ayat mansukh saja. Keempat; surat yang di dalamnya terdapat ayat nasikh dan
ayat mansukh bersamaan. Semoga artikel ini memberikan sedikit tambahan
ilmu dan pengetahuan yang berkaitan tentang ilmu Alquran. Alloh A’lam.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Nur. “PEMBELAJARAN ILMU-ILMU QUR’AN,” n.d.


Lc, Abdullah Muzakki. “TEORI NASIKH MANSUKH DALAM AL QUR`AN,” n.d.

Anda mungkin juga menyukai