Dosen Pembimbing :
Rizky Saputra, S.HI,M.E
Disusun oleh :
Maulana Rizki
Nim : 4032019078
M. Ari Darmawan
Nim : 4032019072
Program Studi :
Manajemen Keuangan Syariah
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta nikmat-Nya kepada kami sehingga dapat meyelesaikan makalah ini untuk memenuhi
tugas perkuliahan dari mata kuliah Hadits yang berjudul Fungsi Hadits..
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengetahuan lebih dan
bermanfaat terutama bagi kami sendiri dan para pembaca, kami menyadari dalam pembuatan
makalah ini masi jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran sangat kami harapkan
dari pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................2
Kesimpulan.................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mayoritas Ulama sepakat bahwa hadits atau sunnah merupaan sumber hukum Islam
kedua setelah al-Qur’an. Kedunya tidak dapat dipisahkan. Sebab antara keduanya sama-
sama merupakan wahyu Allah SWT. Jika al-Qur’an disebut sebagai wahyu “al-
matluw” (wahyu yang terbaca), maka sunnah merupakan wahyu “ghair al-
watluw”(wahyu yang tidak terbaca). Artinya al-Qur’an merupakan wahyu yang terbaca
yang disusun secara sistematis dan mengandung nilai mu’jizat, sementara sunnah
merupakan wahyu yang diriwayatkan (marwiy) yng dinukil tanpa susunan yang sistematis
sebagaimana al-Qur’an, dan juga tidak mengandung nilai mu’jizat,
tidak matluw meskipun maqru’. “Dan tiadalah yang iucapkan itu (al-Qur’an) menurut
kemauan hawa nafsunya”. Ucapanya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)”. Oleh karena itu, umat Islam diwajibkan untuk taat kepada sunah
sebagaimana ketaatannya kepda al-Qur’an.1
B. Rumusan Masalah
1. Apa fungsi hadits dalam ajaran Islam?
2. Bagaimana pendapat Ulama tentang fungsi hadits dalam ajaran Islam?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan kepada para pembaca fungsi
hadist dan bagaimana pendapat Ulama tentang fungsi hadits dalam ajaran Islam.
1
Mochamad Nor Ichwan, Studi Ilmu Hadis, (Semarang: RaSail Media Group, 2007), h.29
1
BAB II
PEMBAHASAN
Semua umat Islam telah sepakat bahwa hadits rasul adalah sumber dan dasar hukum
Islam setelah al-Qur’an, dan umat Islam diwajibkan mengikuti dan mengamalkan hadits
sebagaimana diwajibkan mengikuti dan mengamalkan al-Qur’an.
al-Qur’an dan Hadits merupakan dua sumber hukum pokok syariat Islam secara mendalam
dan lengkap tanpa kembali kepada dua sumber hukum tersebut. Seorang mujtahid dan
seorang Ulama pun tidak diperbolehkan hanya mencukupkan diri dengan mengambil salah
satu diantara keduanya.
Banyak kita jumpai ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits yang memberikan pengertian
hadits merupakan sumber hukum Islam setelah al-Qur’an yang wajib diikuti, dan diamalkan
baik dalam bentuk perintah maupun larangannya, dan uraian dibawah ini merupakan
penjelasan tentang kedudukan hadits dalam syariat Islam dengan mengambil beberapa dalil,
baik aqli maupun naqli.2
Hadits sebagai bayan (penjelas) dalam ajaran Islam berfungsi sebagai memperkokoh apa
yang terkandung dalam al-Qur’an (bayan taqrir), sebagai penjelas ayat yang mujmal (bayan
tafsir), mengadakan suatu hukum yang belum ada dalam al-Qur’an (bayan tasyri’), dan juga
sebagai mengganti suatu hukum atau menghapus suatu hukum (bayan nasakh).
Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam Islam,
antara yang satu dan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan satu
kesatuan. Al-Qur’an sebagai sumber pertama dan utama banyak memuat ajaran-ajaran yang
bersifat umum atau global. Oleh karena itulah kehadiran hadits sebagai sumber ajaran yang
kedua tampil untuk menjelaskan (bayan) keumuman isi Al- Qur’an tersebut.
2
Munzier Suprapta, lmu Hadis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2003), h.49.
2
1. Bayan taqrir
Bayan at-taqrir atau yang disebut dengan bayan at-ta’kid dan bayan al-itsbat adalah hadits
yang berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan dalam al-Qur’an. Dalam hal
ini, hadits hanya berfungsi untuk memperkokoh isi kandungan al-Qur’an. Contoh bayan at-
taqrir adalah hadits Nabi SAW yang memperkuat firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah
(2):185 yaitu
فمن شهد منكم الشهر فليصمه
“...,maka barang siapa diantara kamu melihat bulan, maka hendaklah berpuasa” (QS. Al-
Baqarah(2):185)
Ayat diatas ditaqrir oleh hadits Nabi SAW, yaitu:
)مسلم و البخري (رواه وافطروالرؤيته الرؤيته صومو
“berpuasalah kamu sesudah melihat bulan dan berbukalah kamu sesudah melihat
bulan”(HR. Bukhari dan Muslim)
2. Bayan Tafsir
Bayan tafsir berfungsi menjelaskan ayat-ayat yang mujmal (global) dan musytarak (satu
lafadz yang memiliki makna), memberikan persyaratan ayat-ayat yang bersifat mutlak, dan
menkhususkan ayat-ayat yang bersifat umum.
a. Tafsir mujmal
Sebagai penjelasan ayat-ayat yang mujmal (global) dan musytarak (satu lafadz yang memiliki
makna),
Contoh hadits sebagai tafsir:
)ريي البخا واه (ر أصلي ني رأيتمو كما ا صلو
“sholatlah sebagaimana engkau melihatku sholat” (HR. Bukhari)
Hadits diatas menjelaskan sebagaimana mendirikan sholat. Sebab dalam Al-Qur’an tidak
menjelaskan secara rinci. Salah satu ayat yang artinya yang memerintahkan sholat adalah:
“Dan kerjakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah beserta orang-orang ruku”(QS.
Al-baqarah:43)
b. Tafsir Mutlaq
3
Sedangkan contoh hadits yang membatasi ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat mutlak adalah:
الكففا مفصل من ه يد فقطع ق ر بسا سلم و عليه صلى هللا ل رسو أتي
“Rasulullah SAW. Didatangi seseorang dengan membawa pencuri, maka beliau memotong
tangan pencuri dari pergelangan tangan”.
“Rasulullah didatangi seseorang laki-laki yang membawa pencuri, maka beliau memotong
tangan pencuri dari pergelangan tangan”-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,
potonglah tangan mkeduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah” (QS. Almaidah:38)
c. Tafsir ‘Am
Sebagai penjelasan untuk menkhususkan ayat-ayat yang bersifat umum.
Sedangkan contoh hadits yang berfungsi untuk mengkhususkan keumuman ayat Al-
Qur’an, Nabi SAW bersabda:
)ري البخا ه وا (ر المسلم فر الكا اال وال فر الكا المسلم ث ير ال سلم و عليه هللا صلى النبي قل
“Tidaklah orang muslim mewarisi dari orang kafir, begitu juga kafir tidak mewarisi dari
orang muslim” (HR.Bukhari)
3. Bayan Tasyri’
{ع صا أو تمر من عا صا س النا على رمضان من الفطر ة كا ز فرض وسلم عليه هللا صلى هللا رسول أن
)مسلم (رواه المسلمين من أنثى أو ذكر عبد او خر كل على شعير من ا
4
“Bahwasanya rasulullah telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulsn
ramadhan satu sukat(sha’) kurma atau gandum untuk setiap orang, baik merdeka atau
hamba, laki-laki atau perempuan muslim”(HR. Muslim)
4. Bayan Nasakh
Kedua, yang membolehkan me-nnaskh dengan syarat hadits tersebut harus mutawatir.
Pendapat ini diantaranya dipegang oleh mu’tazilah.
Ketiga, ulama yang membolehkan me-nasakh dengan hadits masyhur, tanpa harus
mutawatir. Peendapat ini diantaranya dipegang oleh kaum hanafiyah.
Salah satu contoh yang biasa diajukan oleh para ulama adalah sabda Nabi SAW, dari Abu
Umamah Al-Bahili
)ا ن ا هلل قد آعطى عل ذ عا حق حقه فال و صية لوا ر ث (روه احمد واآل ربعة اال النسا ء
5
C. Pendapat Para Ulama tentang Fungsi Hadits dalam Islam
a. Pendapat Ahl ar-Ra’yi
1. Bayan Taqrir
Yakni keterangan yang diberikan oleh As-Sunnah untuk menambah kokoh apa yang telah
diterangkan oleh al-Qur’an.
2. Bayan Tafsir
Yakni menerangkan apa yang kira-kira tidak mudah diketahui (tersembunyi pengertiannya)
seperti ayat-ayat yang mujmal dan tarak fihi.
b. Pendapat Malik
Malik berpendirian bahwa bayan (penerangan) al-Hadits itu terbagi menjadi lima yaitu:
1. Bayan at-Taqrir
6
Yakni metetapkan dan mengokohkan hokum-hukum al-qur’an, bukan mentaudhihkan, bukan
mentaqyidkan muthlaq dan bukan mentakhsihkan ‘aam.
3. Bayan at-Tafshil
Yakni memanjangkan keterangan bagi apa yang diringkaskan keterangannya oleh al-Qur’an.
5. Bayan Tasyri’
Yakni mewujudkan suatu hukum yang tidak tersebut dalam al-Qur’an, seperti menghukum
dengan bersandar kepada seorang saksi dan sumpah apabila si mudda’i tidak mempunyai dua
orang saksi, da seperti ridha’ (persusuan).
c. Pendapat Asy-Syafi’y
4
Teungku Muhammad Hasbhi ash-Shiddieqy, Sejarah & Pengantar Imu Hadis, ( Semarang: PT Pustaka Rizki
Putra), h.135-140.
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hadits sebagai bayan (penjelas) dalam ajaran Islam berfungsi sebagai memperkokoh apa
yang terkandung dalam al-Qur’an (bayan taqrir), sebagai penjelas ayat yang mujmal (bayan
tafsir), mengadakan suatu hukum yang belum ada dalam al-Qur’an (bayan tasyri’), dan juga
sebagai mengganti suatu hukum atau menghapus suatu hukum (bayan nasakh).
Yakni sebagai penjelasan untuk mengokohkan apa yang terkandung dalam Al-Qur’an.
2. Bayan Tafsir
Sebagai penjelasan ayat-ayat yang mujmal (global) dan musytarak (satu lafadz yang memiliki
makna), memberikan persyaratan ayat-ayat yang bersifat mutlak, dan menkhususkan ayat-
ayat yang bersifat umum.
3. Bayan Tasyri’
Yakni mengadakan suatu hukum yang tidak ditetapkan dalam Al-Qur’an.
4. Bayan Nasakh
Yakni mengganti suatu hukum atau menghapus suatu hukum.
8
DAFTAR PUSTAKA