Anda di halaman 1dari 11

LEMBAGA KEUANGAN BANK DAN NON BANK SYARIAH

Perbankan Syariah

Rafiza Zuliani, S.H.I., MA


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
IAIN Zawiyah Cotkala Langsa

rafizazuliani@gmail.com
Pengertian Bank Syariah

Menurut UU No. 21 tahun 2008, Bank Syariah adalah bank yg


menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha
Syariah, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

1.BUS
 BUS adalah bank syariah yg dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.

 BUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank nondevisa.

 Bank devisa adalah bank yg dapat melaksanakan transaksi ke luar


negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
keseluruhan, seperti transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri
pembukaan letter of credit, dsb.
Sambungan...

2.UUS
 UUS adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yg
berfungsi sbg kantor induk dari kantor atau unit yg melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor
cabang dari suatu bank yg berkedudukan di luar negeri yg melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yg berfungsi sbg kantor induk dari
kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.

 UUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank nondevisa.

3. BPRS
 BPRS adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.

 Bentuk hukum BPRS adalah perseroan terbatas

 BPRS hanya boleh dimiliki oleh WNI dan/atau badan hukum Indonesia,
pemerintah daerah, atau kemitraan antara WNI atau badan hukum
Indonesia dengan pemerintah daerah.
Sejarah Perkembangan Bank Syariah
Perkembangan bank syariah di Indonesia:
1980: muncul ide dan gagasan konsep lembaga keuangan syariah,
uji coba BMT Salman di Bandung dan Koperasi Ridho Gusti
1990: lokakarya MUI, para peserta sepakat mendirikan bank syariah di
Indonesia
1992: pada tanggal 1 Mei 1992 bank syariah pertama bernama Bank
Muamalat Indonesia beroperasi, diikuti lahirnya UU No.7/1992 ttg
Perbankan dgn prinsip bagi hasil, baik Bank Umum maupun BPRS
1998: keluar UU No.10/1998 ttg perubahan UU No.7/1992 yg mengakui
keberadaan bank syariah dan konvensional serta memperkenankan
bank konvensional membuka kantor cabang syariah
1999: keluar UU No.23/1999 ttg BI yang mengakomodasi kebijakan
kebijakan moneter yg berdasarkan prinsip syariah
2000: BI mengeluarkan regulasi operasional dan kelembagaan bank
syariah, pengembangan Pasar Uang Antarbank Syariah (PUAS) dan
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) sebagai instrumen Pasar
Uang Syariah
2001: pendirian unit kerja Biro Perbankan Syariah di BI utk
menangani perbankan syariah
Sambungan...
2002: peraturan BI No.4/1/2002 mengenai pengenalan pembuktian
bersih cabang syariah yg merupakan penyempurnaan jaringan
kantor cabang syariah
2004: keluar UU No. 3/2004 ttg perubahan UU No. 23/1999 ttg BI yg
semakin mempertegas penetapan kebijakan moneter. Belakangan
UU No. 23/1999 diubah dgn Peraturan Pemerintah Pengganti UU
No. 2/2008
2005: PBI No. 7/46/PBI/2005 diganti dengan PBI No. 9/19/PBI/2007
2006: pemberian layanan syariah dipermudah dgn dikenalkannya
konsep office chaneling, yaitu semacam counter layanan syariah
yg terdapat di kantor cabang/kantor cabang pembantu bank
konvensional yg sudah memiliki UUS
2008: pada 16 Juli 2008 UU No.21/2008 UU No. 21 Tahun 2008
mengatur secara khusus perbankan syariah baik secara
kelembagaan maupun kegiatan usaha
2011: pembentukan OJK yg secara bertahap beralih menjadi pengatur
dan pengawas Lembaga Keuangan di Indonesia
2015: per Juni 2015, ada 12 Bank Umum Syariah dan 22 UUS di
Indonesia dengan total jaringan kantor sebanyak 2.460 unit.
Produk-produk Perbankan Syariah

Tujuan pengenalan produk perbankan syariah agar mudah memahami


aspek perbankan syariah secara menyeluruh. Secara garis besar produk
perbankan syariah dibagi 3 bagian, yaitu produk penghimpunan dana
(funding), produk penyaluran dana (financing), produk jasa (service).

A.Produk Penghimpunan Dana (funding)

1.Tabungan

 menurut UU Perbankan Syariah No.21/2008, tabungan adalah


simpanan berdasarkan akad wadiah atau investasi dana berdasarkan
mudharabah atau akad lain yangg tidak bertentangan dgn prinsip syariah
 tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yg bersifat likuid,
tetapi bagi hasil yg ditawarkan kepada penabung kecil
Sambungan...

2. Deposito

 deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau


akad lain yg tidak bertentangan dengan prinsip syariah

 penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu


berdasarkan akad antara nasabah penyimpanan dan bank syariah atau
UUS

 deposito adalah bentuk simpanan nasabah yg mempunyai jumlah


minimal tertentu, jangka waktu tertentu dan bagi hasilnya lebih tinggi
daripada tabungan

 deposito dipilih oleh nasabah yg memiliki kelebihan dana sehingga


selain bertujuan menyimpan dananya, bertujuan pula untuk sarana
berinvestasi
Sambungan...

3. Giro

 giro adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah, mudharabah, atau


akad lain yg tidak bertentangan dengan prinsip syariah

 penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan


cek, bilyet giro, atau sarana perintah pembayaran lainnya

 bentuk simpanan nasabah yg tidak diberikan bagi hasil, biasanya


digunakan oleh perusahaan atau yayasan atau badan hukum lainnya
dalam proses keuangan mereka

 meskipun tidak memberikan bagi hasil,bank berhak memberikan


bonus kepada nasabah yg besarannya tidak ditentukan di awal
Sambungan...

B. Produk Penyaluran Dana (financing)


Pembiayaan dibagi menjadi:
a) Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk pembiayaan
seperti pembelian rumah, kendaraan, pembiayaan pendidikan, dll
b) Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yg ditujukan untuk pembiayaan
seperti modal kerja, pembelian barang modal, dll
Secara garis besar, produk pembiayaan kepada nasabah yaitu:
1. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli
Adapun bentuk akad jual beli yg diadopsi perbankan syariah adalah:
 Murabahah
 Bai’ As-Salam
 Istishna
Sambungan...

2. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa

Bentuk akad yang digunakan bank syariah pada pembiayaan ini adalah:
 Ijarah

 Ijarah muntahiya bi tamlik (IMBT)

3. Pembiayaan denga Prinsip Bagi Hasil

Bentuk akad yang digunakan bank syariah pada pembiayaan ini adalah:
 Musyarakah

 Mudharabah

 Muzaraah

 Musyaqah
Sambungan...

C. Produk Jasa (Service)

Selain menjalankan fungsinya sebagai penghubung antara pihak surplus


dan defisit, bank syariah dapat pula melakukan pelayanan jasa
perbankan kepada nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau
keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain:

1.Sharf (Jual Beli Valuta Asing)

2.Wadiah (Titipan)

Anda mungkin juga menyukai