Anda di halaman 1dari 38

Kelembagaan dan Pengaturan

Bank Syariah
Hartini
Departemen Hukum Islam
Fakultas Hukum UGM
MKN_2022
Bahan Referensi Kuliah
• Buku/literatur Bank Syariah
• Regulasi
1. UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
2. UU No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
3. PBI/POJK yang relevan
4. Fatwa DSN-MUI
Landasan Hukum
• UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
• UU No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan.
• UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
• UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
• UU Peradilan Agama (UU Nomor 7 Tahun 1989 jo. UU Nomor 3 Tahun
2006)
• Peraturan Bank Indonesia (PBI)
• Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) dan Surat Edaran OJK
(SEOJK).
• Fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI).
• dll.
• Dari aspek bahasa, istilah “bank syariah”
terbentuk dari 2 kata dasar, yaitu :
1. bank
2. Syariah
• Definisi “bank” menurut UU Perbankan dan
UU Perbankan Syariah : Bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk Simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
(Pasal 1 angka 2 UU No.10 Tahun 1998 jo. UU
No. 21 Tahun 2008)
Definisi menurut UU Perbankan Syariah (UU
Nomor 21 Tahun 2008) : Bank Syariah
adalah Bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah
• Pada intinya Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, atau prinsip hukum Islam yang diatur dalam fatwa
Majelis Ulama Indonesia seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa
tawazun), kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak
mengandung gharar, maysir, riba, zalim dan objek yang haram.
• bank syariah sesuai amanah UU Perbankan Syariah juga menjalankan fungsi
sosial dengan menjalankan fungsi seperti lembaga baitul mal, yaitu menerima
dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai kehendak pemberi
wakaf (wakif).
Berdasarkan kompleksitas kegiatan usaha :
• Bank Umum
• Bank Perkreditan/Pembiayaan Rakyat

Berdasarkan prinsip yang digunakan :


• Bank Konvensional
• Bank Syariah
Jenis Bank Syariah
• Bank Umum Syariah (BUS)
• Unit Usaha Syariah (UUS)
• Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Keterangan:
• BUS : statusnya independen dan tidak bernaung di bawah
sistem perbankan konvensional
• UUS: statusnya tidak independen di mana masih bernaung
di bawah aturan manajemen perbankan konvensional
Bank Umum Syariah
• Bank Umum Syariah (BUS) adalah Bank
Syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
• Statusnya independen dan tidak bernaung di
bawah sistem perbankan konvensional
Contoh Bank Umum Syariah
• PT. Bank Syariah Muamalat,
• PT Bank Syariah Mandiri,
Dilakukan merger per 1 Februari 2021
• PT Bank Syariah BNI,
→ Bank Syariah Indonesia
• PT Bank Syariah BRI,
• PT. Bank Syariah Mega Indonesia,
• PT Bank Jabar dan Banten Syariah,
• PT Bank Panin Syariah,
• PT Bank Syariah Bukopin,
• PT Bank Victoria Syariah,
• PT BCA Syariah,
• PT Bank Maybank Indonesia Syariah (per 20 Desember 2019 berganti
nama menjadi PT Bank Net Indonesia Syariah)
Cara Pembentukan Bank Umum Syariah (BUS)
(1)
A. Dari awal dibentuk sebagai Bank Syariah berbentuk Perseroan Terbatas
(PT), misalnya PT. Bank Syariah Muamalat.

B. Merupakan konversi dari Bank Konvensional


1. Bank Syariah Mandiri yang merupakan konversi dari Bank Susila Bhakti.
2. BCA mengakuisisi PT Bank Utama Internasional Bank (Bank UIB) tahun 2009
dan mengubahnya menjadi PT. Bank BCA Syariah.

C. Spin Off (pemisahan dari bank induknya):


1. Spin off murni, misalnya UUS BNI Syariah –> memisahkan diri dari PT BNI,
Persero, Tbk. pada 2010, dan menjadi Bank BNI Syariah
2. Spin off dengan akuisisi, misalnya Unit Usaha Syariah BRI yang dipisah oleh Bank
BRI dengan sebelumnya didahului dengan membeli (mengakuisisi) Bank Jasa
Arta yang kemudian dikonversi menjadi Bank Syariah BRI.
Cara Pembentukan Bank Umum Syariah (BUS)
(2)
D. Merger
Penggabungan dua perusahaan (bank) atau
lebih menjadi satu nama. Contohnya
adalah merger BRI Syariah, BNI Syariah dan
Bank Syariah Mandiri menjadi Bank Syariah
Indonesia
Unit Usaha Syariah
• UUS adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor
cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang
pembantu syariah dan/atau unit syariah.
• UUS statusnya tidak independen dan masih bernaung di
bawah aturan manajemen perbankan konvensional
Contoh Unit Usaha Syariah (UUS)
• CIMB Niaga Syariah,
• BPD DIY Syariah,
• Bank Danamon Syariah,
• Bank Permata Syariah,
• Bank Internasional Indonesia (BII) Syariah→Maybank Syariah,
• Bank DKI Syariah,
• Bank Jateng Syariah (UUS BPD Jawa Tengah ),
• Dll.

Catatan: Data BUS atau UUS perlu selalu dilihat di laman OJK untuk melihat
adanya perubahan status.
Masa Depan UUS ?
• Peraturan Bank Indonesia No. 11 Tahun 2009
menentukan bahwa UUS wajib dipisahkan dari Bank
Umum Konvensional (BUK), ketika:
a. Nilai asset UUS telah mencapai 50 % dari total nilai
asset BUK.
b. Paling lambat 15 tahun sejak berlakunya UU No 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Ada kewajiban
sebelum tahun 2023 dilakukan konversi atau
pemisahan (spin-off) berbagai UUS.
Sistem Operasi Bank Syariah
• Full Fledge (asumsi spt BUS)
• Dual Banking System (asumsi spt UUS)
• Office Channeling
Apa Office Channelling ?
• Office Channelling ( layanan syariah) adalah istilah yang
digunakan Bank Indonesia (BI) untuk menggambarkan
penggunaan kantor bank konvensional dalam melayani
transaksi- transaksi syariah, dengan syarat bank yang
bersangkutan telah memiliki Unit Usaha Syariah (UUS).
• Lihat Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor 8/3/PBI
Tahun 2006.
• PBI Nomor 9/7/PBI Tahun 2007
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Definisi Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip Syariah dan menurut jenisnya
terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (Pasal 1 angka 7 UU No 21 Tahun 2008 )
• Menurut Jenisnya terdiri dari:
– Bank Umum Syariah
• Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dlm
lalu lintas pembayaran
– Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
• Bank Syariah yang dalam kegiatannya TIDAK memberikan
jasa dlm lalu lintas pembayaran
Penjelasan
 Bank Umum dapat memberikan jasa lalu lintas
pembayaran karena bank umum diperbolehkan
menerima simpanan masyarakat dalam bentuk
rekening giro, yang penarikannya dapat dilakukan
dengan menggunakan cek atau alat pembayaran
lalu lintas giral lainnya dan ikut serta dalam
kegiatan kliring.
 Bank umum dapat menciptakan uang giral
sehingga bank umum juga disebut Bank Pencipta
Uang Giral (BPUG)
• BPR (S) tidak diperkenankan menerima
simpanan masyarakat dalam bentuk
rekening giro dan juga tidak dapat ikut
serta kegiatan kliring sehingga disebut
bank yang tidak memberikan jasa lalu
lintas pembayaran.
Usaha BPR (S)
• Menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk tabungan dan deposito.
• Memberikan pinjaman kepada
masyarakat.
• Menyediakan fasilitas pertukaran valuta
asing
BPR (S) dilarang:
• Menerima simpanan dalam bentuk giro;
• Melakukan lalu lintas moneter, seperti
transfer, kliring, atau wesel;
• Melakukan pembayaran ke luar negeri;
• Melakukan usaha asuransi.
Bentuk Badan Hukum
• Konstruksi hukum dari sebuah bank baik konvensional
maupun syariah via UU No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan dapat berupa Perseroan Terbatas, Koperasi,
maupun Perusahaan Daerah.
• Pasca UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
berdasarkan Pasal 7 bentuk badan hukum Bank Syariah
adalah perseroan terbatas.
• Bentuk badan hukum dimaksud berlaku bagi
Bank Umum Syariah maupun Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah, sebagaimana yang dipertegas
dengan PBI No. 11/3/PBI/2009 tentang Bank
Umum Syariah dan PBI No. 11/23/PBI/2009
tentang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
• Oleh karena itu berlakulah ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
•Pasal 12 UU Perbankan Syariah
menetapkan:
Saham Bank Syariah hanya dapat
diterbitkan dalam bentuk saham atas
nama.
Eksistensi Lembaga Pengawas
 Pada bank konvensional lembaga pengawas yang ada
hanyalah komisaris dari segi internal dan Bank Indonesia
dari segi eksternal (Lihat juga peran OJK !).
 Kedua lembaga pengawas ini mengawasi praktik
perbankan dari segi ketaatan bank terhadap perundang-
undangan di bidang perbankan.
 Dalam bank syariah pengawasan yang dilakukan oleh
Dewan Syariah Nasional dan Dewan Pengawas Syariah
adalah pada ketaatan bank dalam melaksanakan prinsip-
prinsip syariah pada setiap produk-produknya.
Pasal 109 UUPT
 Perseroan yang menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah selain mempunyai Dewan
Komisaris wajib mempunyai Dewan Pengawas Syariah
(DPS).
 DPS sebagaimana dimaksud terdiri atas seorang ahli
syariah atau lebih yang diangkat oleh Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) atas rekomendasi Majelis
Ulama Indonesia.
 DPS bertugas memberikan nasihat dan saran kepada
Direksi serta mengawasi kegiatan Perseroan agar sesuai
dengan prinsip syariah.
Pelaksanaan Tugas DPS meliputi:
1. menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas
pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan
Bank;
2. mengawasi proses pengembangan produk baru Bank;
3. meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional untuk
produk baru Bank yang belum ada fatwanya;
4. melakukan review secara berkala atas pemenuhan
prinsip syariah terhadap mekanisme penghimpunan
dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank;
5. meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah
dari satuan kerja Bank dalam rangka pelaksanaan
tugasnya.
(Pasal 35 PBI No. 11/3/PBI/2009 ).
Isi Anggaran Dasar
 Anggaran Dasar Bank Syariah selain memenuhi
persyaratan anggaran dasar sebagaimana diatur
dalam UUPT memuat pula ketentuan:
a. pengangkatan anggota direksi dan komisaris harus
mendapatkan persetujuan Bank Indonesia;
b. Rapat Umum Pemegang Saham Bank Syariah harus
menetapkan tugas manajemen, remunerasi
komisaris dan direksi, laporan pertanggungjawaban
tahunan, penunjukkan dan biaya jasa akuntan publik,
penggunaan laba, dan hal-hal lainnya yang
ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia.
• Substansi anggaran dasar tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, termasuk dalam hal
ini tidak boleh bertentangan dengan prinsip-
prinsip syariah.
Pendirian dan Kepemilikan BUS
 Bank Umum Syariah hanya dapat didirikan dan/atau dimiliki oleh:
a. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia;
b. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia dengan warga negara
asing dan/atau badan hukum asing secara kemitraan; atau
c. pemerintah daerah.
Catatan: Kepemilikan oleh Warga negara asing/badan hukum asing paling banyak
99 % dari modal disetor Bank (Pasal 9 UU 21/2008 Jo. Pasal 6 PBI 11/3/PBI/2009)
Dewan Syariah Nasional (DSN)
• Didirikan dalam rangka mengantisipasi
perkembangan LKS karena lembaga-lembaga
tersebut selalu terikat dengan aturan-aturan syariah
yang harus dipatuhi.
• DSN didirikan berdasarkan Surat Keputusan MUI
Nomor 754/MUI/II/1999 tertanggal 10 Februari
1999.
• DSN didirikan secara resmi sebagai lembaga syariah
yang secara garis besar bertugas mengayomi dan
mengawasi operasional aktivitas perekonomian LKS.
Pendirian dan Kepemilikan BPRS
• Bank Pembiayaan Rakyat Syariah hanya dapat didirikan
dan/atau dimiliki oleh:
a) warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia
yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia;
b) pemerintah daerah; atau
c) dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud dalam huruf
(a) dan huruf (b).
(Pasal 9 UU No. 21/2008 Jo Pasal 6 PBI No.
11/23/PBI/2009).
Tugas DSN
a. Menumbuhkembangkan penerapan nilai-nilai syariah
dalam kegiatan perekonomian pada umumnya dan
keuangan pada khususnya.
b. Mengeluarkan fatwa atas jenis-jenis kegiatan
keuangan.
c. Mengeluarkan fatwa atas produk dan jasa keuangan
syariah.
d. Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.
Wewenang DSN
a. Mengeluarkan fatwa yang mengikat DPS masing-masing
LKS dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait.
b. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi
ketentuan atau peraturan yang dikeluarkan oleh instansi
yang berwenang, seperti Departemen Keuangan dan Bank
Indonesia.
c. Memberikan rekomendasi dan/atau mencabut
rekomendasi nama-nama yang akan duduk sebagai DPS
pada suatu LKS.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai